Noviza
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Email:noviza_azz@yahoo.co.id
Koentjoro
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRACT
This study aims to reduce symptoms of depression in adolescent girls with interpersonal psychotherapy (IPT).
Subjects in this study ware adolescent girl with divorced parents, aged 15 to 17 years old, and have
symptoms of depression. Measuring devices using the Beck Depression Inventory (BDI-II). This study used
an experiment-qualitative method with action research approach. Analysis of the data using a visual
inspection by looking at the changes in scores increase or decrease in individual. The results of this study
concluded that interpersonal psychotherapy is effective to reduce symptoms of depression in adolescent girls
with divorced parents. The results of qualitative analysis showed that subjek felt more happy, be positive,
not hopeless, effective communication skills, and be able to resolve their problems in a mature.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan gejala depresi pada remaja putri dengan orangtua bercerai
dengan psikoterapi interpersonal. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putri usia 15 hingga 17 tahun,
berasal dari keluarga dengan orangtua yang telah bercerai lama, dan terdiagnosis mengalami depresi. Alat
ukur yang digunakan adalah Beck Depression Inventory (BDI-II). Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental kualitatif dengan pendekatan action research. Analisis data menggunakan visual inspection
dengan melihat perbandingan berupa kenaikan atau penurunan skor secara individual. Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa psikoterapi interpersonal terbukti efektif untuk menurunkan gejala depresi remaja
putri dengan orangtua bercerai. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa subjek merasa lebih bahagia,
dapat berpikir positif, tidak putus asa, memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, dan mampu
menyelesaikan permasalahan secara dewasa.
Seharusnya masa remaja merupa- lah sosial, kenakalan, dan perilaku agresif.
kan suatu masa pertumbuhan dan per- Secara umum, gejala depresi pada anak
kembangan, saat individu berkembang dengan orangtua bercerai akan mengala-
untuk mencapai kematangan seksualnya. mi kenaikan pada usia remaja, khususnya
Remaja mengalami perkembangan psiko- remaja putri. Oldehinkel dkk (2008) yang
logi dan pola identifikasi dari anak-anak meneliti tentang perbedaan depresi rema-
menuju dewasa. Fase ini merupakan masa ja laki-laki dan perempuan dengan orang-
penentuan bagi remaja. Apabila pada tua bercerai menjelaskan bahwa dengan
tahap ini perkembangan remaja terham- bertambahnya usia anak, perceraian
bat, maka akan berpengaruh pada per- orang-tua menjadi sangat terkait dengan
kembangan emosional dan kepribadian- gejala depresi pada anak, khusunya bagi
nya di fase berikutnya (Alwisol, 2009). anak perempuan. Hasil penelitiannya
Serupa dengan itu, Sarwono (2006) menyebutkan bahwa anak perempuan
menjelaskan bahwa pada masa remaja dengan orangtua bercerai beresiko tinggi
individu dihadapkan pada berbagai ma- mengembangkan gejala depresi selama
cam perubahan yang cepat dan perma- masa remaja. Hal ini sangat terkait de-
salahan yang menyertainya yang dapat ngan perubahan sosial budaya, hormonal,
menjadi stressor. Oleh karena itu remaja serta kebutuhan afiliasi anak perempuan
diharapkan mampu mengatasi stressor lebih besar dibandingkan dengan anak
yang muncul secara lebih mandiri. laki-laki.
