Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS VIDEO INTERVENSI MASALAH GINEK

PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3A

Pahriadi 4006200045
Riki Septian punama 4006200069
Bayu Putra Pranata 4006200046
Deden Farizal Nur 4006200008
Rapih Ramdani 4006200002
Era Septi Monika 4006200062
Intan Juliani Agustin 4006200057

Pembimbing Klinik

(Ibu Ermiati, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Mat)

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2021
ANALISA VIDEO INTERVENSI MASALAH GINEK
PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI

 Judul Video: Edukasi Sop Pemberian Obat Kemoterapi


1. Identifikasi Penerapan Prinsip Asuhan Keperawatan Dalam Pemeberian
Obat Kemoterapi
Penerapan prinsip asuhan keperawatan dalam video, secara umum
memiliki kesamaan dengan prinsip yang sudah diajarkan sebelumnya,
diantaranya dapat terlihat pada susunan pelaksanaannya yaitu Fase Pra
Interaksi, dimana perawat mengidentifikasi atau mengecek identitas klien di
buku status pasien secara cermat kemudian dilakukan Orientasi/Fase
Interaksi dengan melakukan perkenalan dan informed consent pada pasien,
menjelaskan maksud dan tujuan tindakan, menjelaskan prosedur tindakan
yang akan dilakukan, dan juga melakukan persetujuan tindakan kepada
pasien. Perawat juga mengidentifikasi kembali identitas pasien, dengan cara
mengecek nama dan mengecek gelang pasien agar tidak ada kekeliruan, dan
melakukan hand hygiene 6 langkah sebelum menggunakan alat. Hal ini
bertujuan untuk memutuskan penyebaran rantai bakteri, namun dalam video
perawat tidak terlihat menjaga privasi klien dengan cara menutup sampiran,
selain itu perawat juga mempersiapkan alat pada fase interaksi bukan pada
fase pra interaksi. Adapun alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
NaCl (yang sudah dilarutkan obat kemoterapi, nama obatnya adalah
DOKSORUBISIN), aboket, infus set, plester, alkohol swab, gunting,
torniquet, handscoon, dan bengkok.
Dalam pelaksanaan pemberian obat kemoterapi (Fase Kerja) diawali
dengan memasang torniquet pada pasien, membersihkan area kulit yang akan
dilakukan pemasangan infus menggunakan alkohol swab, menusuk area kulit
menggunaan aboket, mengambil selang infus set, dan menyambungkannya ke
aboket, setelah itu melakukan fiksasi menggunakan plester, namun di dalam
video perawat tidak menggunakan APD lengkap seperti gaun lengan panjang,
sepatu boot, penutup mata atau kacamata google, dan penutup kepala. Dalam
video perawat hanya menggunakan masker dan handscoon saja, selain itu
perawat juga tidak terlihat merapihkan semua hal yang terkait dengan
pemberian kemoterapi ke tempat khusus, yang bisa dikategorikan sebagai
sampah radioaktif yang tidak akan disatukan dengan sampah medis ataupun
sampah umum yang lain.
Pada Fase Terminasi perawat menginformasikan kepada pasien bahwa
obatnya sudah terpasang aktif kurang lebih sampai 4 jam, perawat juga
memberitahu pasien, apabila terjadi mual muntah harap segera menghubungi
perawat, lalu nanti perawat akan mengobservasi kembali. Perawat juga
melakukan evaluasi kepada pasien apakah ada keluhan atau tidak setelah
proses kemoterapi. Selanjutnya, perawat melakukan dokumentasi.

2. Identifikasi Peran Perawat Yang Diamati Dari Video


a. Pemberi asuhan (Care Provider)
Dalam video terlihat bahwa perawat melakukan intervensi dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, diantaranya adalah
melakukan pemberian obat kemoterapi secara langsung dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperwawatan yang
dilakukan.
b. Pendidik (Educator)
Dalam video terlihat bahwa perawat memberikan edukasi atau pendidikan
kesehatan mengenai tujuan pemberian obat kemoterapi untuk menurunkan
ukuran kanker sebelum operasi, merusak semua sel-sel kanker yang
tertinggal setelah operasi, mengobati beberapa macam kanker darah,
menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk
sementara waktu, meringankan gejala dan mengontrol sel kanker,
mencegah penyebaran dan memperlambat pertumbuhan sekaligus
menghancurkan semua sel kanker yang menjalar ke bagian tubuh lain,
sehingga dapat mencegah kekambuhan kanker kembali.
c. Pembela hak pasien (Advocator)
Sebelum dilakukan tindakan pemasangan obat kemoterapi, perawat
bertanya terlebih dahulu kepada pasien tentang kesediaannya dilakukan
tindakan pemasangan obat kemoterapi.
d. Kolaborator
Perawat melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter dalam meresepkan
obat kemoterapi (akan tetapi tidak ditunjukan adegannya).

3. Gap Antara Asuhan Keperawatan Atau Peran Perawat Yang Diamati


Dengan Teori Yang Telah Dipelajari
Dalam video, perawat melakukan hand hygine 6 langkah. Hal ini sesuai
dengan teori Abdullah yang mengatakan bahwa salah satu perilaku untuk
mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke
orang dapat dilakukan dengan cara meletakkan penghalang diantara
mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang
yang dilakukan dapat berupa cuci tangan (Abdullah, 2014).
Perawat pada video melakukan informed consent mencakup perkenalan,
menanyakan kembali identitas pasien, menjelaskan maksud dan tujuan, serta
meminta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan. Menurut Peraturan
Mentri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008 istilah informed consent ini
diterjemahkan dengan persetujuan tindakan medik (PTM), peraturan ini
berlaku sejak tanggal 26 Maret 2008. Sedangkan informed concent
keperawatan itu sendiri adalah persetujuan tindakan keparawatan yang
dilakukan atau ditanyakan setelah pemberian informasi oleh perawat kepada
pasien, yang meliputi:
a. Persetujuan untuk pengobatan
Persetujuan dilakukan untuk pengobatan kecuali perawatan yang
diberikan pada situasi kegawatdaruratan tertentu. Persetujuan harus
berhubungan dengan pengobatan yang sedang diusulkan dan telah di
informasikan, kemudian bersifat sukarela, serta tidak dilakukan keliru
atau penipuan.
b. Persetujuan untuk masuk fasilitas perawatan.
c. Persetujuan untuk layanan bantuan pribadi.
Menurut Permenkes NO.290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 1 mengatakan
bahwa suatu persetujuan dianggap sah apabila :
a. Pasien telah diberi penjelasan atau informasi.
b. Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten)
untuk memberikan keputusan atau persetujuan.
c. Persetujuan harus diberikan secara sukarela
Perawat dalam video terlihat melakukan intervensi pemberian obat
kemoterapi (Fase Kerja). Pada fase ini merupakan inti dari proses komunikasi
terapeutik, dimana perawat bersama-sama dengan klien mengatasi masalah
yang dihadapi klien. Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan. Fase ini juga merupakan fase terpanjang
dalam komunikasi terapeutik karena perawat dituntut untuk membantu dan
mendukung pasien dalam menyampaikan perasaan, dan pikirannya. Pada
video ini perawat tidak menggunakan APD lengkap pada saat melakukan
intervensi pemberian obat (handscoon nitril tidak berpowder, pelindung
kepala, pelindung mata dan wajah, masker, gaun atau baju pelindung tahan
air, dan sepatu boat) melainkan hanya menggunakan handscoon dan masker.
Penggunaan APD merupakan point penting dalam bentuk pencegahan untuk
mengurangi bahaya yang ditimbulkan oleh zat sitotoksik yang terdapat pada
agen kemoterapi, baik itu melalui kontak secara langsung, inhalasi dan ingesti
(Power and Polovich, 2011).
Selanjutnya, dalam video juga tampak perawat sedang melakukan fase
terminasi. Pada fase ini, perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali
proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Terminasi
merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
a. Terminasi sementara
Berarti masih ada pertemuan lanjutan.
b. Terminasi akhir
Terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
menyeluruh. Adapun tugas perawat pada fase ini yaitu:
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan
b. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan
klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru
dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya.
Menurut penelitian (Yunida Turisna Simanjuntak, 2019) mengatakan
bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien kemoterapi sangatlah
penting untuk penyembuhan pasien, selain itu dengan adanya pelaksaan
komunikasi terapeutik dapat menigkatkan kepuasaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai