Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Siti Ratna Nurpiyah, S.Kep

NIM.4006200058

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

2021
DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Defisit Perawatan Diri


a. Definisi
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmamppuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi
(Yusuf, Rizky & Hanik, 2015).
Defisit perawatan diri adalah keadaan dimana seseorang mengalami masalah
pada proses pikir yang membuat dia tidak mau melakukan membersihkan diri
sendiri, seperti mandi, BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak mau menyisir, dll.
b. Tanda dan Gejala
Data Obyektif :
1) Badan kotor
2) Dandanan tidak rapi
3) Makan berantakan
4) BAB/BAK sembarang tempat
5) Tidak tersedia alat kebeersihan
6) Tidak tersedia alat makan
7) Tidak tersedia alat toileting

Data Subyektif

1) Menyatakan malas mandi


2) Tidak tahu cara makan yang baik
3) Tidak tahu cara dandan yang baik
4) Tidak tahu cara eliminasi yang baik
5) Merasa tak berguna
6) Merasa tak perlu mengubah penampilan
7) Merasa tidak ada yang peduli

c. Klasifikasi
Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
1) Defisit perawatan diri: Mandi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2) Defisit perawatan diri: Berpakaian Hambatan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
3) Defisit perawatan diri: Makan Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sendiri.
4) Perawatan diri: Eliminasi :Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri

d. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Kadang perawatan tidak melakukan perawatan


Pola perawatan diri
seimbang diri tidak seimbang diri

Keterangan :
1) Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3) Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
e. Faktor Predisposisi
Menurut Depkes (2009), penyebab kurangnya perawatan diri adalah :
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.

f. Factor Presipitasi (biologis, psikologis, dan social)


Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi dan perceptual, cemas, lelah dan lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawaa diri. Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain:
1) Body Image
Gambaran Individu terhadap dirrinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik social
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, msks
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabunm pasta gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakan
nya.
4) Budaya
Di sebagian Masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
5) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabunm shampo, dan lain – lain.
6) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan.misalnya pada pasien dengan diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kaki nya.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlubantuan untuk melakukanya.

g. Mekanisme Koping
1) Regresi
Regresi adalah mekanisme pertahanan yang muncul ketika perilaku individu
menunjukkan karakteristik dari level perkembangan yang sebelumnya. Regresi
yang paling sering terjadi adalah “infantilisme” atau kembali ke pola perilaku
masa kanak-kanak.
2) Penyangkalan
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari relitas
tersebut atau menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak
enak
3) Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat
sementara atau berjangka lama.
4) Intelektualisasi
Intelektualisasi adalah pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. Dengan
intelektualisasi, manusia dapat mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak
menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk meninjau permasalah
secara obyektif.
(Mukharipah dan Iskandar, 2012)

II. Proses terjadinya masalah


Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang
air besar [BAB] atau buang air kecil [BAK]) secara mandiri (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015).

III. Data focus pengkajian


Data focus pengkajian ada pada bagian status mental : penampilan. Data yang
didapatkan dalam hasil observasi perawat atau keluarga
a. Penampilan tidak rapihjika dari ujung rambut samapai ujung kaki ada yang tidak
rapih. Misalnya: rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak
dikunci, baju terbalik, baju tidak diagnti-ganti
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai. Misalnya : pakaian dalam dipakai diluar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya , jika penggunaan pakaian tidak tepat
(waktu, tempat, identitas, situasi atau kondisi)
d. Jelaskan hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data

IV. Masalah Keperawatan


Defisit perawatan diri

V. Analisa Data

Data Masalah
DS : Deficit perawatan diri
Klien mengatakan malas untuk mandi
Klien mengatakan tak perlu untuk
mengubah penampilan
DO :
Klien terlihat kotor dan tidak rapih