Apabila terjadi kendala, maka remaja Oldehinkel dkk (2008) menambah-
tidak mampu mengatasi stressor sehingga kan anak dengan orangtua bercerai
akan muncul kecenderungan munculnya umumnya akan terkena lebih banyak ke-
gejala depresi. sedihan dan konflik dibandingkan dengan
Seperti yang dijelaskan oleh anak yang tumbuh di dalam keluarga
Storksen, Rysamb, Moum, dan Tambs yang stabil. Padahal seharusnya remaja
(2005) perceraian orangtua dapat mem- harus dapat melewati masa peralihan dari
bawa efek jangka panjang bagi anak. kanak-kanak menuju dewasa dengan
Terlebih ketika orangtua bercerai saat baik. Adanya permasalahan dalam hidup
anak masih kecil, karena dampaknya akan remaja tentu memengaruhi remaja dalam
terbawa hingga mereka memasuki usia mencapai tugas-tugas perkembangannya,
dewasa. Hal serupa yang dialami oleh di mana pada masa ini remaja harus
kelima subjek, orangtua subjek mengala- mampu menerima keadaannya, mampu
mi perpisahan ketika subjek masih anak- membina hubungan baik dengan lawan
anak, sehingga membawa dampak ke fase jenis, mandiri secara emosional, mema-
berikutnya. Masalah yang biasanya terjadi hami nilai-nilai orangtua dan orang dewa-
pada remaja awal hingga tengah adalah sa, serta mempersiapkan diri untuk kehi-
penarikan diri, kecemasan, depresi, masa- dupan berkeluarga kelak (Hurlock, 2010).
Auerbach dan Ho (2012) dalam pe- laskan bahwa erat kaitannya dan ada
nelitiannya tentang depresi pada remaja saling timbal balik antara hubungan
menyatakan bahwa remaja sangat rentan interpersonal remaja dan gejala stres atau
untuk mengembangkan depresi dan depresi yang muncul. Oleh sebab itu CBT
memiliki dampak yang cukup panjang, saja tidak cukup, diperlukan terapi yang
yang akan memengaruhi psikososial secara khusus mengatasi permasalahan
ketika dewasa. Terlebih remaja merupa- interpersonal pada remaja.
kan masa storm and stress yang dipe- Salah satu penelitian yang men-
nuhi oleh berbagai perubahan dan terka- dapat dukungan dari American Academy
dang muncul permasalahan sulit dalam of Pediatrics Mental Health dan telah
hidupnya untuk menuju ke masa dewasa terbukti efektif untuk kasus depresi pada
(Santrock, 2003). Oleh sebab itu dibutuh- remaja yaitu Psikoterapi Interpersonal (PI).
kan penanganan berupa intervensi kepada Terapi ini pernah diteliti oleh Klomek,
subjek. Tujuannya adalah agar gejala Zalsman, dan Mufson (2007). Interper-
depresi yang dialami saat ini dapat diatasi sonal Psychotherapy for Adolescent (IPT-
dengan baik. A) merupakan intervensi berupa psiko-
Berbagai penelitian dan intervensi terapi baru yang dikembangkan dan telah
telah banyak dilakukan untuk mengatasi terbukti efektif untuk menangani perma-
depresi yang dialami remaja. Akan tetapi, salahan klinis, termasuk dalam kasus
fenomena permasalahan remaja semakin depresi yang dialami oleh remaja.
banyak dan mendapat perhatian untuk Psikoterapi interpersonal untuk remaja
diteliti lebih lanjut. Dalam penelitiannya merupakan terapi yang dimodifikasi dari
Auerbach dan Ho (2012) menjelaskan psikoterapi interpersonal dewasa. Psikote-
bahwa sampai saat ini Cognitive Behavior rapi interpersonal untuk remaja berfokus
Therapy (CBT) adalah intervensi non- pada permasalahan remaja antara usia 12
pharmacologic paling banyak digunakan hingga 18 tahun, dengan kategori ringan
untuk mengatasi depresi pada remaja. hingga sedang. Psikoterapi interpersonal
Akan tetapi, Auerbach dan Ho mencoba berupaya untuk mengatasi permasalahan
memadukan terapi kognitif dan Psiko- interpersonal remaja dengan mengem-
terapi Interpersonal. Hasilnya menunjuk- bangkan keterampilan komunikasi dan
kan ada perubahan yang signifikan, yaitu dalam memecahkan persoalan. PI mem-
penurunan tingkat depresi pada remaja bantu remaja memahami dampak dari
usia 12 hingga 18 tahun dari waktu ke peristiwa interpersonal dan kaitannya
waktu. Auerbach dan Ho (2012) men- dengan perubahan suasana hati yang
jelaskan CBT dalam kasus remaja memi- dirasakan. Psikoterapi interpersonal cocok
liki kekurangan, yaitu keterbatasan dalam untuk permasalahan yang terkait dengan
menangani kasus yang terkait dengan interpersonal seperti perpisahan orangtua,
interpersonal. Dalam penelitiannya dije- pola asuh otoriter dari orangtua, kematian
yang mengobservasi peserta, terapis, serta dari dirinya sehingga memudahkan sub-
proses pelaksanaan terapi tersebut. jek dalam melakukan perubahan perilaku
yang lebih positif, (7) menjadi lebih
Metode Analisis Data semangat ke depannya dalam mengha-
Analisis data penelitian dilakukan dapi kehidupan.
dengan visual inspection. Gejala depresi Analisis kuantitatif dilakukan
subjek dibandingkan antara hasil pengu- dengan visual inspection berdasarkan
kuran sebelum perlakuan (prates), setelah hasil analisis deskriptif mean empirik
perlakuan (pascates), dan follow-up skala pada skala BDI-II subjek. Dari analisis
BDI-II. Perbandingan secara individual dapat disimpulkan bahwa keenam subjek
tampak pada kenaikan atau penurunan di atas mengalami penurunan yang
yang disajikan melalui tabel atau grafik. signifikan. Berikut hasil dari masing-
masing subjek:
HASIL PENELITIAN
Mean
sonal (Auerbach & Ho, 2012) sebagai- kasus depresi pada remaja (Klomek,
mana penelitian ini, yang mengangkat Zalsman, & Mufson, 2007).
kasus gejala depresi pada remaja putri Storksen dkk (2005) menjelaskan
dengan orangtua bercerai. Penelitian ini bahwa perceraian orangtua dapat mem-
bertujuan untuk memberikan solusi bawa efek jangka panjang bagi anak,
dengan psikoterapi interpersonal dalam terlebih saat orangtua bercerai anak masih
menurunkan gejala depresi pada remaja kecil. Dampaknya akan terbawa hingga
putri. Berdasarkan hasil analisis data yang mereka memasuki usia remaja hingga
dilakukan, psikoterapi interpersonal me- dewasa. Setelah bercerai tentu akan
miliki pengaruh dan terbukti efektif untuk timbul permasalahan baru di dalam
menurunkan gejala depresi remaja. Hasil keluarga. Pada kasus subjek, permasa-
yang diperoleh dari deskripsi data mean lahan yang ditimbukan adalah konflik
empirik subjek mengalami penurunan interpersonal yang memunculkan emosi
sebelum dan setelah intervensi diberikan. negatif pada diri subjek. Storksen dkk
Mean empirik sebelum intervensi 23.5 (2005) menambahkan permasalahan yang
dan setelah intervensi menurun menjadi biasanya terjadi pada remaja awal sampai
6.17. Hasil analisis deskripsi data kemu- tengah salah satunya adalah gejala
dian peneliti jabarkan ke dalam grafik pe- depresi.
rubahan masing-masing subjek. Hasilnya, Secara umum, gejala depresi pada
subjek mengalami penurunan gejala anak dengan orangtua bercerai akan
depresi berdasarkan hasil tes Beck mengalami kenaikan pada usia remaja,
Depression Inventory (BDI-II). khususnya remaja putri seperti subjek
Analisis kualitatif yang peneliti dalam penelitian ini. Salah satu faktor
lakukan kepada masing-masing subjek yang dikontrol dalam penelitian ini ada-
juga menunjukkan hasil yang cukup lah jenis kelamin. Peneliti hanya meng-
positif. Setiap subjek merasakan peru- gunakan remaja putri. Menurut Ingersall
bahan setelah mengikuti psikoterapi inter- (McLean, 2003), terdapat perbedaan yang
personal, baik dari segi emosional mau- sangat signifikan antara remaja laki-laki
pun perilakunya. Berdasarkan hasil ana- dengan remaja putri dalam hal menga-
lisis kuantitatif dan kualitatif, maka pene- lami depresi. Pada masa ini prevalensi
liti menyimpulkan bahwa psikoterapi remaja putri mengalami depresi sampai
interpersonal terbukti efektif untuk menu- dua kali lipat dibanding dengan remaja
runkan gejala depresi remaja putri dengan laki-laki. Adanya perubahan hormonal
orangtua bercerai. Hal tersebut sesuai yang menyertai pubertas mengakibatkan
dengan berbagai penelitian yang menye- meningkatnya resiko remaja putri menga-
butkan bahwa psikoterapi interpersonal lami depresi. Remaja laki-laki cenderung
merupakan terapi yang efektf untuk mena- mengalihkan diri dari perasaan depresi
ngani kasus klinis, termasuk di dalamnya pada masa ini, sedangkan remaja putri
masa depan yang negatif, hingga muncul melihat kelebihan dan kekurangan dalam
pemikiran untuk bunuh diri yang dirasa- diri. Subjek kemudian diminta untuk
kan subjek dapat berkurang dengan menuliskan impian atau cita-citanya yang
pemberian teknik perubahan perlaku kemudian dibuat poster untuk dipasang di
dengan melihat kelebihan dan kekurang- tempat yang selalu dapat terlihat. Hal ini
an dalam diri, teknik dan edukasi untuk bertujuan untuk mencegah peningkatan
mengatasi perasaan tertekan, dan pem- gejala depresi atau relaps di kemudian
berian motivasi pada setiap pertemuan. hari. Ketika mengalami peristiwa yang
Auerbach dan Ho (2012) menjelaskan tidak menyenangkan dalam dirinya,
secara umum remaja menunjukkan orien- subjek diminta untuk melihat mimpinya
tasi yang lemah pada masa depan. Hal ini dan fokus pada tujuan hidupnya. Dengan
terkait dengan kematangan dan perubah- demikian semangat subjek akan terus
an hormonal yang terjadi. Apabila pada terbangun. Hasil yang diperoleh, subjek
tahap ini subjek mengalami konflik menjadi lebih semangat lagi dalam
interpersonal seperti menyaksikan perpi- mencapai cita-cita yang diinginkan.
sahan orangtua dan dampak dari perpi- Secara akademis, sebagian besar
sahan, maka secara tidak langsung subjek subjek mengalami peningkatan perfor-
akan memiliki kekhawatiran dalam mansi di sekolah, yaitu meningkatnya
menjalin hubungan interpersonal dengan hasil ujian. Data diperoleh dari hasil
ketika dewasa. Subjek juga menjadi wawancara pada waktu follow up. Hal ini
berkurang dalam minat beraktivitas baik dapat disimpulkan bahwa dengan
di sekolah maupun di luar sekolah, berkurangnya gejala depresi yang dialami
akibatnya subjek sering mengalami penu- oleh subjek, secara tidak langsung akan
runan performa di sekolah, sehingga meningkatkan performa dalam bidang
dibutuhkan motivasi dan dorongan untuk akademis. Seperti yang dijelaskan oleh
mengembalikan semangat berorientasi ke Rice dan Dolgin (2002) bahwa pada
depan. umumnya perceraian orangtua akan
Pada prosesnya, terapis membang- membawa dampak yang besar pada anak,
kitkan minat belajar subjek dengan baik dari sisi psikologis, kesehatan,
memberikan contoh kisah sukses dari maupun akademis. Tujuan khusus dari
tokoh-tokoh dunia yang mengalami penelitian ini dapat tercapai, yaitu dengan
peristiwa serupa dengan subjek atau berkurangnya gejala depresi subjek, maka
bahkan lebih menyedihkan, tetapi dapat performa di sekolah dapat meningkat. Hal
terus semangat hingga menjadi sukses. ini juga terkait dalam sesi motivasi yang
Terapis juga memberikan bagaimana tek- diberikan pada setiap pertemuan dengan
nik dalam mengatasi permasalahan secara tujuan meningkatkan kembali semangat
positif, dan membantu subjek dalam dan minat subjek.
melakukan perubahan positif dengan