FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN KASUS
Oleh:
Andi Nurdindayanti B
111 2016 2024
Pembimbing :
dr. Rudianto Joto, M.Kes
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obgyn
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Pembimbing,
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Dalam pedoman pelaksannaan kontrasepsi pasca persalinan, jenis – jenis
kontrasepsi secara umum hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan
sebagai meotde kontraspesi pascasalin, metode tersebut di bagi menjadi dalam 2
jenis, yaitu : 1. Non Hormonal yang meliputi : Kontrasepsi Mantap (Tubektomi),
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Metode Amenorea Laktasi (MAL). 2.
Hormonal yang meliputi : progestin ( implant, injeksi dan pil).
Menurut American Journal of Obstetric And Gynecology, metode
kontrasepsi pasca persalinan yang dapat digunakan antara lain Tubektomi, AKDR
( Alat Kontraspsi Dalam Rahim ), Metode Amenorea Laktasi (MAL), kontrasepsi
suntikan, implant da minipil.. Penggunaan metode kontrasepsi pasca persalinan
dapat dilakukan segera setelah lahir sampai 40 hari pasca persalinan.2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam melakukan konseling yang baik, harus dimengerti tentang hak dari
klien, yaitu :
5
Menjadi pendengar yang aktif dan baik
Menggunakan bahasa verbal yang mudah dimengerti dan dipahami oleh
klien
Menggunakan bahasa non verbal untuk menunjukkan empati
Mengutamakan dialog ( dengan menggunakan pertanyaan terbuka)
Membantu klien untuk mengeksplorasi perasaan mereka
A Tahapan Konseling
6
B Tempat Dan Waktu Konseling
7
e. Gejala dan tanda yang membahayakan
f. Kebutuhan untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual (
seperti : Chlamydia, HBV, HIV/AIDS )
g. Waktu dimulainya kontrasepsi pasa persalinan yang didasarkan pada :
Status menyusui
Metode kontrasepsi yang dipilih
Tujuan reproduksi untuk membatasi atau hanya memberi jarak
8
a. Kontrasepsi harus di mulai sebelum terjadinya hubungan seksual yang
pertama kali pasca persalinan
b. Metode hormonal progestin dapat dimulai setelah 3 minggu pasca
persalinan
c. Dapat menggunakan kondom kapanpun
d. Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR )
e. Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi
mantap yaitu tubektomi yang dapat dimulai segera pasca persalinan.
9
2.1.1 Mekanisme
Menutup tuba falopii ( mengikat dan memotong atau memasang cincin ),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2.1.2 Efektifitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1
tahun
2.1.3 Keuntungan
Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat mengurangi risiko
kanker endometrium.
Motivasi hanya dilakukan satu kali sja, sehingga tidak diperlukan
motivasi yang berulang – ulang
Efektivitas hampir 100%
Tidak mempengaruhi libido seksualis
Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien ( patient’s failure )
2.1.4 Risiko
Komplikasi bedah dan anestesi
2.1.5 Efek Samping
Tidak ada
2.1.6 Kontraindikasi
Peradangan dalam rongga panggul
Peradangan liang Senggama akut (vaginitis, servisitis akut )
Kavum dauglas tidak bebas, ada perlekatan
Obesitas berlebihan
Bekas laparotomi
Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
10
kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7
sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat
alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih
sulit, mudah berdarah dan infeksi.
Masa interval ( selam waktu siklus menstruasi )
Waktu operasi
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut
hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai
indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada
pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat dipergunakan
sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.
2.2.1 Mekanisme
AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR menghambat kemampuan
sperma untuk masuk ke tuba fallopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah
implantasi telur dan uterus.
Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti.
Kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri
11
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan
leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Ada pmeriksaan
cairan uterus pada pemakai AKDR seringkali dijumpai pada sel – sel
makrofag ( fagosit ) yang mengandung spermatozoa.
Sifat – sifat dan isi cairan uterus yang mengalami perubahan – perubahan
pada pemakai AKDR, yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam
uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penelitian lain menemukan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi.
Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus
pada perempuan tersebut.
Pada AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan
peradangan seperti pada AKDR biasa, juga oleh karena “ ionisasi ” ion logam
atau bahan lain yang terdapat pada AKDR mempunyai pengaruh terhadap
sperma. Menurut penelitian, ion logam yang paling efektif adalah ion logam
tembaga ( Cu ); yang lambat laun aktifnya terus berkurang dengan lamanya
pemakaian.
2.2.2 Efektifitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1
tahun. Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 10 tahun.
2.2.3 Keuntungan
Mengurangi risiko kanker endometrium
Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
Tidak menimbulkan efek sistemik
Alat itu ekenomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
Reversibel
2.2.4 Risiko
Dapat menyebabkan anemia bila cadagan besi ibu rendah sebelum
peasangan dan AKDR menyebabkan haid yang lebih banyak. Dapat
menyebabkan penyakit radang panggul billa ibu sudah terinfeksi klamidia atau
gonorea sebelum pemasangan.
12
2.2.5 Efek Samping
1) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR terjadi perdarahan sedikit – sedikit
yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid,
perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor.
Keluhan yang sering terdapat pada pemakaian AKDR ialah spotting. Jika
terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR
dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran lebih
kecil. Jika perdarahan sedikit – sedikit, dapat diusahakan mengatasinya
dengan pengobatan konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti
dengan tindakan – tindakan tersebut di atas, sebaiknya AKDR diangkat
dan digunakan cara kontrasepsi lain.
2) Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya rasa nyeri ini berangsur – angsur hilang dengan
sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan
memberi analgetika. Jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya AKDR
dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang
lebih kecil.
3) Gangguan pada suami
Kadang – kadang suami dapat merasakn adanya benang AKDR sewaktu
bersenggama. Ini disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari porsio
uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan ini, benang AKDR yang terlalu panjang dipotong
sampai kira – kira 2-8 cm dari porsio, sedang jika benang AKDR terlalu
pendek, sebaiknya AKDR nya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan
suami akan hilang.
4) Ekspulsi ( pengeluaran sendiri )
Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi
biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh hal – hal berikut :
13
Umur dan paritas : pada paritas yang rendah, 1 atau 2, kemungkinan
ekspulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih; demikian
pula pada perempuan muda ekspulsi lebih sering terjadi daripada pada
perempuan yang umurnya lebih tua.
Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan
pertama setelah pemasangan; setelah itu, angka kejadiannya menurun
dengan tajam.
Ekspulsi sebelumnya : pada perempuan yang pernah mengalami
ekspulsi maka pada pemasangan kedua kalinya, kecenderungan
terjadinya ekspulsi lagi ialah kira – kira 50%. Jika terjadi ekspulsi,
pasangkanlah AKDR dari jenis yang sama, tetapi dengan ukuran yang
lebih besar daripada sebelumnya, dapat juga diganti dengan AKDR
jenis lain atau dipasang 2 AKDR.
Jenis dan ukuran : jenis dan ukuran AKDR yang dipasang sangat
mempengaruhi frekuensi ekspulsi. Pada Lippes loop, makin besar
ukuran AKDR makin kecil kemungkinan terjadinya ekspulsi.
Faktor psikis : oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh
faktor psikis, maka fekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada
perempuan emosional dan ketakutan, dan yang psikisnya labil. Kepada
perempuan seperti ini penting diberikan penerangan yang cukup
sebelum dilakuan pemasangan AKDR.
2.2.6 Kontraindikasi
Hamil atau curiga hamil
Kelainan uterus yang menyebabkan distorsi pada rongga uterus
Acute pelvic inflammatory disease kecuali jika telah terdapat kehamilan di
uterus sebelumnya
Endometritis pascapartum atau abortus terinfeksi pada 3 bulan terakhir
Neoplasma uterus atau serviks yang diketahui atau dicurigai, atau apusan
sitologi abnormal yang belum terpecahkan
Perdarahan genital yang etiologinya tidak diketahui
14
Servisitis atau vaginitis akut yang tidak diobati termasuk bacterial
vaginosis sampai infeksi terkontrol
Wanita yang pasangannya yang mempunyai banyak pasangan seksual
Kondisi berhubungan dengan kecurigaan terhadap infeksi mikroorganisme
termasuk AIDS dan penyalahgunaan obat intravena
Riwayat hamil ektopik
AKDR yang terpasang sebelumnya belum di lepas
15
Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak,
bentuk dan besar uterus.
16
Waktu Definisi Angka Ket
pemasangan Ekspulsi
AKDR
( Extended
Postpartum )
17
kontrasepsi alami telah dikembangkan, yang memungkinkan ibu untuk
memanfaatkan satu-satunya penekan alami kesuburan pada wanita sebagai
sarana yang efektif untuk jarak kehamilan.
2.3.1 Mekanisme
Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberain Air Susu Ibu ( ASI )
eksklusif untuk menekan ovulasi.
Bayi menetek
hipotalamus
payudara
18
2.3.2 Efektifitas
Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya secara benar.
Bila dilakukan secra benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 6 bulan setelah persalinan.
2.3.3 Keuntungan
Mendorong pola menyusui yang benar, sehingga membawa manfaat bagi
ibu dan bayi.
2.3.4 Risiko
Tidak ada
2.3.5 Efek Samping
Tidak ada
2.3.6 Kontraindikasi
Wanita yang tidak bersedia menyusui secara ekslusif
Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam
Wanita yang harus menggunakan meotode kontrasepsi tambahan
Wanita yang menggunakan obat yang dapat merubah suasan hatinya
Bayi yang sudahberumur lebih dari 6 bulan
Wanita yang mengidap HIV/AIDS dan TBC aktif
19
2.4. IMPLAN 3,8,9,11
Disetujui oleh FDA pada tahun 2006 , implanon merupakan sebuah
implan subdermal satu batang yang mengandung 68 mg progestin
etonogestrel ( ENG ), dan dilapisis kopolimer ethylene vinyl acetate. Implan
ditempatkan di permukaan medial lengan atas 6 sampai 8 cm dari siku pada
lekukan biseps dalam 5 hari awitan menstruasi. Sediaan ini dapat digunakan
sebagai kontrasepsi selama 3 tahun dan kemudian diganti pada lengan yang
sama atau lengan yang lain.
2.4.1 Mekanisme
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks,
menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi dan mengurangi transportasi
sperma.
2.4.2 Efektifitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam
1 tahun
2.4.3 Keuntungan
Mengurangi risiko penyakit radang panggul simptomatik. Dapat
mengurangi risiko anemia defisiensi besi
2.4.4 Risiko
Tidak ada
2.4.5 Efek Samping
Perubahan pola haid ( pada beberapa bulan pertama haid sedikit dan
singkat, haid tidak teratur lebih dari 8 hari, tidak haid, setelah setahun haid
sedikit dan singkat, haid tidak teratur, dan haid jarang ), sakit kepala, pusing,
perubahan suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat ( membaik atau
memburuk ), nyeri payudara, nyeri perut. Perdarahan yang tidak teratur
adalah alasan utama untuk penghentian. Retensi cairan, berat badan, dan
nyeri payudara yang kurang umum. Potensi komplikasi penyisipan termasuk
infeksi, pembentukan hematoma, iritasi lokal atau ruam, pengusiran, dan
reaksi alergi. Sebuah kasus tunggal dari cedera pada cabang medial saraf
kutan antebrachial selama penyisipan telah dilaporkan. Cedera saraf dapat
20
mengakibatkan gangguan sensibilitas, nyeri lokal yang parah, atau
pembentukan neuroma menyakitkan.
2.4.6 Kontraindikasi
Dugaan terhadap adanya kehamilan
Sedang mengidap penyakit tromboembolitik
Sedang mengalami perdarahn pervaginam yang belum terdiagnosis
Benjolan atau kanker payudara
Diabetes mellitus, epilepsy, depresi, perokok
Hipertensi, sakit kepala atau migren karena kelainan vascular
Wanita yang tidak dapat menerima keadaan gangguan haid
3,8,10,11
2.5 SUNTIKAN PROGESTERON ONLY
Depo Provera atau Depo Medroxy Progesteron Acetat adalah suatu
Sintesa Progestin yang mempunyai efek seperti progeteron asli dari tubuh
wanita. Obat ini mulai dicoba pada 1958 untuk mengobati abortus habitualis
dan endometriosis ternyata pada pengobatan abortus habitualis seringkali
terjadi kemandulan setelah kehamilan berakhir.
DMPA adalah salah satu cara yang paling efektif dimana dengan
penggunaan yang benar, tingkat kegagalan ' hanya 0,2 (2 dalam 1000) di
tahun pertama penggunaan. Berat badan lebih dari 100 kg, atau BMI >40
memberikan peningkatan risiko kegagalan dengan DMPA.
Berdasarkan penemuan ini dimulai seragkaian percobaan klinik DPMA,
untuk maksud kontrasepsi dengan bebagai dosis, kemudian didapat dosis
standard yang efektif 150 mg DPMA dalam 3 cc larutan air diberikan sekali
tiap 3 bulan. Diberikan Injeksi intramuskular dalam 5 hari pertama siklus
21
menstruasi. Lokasi suntikan, di Inggris , biasanya berada di lokasi kuadran
atas bagian lateral pada kedua gluteus, meskipun paha luar bagian atas dan
deltoid juga merupakan lokasi yang dapat diterima dan lokasi penyuntikan
jangan dipijat.
Depo Provera sebagai obat KB metode suntikan ternyata cukup manjur
dan aman dalam pelayanan Keluarga Berencana. Anggapan bahwa Depo
Provera dapat menimbulkan kanker pada leher rahim atau payudara pada
wanita yang memergunakannya, belum didapat bukti – bukti yang cukup
tegas.
2.5.1 Mekanisme
Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan lendir seviks
sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan selaput rahim tipis dan
atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan diberikan 3
bulan sekali ( DMPA ). Menghambat ovulasimelalui efek pada hipotalamus,
yang kemudian mengakibatkan supresi hormon gonadotropin terutama LH
(Luteinizing hormon). Menghambat implantasi dengan pemberian
progesteron-eksogenous dapat mengganggu kadar puncak FSH dan LH,
sehingga meskipun terjadi ovulasi produksi progesterone yang berkurang dari
corpus luteum menyebabkan penghambatan dari implantasi. Mengubah lendir
serviks sehingaa menjadi kental. Dalam 48 jam setelah pemberian
progesteron, sudah tampak lendir serviks yang kental, sehingga motilitas dan
daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat. Mengubah kecepatan
transportasi ovum melalui tuba.
2.5.2 Efektifitas
Bila digunakan dengan benar risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 ibu dalam 1 tahun. Kesuburan tidak langsung kembali setelah berhenti,
biasanya dalam waktu beberapa bulan
2.5.3 Keuntungan
Mengurangi risiko kanker endometrium dan fibroid uterus. Dapat
mengurangi risiko penyakit radang panggul simptomatik dan anemia
defisiensi besi. Sangat Efektif. Bisa digunakan oleh ibu menyusui 6 minggu
22
setelah melahirkan dan tidak mempengaruhi ASI. Memperkecil kemungkinan
kurang darah dan nyeri saat haid. Memberi perlindungan terhadap kanker
rahim, kanker indung telur dan pembengkakan pinggul. Tidak mempegaruhi
hubungan suami istri.
2.5.4 Risiko
Tidak ada
2.5.5 Efek Samping
Perubahan pola haid ( haid jadi tidak teratur atau memanjang dalam 3
bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam 1 tahun ),
Gangguan haid yang sering dialami oleh akseptor yaitu : amenorhea
(tidak/terlambat haid), menoragia (perdarahan yang berlebihan jumlahnya),
dan spotting (bercak diluar siklus haid). sakit kepala, pusing, kenaikan berat
badan, perut kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana perasaan dan
penurunan hasrat seksual. hematoma pada daerah suntikan, terlambat kembali
kesuburan.
2.5.6 Kontraindikasi
Kehamilan
Perdarahan abnormal uterus
Karsinoma payudara dan karsinoma traktus genitalis
Penyakit hati
Kelainan tromboemboli
Diabetes melitus
Nullipara
Pemakaiaan obat-obatan :
antikonvulsan,obat-obatan yang mempengaruhi sistem kardiovaskular
dan fungsi hati.
2.5.7 Waktu Penggunaan
Kontrasepsi suntikan 12 minggu sangat cocok untuk program
postpartum karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea
setelah suntikan. Suntikan depo tidak mengganggu ibu yang menyususi
anaknya dalam masa postpartum karena dalam masa ini terjadi amenorea
23
laktasi. Untuk program postpartum, depo provera disuntikkan sebelum
ibu meninggalkan rumah sakit, sebaiknya susudah air susu ibu terbentuk,
yaitu kira-kira hari ke-3 sampai dengan hari ke-5. Kontrasepsi Depo
disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus
intramuskulus dalam.
Pada wanita yang sedang haid, suntikan pertama idealnya diberikan pada
hari pertama hingga hari ke 5 siklus; jika diberikan lebih lambat dari hari
ke 5, beritahukan 7 hari tindakan pencegahan ekstra.
Jika seorang wanita kontrasepsi hormonal sampai hari injeksi, berikan
suntikan kapan saja, tanpa ada tindakan pencegahan tambahan.
Bila seorang wanita pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum
haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat di pastikan tidak
hamil.
Bila pascapersalinan 6 bulan, menyusui serta telah mendapat haid,
maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
Selama menyusui, jika DMPA dipilih, paling baik diberikan pada 6
minggu.
Setelah keguguran atau aborsi pada trimester pertama, suntikan pada hari
tersebut, atau setelah ekspulsi janin jika prosedur medis digunakan. Jika
suntikan diberikan di luar hari kelima, beritahukan tindakan pencegahan
selama 7 hari.
2.6.1 Mekanisme
24
2.6.2 Efektifitas
2.6.3 Keuntungan
Tidak ada
2.6.4 Risiko
Tidak ada
Perubahan pola haid ( menunda haid lebih lama pada ibu menyusui, haid
tidak teratur, haid memanjang atau sering, haid jarang atau tidak haid ), sakit
kepala, pusing, perubahan suasana perasaan, nyeri payudara, nyeri perut, dan
mual.
2.6.6 Kontraindikasi
Kehamilan
Perdarahan abnormal uterus
Diabetes melitus
Karsinoma payudara dan karsinoma traktus genitalis
Penyakit hati
Kelainan tromboemboli dan vascular
25
BAB III
PENUTUP
Post partum / Pasca persalinan / masa nifas adalah suatu masa yang
dimulai sejak bayi lahir diikuti dengan ke luarnya plasenta (ari-ari). Berakhir
sampai rahim pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya 40 hari.
26
DAFTAR ISI
27
13. Rawlins S, Smith D, Burkman RT. Female contraceptives; Current status.
Clin Obstet Gynecol; 2001.
14. Amy J, Tripathi V. Contraception for women: an evidence based
overview. BMJ; 2010;
15. Faculty of Family Planning and Reproductive Health Care (FFPRHC)
Guidance. The copper intrauterine device as long-term contraception. J
Fam Plann Reprod Health Care; 2004.
28