VI. Diagnose Keperawatan


Defisit Perawatan Diri
VII. Rencana Tindakan

PERENCANAAN
DIAGNOSA RASIONAL
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Defisit Pasien mampu : Setelah.... pertemuan SP 1  Untuk mengukur/mengetahui
perawatan diri 1. Melakukan pasien dapat menjelaksan  Identifikasi pengetahuan klien tentang perawatan
kebersihan pentingnya : - Kebersihan diri diri
diri scara 1. Kebersihan diri - Berdandan
mandiri 2. Berdandan/berhia - Makan
2. Melakukan s - BAB/BAK  Pengenalan informasi tentang
berhias/berda 3. Makan  Menjelaskan pentingnya kebersihan diri kebersihan diri dapat meningkatkan
ndan secara 4. BAB/BAK  Jelaskan alat dan cara kebersihan diri kemampuan pasien untuk kebersihan
baik 5. Dan mampu  Masukan dalam jadwal harian pasien diri secara mandiri
3. Melakukan melakukan cara  Meningkatkan kemandirian klien
makan dengan merawat diri dalam merawat diri
baik
4. Melakukan
BAB dan
BAK secara
baik
SP 2  Agar klien dapat mengingat kembali
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) apa saja yang sudah diajarkan
 Menjelaskan pentingnya berdandan dipertemuan sebelumnya
 Latihan cara berdandan  Untuk meningkatkan pengetahuan
- Untuk pasien laki-laki meliputi cara : klien tentang perawatan diri
a. Berpakaian berdandan
b. Menyisir rambut  Untuk meningkatkan kemandirian
c. bercukur klien dalam hal berdandan di
- Untuk pasien perempuan : kehidupan sehari-hari
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. berhias  Agar klien dapat mengingat dengan
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien jadwal yang telah disusun bersama
SP 3  Agar klien dapat mengingat kembali
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 2) apa saja yang sudah diajarkan
 Jelaskan cara dan alat makan yang benar dipertemuan sebelumnya
- Jelaskan cara mempersiapkan makan
- Elaskan cara merapihkan peralatan  Dengan peningkatan diri secara
makan setelah makan mandiri akan meningkatkan status
- Praktikan makan sesuai dengan kesehatan pasien
tahapan makan yang baik  Agar klien dapat terbiasa melakukan
 Latih kegiatan makan makan dengan baik dan benar secara
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien mandiri
 Agar klien dapat mengingat dengan
jadwal yang telah disusun bersama

SP 4  Agar klien dapat mengingat kembali


 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2, dan apa saja yang sudah diajarkan
3) dipertemuan sebelumnya
 Latih cara BAB dan BAK yag baik  Meningkatkan kemampuan pasien
- Menjelaskan tempat BAK dan BAB dalam melakukan kegiatan eliminasi
yang sesuai sehari-hari
- Menjelaskan cara membersihkan diri  Agar klien dapat mengingat dengan
setelah BAB dan BAK jadwal yang telah disusun bersama
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu : Setelah...... Pertemuan SP 1  Keluarga adalah orang terdekat dari
Merawat anggota keluarga mampu  Identifikasi masalah keluarga dalam pasien yang dapat membuat pasien
keluarga yang meneruskan melatih pasien merawat pasien dengan masalah : merasa nyaman dan mengetahui
mengalami masalah dan mendukung agar - Kebersihan diri masalah yang ada pada klien
kurang perawatan diri kemampuan pasien dalam - Berdandan  Pengenalan informasi tentang
perawatan dirinya - Makan kebersihan diri dapat meningkatkan
meningkat - BAB dan BAK kemampuan pasien untuk kebersihan
 Jelaskan defisit perawatan diri diri secara mandiri
 Jelaskan tentang cara merawat  Agar keluarga dapat melakukan
- Kebersihan diri perawatan diri pada klien secara
- Berdandan mandiri
- Makan  Agar keluarga dapat melakukan
- BAB dan BAK perawatan diri pada klien secara
 Latih (simulasi) cara merawat teratur
 RTL keluarga/ jadwal merawat pasien
SP 2  Agar keluarga dapat mengingat
 Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1) kembali apa saja yang sudah
 Latih keluarga merawat langsung pasien diajarkan dipertemuan sebelumnya
 Kebersihan diri dan berdandan  Agar keluarga lebih memahami apa
yang dibutuhkan klien secara
 RTL keluarga/jadwal keluarga untuk langsung
merawat pasien  Dengan dukungan dari keluarga
maka klien dapat meningkatkan
kebersihan diri dan berdandan
 Agar keluarga dapat melakukan
perawatan diri pada klien secara
teratur

SP 3  Agar keluarga dapat mengingat


 Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1 dan kembali apa saja yang sudah
2) diajarkan dipertemuan sebelumnya
 Latih keluarga merawat langsung pasien  Agar keluarga lebih paham dalam
cara makan mengajarkan klien cara makan yang
 RTL keluarga/jadwal keluarga untuk baik dan benar
merawat pasien  Agar keluarga dapat melakukan
perawatan diri pada klien secara
teratur

SP 4  Agar keluarga dapat mengingat


 Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1, 2, kembali apa saja yang sudah
dan 3) diajarkan dipertemuan sebelumnya
 Evaluasi kemampuan pasien  Untuk mengetahui perkembangan
 RTL keluarga/ klien dalam perawatan dirinya yang
- Follow up sudah diajarkan oleh keluarga
- Rujukan  Agar keluarga dapat melakukan
perawatan diri pada klien secara
teratur
Daftar Pustaka

Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama

DEPKES RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku AJar Kesehatan Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai