Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

DEDY AGASTINA GATSU


209012483

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Kasus nomer 6 :
Seorang perempuan usia 30 tahun dibawa ke RSJ karena sering menyendiri dan mengurung
diri di dalam kamar. Hasil pengkajian penampilan pasien kotor, rambut tidak rapi, bau, kuku
kotor, dan panjang, kontak mata kurang. Perawat sudah membangun kepercayaan dengan
pasien tersebut
Analisis kasus :
a. Tanda dan gejala :
b. Tampak kotor
c. Rambut tidak rapi
d. Bau
e. Kuku kotor, dan panjang
Kesimpulan :
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting)
(Fitria, 2019).
a. Data Subjektif :
Pasien mengatakan dirinya malas berdandan, makan ingin disuapin, pasien mengatakan
jarang mandi, dan jarang membersihkan alat kelamin saat setelah BAB/BAK
b. Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi bau, kulit
kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat

A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri


1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia didalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R., 2013)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau
BAK (toileting) (Fitria, 2019). Pengertian yang hampir sama diungkapkan oleh
Wilkinson, (2016) defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang
yang mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri,
seperti mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri, berhias secara
mandiri dan toileting.

2. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2019) adalah sebagai
berikut :
1) Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga
memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian,
mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4) Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
3. Penyebab
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1) Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) faktor - faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak - anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus
ia harus menjaga kebersihan kakinya.   
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain - lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

4. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda-I (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
1) Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri
2) Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri
3) Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara
mandiri
4) Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri

5. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

 
- Pola perawatan - Kadang perawatan diri - Tidak melakukan
diri seimbang kadang tidak perawatan saat stress
Keterangan :
1) Pola perawatan diri seimbang, saat pasien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan pasien seimbang, pasien
masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang perawatan diri kadang tidak, saat pasien mendapatkan stresor kadang –
kadang pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3) Tidak melakukan perawatan diri, pasien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.

6. Dampak
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

7. Tindakan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri


Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) tindakan mandiri keperawatan pada
pasien dengan defisit perawatan diri yaitu:
1) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
2) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
3) Membantu pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
4) Menjelaskan cara makan yang baik.
5) Membantu pasien mempraktikan cara makan yang baik.
6) Menjelaskan cara eliminasi yang baik.
7) Membantu pasien mempraktikan cara eliminasi yang baik.
8) Menjelaskan cara berdandan.
9) Membantu pasien mempraktikan cara berdandan.
10) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Fokus intervensi keperawatan dalam hal ini terdiri dari dua, yaitu:
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien melakukan perawatan diri.
2) Membantu pasien dengan keterbatasan dan melakukan perawatan yang tidak dapat
dilakukan pasien.
Kemampuan perawatan diri pasien skizofrenia mengalami penurunan yang
disebabkan karena gangguan kemauan pada pasien. Pasien banyak mengalami
kelemahan kemauan dan tidak dapat mengambil keputusan perawatan diri.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji:
1) Faktor Predisposisi
a. Genetik : Diturunkan
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik
c. Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
d. Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
e. Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
2) Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
1) Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.
2) Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah
dan perkembangan yang dicapai.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan:
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
c. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4) Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau
ada keluhan.

5) Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
6) Konsep diri
a. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan
tidak disukai.
b. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang
lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.
f. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
g. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
7) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
8) Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
f. Masalah psikososial dan lingkungan.
g. Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
9) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
10) Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri adalah :


a. Data Subjektif :
Pasien mengatakan dirinya malas berdandan, makan ingin disuapin, pasien
mengatakan jarang mandi, dan jarang membersihkan alat kelamin saat setelah
BAB/BAK
b. Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi bau,
kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat
c. Mekanisme Koping :
Regresi, penyangkalan, isolasi sosial, menarik diri, intelektualisasi
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(causa, core problem, effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a. Effect
b. Core Problem
c. Causa
d. Defisit Perawatan Diri
e. Menurunnya Motivasi Perawatan Diri

Pohon Masalah

Isolasi sosial Akibat

 
Defisit Perawatan Diri
Core Problem

Harga diri rendah Penyebab


2. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, BAB/BAK
3. Rencana Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Tgl No.Dx Dx. Keperawatan Perencanaan


Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Defisit Perawatan TUM :
Diri Klien dapat 1. Setelah …x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya
melakukan perawatan menunjukkan tanda – tanda dengan:
diri secara mandiri percaya pada perawat : a. Beri salam setiap berinteraksi
a. Wajah cerah, tersenyum b. Perkenalkan nama, nama
TUK 1 : b. Mau berkenalan panggilan perawat, dan tujuan
Klien dapat membina c. Ada kontak mata perawat berinteraksi.
hubungan saling d. Bersedia menceritakan c. Tanyakan dan panggil nama
percaya perasaan kesukaan klien
e. Bersedia mengungkapkan d. Tunjukkan sikap empati, jujur
masalahnya dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan empati
h. Penuhi kebutuhan dasar klien
TUK 2 : 1. Setelah …x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien :
Klien mengetahui menyebutkan : a. Penyebab klien tidak merawat
pentingnya perawatan a. Penyebab tidak merawat diri diri
diri b. Manfaat menjaga perawatan b. Manfaat menjaga perawatan diri
diri untuk keadaan fisik, mental dan
c. Tanda-tanda bersih dan rapi sosial
d. Gangguan yang dialami jika c. Tanda-tanda perawatan diri
perawatan diri tidak yang baik
diperhatikan d. Penyakit atau gangguan
kesehatan yang bisa dialami
oleh klien bila perawatan diri
tidak adekuat

TUK 3 : 1. Setelah 1. Diskusikan


Klien mengetahui …x interaksi klien frekuensi menjaga perawatan diri
cara-cara melakukan menyebutkan frekuensi selama ini
perawatan diri menjaga perawatan diri : a. Mandi
a. Frekuensi mandi b. Gosok gigi
b. Frekuensi gosok gigi c. Keramas
c. Frekuensi keramas d. Berpakain
d. Frekuensi ganti pakaian e. Berhias
e. Frekuensi berhias f. Gunting kuku
f. Frekuensi gunting kuku

2. Setelah 2. Diskusikan
…x interaksi klien cara praktek perawatan diri yang
menjelaskan cara menjaga baik dan benar
perawatan diri : a. Mandi
a. Cara mandi b. Gosok gigi
b. Cara gosok gigi c. Keramas
c. Cara keramas d. Berpakain
d. Cara berpakaian e. Berhias
e. Cara berhias f. Gunting kuku
f. Cara gunting kuku
3. Berikan
pujian untuk setiap respon klien
yang positif

TUK 4 : 1. Setelah ....x interaksi klien 1. Bantu klien saat perawatan diri :
Klien dapat mempraktekan perawatan diri b. Mandi
melaksanakan dengan dibantu oleh perawat : c. Gosok gigi
perawatan diri dengan a. Mand d. Keramas
bantuan perawat i e. Berpakain
b. Goso f. Berhias
k gigi g. Gunting kuku
c. Kera 2. Beri pujian setelah klien selesai
mas melaksanakan perawatan diri
d. Berpa
kain
e. Berhi
as
f. Gunti
ng kuku

TUK 5 : 1. Selama 1. Pantau klien dalam melaksanakan


Klien dapat …x interaksi klien perawatan diri :
melaksanakan melaksanakan praktek b. Mandi
perawatan secara perawatan diri secara mandiri : c. Gosok gigi
mandiri a. Mandi 2x sehari d. Keramas
b. Gosok gigi sehabis makan e. Berpakain
c. Keramas 2x seminggu f. Berhias
d. Ganti pakaian 1x sehari g. Gunting kuku
e. Berhias sehabis mandi 2. Beri pujian saat klien melaksanakan
f. Gunting kuku setelah mulai perawatan diri secara mandiri.
panjang

TUK 6 : 1. Selama …x interaksi 1. Diskusikan


Klien mendapatkan keluarga menjelaskan cara-cara dengan keluarga :
dukungan keluarga membantu klien dalam a. Penyebab klien tidak
untuk meningkatkan memenuhi kebutuhan perawatan melaksanakan perawatan diri
perawatan diri dirinya b. Tindakan yang telah dilakukan
klien selama di Rumah Sakit
dalam menjaga perawatan diri
dan kemajuan yang telah dialami
oleh klien
c. Dukungan yang bisa diberika
oleh keluarga untuk
meningkatkan kemempuan klien
dalam perawatan diri
2. Selama …x interaksi
keluarga menyiapakan sarana 2. Diskusikan

perawatan diri klien : sabun denagn keluarga tentang:

mandi, pasta gigi, sikat gigi, a. Sarana yang diperlukan untuk

sampo, handuk, pakaian bersih, menjaga perawatan diri klien

sandal dan alat berhias . b. Anjurkan kepada keluarga


menyiapkan sarana tersebut

3. Keluarga mempraktekan
perawatan diri kepada klien
3. Diskusikan
dengan keluarga hal-hal yang perlu
dilakukan keluarga dalam perawatan
diri :
a. Anjurkan keluarga untuk
mempraktekan perawatan diri
(mandi, gosok gigi, keramas,
ganti baju, berhias dan gunting
kuku)
b. Ingatkan klien waktu mandi,
gosok gigi, keramas, ganti baju,
berhias dan gunting kuku
c. Bantu jika klien mengalami
hambatan dalam perawatan diri
d. Berikan pujian atas keberhasilan
klien.
4. Strategi Pelaksanaan

SP Pasien SP Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi kebersihan diri, 1. Mengidentifikasi
berdandan, makan, dan BAB / BAK. masalah keluarga dalam merawat
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan pasien dengan masalah kebersihan diri,
diri. berdandan, makan, BAB / BAK.
3. Menjelaskan alat dan cara 2. Menjelaskan
kebersihan diri. defisit perawatan diri.
4. Memasukan dalam jadwal kegiatan 3. Menjelaskan cara
pasien. merawat kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB / BAK.
4. Memainkan
peran cara merawat.
5. Rencana tindak
lanjut keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien.

SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi SP 1.
kegiatan yang lalu 2. Melatih keluarga merawat langsung ke
( SP 1 ). pasien, kebersihan diri, dan berdandan.
2. Menjelaskan pentingnya berdandan. 3. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
3. Menjelaskan alat merawat pasien.
dan cara berdandan.
4. Melatih cara
berdandan.
1) Untuk pasien laki-laki meliputi
cara:
a. Berpakaian.
b. Menyisir rambut.
c. Bercukur.
2) Untuk pasien perempuan :
a. Berpakaian.
b. Menyisir rambut.
c. Berhias.
5. Memasukan
dalam jadwal kegiatan pasien.

SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 1. Mengevaluasi kemampuan SP
dan 2 ). 2. Melatih keluarga merawat langsung ke
2. Menjelaskan cara dan alat makan yang pasien cara makan.
benar. 3. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
a. Menjelaskan cara menyiapkan merawat pasien.
makanan.
b. Menjelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan.
c. Mempraktekan makan sesuai
dengan tahapan makan yang baik.
3. Melatih cara makan yang benar.
4. Memasukan dalam jadwal kegiatan
pasien.
SP 4 SP 4
1. Mengevaluasi kemampuan pasien yang 1. Mengevaluasi kemampuan keluarga.
lalu ( SP 1, 2, dan 3 ). 2. Mengevaluasi kemampuan pasien.
2. Melatih cara BAB dan BAK yang baik. 3. Merencanakan tindak lanjut keluarga.
3. Menjelaskan tempat BAB / BAK yang a. Follow Up.
sesuai. b. Rujukan.
4. Menjelaskan cara membersihkan diri
setelah BAB / BAK.
5. Memasukan dalam jadwal kegiatan
pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Keliat, dkk 1998)
Evaluasi dibagi 2 :
a.Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
b.Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri )
yaitu klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. dan Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Fitria, N., 2019, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Maramis, 2018, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press

Yosep, 2010, Keperawatan jiwa.(Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama.

Stuart, G.W. and Laraia, 2015, Principles and Praktice of Psychiatric Nursing, St. Louis:
Mosby Year B

Anda mungkin juga menyukai