TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Konseling
1. Pengertian Konseling
Konseling merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi
efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi dan penerima, sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan
balik seimbang, dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik (Prijatni &
Rahayu, 2016).
Konseling merupakan unsur yang penting dalam pelayanan keluarga berencana
dan kesehatan reproduksi karena melalui konseling klien dapat memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya serta
meningkatkan keberhasilan KB. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu
dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang
diberikan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling
yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara
interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada
(Prijatni & Rahayu, 2016).
2. Tujuan Konseling KB
Menurut Prijatni & Rahayu (2016) konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:
a. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.
b. Memilih metode KB yang diyakini.
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.
d. Memulai dan melanjutkan KB.
e. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia.
f. Memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam pengambilan
keputusan secara tepat
g. Membantu pemenuhan kebutuhan klien meliputi menghilangkan perasaan yang
menekan/mengganggu dan mencapai kesehatan mental yang positif
h. Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi positif dan yang merugikan
klien menjadi menguntungkan klien.
i. Meningkatkan penerimaan
j. Menjamin pilihan yang cocok
k. Menjamin penggunaan cara yang efektif
l. Menjamin kelangsungan yang lama.
3. Manfaat Konseling
Menurut Prijatni & Rahayu (2016) konseling KB yang diberikan pada klien
memberikan keuntungan kepada pelaksana
kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:
a. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
b. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
c. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
d. Membangun rasa saling percaya.
e. Menghormati hak klien dan petugas.
f. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
g. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
4. Prinsip Konseling KB
Menurut Prijatni & Rahayu (2016) Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri, Tidak
memaksa, Informed consent (ada persetujuan dari klien); Hak klien, dan Kewenangan.
Kemampuan menolong orang lain digambarkan dalam sejumlah keterampilan yang
digunakan seseorang sesuai dengan profesinya yang meliputi:
a. Pengajaran
b. Nasehat dan bimbingan
c. Pengambilan tindakan langsung
d. Pengelolaan
e. Konseling.
5. Hak Klien
Menurut Prijatni & Rahayu (2016) dalam memberikan pelayanan kebidanan bidan harus
memahami benar hak calon akseptor KB. Hak-hak akseptor KB adalah sebagai berikut:
a. Terjaga harga diri dan martabatnya.
b. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.
c. Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.
e. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
f. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.
6. Peran Konselor KB
Menurut Prijatni & Rahayu (2016) proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan
terutama pada pelayana keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas
seorang konselor adalah sebagai berikut:
a. Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling
sesuai dengan kebutuhannya.
b. Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia.
c. Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan Persetujuan
Tindakan Medik.
7. Jenis Konseling
Menurut Prijatni & Rahayu (2016) dan Kemenkes (2018) jenis konseling terbagi
menjadi tiga, yaitu:
a. Konseling Umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana atau
PLKB. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai metode
kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi
reproduksi keluarga.
b. Konseling Spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Konseling spesifik
berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan
keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
c. Konseling Pra dan Pasca Tindakan
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator atau konselor atau
dokter atau bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang
akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan atau instruksi
tertulis asuhan mandiri.
1) Informed Choice.
a) Merupakan bagian integral dari proses konseling dan berarti bahwa seorang
klien memiliki hak untuk memilih metode keluarga berencana apa pun yang dia
inginkan, berdasarkan pemahaman yang jelas tentang manfaat dan risiko dari
semua metode yang ada, termasuk pilihan untuk tidak memilih atau
mengadopsi metode apapun.
b) Untuk membuat pilihan yang benar-benar diinformasikan, klien perlu
mengetahui:
Kisaran semua metode yang tersedia (ini mengasumsikan bahwa berbagai
metode sebenarnya tersedia, atau upaya dilakukan untuk mendapatkan
metode tersebut atau merujuk).
Keuntungan/kerugian masing-masing metode.
Kemungkinan efek samping/komplikasi.
Tindakan pencegahan berdasarkan riwayat kesehatan masing-masing.
Informasi tentang risiko bila tidak menggunakan metode kontrasepsi, seperti
risiko yang terkait dengan kehamilan/persalinan versus risiko yang terkait
dengan penggunaan kontrasepsi.
Cara menggunakan metode yang dipilih dengan aman dan efektif.
2) Informed Consent.
a) Menerapkan bahwa klien telah diberi konseling secara menyeluruh mengenai
semua komponen yang dijelaskan di bagian informed consent, dan berdasarkan
informasi ini, dia secara bebas dan sukarela setuju untuk menggunakan metode
yang telah dia pilih.
b) Informed Consent merupakan hal yang sangat penting saat klien memilih
kontrasepsi bedah secara sukarela atau metode apa pun yang mungkin memiliki
komplikasi serius untuk klien tertentu (misalnya, wanita berusia di atas 35 yang
merokok dan ingin menggunakan KOK).
3) Hak Dasar Semua Klien KB
a) Informasi: Hak untuk belajar tentang manfaat dan ketersediaan keluarga
berencana.
b) Akses: Hak untuk mendapatkan layanan tanpa memandang jenis kelamin,
kepercayaan, warna kulit, status perkawinan, atau lokasi.
c) Pilihan: Hak untuk memutuskan secara bebas apakah akan mempraktikkan
keluarga berencana dan metode mana yang akan digunakan.
d) Keamanan: Hak untuk bisa mempraktikkan keluarga berencana yang aman dan
efektif.
e) Privasi: Hak untuk tetap terjaga privasinya selama dilakukan konseling atau
layanan.
f) Kerahasiaan: Hak untuk memastikan bahwa informasi pribadi akan tetap
dirahasiakan.
g) Martabat: Hak untuk diperlakukan dengan sopan, penuh pertimbangan, dan
perhatian.
h) Kenyamanan: Hak untuk merasa nyaman saat menerima layanan.
i) Kontinuitas: Hak untuk menerima layanan kontrasepsi dan persediaannya
selama diperlukan.
j) Opini: Hak untuk mengungkapkan pandangan atas layanan yang ditawarkan.
8. Langkah-Langkah Konseling Keluarga Berencana
Menurut Kemenkes (2018) langkah-langkah dalam konseling adalah:
a. Pendahuluan.
Langkah pendahuluan atau langkah pembuka merupakan kegiatan untuk
mencipatakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah,
dan menentukan jalan keluar.
b. Bagian Inti/Pokok.
Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih
salah satu jalan keluar yang tepat bagi klien, dan melaksanakan jalan keluar tersebut.
c. Bagian Akhir.
Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari seluruh aspek
kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah tersebut merupakan langkah
penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan berikutnya.
Tenaga Kesehatan harus mengingat ROLES saat berkomunikasi dengan klien:
Tabel 2. 1 ROLES
4. Suntik 3 bulan
a. Mekanisme
Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi
sperma terganggu, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA) (Matahari et
al., 2018).
b. Efektivitas
Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam
1 tahun. Kesuburan tidak langsung kembali setelah berhenti, biasanya dalam waktu
beberapa bulan (Matahari et al., 2018).
c. Keuntungan Khusus Bagi Kesehatan
Mengurangi risiko kanker endometrium dan fibroid uterus. Dapat mengurangi risiko
penyakit radang paggul simptomatik dan anemia defisiensi besi. Mengurangi gejala
endometriosis dan krisis sel sabit pada ibu dengan anemia sel sabit (Matahari et al.,
2018).
d. Efek Samping
Perubahan pola haid (haid tidak teratur atau memanjang dalam 3 bulan pertama, haid
jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam 1 tahun), sakit kepala, pusing, kenaikan
berat badan, perut kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana perasaan, dan
penurunan hasrat seksual (Matahari et al., 2018).
