0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan6 halaman
Defisit perawatan diri merupakan masalah umum di rumah sakit jiwa. Faktor penyebabnya termasuk gangguan kognitif, hambatan lingkungan, dan kurangnya dukungan sosial. Gejalanya antara lain kurangnya perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, dan kegiatan toilet. Penanganannya meliputi pendidikan pasien dan keluarga, serta latihan untuk meningkatkan kemandirian pasien.
Defisit perawatan diri merupakan masalah umum di rumah sakit jiwa. Faktor penyebabnya termasuk gangguan kognitif, hambatan lingkungan, dan kurangnya dukungan sosial. Gejalanya antara lain kurangnya perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, dan kegiatan toilet. Penanganannya meliputi pendidikan pasien dan keluarga, serta latihan untuk meningkatkan kemandirian pasien.
Defisit perawatan diri merupakan masalah umum di rumah sakit jiwa. Faktor penyebabnya termasuk gangguan kognitif, hambatan lingkungan, dan kurangnya dukungan sosial. Gejalanya antara lain kurangnya perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, dan kegiatan toilet. Penanganannya meliputi pendidikan pasien dan keluarga, serta latihan untuk meningkatkan kemandirian pasien.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI NERS TAHUN AJARAN 2021/2022 I. Pengertian Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting).
II. Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif Pola perawatan diri seimbang Kadang perawatan diri kadang Tidak melakukan perawatan tidak perawatan diri diri saat stres
III. Faktor Predisposisi
1. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. 2. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
IV. Faktor presipitasi
1. Body image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2. Praktik social : Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status sosioekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya. Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).
V. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala
1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene : Klien mengalami ketidakmampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri secara mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi. 2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias : Ketidakmampuan klien dalam mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu. 3. Kurang perawatan diri makan : Ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman. 4. Kurang perawatan diri toileting : Ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
VI. Pohon Masalah / Patway
Effect Gangguan pemeliharaan kesehatan
Defisit Perawatan diri
Core problem Harga diri rendah : kronis
Pohon masalah defisit perawatan diri : mandi, berhias. Sumber : Keliat,
2006)
VII. Proses Keperawatan
7.1 Pengkajian 1. Subjektif: Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak tersedia alat mandi, mengatakan dirinya malas berdandan, mengatakan ingin disuapi makan, mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK maupun BAB. 2. Objektif: Rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor, rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan, ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya, BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK. 7.2 Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan diri : mandi, makan, berpakaian 7.3 Rencana tindakan keperawatan : melaksanakan SP Waham
VIII. Strategi Pelaksanaan
SP1 Pasien: percakapan saat melakukan pengkajian pada klien dengan kurang perawatan diri: mandi/kebersihan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK. SP2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan: Berpakaian, Menyisir rambut, Bercukur SP2 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita : Berpakaian, Menyisir rambut, Berhias SP3 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan b. Menjelaskan cara makan yang tertib c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik SP4 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK SP 1 Keluarga : memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga Daftar Pustaka
Aziz R, dkk, (2003) Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr. Amino Gonohutomo.
Carpenito, L.J, (2009). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat Budi Ana, (2006) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen,(2008) Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book.
Tim Direktorat Keswa,(2000) Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,