Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN KONTRASEPSI DI KLINIK AS-SYIFA

HUSADA, KARANGANYAR, PONCOKUSUMO, MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan

Dosen Pembimbing Klinik: Fatmawati, SST, M.Keb

Oleh:

Rindang Atikah Kusuma Putri 190070500111058


Annisa Istighfari Hernanda R 190070500111044
Anikmatul Choiriah 190070500111014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
ANGKATAN IX
2020
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN KONTRASEPSI


DI KLINIK AS-SYIFA, KARANGANYAR, PONCOKUSUMO, MALANG

Oleh:

Rindang Atikah Kusuma Putri 190070500111058


Annisa Istighfari Hernanda R 190070500111044
Anikmatul Choiriah 190070500111055

Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh dosen pembimbing klinik dan
preseptor lahan di Klinik As-Syifa Husada, Karanganyar, Poncokusumo, Malang.

Dosen Pembimbing Klinik Preseptor Lahan

Fatmawati, SST., M.Keb Suhartiningtyas, SST., M.M.Kes


NIP/NIK 2016 0980 0526 2001 NIP/NIK -

ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN KONTRASEPSI
DI KLINIK AS-SYIFA, KARANGANYAR, PONCOKUSUMO, MALANG

I. Identifikasi Masalah
Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, yang
bersifat sementara atau menetap yang dilakukan secara mekanis
menggunakan alat atau obat. Adapun yang bersifat menetap pada wanita
disebut Tubektomi dan pada pria Vasektomi.

II. Pengantar
Tema : Kontrasepsi
Sub Tema : konseling Kb
Hari / tanggal : Rabu, 29 Januari 2020
Jam : 09.00
Waktu : 30 menit
Tempat : Klinik As-Syifa Husada Malang
Sasaran : Pasangan Usia Subur, Wanita Usia Subur.

III. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan penyuluhan ini, Pasangan usia subur maupun
wanita usia subur yang telah menikah dapat memahami mengenai pentingnya
penggunaan kontrasepsi, jenis-jenis kontrasepsi serta kelebihan dan
kekurangan pada alat kontrasepsi.

IV. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan, audien diharapkan mampu:
1. Memahami pentingnya penggunaan kontrasepsi
2. Mampu memahami mengenai kontrasepsi jangka panjang maupun jangka
pendek.

V. Materi
Terlampir

1
VI. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab/diskusi

VII. Media
1. ABPK KB

VIII. Rincian Kegiatan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 2 Menit Pembukaan :  Menjawab salam dan
 Memberi salam dan berdo’a berdo’a
 Menjelaskan rincian kegiatan  Mendengarkan dan
 Menyebutkan materi atau memperhatikan
pokok bahasan yang akan
disampaikan
2 20 Menit Pelaksanan :  Melaksanakan pre-
 Pre-test test
 Menjelaskan materi:  Mendengarkan
1. Pengertian kontrasepsi  Memperhatikan dan
2. Tujuan penggunaan menanyakan apabila
kontrasepsi ada pertanyaan
3. Macam-macam
kontrasepsi
4. Tempat pelayanan
kontrasepsi
3. 6 Menit Evaluasi :  Mengulang apa yang
 Memberikan pertanyaan telah dijelaskan oleh
kepada peserta terkait materi pemateri dan
yang disampaikan melalui menjawab
post-test pertanyaan yang
diberikan
4. 2 Menit Penutup :  Menjawab salam
 Mengucapkan terima kasih
dan salam penutup

2
IX. Evaluasi
a. Input
Pasangan Usia Subur maupun wanita usia subur yang mengikuti
penyuluhan

b. Proses
1. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat penyuluhan
2. 50% peserta penyuluhan mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi
yang disampaikan

c. Output
1. 50% dari audien mampu menyebutkan metode jangka panjang dan
pendek.
2. 50% dari audien mampu menjelaskan efek samping, keuntungan dan
kerugian kontrasepsi jangka panjang maupun pendek.

3
MATERI PELATIHAN

1. Definisi KB
Sebuah program usaha dari pemerintah untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang diinginkan dengan cara mencegah atau
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan KB
Tujuan dari program ini adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi dari satu keluarga dengan mengatur
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia serta sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupny (Sulistyawati, 2013). Tujuan KB
lainnya yang disampaikan Hartono (2002) adalah bahwa program ini dapat
menurunkan angka kelahiran yang bermakna, dimana untuk mencapai
program tersebut maka diadakan kebijakan yang dikategorikan dalam tiga
fase yaitu menjarangkan, menunda dan menghentikan, menyelamatkan ibu
dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu
dekat dan melahirkan pada usia tua.
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah keluarga berencana,
kesehatan reproduksi remaja, ketahanan pemberdayaan keluarga,
penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas, keserasian kebijakan
kependudukan, pengelolaan SDM, penyelenggaraan pimpinan kenegaraan
dan kepemerintahan.