5. Implan
a. Mekanisme
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, menjadikan selaput
rahim tipis dan atrofi, dan mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di
bawah kulit dan dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung jenisnya (Matahari et al.,
2018).
b. Efektivitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun
(Matahari et al., 2018).
c. Keuntungan
Mengurangi risiko penyakit radang paggul simptomatik. Dapat mengurangi risiko
anemia defisiesi besi (Matahari et al., 2018).
d. Efek samping
Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama: haid sedikit dan singkat, haid
tidak teratur lebih dari 8 hari, haid jarang, atau tidak haid;setelah setahun: haid sedikit
dan singkat, haid tidak teratur, dan haid jarang), sakit kepala, pusing, perubahan
suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat membaik atau memburuk),
nyeri payudara, nyeri perut, dan mual (Matahari et al., 2018).
e. Kontraindikasi
Kemungkinan hamil, penyakit hati atau tumor hati jinak/ganas, menderita penyakit
Tromboembolik aktif, misalnya thrombosis di kaki, paru atau mata, mengalami
perdarahan pervaginan yang tidak diketahui penyebabnya, adanya benjolan di
payudara/dugaan kanker payudara dan mioma uteri, riwayat stroke dan penyakit
jantung, Menggunakan obat untuk epilepsi dan tuberculosis (Prijatni & Rahayu, 2016).
6. IUD
a. Mekanisme
Dalam Rahim AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR menghambat (AKDR)
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum
ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah
implantasi telur dalam uterus (Matahari et al., 2018).
b. Efektivitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 12 tahun (Matahari et al., 2018).
c. Keuntungan
Sangat efektif, efetif segera seteah pemasangan, jangka panjang, tidak mempengaruhi
hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena tidak takut
untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI, Dapat dipasang segera setelah melahirkan/post abortus, dapat digunakan
sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obat, membantu mencegah
kehamilan ektopik (Prijatni & Rahayu, 2016).
d. Efek samping
Perubahan siklus haid (lebih lama dan banyak), terjadi spotting (perdarahan) antar
menstruasi, saat haid lebih sakit, merasakan sakit atau kram selama 3-5 hari pasca
pemasangan, perforasi dinding uterus, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AID’s,
terjadi penyakit radang panggul yang dapat memicu infertilitas bila sebelumnya
memang sudah terpapar IMS. Prosedur medis perlu pemeriksaan pelvik dan
kebanyakan perempuan takut selama pemasangan, sedikit nyeri dan perdarahan setelah
pemasangan, klien tidak bisa melepas AKDR sendiri, bisa terjadi ekspulsi AKDR,
tidak mencegah kehamilan ektopik, harus rutin memeriksa posisi benang (Prijatni &
Rahayu, 2016).
e. Indikasi
Usia reproduktif, keadaan nullipara, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang, menyusui dan ingin menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak
menyusui, setelah mengalami abortus dan tidak ada infeksi, risiko rendah dari IMS,
tidak menghendaki metode hormonal, menyukai kontrasepsi jangka panjang (Prijatni
& Rahayu, 2016).
f. Kontraindikasi
Kehamilan, gangguan perdarahan, radang alat kelamin, curiga tumor ganas di alat
kelamin, tumor jinak rahim, kelainan bawaan rahim, erosi, alergi logam, berkali – kali
terkena infeksi panggul, ukuran rongga rahim <5 cm, diketahui menderita TBC pelvik
(Prijatni & Rahayu, 2016).
g. Penapisan klien
Hpht, paritas dan riwayat persalinan terakhir, riwayat kehamilan ektopik, nyeri hebat
saat haid, anemia berat (hb<9gr% atau hematokrit <30), riwayat isg, phs, berganti-
ganti pasangan, kanker serviks (Prijatni & Rahayu, 2016).
7. Vasektomi
a. Mekanisme
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferens
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi
(Matahari et al., 2018).
b. Efektivitas
Bila pria dapat memeriksakan semennya segera setelah vasektomi, risiko kehamilan
kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun (Matahari et al., 2018).
c. Risiko Bagi Kesehatan
Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di lokasi operasi (sangat jarang), dan
hematoma (jarang). Vasektomi tidak mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual pria,
ataupun maskulinitasnya (Matahari et al., 2018).
8. Tubektomi
a. Mekanisme
Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat ber- temu dengan ovum (Matahari et al., 2018).
b. Efektivitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun (Matahari
et al., 2018).
c. Keuntungan
Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat mengurangi risiko kanker
endometrium .(Matahari et al., 2018)
d. Risiko Bagi Kesehatan
Komplikasi bedah dan anestesi (Matahari et al., 2018).
9. Diafragma
a. Mekanisme
Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan
ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks sehingga sperma
tidak dapat mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba
falopii).Dapat pula digunakan dengan spermisida (Matahari et al., 2018).
b. Efektivitas
Bila digunakan dengan benar bersama spermisida, risiko kehamilan adalah 6 di antara
100 ibu dalam 1 tahun (Matahari et al., 2018).
c. Keuntungan
Mencegah penularan penyakit menular seksual dan kanker serviks (Matahari et al.,
2018).
d. Efek Samping
Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina (Matahari et al., 2018).
e. Risiko Bagi Kesehatan
Infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial, kadidiasis, sindroma syok toksik (Matahari
et al., 2018).
10. Kontrasepsi Darurat
a. Definisi
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan
setelah senggama tanpa pelindung atau tanpa pemakaian kontrasepsi yang tepat dan
konsisten sebelumnya. Kontrasepsi darurat dapat bermanfaat bila digunakan dalam 5
hari pertama, namun lebih efektif bila dikonsumsi sesegera mungkin. Kontrasepsi
darurat sangat efektif, dengan tingkat kehamilan <3% (Matahari et al., 2018).
b. Indikasi Pemakaian
Menurut Matahari et al (2018) kontrasepsi darurat digunakan apabila mengalami
beberapa indikasi sebagai berikut:
1) Perkosaan
2) Senggama tanpa menggunakan kontrasepsi
3) Pemakaian kontrasepsi tidak benar atau tidak konsisten:
a) Kondom bocor, lepas atau salah digunakan
b) Diafragma pecah, robek, atau diangkat terlalu cepat
c) Senggama terputus gagal dilakukan sehingga ejakulasi terjadi di vagina atau
genitalia eksternal
d) Salah hitung masa subur
e) AKDR ekspulsi (terlepas)
f) Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
g) Terlambat suntik progestin lebih dari 2 ming- gu atau terlambat suntik
kombinasi lebih dari 7 hari
c. Efek Samping
mual, muntah (bila terjadi dalam 2 jam pertama sesudah minum pil pertama atau
kedua, berikan dosis ulangan), perdarahan/bercak (Matahari et al., 2018).
11. Kondom
a. Pengertian
Kondom merupakan salah satu metode kontrasepsi barier sebagai perlindungan ganda
apabila akseptor menggunakan kontrasepsi modern dalam mencegah penularan
Penyakit Menular Seksual maupun ISR dan juga sebagai alat kontrasepsi (Prijatni &
Rahayu, 2016).
b. Keuntungan
Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan, efektifitas segera dirasakan., murah
dan dapat dikai secara umum, praktis, memberi dorongan bagi pria untuk ikut
berpartisipasi dalam kontrasepsi, dapat mencegah ejakulasi dini, metode kontrasepsi
sementara apabila metode lain harus ditunda (Prijatni & Rahayu, 2016).
c. Kerugian
Angka kegagalan kondom yang tinggi yaitu 3-15 kehamilan per 100 wanita pertahun,
mengurangi sensitifitas penis, perlu dipakai setiap hubungan seksual, mungkin
mengurangi kenikmatan hubungan seksual, pada beberapa klien bisa menyebabkan
kesulitan mempertahankan ereksi (Prijatni & Rahayu, 2016).
d. Manfaat
Membantu mencegah HIV AIDS dan PMS, kondom yang mengandung pelicin
memudahkan hubungan intim bagi wanita yang vaginanya kering, membantu
mencegah
ejakulai dini (Prijatni & Rahayu, 2016).
e. Penanganan Efek Samping
Tabel 2. 4 Penanganan Efek Samping Kondom
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. (2018). Modul pelatihan Nakes Strategi Konseling Berimbang Keluarga Berencana
(SKB KB) untuk Dokter, Bidan, dan Perawat. Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952.
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. Pustaka Ilmu, 2, viii+104 halaman. Diambil dari
http://eprints.uad.ac.id/24374/1/buku ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.pdf
Palinggi, R. (2020). Pengaruh Strategi Konseling Berimbang Keluarga Berencana Terhadap
Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Modern Di Wilayah Kerja Puskesmas Singgani Kota
Palu. Tesis.
Prijatni, I., & Rahayu, S. (2016). Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Jakarta:
Kemenkes RI.