Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN

MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :

Lastri Lestari (2016.C.08a.0751)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
1. Pengertian
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan
dan BAB/BAK (toileting).

2. Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan
seimbang kadang tidak perawatan perawatan diri saat stres
diri

3. Faktor Predisposisi
3.1 Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
3.2 Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3.3 Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
3.4 Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.

4. Faktor presipitasi
4.1 Body image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli terhadap kebersihannya.
4.2 Praktik social : Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
4.3 Status sosioekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
4.4 Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya. Yang
merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas,
lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).

5. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala


5.1 Kurang perawatan diri mandi atau hygiene : Klien mengalami ketidakmampuan
dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri secara mandiri, dengan
batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar
mandi.
5.2 Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias : Ketidakmampuan klien dalam
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,
menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu.
5.3 Kurang perawatan diri makan : Ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya
ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.
5.4 Kurang perawatan diri toileting : Ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet
atau menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

6. Pohon Masalah / Patway


Effect Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit Perawatan diri


Core problem
Harga diri rendah : kronis

Pohon masalah defisit perawatan diri : mandi, berhias. Sumber : Keliat,


2006)
7. Proses Keperawatan
7.1 Pengkajian
1) Subjektif: Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di
RS tidak tersedia alat mandi, mengatakan dirinya malas berdandan,
mengatakan ingin disuapi makan, mengatakan jarang membersihkan alat
kelaminnya setelah BAK maupun BAB.
2) Objektif: Rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan
kotor, rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan,
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya, BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK.
7.2 Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan diri : mandi, makan, berpakaian
7.3 Rencana tindakan keperawatan : melaksanakan SP Defisit perawatan diri

8. Strategi Pelaksanaan
SP1 Pasien: percakapan saat melakukan pengkajian pada klien dengan kurang
perawatan diri: mandi/kebersihan diri, berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK.
SP2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan: Berpakaian,
Menyisir rambut, Bercukur
SP2 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita : Berpakaian,
Menyisir rambut, Berhias
SP3 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
SP4 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
SP 1 Keluarga : memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kurang perawatan diri
SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, (2003) Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr.
Amino Gonohutomo.
Carpenito, L.J, (2009). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat Budi Ana, (2006) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen,(2008) Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book.
Tim Direktorat Keswa,(2000) Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung:
RSJP Bandung.

Anda mungkin juga menyukai