1) Kontrasepsi
1. 1 Definisi kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, dan


dapat bersifat sementara atau permanen (Wiknjosastro, 2015). Kontrasepsi
mencegah sel telur terbuahi oleh sperma (konsepsi) atau pencegahan

4
menempelnya sel telur yang telah dibuahi di dindin rahim (Nugroho dan
Utomo, 2014)

1. 2 Efektivitas kontrasepsi
Menurut wiknjosastro (2015) bahwa efektivitas kontrasepsi dapat dinilai
dari 2 tingkat yaitu:
a Daya guna teoritis (theoritical effectiveness) yaitu kemampuan suatu
cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, apabila hal tersebut digunakan dengan mengikuti cara yang
benar.
b Daya guna pemakaian (use effectiveness), kemampuan kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari selama pemakaian yang dipengaruhi oleh
faktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan
aturan pemakaian dan sebagainya.

1. 3 Macam-macam kontrasepsi
1.3.1 Metode kontrasepsi sederhana
Metode ini terdiri dari 2 cara, yaitu metode dengan alat atau tanpa
alat. Metode tanpa alat terdiri dari Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
coitus interuptus, metode kalender, metode lendir serviks, metode suhu
basal badan, dan simptotermal yaitu perpaduan suhu basal dan lendir
serviks. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu
kondom, diafragma, cup serviks, dan spermisida (Handayani, 2010)
1.3.2 Metode kontrasepsi hormonal
Metode kontrasepsi hormonal dibagi menjadi kombinasi dan
pemberian progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat
pada pil dan injeksi.
1.3.3 Metode kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR dengan hormon sintetik, dan yang tidak mengandung hormon.
1.3.4 Metode kontrasepsi mantap
Metode kontrasepsi terdiri dari Metode Operatif Wanita (MOW), dan
metode Metode Operatif Pria (MOP). MOW dikenal sebagai tubektomi,
dan MOP dengan nama vasektomi.

5
1. 4 Kontrasepsi hormonal
1.4.1 Defisnisi kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling efektif
mencegah terjadinya konsepsi. Kontrasepsi hormonal merupakan
kontrasepsi dimana estrogen danprogesteron memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
1.4.2 Mekanisme kontrasepsi hormonal
Hormon estrogen maupun progesteron memberikan umpan balik,
terhadap kelenjar hipofisis menlalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus
dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran FSH, sehingga
mempengaruhi perkembangan dan kematangan foficle de graaf. Disamping
itu, progesteron dapat menghambat pengeluaran hormon LH. Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga ketika hasil konsepsi mencapi
uterus, endometrium dalam keadaan belum siap menerima implantasi
(Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa adanya kehamilan, kadar estrogen dan
progesteron bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai
puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan
proses dimana kelenjar-kelenjar hipofisis meningirimkan sinyal isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka
estrogen maupun progesteron akan tetap dihasilkan tanpa adanya puncak
siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya.
Efek samping yang dapat terjadi jika kelebihan hormon estrogen
adalah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, fluor
albus atau keputihan, rasa mual disertai muntah, diare atau rasa kembung.
Retensi cairan disebabkan karena kurangnya pengeluaran air dan natrium,
sehingga dapat meningkatkan berat badan. Sehingga pada pengguna
progesteron, hal tersebut dapat menyebabkan payudara tegang, acne
(jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan
sering kram (Manuaba, 2010).
1.4.3 Macam-macam kontrasepsi hormonal
1.4.3.1 Kontrasepsi Kombinasi (1 bulan)
1 Pengertian kontrasepsi suntik kombinasi

6
Kontrasepsi suntik kombinasi adalah kontrasepsi yang
diberikan sebulan sekali dengan injeksi IM. Jenis suntik
kombinasi meliputi 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat
dan 5 mg Estradiol Sipionat (Cyclofem), dan 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat
(Prawirohardjo, 2010). Suntikan kombinasi berisi 25 mg depo
medroksiprogesteron dan 5 mg estradiol sipionat yang
diberikan dengan cara injeksi (suntik) setiap sebulan sekali
(Sari et al., 2012).

2 Cara Kerja KB Suntik 1 Bulan


Menurut buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi
(2011), cara kerja KB sunti kombinasi atau 1 bulan adalah:
1. Menekan ovulasi
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu.
3. Perubahan pada endoetrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu.
4. Menghambat transport gamet oleh tuba.

3 Keuntungan KB 1 Bulan
1. Cepat kembalinya kesuburan dalam jangka waktu 3 bulan.
2. Lebih cepat diingat dibandingkan KB 3 bulan.
3. Tidak adanya pengaruh dalam hubungan suami istri.
4. Mengurangi nyeri haid.
5. Mencegah kanker ovaium dan endometrium.
6. Mencegah kehamilan ektopik.
7. Dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause.

4 Kerugian KB Suntik 1 Bulan


1. Terjadi amenore (tidak datang bulan) berkepanjangan.
2. Penambahan berat badan.
3. Terlambatannya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
4. Tidak melindungi diri dari IMS.

7
5. Jangka panjang akan menimbulkan kekeringan pada
vagina, dan menurunkan libido.
6. Adanya mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan
keluhan akan berkurang setelah suntikan ke dua atau ke
tiga.
7. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
8. Efektivitasnya berkurang jika diunakan dengan obat-obatan
epilepsi (fenitonin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin)

5 Indikasi dan Kontraindikasi KB Suntik 1 bulan


Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak
3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang
tinggi
4. Menyusui ASI pasca persalinan >6bulan.
5. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
6. Anemia
7. Nyeri haid hebat
8. Haid teratur
9. Riwayat kehamilan ektopik
10. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

Kontra Indikasi 1 bulan


1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
3. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
4. Penyakit hati (virus hepatitis)
5. Usia >35 tahun yang merokok
6. Riwayat penyakit jantung, stroke dengan tekanan darah
tinggi (>180/110mmHg)
7. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing
manis >30 tahun

8
8. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit
kepala atau migrain
9. Keganasan pada payudara

6 Efek Samping KB Suntik KB 1 bulan


 Terjadi perubahan siklus menstruasi, seperti menjadi tidak
teratur, perdarahan bercak/spoting, atau mengalami
pedarahan hingga 10 hari. Pada akseptor KB suntik
dengan gangguan haid berupa amenorea disebabkan oleh
progesteron dalam komponen DMPA menekan Luteinizing
Hormone (LH). Meningkatnya DMPA dalam darah akan
menghambat LH, perkembangan folikel dan ovulasi selama
beberapa bulan. Selain itu, DMPA juga mempengaruhi
penurunan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari
hipotalamus yang menyebabkan pelepasan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)
dari hipofisis anterior berkurang. Penurunan FSH akan
menghambat perkembangan folikel sehingga tidak
terjadinya ovulasi atau pembuahan. Pada pemakaian
DMPA menyebabkan endometrium menjadi lebih dangkal
dan atropis dengan kelenjar- kelenjar yang tidak aktif
sehingga membuat endometrium menjadi kurang baik atau
layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi
(Hartanto, 2012).
 Mengalami mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan.
 Dapat timbul efek samping yang serius, seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan
kemungkinan timbulnya tumor hati.
 Penambahan berat badan.
 Pemulihan kesuburan yang terlambat setelah penghentian
pemakaian.
 Penggunaan jangka panjang akan terjadi defisiensi
estrogen sehingga dapat menyebabkan kekeringan vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, jerawat,
dan meningkatnya resiko osteoporosis (Meilani,dkk. 2010).

9
1.4.3.2 Kontrasepsi suntik non-kombinasi 3 bulan
1 Pengertian suntik 3 bulan
Merupakan kontrasepsi hormonal yang diberikan dalam
suntikan tunggal 150 mg/ml secara IM setiap 12 minggu,
disebut juga dengan medroksiprogesterone (Baziad, 2002).

2 Cara kerja kontrasepsi suntik 3 bulan


Mekanisme kerja kontrasepsi suntik 3 bulan adalah
dengan cara primer dan sekunder. Primer yaitu dengan
membuat endometrium menjadi dangkal dan atrofisis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka
panjang endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga
hampir tidak didapatkan jaringan untuk biopsi, tetapi perubahan
tersebut akan berangsur normal dalam waktu 90 hari setelah
suntikan DMPA berakhir. Secara sekunder, DMPA akan
membuat lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa, membuat
endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dan ovum
yang telah dibuahi, mempengaruhi kecepatan transportasi
ovum didalam tuba falopii.

3 Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan


Suntik 3 bulan sangat efektif, mencegah kehamilan jangka
panjang dibandingkan suntik 1 bulan, tidak berpengaruh pada
hubungan suami—istri, tidak mengandung estrogen sehingga
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, dapat
digunkan oleh wanita usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause.

4 Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan


Sering ditemukannya gangguan haid, kemungkinan
kembalinya kesuburan terlambat setelah berhentinya
pemakaian, terjadi permasalahan berat badan, tidak menjamin
perlindungan terhadap IMS.

10
5 Indikasi Kontraindikasi kontrasepsi
 Indikasi : wanita usia reproduktif, wanita yang telah
memiliki anak, wanita yang menyusui wanita setelah
abortus dan keguguran, wanita yang menggunakan obat
epilepsi dan tuberculosis.
 Kontraindikasi : hamil atau dicurigai hamil, perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, wanita yang
tidak dapat menerima perubahan menstruasi, penderita
kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara,
penderita DM.

1.4.3.3 Kontrasepsi pil


1 Pengertian kontrasepsi pil
Kontrasepsi pil merupakan kontrasepsi dalam bentuk pil,
diminum harian dengan aturan tertentu. Efektivitas kontrasepsi
pil dengan penggunaan yang sempurna adalah 97% menurut
Handayani dalam H. F Sari (2015).
2 Jenis kontrasepsi pil
 Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam
dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Jumlah
dan porsi hormonnya konstan setiap harinya.
 Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen serta progestin dengan
dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi.
 Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif dengan tiga dosis yang berbeda 7
tablet tanpa hormon aktif. Dosis yang terdapat pada
kontrasepsi jenis ini bervariasi setiap harinya.
3 Cara kerja kontrasepsi pil
Pil oral akan menggantikan produksi hormon estrogen dan
progesteron oleh ovarium, dimana pil ini akan menekan hormon

11
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga menekan
releasing factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pil ini
juga akan menimbulkan gejala pseudo pregnancy ( kehamilan
palsu) seperti mual muntah, payudara membesar dan terasa
nyeri (hartanto dalam H. F, Sari 2015)
4 Keuntungan
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Siklus haid menjadi teratur
 Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang
 Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
 Mudah dihentikan setiap saat
 Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
5 Keterbatasan
 Amenorhea
 Perdarahan haid
 Perdarahan antar siklus haid
 Depresi
 Mual muntah
 Kenaikan berat badan
 Hipertensi
 Jerawat
 Cloasma
 Sakit kepala

1.4.3.4 Kontrasepsi implant


1 Profil kontrasepsi implant
Implan disebut juga dengan susuk KB, alat KB bawah kulit
(AKBK) (Manuaba, 2010)
2 Jenis kontrasepsi implant
a Non-biodegradable implant
 Norplant
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 kapsul kosong
silastik yang diisi dengan hormon levonogestrel dan
ujung-ujung kapsul ditutup dengan silastic-adhesive. Tiap

12
kapsul panjangnya 34mm, diameter 2,4mm, berisi 36 mg
levonogestrel. Implan ini efektif untuk mencegah
kehamilan untuk 5 tahun.
 Norplan-2
Implan ini digunakan sejak tahun 1987, terdiri dari 2
batang silastic yang padat, dengan panjang batang
44mm. Masing-masing diisi 70mg levonogestrel di dalam
matriks batangnya. Implan ini sangat efektif unuk
mencegah kehamilan selama 3 tahun. Pelepasan hormon
setiap harinya berkisar 50-85mcg pada tahun pertama,
kemudian menurun sampai 30-85mcg perhari untuk 5
tahun berikutnya (Hanafi 2004 dalam Yulianti, F 2013)
b Biodegradable implant
 Capronor
Capronor merupakan suatu kapsul polymer berisi
hormon levonogestrel dengan daya kerja 18 bulan.
 Pellets
Pellets merupakan implan berisi norethindrone dan
sejumlah kecil kolesterol, daya kerja 1 tahun
c Implant jadena
 Pengertian
Jadelle atau jadena adalah AKBK dua batang yang
melepaskan levonogestrel (sekitar 35 mcg/hari hingga
18 bulan), memiliki kegunaan farmakologis dan klinis
identik dengan norplant (suratun, dkk dalam Yulianti
2013). Implan jadena merupakan satu jenis
kontrasepsi implan dengan lama kerja 3 tahun, yang
terdiri dari 2 batang kapsul silastik yang mengandung
75mg levonogestrel. Jadena melepas levonogestrel
dengan dosis bertahap yaitu 60-70 mcg/hari pada
bulan pertama pemasangan, 35-45 mcg/hari pada
akhir tahun pertama pemasangan, dan 25-30 mcg/hari
pada akhir tahun ketiga.
 Indikasi

