Anda di halaman 1dari 5

Konseling dalam Keluarga Berencana

Konseling adalah pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien petugas untuk
membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan
yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Konseling merupakan tindak lanjut dari
KIE dan dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan
sendiri. Konseling KB dapat dikembangkan agar dapat oleh petugas pelayanan KB, dalam
batas yang sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya (BKKBN, 1996)

Konseling bertujuan untuk memahami diri secara baik, mengarahkan perkembangan


diri sesuai kompetisi. Selain itu, konseling juga bertujuan untuk memecahkan masalah secara
kreatif dan produktif serta agar lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi.
Teknik konseling berikut ini dapat digunakan selama proses konseling berlangsung:

1. Cara suportif
Teknik konseling dengan cara ini bertujuan untuk memberi dukungan kepada
peserta/calon peserta. Cara ini dilakukan dengan menenangkan dan menentramkan
diri agar klien memiliki keyakinan bahwa ia memiliki kemampuan untuk membantu
dirinya sendiri.
2. Katarsis
Teknik konseling dengan cara katarsis dilakukan dengan memberi kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.
3. Refleksi
Membuat refleksi dan kesimpulan atau ucapan serta perasaan yang tersirat dalam
ucapan.
4. Informatif
Memberi semua informasi yang diperlukan untuk membantu calon/peserta.

Konseling pada Akseptor KB

Tindakan konseling merupakan salah satu tindakan mandiri yang dapat dilakukan
bidan. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan KR.
Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu,
tindakan konseling juga dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik akan
membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB. Konseling juga akan memengaruhi interaksi antara petugas dan klien
karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada.
Konseling kontrasepsi adalah bagian dari rangkaian pelayanan KB dan KR. Konseling
dapat membuat klien merasa puas dan juga akan membuat klien lebih lestari menggunakan
kontrasepsinya dan lebih berhasil (BKKBN, 2003). Kegiatan yang dilakukan dalam konseling
antara lain menjelaskan berbagai pilihan kontrasepsi memberi informasi selengkap mungkin
terkait kontrasepsi (arti KB, manfaat KB, metode KB, berbagai isu tentang kontrasepsi dan
penjelasannya, pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional dan
rujukan pelayanan kontrasepsi), membantu peserta menetukan pilihannya, dan membantu
penyesuaian peserta KB dengan metode yang telah dipakainya.

Tujuan pemberian konseling KB, antara lain:

1. Meningkatkan penerimaan
2. Menjamin pilihan yang cocok
3. Menjamin penggunaan cara yang efektif
4. Menjamin kelangsungan pemakaian KB yang lama

Prinsip konseling KB, meliputi:

1. Percaya diri (confidentiality)


2. Tidak memaksa (voluntary choice)
3. Informed consent
4. Kewenangan (empowerment)
5. Hak pasien

Pasien sebagai calon maupun akseptor KB memiliki hak sebagai berikut:

1. Terjaga harga diri dan martabatnya


2. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpelihara kerahasiannya
3. Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan
4. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik
5. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan
6. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan

Keuntungan konseling KB ialah:

1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya


2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan
3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif
4. Membangun rasa saling percaya
5. Menghormati hak klien dan petugas
6. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB
7. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah
Jenis Konseling:

a. Konseling umum
Konsleing umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana atau
PLKB. Konseling umum, meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi
untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan, dan fungsi reproduksi.
b. Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter/bidan/konselor. Konseling spesifik
berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif keuntungan
keterbatasan, akses, fasilitas layanan.
c. Konseling pra dan pascatindakan
Konseling pra dan pascatindakan dapat dilakukan oleh
operator/konselor/dokter/bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang
prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama, dan pasca) serta penjelasan
lisan/intruksi tertulis asuhan mandiri.

Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga tahap. Konseling awal pada
saat menerima klien, konseling khusus tentang cara KB, dan konseling tindak lanjut.

1. Konseling awal
Bertujuan memutuskan metode apa yang akab dipakai, didalamnya termasuk
mengenalkan tentang semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinis,
kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjugannya. Bila dilakukan dengan
objektif, konseling awal membantu klien untuk memilih jenis KB yang cocok. Hal
yang pelru diperhatikan dalam melakukan konseling awal adalah menanyakan cara
kontrasepsi apa yang disukai klien, apa yang dia ketahui mengenai cara kontrasepsi,
menguraikan secara ringkas tentang cara kerja, kelebihan, dan kekurangan berbagai
metode kontrasepsi.
2. Konseling khusus
Konseling khusus mengenai metode KB memberi kesempatan kepada klien untuk
mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dna membicarakan pengalamannya,
mendapatkan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia. Konseling khusus
memungkinkan klien mendapat bantuan untuk memilih metode KB yang cocok serta
mendapatkan penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana menggunakan metode
tersebut dengan aman, efektif, dan memuaskan.
3. Konseling tindak lanjut
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang, penting
untuk berpijak pada konseling terdahulu. Konseling pada kunjungan ulang lebih
bervariasi daripada konseling awal. Pemberi pelayanan perlu mengetahui apa yang
harus dikerjakan pada setiap situasi dan juga harus dapat membedakan antara masalah
serius yang memerlukan rujukan dan masalah ringan yang dapat diatasi ditempat.

Pembagian kegiatan konseling KB berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat dalam


menerima pelayanan kontrasepsi serta kemampuan petugas diberbagai jenjang pelayanan,
antara lain konseling KB awal/pendahuluan, cara pemilihan, pemantapan, pengayoman, dan
perawatan atau pengobatan.

1. Konseling KB awal/pendahuluan
Ditujukan kepada akseptor yang sama sekali belum tahu hal KB, NKKBS. Konseling
dilakukan dengan memberikan berbagai alasan membentuk keluarga kecil dan upaya
mencapai kesejahteraan keluarga.
2. Konseling KB cara pemilihan
Ditujukan pada akseptor yang sudah mengerti NKKBS dan membutuhkan bantuan
dalam memilih cara KB. Konseling tentang penjelasan cara pemakaian, keuntungan,
efek samping dan beberapa keadaan yang perlu diperhatikan pada pemakaian alat
kontrasepsi.
3. Konseling KB pemantapan
Ditujukan pada akseptor yang sudah memahami NKKBS dan akan memakai alat KB.
Konseling ini betujuan agar akseptor yakin bahwa alat/obat kontrasepsi yang akan
dipakai sesuai dengan kondisi dan kebutuhanannya, mengetahui kemungkinan efek
samping dan cara mengatasinya.
4. Konseling KB pengayoman
Ditujukan pada akseptor yang sudah memakai alat kontrasepsi. Untuk mengatasi
masalah yang dialami karena penggunaan alat kontrasepsi. Konsleing ini dapat dibagi
tiga macam konseling yang bersifat medis, psikis, dan berkaitan dengan lingkungan
sosial budaya dan agama.
5. Konseling KB perawatan atau pengobatan
Ditujukan pada akseptor yang mengalami goncangan emosi atau gangguan kejiwaan
akibat keinginannya untuk memiliki keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 1996)

Konseling KB dan Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal dalam pelayanan kesehatan menggunakan motivasi,


edukasi/pendidikan, dan konseling. Motivasi pada pasien KB berfokus untuk mewujudkan
permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien, menggunakan komunikasi satu arah,
menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa. Edukasi yang dilakukan dalam
konseling KB bertujuan menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia, menyediakan
informasi dan isu terkini, dan menghilangkan rumor serta konsep yang salah. Edukasi
tersebut dilakukan dengan menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah, dan melakukan
komunikasi individu, kelompok atau massa. Konseling KB, antara lain mendorong klien
untuk mengajukan pertanyaan, menjadi pendengar aktif, menjamin klien penuh informasi,
membantu klien membuat pilihan sendiri.

Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan, terutama pada pelayanan KB,
tidak terlepas dari peran konselor. Konselor harus dapat menjadi sahabat, pembimbing bagi
klien dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling sesuai dengan
kebutuhannya. Konselor yang baik juga harus memberi informasi yang objektif, lengkap,
jujur, dan akurat tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia. Selain itu, konselor juga
berperan untuk membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan
persetujuan tindakan medis. Selama melakukan konseling sebaiknya konselor jangan
memberi nasihat agar tidak terkesan konselor yang membuat keputusan (Hartanto, 2002).

Ciri-ciri konselor efektif

1. Memperlakukan klien dengan baik


2. Berinteraksi positif dalam posisi seimbang
3. Memberi informasi objektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan
4. Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode kontrasepsi
5. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya

Anda mungkin juga menyukai