Kasus nomer 6 :
Seorang perempuan usia 30 tahun dibawa ke RSJ karena sering menyendiri dan mengurung
diri di dalam kamar. Hasil pengkajian penampilan pasien kotor, rambut tidak rapi, bau, kuku
kotor, dan panjang, kontak mata kurang. Perawat sudah membangun kepercayaan dengan
pasien tersebut
Analisis kasus :
a. Tanda dan gejala :
b. Tampak kotor
c. Rambut tidak rapi
d. Bau
e. Kuku kotor, dan panjang
Kesimpulan :
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting)
(Fitria, 2019).
a. Data Subjektif :
Pasien mengatakan dirinya malas berdandan, makan ingin disuapin, pasien mengatakan
jarang mandi, dan jarang membersihkan alat kelamin saat setelah BAB/BAK
b. Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi bau, kulit
kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat
5. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
- Pola perawatan - Kadang perawatan diri - Tidak melakukan
diri seimbang kadang tidak perawatan saat stress
Keterangan :
1) Pola perawatan diri seimbang, saat pasien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan pasien seimbang, pasien
masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang perawatan diri kadang tidak, saat pasien mendapatkan stresor kadang –
kadang pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3) Tidak melakukan perawatan diri, pasien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
6. Dampak
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Fokus intervensi keperawatan dalam hal ini terdiri dari dua, yaitu:
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien melakukan perawatan diri.
2) Membantu pasien dengan keterbatasan dan melakukan perawatan yang tidak dapat
dilakukan pasien.
Kemampuan perawatan diri pasien skizofrenia mengalami penurunan yang
disebabkan karena gangguan kemauan pada pasien. Pasien banyak mengalami
kelemahan kemauan dan tidak dapat mengambil keputusan perawatan diri.
5) Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
6) Konsep diri
a. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan
tidak disukai.
b. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang
lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.
f. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
g. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
7) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
8) Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
f. Masalah psikososial dan lingkungan.
g. Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
9) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
10) Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Pohon Masalah
Defisit Perawatan Diri
Core Problem
2. Setelah 2. Diskusikan
…x interaksi klien cara praktek perawatan diri yang
menjelaskan cara menjaga baik dan benar
perawatan diri : a. Mandi
a. Cara mandi b. Gosok gigi
b. Cara gosok gigi c. Keramas
c. Cara keramas d. Berpakain
d. Cara berpakaian e. Berhias
e. Cara berhias f. Gunting kuku
f. Cara gunting kuku
3. Berikan
pujian untuk setiap respon klien
yang positif
TUK 4 : 1. Setelah ....x interaksi klien 1. Bantu klien saat perawatan diri :
Klien dapat mempraktekan perawatan diri b. Mandi
melaksanakan dengan dibantu oleh perawat : c. Gosok gigi
perawatan diri dengan a. Mand d. Keramas
bantuan perawat i e. Berpakain
b. Goso f. Berhias
k gigi g. Gunting kuku
c. Kera 2. Beri pujian setelah klien selesai
mas melaksanakan perawatan diri
d. Berpa
kain
e. Berhi
as
f. Gunti
ng kuku
3. Keluarga mempraktekan
perawatan diri kepada klien
3. Diskusikan
dengan keluarga hal-hal yang perlu
dilakukan keluarga dalam perawatan
diri :
a. Anjurkan keluarga untuk
mempraktekan perawatan diri
(mandi, gosok gigi, keramas,
ganti baju, berhias dan gunting
kuku)
b. Ingatkan klien waktu mandi,
gosok gigi, keramas, ganti baju,
berhias dan gunting kuku
c. Bantu jika klien mengalami
hambatan dalam perawatan diri
d. Berikan pujian atas keberhasilan
klien.
4. Strategi Pelaksanaan
SP Pasien SP Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi kebersihan diri, 1. Mengidentifikasi
berdandan, makan, dan BAB / BAK. masalah keluarga dalam merawat
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan pasien dengan masalah kebersihan diri,
diri. berdandan, makan, BAB / BAK.
3. Menjelaskan alat dan cara 2. Menjelaskan
kebersihan diri. defisit perawatan diri.
4. Memasukan dalam jadwal kegiatan 3. Menjelaskan cara
pasien. merawat kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB / BAK.
4. Memainkan
peran cara merawat.
5. Rencana tindak
lanjut keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien.
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi SP 1.
kegiatan yang lalu 2. Melatih keluarga merawat langsung ke
( SP 1 ). pasien, kebersihan diri, dan berdandan.
2. Menjelaskan pentingnya berdandan. 3. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
3. Menjelaskan alat merawat pasien.
dan cara berdandan.
4. Melatih cara
berdandan.
1) Untuk pasien laki-laki meliputi
cara:
a. Berpakaian.
b. Menyisir rambut.
c. Bercukur.
2) Untuk pasien perempuan :
a. Berpakaian.
b. Menyisir rambut.
c. Berhias.
5. Memasukan
dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 1. Mengevaluasi kemampuan SP
dan 2 ). 2. Melatih keluarga merawat langsung ke
2. Menjelaskan cara dan alat makan yang pasien cara makan.
benar. 3. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
a. Menjelaskan cara menyiapkan merawat pasien.
makanan.
b. Menjelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan.
c. Mempraktekan makan sesuai
dengan tahapan makan yang baik.
3. Melatih cara makan yang benar.
4. Memasukan dalam jadwal kegiatan
pasien.
SP 4 SP 4
1. Mengevaluasi kemampuan pasien yang 1. Mengevaluasi kemampuan keluarga.
lalu ( SP 1, 2, dan 3 ). 2. Mengevaluasi kemampuan pasien.
2. Melatih cara BAB dan BAK yang baik. 3. Merencanakan tindak lanjut keluarga.
3. Menjelaskan tempat BAB / BAK yang a. Follow Up.
sesuai. b. Rujukan.
4. Menjelaskan cara membersihkan diri
setelah BAB / BAK.
5. Memasukan dalam jadwal kegiatan
pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Keliat, dkk 1998)
Evaluasi dibagi 2 :
a.Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
b.Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri )
yaitu klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M. dan Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Fitria, N., 2019, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Maramis, 2018, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Stuart, G.W. and Laraia, 2015, Principles and Praktice of Psychiatric Nursing, St. Louis:
Mosby Year B