13
Digunakan pada wanita-wanita yang tidak boleh
menggunakan pil KB yang mengandung estrogen,
yaitu wanita yang menderita tumor yang dipengaruhi
oleh estrogen, misalnya pada miometrium, tumor akan
membesar apabila kadar estrogen meningkat. Implan
juga dapat digunakan pada wanita-wanita yang ingin
memakai kontrasepsi untuk jangka panjang tetapi tidak
bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR.
 Kontraindikasi
 Kehamilan atau diduga hamil.
 Perdarahan traktus genetalia yang tidak
diketahui penyebabnya.
 Tromboflebitis aktif atau trombo-emboli.
Kontrasepsi yang mengandung progesteron
akan meningkatkan elastisitas vena dan
kemampuan pengisian vena, sehingga aliran
darah menjadi lambat bahkan sampai dapat
terjadi statis vena yang dapat menyebabkan
tromboemboli sehingga dapat memperburuk
keadaan jika digunakan pada pasien dengan
trombo emboli aktif.
 Penyakit hati akut. Karna penggunaan
kontrasepsi implan dapat menyebabkan
kolestatis intrahepatik yang pada akhirnya dapat
menimbulkan pruritus dan ikterus.
 Wanita dengan tumor hati jinak atau ganas.
 Karsinoma payudara
 Penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus
3 Cara kerja kontrasepsi implant
Mekanisme kerja implan masih belum jelas benar. Seperti
kontrasepsi lain, implan berisi progestin saja, dan bekerja
dengna mencegah ovulasi. Pada kedua macam implant norplan
dan norplan-2, levonogestrin berdifusi melalui membran silastic
dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam
setelah insersi, kadar hormon dalam plasma darah sudah

14
cukup tinggi untuk mencegah ovulasi. Menurut Helen Verney
dalam Yulianti (2013), kadar levonogestrel yang dipertahankan
oleh tubuh dapat mencegah terjadinya lonjakan LH dan
menghambat ovulasi. Sekresi FSH dan LH tetap berada pada
kadar normal.
Selain menekan lonjakan LH dan FSH, implan juga menekan
proliferasi siklik endometrium yang dipicu oleh estrogen
sehingga endometrium tetap berada dalam keadaan atrofi.
4 Keuntungan kontrasepsi implant
 daya guna tinggi
 perlindungan jangka panjang
 pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
 tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 bebas dari pengaruh estrogen
 tidak mengganggu kegiatan senggama
 tidak mengganggu ASI
 Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
 Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Memperbaiki anemia
 Emlindungi terjadinya kanker endometrium
 Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
 Melindungi diri dari radang panggul
 Menurunkan angka kejadian endometriosis
5 Keterbatasan kontrasepsi implant
 Harus dipasang oleh petugas kesehatan yang terlatih
 Sering timbul perubahan pola haid
 Akseptor tidak dapat menghentikan implan sekehendaknya
 Menimbulkan depresi dan perubahan mood
 Adanya jaringan parut kecil pada bekas insisi pemasangan
implan
(morgan dan carole dalam Yulianti, 2013)

15
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama
Hartanto, Hanafi. 2012. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Hartono, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Manuaba, Ida Ayu Candra Nita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Meilani, N. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Fitramaya
Nugroho, T dan Utama I. B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Sari, H. F. 2015. Hubungan Penggunaan dan Lama Penggunaan Jenis
Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Keputihan Akseptor Keluarga
Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Medika.
Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kandungan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Yulianti, Feni. 2013. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Calon
Akseptor KB Implan Jadena pada Ny. N P2Ah2Ab0 Umur 25 Tahun di
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Diploma Thesis.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

16
PRE-TEST

PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA (KB)


KLINIK DAN RUMAH BERSALIN AS-SYIFA HUSADA, KARANGANYAR,
PONCOKUSUMO
2019

Nama :
Usia :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Jumlah anak :
KB yang digunakan saat ini :

17

Anda mungkin juga menyukai