Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

A. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah peradangan paru yang disebabkan karena
infeksi dari Mycobacterium tuberculosis. TB termasuk suatu pneumonia,
yaitu pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB
mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberculosis, sedangkan
20% merupakan tuberculosis ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2016 : 145).

B. Etiologi
TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut
berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2-0,4 x 1-4 cm.
Bakteri tersebut tidak tahan panas dan akan mati jika terkena sinar matahari
langsung selama 2 jam. Bakteri tersebut merupakan basil tahan asam. Untuk
mengetahui adanya bakteri tersebut dilakukan pewarnaan menggunakan
Ziehl- Neelsen. Sedikitnya harus ada 5.000-10.000 basil pada 1 mililiter
sputum agar dapat menemukan bakteri tersebut dengan segera pada gelas
obyek sehingga bisa menggolongkannya sebagai sputum BTA positif
(Djojodibroto, 2016 : 159).

C. Manifestasi Klinik
Sebagian besar gejala yang ditimbulkan pada infeksi primer yaitu
berupa gejala umum dan gejala respiratorik. Gejala umum berupa demam.
Demam timbul pada petang dan disertai dengan keringat. Gejala umum
lainnya berupa malaise. Malaise yang terjadi dalam jangka waktu panjang
berupa pegal-pegal, lelah, anoreksia, nafsu makan berkurang, serta
penurunan berat badan. Sedangkan gejala respiratorik berupa batuk kering
ataupun batuk produktif yang kadang disertai oleh percikan darah. Batuk ini
bersifat persisten karena perkembangan penyakitnya lambat. Gejala sesak
nafas timbul jika terjadi pembesaran nodus limfe pada hilus yang menekan
bronkus atau terjadi efusi pleura. Nyeri dada biasanya bersifat nyeri
pleuritik karena terlibatnya pleura dalam proses penyakit. Pada reaktivasi
TB, gejalanya berupa demam menetap yang naik dan turun, berkeringat
malam hari, batuk kronik dan hemaptoe (Djojodibroto, 2016 :151).

D. Patofisiologi
Tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung dari
penderita TB kepada orang lain. Droplet yang mengandung bakteri tersebut
dapat melayang di udara hingga kurang lebih 2 jam tergantung pada kualitas
ventilasi ruangan. Jika droplet tersebut terhirup oleh seseorang, droplet akan
menempel pada dinding sistem pernapasan. Droplet besar akan menempel
pada saluran nafas bagian atas, droplet kecil akan masuk kedalam alveoli di
lobus manapun. Pada tempat menempelnya basil tuberculosis akan
membentuk suatu reaksi inflamasi yang akan memancing reseptor inflamasi
keluar sehingga terjadilah nyeri dan demam. Selain nyeri dan demam proses
inflamasi akan menghasilkan eksudasi yang akan menyebabkan
penumpukan sekret sehingga respon tubuh mengeluarka batuk yang
terkadang disertai darah akibat aneurisma pada arteri bronchial, sehingga
muncullah masalah keperawatan ketidakefektfan bersihan jalan nafas,
ketidakefektifan pola nafas serta intoleransi aktifitas. Sekret yang berada
dalam alveoli dapat mengganggu proses pertukaran gas sehingga dapat
timbul masalah gangguan pertukaran gas (Djojodibroto, 2016 : 148).
E. Pathway

Mycobacterium Tuberclosis

Droplet

Sal. Nafas Atas sal. Nafas bawah

Bronkus paru-paru

Reaksi Inflamasi alveoli

Reseptor Inflamasi konsolidasi dan eksudasi

Gangguan pertukaran gas


Mempengaruhi Nyeri konsolidasi
hypotalamus dan eksudasi arteri bronchial rapuh batuk

Ketidakefektifan aneurisma
mempengaruhi penumpukan secret bersihan jalan
set point nafas hemoptoe
Batuk terus menerus
Hypertermia Hb Menurun
Efektif tidak efektif
Oksigen menurun
Keluar penumpukan sekret
Penurunan metabolisme tubuh
Risiko infeksi Sesak nafas
Penurunan energi
Ketidakefektifan
pola nafas Intoleransi aktivitas
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur sputum: positif untuk mycobacterium tuberculosis pada
tahap akhir penyakit.
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
c. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intra dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit
aktif.
d. Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area
paru atas simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effuse
cairan.
e. Histologi atau kultur jaringan paru: positif untuk
mycobacterium tuberculosis,

G. Diagnosa Banding
a. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau
kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada
kantung udara (alveolus, jamak: alveoli). Kantung udara akan terisi
cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk
berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi
tersebut disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri,
virus dan jamur
b. Bronkitis
Bronkitis adalah sebuah penyakit dimana terjadi peradangan
pada mukosa atau permukaan saluran pernapasan. Peradangan
menyebabkan terjadinya iritasi dari permukaan organ dan
menyebabkan terjadinya penyempitan jalan saluran napas dan
meningkatnya produksi lendir. Pasien bonkitis seringkali batuk
dan kesusahan dalam bernapas. Terdapat dua jenis bronkitis;
Berdasarkan lama waktu gejala timbul terbagi menjadi akut dan
kronis.
H. Komplikasi
a. Spondilitis
Spondilitis tuberculosa adalah Spondilitis tuberkulosa ialah
suatu bentuk infeksi tuberculosis ektrapulmoner yang mengenai
tulang belakang (vertebra).
b. Meningitis
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf
pusat yang mengenai selaput otak dan selaput medulla spinalis
yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis dapat
disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur dan parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke
dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu
Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak
dari bagian tubuh yang lain.
c. Efusi pleura
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleurayan
g terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan TB terdapat 2 fase, yaitu intensif selama 2-3 bulan dan
lanjutan selama 4 atau 7 bulan. OAT lini pertama yang digunakan yaitu
Rifampicin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan
Streptomisin (S). Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia (Tanto, 2016 : 830) :
a. Kategori 1 : 2RHZE/4RH
b. Kategori 2 : 2RHZES/1RHZE
c. Kategori anak : 2HRZ/4HR
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk,
nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam
hari, menggigil atau berkeringat.
Tanda : takikardia. takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan
otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).
b. Integritas EGO
Gejala : adanya faktor stress lama, masalah keuangan
rumah, perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan.
Populasi budaya/etnik, missal orang Amerika asli atau
imigran dari Asia Tenggara/benua lain.
Tanda : menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas
ketakutan, mudah terangsang.
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan. tidak dapat mencerna
penurunan berat badan.
Tanda : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan
otot/hilang lemak subkutan.
d. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
gelisah.
e. Pernafasan
Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek,
riwayat tuberculosis terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas
atau fibrosis parenkim paru pleura) pengembangan
pernafasan tidak simetri (effuse pleura) perkusi pekak
dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan
pleural bunyi nafas menurun/tidak ada secara bilateral
atau unilateral efusi pleural/pneumotorak) bunyi nafas
tubuler dan bisikan pectoral di atas lesi luas, krekels
tercabut di atas aspek paru selama inspirasi cepat setelah
batuk pendek (krekes posttussic) karakteristik sputum:
hijau, puluren, muloid kuning atau bercak darah deviasi
trakeal (penyebaran bronkogenik).
f. Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun. contoh: AIDS,
kanker. Tes 111V positif.
Tanda : demam rendah atau sedikit panas akut.

g. Interaksi sosial
Gejala : perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan bisa dalam tanggungjawab/perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukus dala jumlah berlebihan
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar - kapiler
d. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
e. Hypertermia b/d proses penyakit
f. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
g. Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam Manajemen jalan nafas
jalan nafas b/d mukus dala masalah keperawatan teratasi dengan KH : 1. Observasi RR, frekuensi pernafasan dan
jumlah berlebihan Status pernafasan : kepatenan ajalan nafas kedalaman nafas
(0410) 2. Auskultasi adanya bunyi nafas tambahan
Kode Indikator SA ST 3. Lakukan dan ajarkan pasien dan keluarga cara
041004 RR 3 4 batuk efektif
041005 Akumulasi sputum 3 4
041019 Batuk 3 4 4. Anjurkan pasien meminum air hangat untuk
Keterangan 041004 mempermudah pengeluaran dahak
1= sangat menjauhi normal>40x/menit 5. Kolaborasikan dengan dokter terkait
2= menjauhi normal=35-40x/menit pemberian mukolitik dan bronkodilator
3= cukup menjauhi normal=30-35x/menit Fisioterapi Dada
4= sedikit menjauhi normal= 24-30x/menit 1. Lakukan postural drainage
5= tidak ada 2. Tepuk pnggung pasien dengan menggunakan
Keterangan 041005 telungkup tangan slama 3-5 menit
1= sangat berat=sekret berada diseluruh
lobus paru
2=cukup berat= sekret berada di 4 lobus
paru
3= berat= sekret berada di 3 lobus paru
4= ringan= sekret berada di 1-2 lobus paru
5= tidak ada
Keterangan 041019
1= sangat berat=batuk setiap saat
2=cukup berat= >10x/hari
3= berat= 5-10x/hari
4= ringan= 5x/hari
5= tidak ada
2. Keridakefektifan pola nafas Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam Manajemen jalan nafas
b/d hiperventilasi masalah keperawatan teratasi dengan KH : 1. Observasi RR, frekuensi pernafasan dan
Status pernafasan : Ventilasi (0403) kedalaman nafas
Kode Indikator SA ST 2. Auskultasi adanya bunyi nafas tambahan
040301 RR 3 4 3. Lakukan dan ajarkan pasien dan keluarga cara
040311 Retraksi dada 3 4
batuk efektif
Keterangan 040301 4. Anjurkan pasien meminum air hangat untuk
1= sangat menjauhi normal>40x/menit mempermudah pengeluaran dahak
2= menjauhi normal=35-40x/menit 5. Kolaborasikan dengan dokter terkait
3= cukup menjauhi normal=30-35x/menit pemberian mukolitik dan bronkodilator
4= sedikit menjauhi normal= 24-30x/menit Terapi Oksigen
5= tidak ada 1. Posisikan pasien semi fowler
Keterangan 040311 2. Observasi kebutuhan oksigen
1= sangat menjauhi normal=retraksi ics, 3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
supra sternal, retraksi supraclavicula otot
bantu nafas
2= menjauhi normal= 2 jenis retraksi otot
bantu nafas
3= cukup menjauhi normal=2 jenis retraksi
4= sedikit menjauhi normal= 1 jenis retraksi
5= tidak ada
3. Hipertermi b/d penyakit Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam Pengaturan suhu (3900)
masalah keperawatan teratasi dengan KH : 1. monitor suhu tiap 2 jam, sesuai kebutuhan
Termoregulasi (0800) 2. lakukan kompres air hangat
Kode Indikator SA ST 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
08001 Peningkata suhu 3 4 4. informasikan mengenai indikasi kelelahan
Keterangan :
1= sangat berat >40 C akibat panas
2= berat 39 C 5. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan
3 = Cukup Berat 38 C
4 = Ringan 37,6 – 38 C
5= Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, D. 2016. Respirology Medicine. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Naga, S. 2014. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta : Diva
Press.

Tanto, C. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Ausculapius.

Nanda, 2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Moorhead et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Jakarta :


Mocomedia.

Bulechek, Gloria et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Jakarta :


Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai