Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Psikologi Islam dan Budaya Edisi April 2022, Vol.5, No.

1
ISSN online 2615-8183 / print 2615-8191 Hal. : 59-70
DOI : 10.15575/jpib.v5i1.15523

Terapi Pemaafan untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Remaja


Korban Kekerasan
Sherli Kurnia Oktaviana
Prodi Psikologi Islam, Institut Agama Islam Negeri Pontianak, Indonesia
e-mail: sherli@iainptk.ac.id

Abstract / Abstrak Keywords / Kata kunci

The purpose of this study is to examine the effect of forgiveness therapy on Forgiveness therapy;
decreasing anxiety level of the teenager victim of abuse. The research design used Anxiety;
quasi-experimental pretest-posttest control group design. The participants were 22 Adolescents;
teenagers aged 15-18 years old that were grouped into experimental and control Violence victims;
groups. The instrument used Depression Anxiety Stress Scale by Lovibond and
Lovibond (1995) and adapted into Indonesian by Damanik (2014). The data
analysis used two independent sample test with Mann Whitney test. The analysis
results of pretest and posttest show there is difference of anxiety level between
experimental and control groups. The given therapy has a significant effect size of
84.6%.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi pemaafan dalam Terapi pemaafan;
menurunkan tingkat kecemasan remaja korban kekerasan. Rancangan penelitian Kecemasan;
menggunakan kuasi eksperimen pretest-posttest control group design. Partisipan Remaja;
merupakan remaja berusia 15-18 tahun berjumlah 22 orang yang terbagi ke dalam Korban kekerasan
kelompok eksperimen dan kontrol. Alat ukur menggunakan skala Depression
Anxiety Stress Scale yang dikembangkan oleh Lovibond dan Lovibond (1995) dan
telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Damanik (2014). Analisis data
menggunakan teknik two independent sample test dengan uji Mann Whitney. Hasil
pengukuran data pretest ke posttest menunjukkan adanya perbedaan tingkat
kecemasan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Terapi yang diberikan
memiliki pengaruh (effect size) yang tinggi yaitu sebesar 84.6%.

Pendahuluan tentunya memiliki dampak yang signifikan


terhadap kesehatan fisik, psikologis dan sosial
Fase remaja merupakan salah satu periode
korban, terutama anak-anak dan remaja. Efek
dalam rentang kehidupan. Dalam siklus
kekerasan tersebut dapat berkisar dari ringan
perkembangan individu, masa ini merupakan
hingga berat, seperti kasus yang meninggalkan
segmen kehidupan yang penting dan merupakan
cacat, trauma psikologis berat, penyalahgunaan
masa transisi yang dapat diarahkan kepada
obat terlarang, hingga kematian.
perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
menjadi sukses, orang-orang muda pada usia
dan Perlindungan Anak mencatat sepanjang
yang sama harus mengatasi tugas-tugas
tahun 2021 terdapat sekitar 11.952 kasus
perkembangan. Jika tugas perkembangan sosial
kekerasan anak yang tercatat oleh Sistem
ini dapat berhasil diselesaikan, kehidupan sosial
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan
remaja tidak akan terganggu dan akan membawa
Anak (Simfoni). Kekerasan remaja terjadi pada
kegembiraan serta keberhasilan dalam
kalangan anak-anak dan dewasa muda yang
menguasai tugas perkembangan selanjutnya.
berusia 10 - 29 tahun, yang paling sering terjadi
Dewasa ini, peristiwa kekerasan hampir
seperti plonco, termasuk bullying dan agresivitas
setiap hari diberitakan di media cetak,
fisik menggunakan atau tanpa senjata (misalnya
elektronik, dan sosial, salah satunya adalah
pisau atau senjata tajam lainnya), dan mungkin
kekerasan terhadap korban bayi dan balita oleh
melibatkan kekerasan antar kelompok (geng).
orang-orang terdekatnya, seperti orang tua,
Bullying dapat berdampak negatif pada
teman, dan wali. Pengalaman kekerasan
kesehatan mental dan kesejahteraan remaja

59
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

(CDC, 2014; Tsitsika dkk., 2014). Efek negatif kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
bullying pada remaja meliputi depresi, Penelitian tersebut menunjukkan hasil positif,
kecemasan, penyalahgunaan obat-obatan, yang mana terapi pemaafan secara kualitatif
aktivitas sosial yang rendah, prestasi akademik menurunkan gejala permasalahan psikologis
yang rendah, dan risiko bunuh diri (CDC, 2014). pada istri korban KDRT. Pemaafan mampu
Rivers dkk. (2007) menyebutkan bahwa paparan menurunkan gejala negatif akibat kekerasan
bullying terhadap korban laki-laki dapat dalam rumah tangga disebabkan peserta sudah
menurunkan keterampilan sosial, menurunkan mampu menerima keadaan yang dialami pada
kepercayaan diri, dan menurunkan kemampuan saat ini. Setelah peserta mampu menerima,
fisik. Di sisi lain, korban perempuan cenderung artinya peserta sudah menerima bahwa
mengalami kekecewaan besar saat teman atau terjadinya peristiwa itupun sudah sesuai dengan
sahabat pergi. kehendak Allah, sehingga peserta mulai untuk
Kecemasan merupakan salah satu dampak memaafkan. Pada saat peserta bersedia
negatif yang dialami remaja akibat bullying. memaafkan, maka ketenangan mulai dirasakan
Hasil studi Kowalski dkk. (2012) menyebutkan sehingga perasaan negatif mulai berkurang.
bahwa kecemasan merupakan faktor terbesar Yudha dan Tobing (2017) mengatakan bahwa
yang menyebabkan murid enggan pergi ke memaafkan lebih dari sekedar menenangkan
sekolah. Remaja dengan tingkat kecemasan atau menghentikan kemarahan terhadap pelaku,
tinggi memiliki sedikit teman dan memiliki karena tidak hanya terasa lebih baik, tetapi juga
kesadaran diri yang negatif, serta gangguan memaafkan seorang individu berarti
perkembangan sosial (Festa & Ginsburg, 2011; memberikan sebuah pemberian untuk orang lain.
Lai dkk., 2008). Bullying dapat meningkatkan McGary (Yudha & Tobing, 2017) mengatakan
kecemasan pada remaja. bahwa dengan memaafkan pelaku, maka
Beberapa penelitian menunjukkan adanya individu tidak hanya fokus pada diri sendiri,
hubungan antara religious coping dengan sehingga akan mengalami pemulihan psikologis.
kecemasan, yang juga menunjukkan pentingnya Penelitian sebelumnya oleh para ahli,
faktor spiritual dan agama dalam menghadapi menemukan bahwa pemaafan dapat mengurangi
kecemasan (Tepper dkk., 2001; Steffen dkk., emosi negatif dan meningkatkan emosi positif.
2001; Tarakeshwar dkk., 2005; Blume, 2006). Toussaint dan Web (2005) menyimpulkan
Penelitian lain yang menggunakan terapi temuan dari penelitian tentang hubungan
psikologis dan medis berbasis keislaman juga pemaafan dan kesehatan mental, hasil penelitian
sudah dilakukan, seperti zikir, salat tahajud, intervensi pemaafan, dan penelitian
terapi kognitif religius, dan pelatihan relaksasi eksperimental pemaafan. Hasil-hasil penelitian
religius (Ancok & Suroso, 2008; Saleh, 2010, hubungan menegaskan pemaafan secara umum
2006; Trimulyaningsih, 2009; Purwanto, 2006; berhubungan positif dengan kesehatan mental,
Ramdani dkk., 2021). Religiusitas merupakan serta berhubungan negatif dengan depresi
salah satu faktor yang mampu memengaruhi (Toussaint & Webb, 2005; Toussaint dkk., 2016;
kondisi psikologis seseorang. Maksudnya adalah Ramdani, 2017).
ketika individu mampu untuk melibatkan Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
religiusitas, maka akan muncul emosi positif dan American Psychologycal Association (APA)
menetralisir emosi negatif, dimana emosi negatif (2006) menemukan beberapa manfaat pemaafan
dan pikiran negatif merupakan alat yang diantaranya pemaafan menjadi metode
mengarahkan seseorang mengalami gangguan penyembuhan psikologis, untuk mengurangi
kejiwaan (Beck & Alforf, 2009). rasa sakit hati, kemarahan, meningkatkan
Penelitian lain untuk mengatasi harapan, kualitas hidup, kepedulian terhadap
permasalahan psikologis pada korban kekerasan orang lain, dan meningkatkan kesejahteraan fisik
adalah penelitian Prihantini (2015) yang serta emosional. Hasil dari eksperimen yang
menggunakan terapi pemaafan bagi istri korban menggunakan pemaafan sebagai intervensi

60 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

menunjukkan bahwa pemaafan dapat Metode


meningkatkan emosi positif, mengurangi
Rancangan Penelitian
frekuensi serangan sakit mental, mengurangi
Rancangan yang digunakan dalam
respon fisik terhadap stres (somatisasi), dan
penelitian ini adalah kuasi eksperimen.
meningkatkan hubungan interpersonal.
Beberapa penelitian sebelumnya yang Kuasi eksperimen merupakan penelitian
menjelaskan dinamika perubahan tingkat eksperimen yang dilakukan tanpa proses
kecemasan melalui terapi pemaafan seperti yang randomisasi, namun masih menggunakan
dikemukakan McCullough dkk. (dalam Wardhati kelompok kontrol. Penelitian ini
& Faturochman, 2006) bahwa memaafkan dapat menggunakan model rancangan pretest-
digunakan sebagai motivator untuk mengubah posttest control group design (Azwar, 2007).
seseorang agar tidak membalas dendam, Desain pada eksperimen pretest-
mengurangi kebencian terhadap orang lain dan posttest control group design ini merupakan
meningkatkan keinginan untuk menyelesaikan
desain eksperimen yang menggunakan dua
konflik dalam hubungan dengan orang lain.
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
Wade dan Worthington (2003) setuju dengan
kelompok eksperimen serta melakukan
pendapat yang mengatakan bahwa secara
kesehatan memaafkan memberikan manfaat pengukuran sebelum dan sesudah pemberian
psikologis, memaafkan juga merupakan perlakuan pada responden (gambar 1).
intervensi yang efektif karena membebaskan Perbedaan dari kedua hasil pengukuran
individu dari kemarahan dan rasa bersalah. dianggap sebagai efek perlakuan.
Selain itu, memaafkan mampu mengurangi rasa
marah, depresi, cemas dan membantu Definisi Operasional Variabel
penyesuaian dalam perkawinan (Hope, 1987). Variabel tergantung dalam penelitian ini
Dalam hubungan interpersonal, memaafkan juga adalah kecemasan dan variabel bebas berupa
memengaruhi kebahagiaan dan kepuasan terapi pemaafan. Kecemasan adalah gangguan
hubungan (Karremans dkk., 2003; Fincham & mood yang ditandai dengan keadaan cemas
Beach, 2002). tentang sesuatu yang buruk atau berbahaya
Pada penelitian ini, peneliti mengacu disertai dengan gejala stres fisiologis.
kepada teori pemaafan menurut Imam Al- Kecemasan dalam penelitian ini akan diungkap
Ghazali (2012), pemaafan adalah ketika melalui skala Depression Anxiety Stress Scale
seseorang yang berhak atas suatu hak lalu (DASS) dari Lovibond dan Lovibond (1995).
menggugurkan atau membebaskan orang yang Skor yang diperoleh dari skala ini menunjukkan
harus menunaikan hak tersebut, dalam hal ini tingkat kondisi kecemasan individu, semakin
yaitu orang yang membuat sakit hati, sehingga tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi
tahapan pemaafan dari Al-Ghazali dijadikan pula kondisi tingkat kecemasan yang dirasakan,
dasar untuk melakukan terapi pemaafan pada begitu pula sebaliknya.
penelitian ini. Berdasarkan pemaparan tentang Intervensi dalam penelitian ini berupa
pentingnya sikap pemaafan bagi remaja korban pemberian terapi pemaafan pada remaja
kekerasan untuk menurunkan tingkat kecemasan korban tindak kekerasan. Terapi dilakukan
mereka, maka penelitian ini akan mencari sebanyak 3 kali pertemuan, dengan durasi
seberapa besar efektivitas terapi pemaafan
waktu 120 menit pada setiap pertemuan,
memiliki pengaruh terhadap penurunan
sehinga total seluruh pertemuan berjumlah
kecemasan remaja korban kekerasan.
360 menit.

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 61
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Tindak (2012), terdiri dari 14 item untuk mengukur tiga
Lanjut dimensi, yaitu: dimensi emosi, dimensi kognisi,
dan dimensi interpersonal. Alternatif jawaban
Eksperimen Y1 X Y2 Y3 terdiri dari 1 (sangat jarang), 2 (jarang), 3
(kadang-kadang), 4 (sering), dan 5 (sangat
Kontrol Y1 - Y2 Y3
sering). Telah dilakukan uji coba skala oleh
Gambar 1. Rancangan pretest-posttest control group Prihantini (2018) yang menghasilkan koefisien
design reliabilitas α sebesar .950. Skala pemaafan
Keterangan: diberikan sebagai lembar evaluasi yang
Y1 : Pengukuran sebelum terapi pemaafan bertujuan untuk mengetahui tingkat
Y2 : Pengukuran setelah terapi pemaafan keberhasilan proses terapi yang telah
Y3 : Pengukuran tindak lanjut (follow-up)
X : Perlakuan berupa terapi pemaafan dilakukan.
: Tidak diberikan perlakuan
Prosedur Penelitian
Subjek Penelitian Persiapan Penelitian
Subjek penelitian merupakan remaja yang Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara
pernah mengalami kekerasan. Subjek berjumlah melakukan studi pendahuluan tentang keadaan
22 orang, terbagi menjadi dua kelompok yaitu 11 psikologis remaja korban kekerasan berdasarkan
orang kelompok eksperimen dan 11 orang literatur ilmiah. Peneliti kemudian melakukan
kelompok kontrol. Adapun karakteristik subjek studi pustaka mengenai keadaan psikologis dan
meliputi: remaja yang memiliki pengalaman kecemasan pada remaja korban tindak kekerasan
tindak kekerasan dalam 2-3 bulan terakhir, berkaitan dengan permasalahan yang dialami.
beragama Islam, berjenis kelamin laki-laki dan Setelah mengidentifikasi kasus yang ditemukan,
perempuan, berusia antara 15 - 18 tahun, peneliti memilih intervensi yang dapat
memiliki skor tingkat kecemasan sedang sampai digunakan untuk mengatasi masalah tersebut
dengan tinggi yang diukur menggunakan skala yakni terapi pemaafan. Modul terapi pemaafan
tingkat kecemasan, serta tidak sedang menjalani disusun peneliti dengan memodifikasi modul
terapi psikologi. Terapi Pemaafan oleh Prihantini (2015)
berdasarkan teori pemaafan dari Al-Ghazali
Teknik Pengumpulan Data (2012).
Pengumpulan data menggunakan Pengukuran Awal
Depression Anxiety Stress Scale (DASS-A) dari Sebelum melakukan terapi, peserta
Lovibond dan Lovibond (1995). Skala ini pelatihan diberikan skala DASS-A untuk
diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh pengukuran awal (baseline). Selain itu,
Damanik (2014). Subskala DASS-A terdiri dari dilakukan pula wawancara untuk memperoleh
14 pertanyaan yang mengungkapkan tentang data kualitatif dari kondisi psikologis subjek.
kondisi kecemasan. Skala memiliki pilihan Pelaksanaan Terapi
jawaban yang bergerak dari 0 - 4 (tidak Terapi dilaksanakan tiga kali pertemuan
sesuai/tidak pernah, cukup sesuai/kadang- dalam rentang waktu satu minggu dengan durasi
kadang, sesuai/lumayan sering, dan sangat waktu 120 menit untuk setiap pertemuan. Terapi
sesuai/sering sekali). Skor minimal yang dapat dilakukan dengan berpedoman kepada modul.
diperoleh subjek pada DASS-A adalah 0 yang Proses terapi dipandu dan dipimpin oleh seorang
menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat psikolog sebagai fasilitator serta dibantu oleh co-
kondisi normal. Adapun skor maksimal adalah fasilitator dan observer.
56 yang menunjukkan bahwa subjek memiliki Pengukuran Akhir
tingkat kecemasan sangat berat. Setelah dilakukan terapi pemaafan, peserta
Dalam penelitian ini digunakan pula skala diminta untuk mengisi lembar evaluasi dan skala
pemaafan yang dikembangkan oleh Nashori

62 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

pasca tes, yaitu diberikan kembali skala DASS- Sedangkan subjek pada kelompok kontrol
A. Selain itu, dilakukan wawancara untuk menunjukkan adanya kenaikan rata-rata skor
mengetahui kondisi psikologis subjek selama kecemasan, yaitu: 2.86 (pretest), 1.64 (posttest),
mengikuti terapi. dan 2.48 (tindak lanjut).
Tindak Lanjut Berdasarkan gambar 3, data skor pretest,
Tindak lanjut dilakukan 7 - 14 hari setelah posttest, dan tindak lanjut pada kelompok
terapi pemaafan selesai. Pada tahap ini subjek eksperimen menunjukkan peningkatan rata-rata
kembali diminta mengisi skala DASS-A untuk skor pemaafan, yaitu: 5.32 (pretest), 6.35
mengetahui perkembangan kondisi kecemasan (posttest), dan 5.50 (tindak lanjut). Data tersebut
diri subjek. Selain itu, subjek juga diwawancara mengungkapkan bahwa kelompok eksperimen
kembali untuk mengetahui perubahan kondisi memperoleh skor pemaafan yang tinggi jika
psikologis mereka. dibandingkan dengan skor pemaafan pada saat
sebelum diberikan terapi pemaafan. Sedangkan
Teknik Analisis Data subjek dalam kelompok kontrol menunjukkan
Teknik analisis data menggunakan analisis adanya penurunan rata-rata skor pemaafan,
kuantitatif dengan teknik two independent yaitu: 6.35 (pretest), 5.50 (posttest), dan 4.61
sample test dengan uji Mann Whitney dengan (tindak lanjut).
menggunakan perangkat lunak Statistical
Product and Service Solution (SPSS) for 3,933,72
windows 20.0. 4 2,86
2,48
3
1,3 1,64
2
Hasil
1
Subjek penelitian yang sudah terpilih 0
melalui prosedur screening adalah subjek yang Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
memiliki skor DASS-A dalam kategori ringan,
sedang, berat dan sangat berat, serta memiliki Prates Pascates Tindak Lanjut
skor pemaafan dalam kategori rendah dan
sedang. Secara keseluruhan data pengukuran Gambar 2. Skor tingkat kecemasan
awal dan pengukuran akhir terhadap kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
pada gambar 2.
8 6,35 6,35
Data skor pretest, posttest, dan tindak lanjut 5,32 5,5 5,5
6 4,61
pada kelompok eksperimen menunjukkan
4
penurunan rata-rata tingkat kecemasan, yaitu:
2
3.93 (pretest), 3.72 (posttest), dan 1.3 (tindak
0
lanjut). Tindak lanjut dibutuhkan dalam Kelompok Kelompok
penelitian untuk untuk mengetahui Eksperimen Kontrol
perkembangan kondisi kecemasan diri subjek.
Prates PascaTes Tindak Lanjut
Selain itu, subjek juga kembali diwawancara
untuk mengetahui perubahan kondisi psikologis.
Gambar 3. Skor tingkat pemaafaan
Tujuan tindak lanjut adalah untuk mengetahui
efek dari intervensi yang diberikan, berifat Tabel 1
sementara atau berjangka panjang. Data tersebut Uji Hipotesis Mann Whitney Pretest-Posttest
Pretest-Posttest
menerangkan bahwa kelompok eksperimen Mean Mean
memperoleh skor kecemasan yang rendah jika Variabel Exp Ko Z P
dibandingkan dengan skor kecemasan mereka Kecemasan (-3.7273) .9091 -2.582 .010
pada saat sebelum diberikan terapi pemaafan. Pemaafaan 4.6364 -2.1818 -2.484 .013

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 63
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

Tabel 2 pemaafan pada kelompok eksperimen dengan


Uji Hipotesis Mann Whitney Pretest-Tindak Lanjut mean 6.5455 dan kelompok kontrol mengalami
Pretest-Posttest penurunan sebesar -2.4545.
Mean
Uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui
Variabel Mean Exp Ko Z P
apakah variabel kecemasan dan pemaafan saling
Kecemasan (-5.3636) .6364 -2.639 .008
berhubungan. Skala pemaafaan yang bertindak
Pemaafaan 6.5455 -2.4545 -2.998 .003
sebagai tes manipulation check digunakan untuk
mengukur bahwa terapi pemaafaan benar-benar
Pengujian hipotesis menggunakan teknik memengaruhi peserta. Ini juga berfungsi sebagai
two independent sample test dengan pengukuran tambahan pada studi eksperimental
menggunakan uji Mann Whitney. Hipotesis pada yang dilakukan dengan tujuan menilai apakah
penelitian ini adalah terdapat perbedaan skor peserta memahami dan bagaimana peserta
kecemasan pada kelompok eksperimen dan menafsirkan manipulasi dan/atau untuk
kelompok kontrol antara sebelum dan sesudah mengukur efek langsung dari terapi.
diberikan intervensi berupa terapi pemaafan. Diperoleh hasil bahwa antara pretest dan
Skor kecemasan menurun pada kelompok posttest pada kelompok ekperimen, baik
eksperimen setelah diberikan intervensi pemaafan dan kecemasan memiliki hubungan
dibandingkan dengan kelompok yang tidak yang signifikan dimana p<.005. Hal ini juga
diberikan intervensi (kelompok kontrol). senada dengan hasil pretest dan tindak lanjut,
Data pada tabel 1 dan 2 menunjukkan menunjukkan hasil baik pemaafan dan
beberapa hasil kesimpulan yaitu: 1) Data pretest kecemasan memiliki hubungan yang signifikan,
ke posttest memperlihatkan ada perbedaan dimana p<.005. Artinya, terdapat perbedaan
antara kelompok eksperimen dengan kelompok antara dua kelompok data berpasangan, terdapat
kontrol dalam tingkat kecemasan, dimana p = hubungan penurunan kecemasan yang signifikan
.010 (p<.05). Hal ini juga ditandai dengan skor antara sebelum dan setelah diberikan intervensi
mean kelompok eksperimen menunjukkan terapi pemaafan pada kelompok eksperimen itu
adanya penurunan, yakni -3.7273, sedangkan sendiri.
kelompok kontrol tidak menunjukkan adanya Pada kelompok kontrol, pretest dan posttest
penurunan atau peningkatan, yakni .9091. 2) baik pemaafan maupun kecemasan memiliki
Data pretest ke posttest menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan dimana p>.005.
perbedaan kelompok eksperimen dengan Hal ini juga senada dengan hasil pretest dan
kelompok kontrol pada tingkat pemaafan, follow up, menunjukkan hasil baik pemaafan
dengan nilai p = .013 (p<.05). Hal ini juga maupun kecemasan memiliki hubungan yang
ditandai dengan mean yakni 4.6364 yang tidak signifikan (p>.005). Artinya, tidak ada
menunjukkan peningkatan, sedangkan perbedaan antara dua kelompok data
kelompok kontrol sebesar -2.1818 yang berpasangan, tidak terdapat hubungan
menunjukkan penurunan tingkat pemaafan. 3) kecemasan yang signifikan antara sebelum dan
Data pretest ke follow up memperlihatkan setelah pelaksanaan intervensi pemaafan.
terdapat perbedaan kelompok kontrol dan Artinya, tidak terdapat perbedaan dari
kelompok eksperimen pada tingkat kecemasan, diberikannya pretest hingga proses follow up
yaitu p = .008 (p<.05). Hal ini juga ditandai pada kelompok kontrol.
dengan adanya penurunan mean kelompok Hasil perhitungan Partial Eta Square
eksperimen sebesar -5.3636 sedangkan Wilks’ Lambda menunjukkan nilai sebesar .846.
kelompok kontrol sebesar .6364. 4) Data pretest Menurut Cohen (1988), jika suatu effect size
ke follow up memperlihatkan adanya perbedaan lebih dari .14, maka data menunjukkan pengaruh
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yang tinggi, yakni sebesar 84.6%. Artinya, data
pada tingkat pemaafan, yaitu p = .003 (p<.05). tersebut menunjukkan pengaruh terapi yang
Hal ini ditandai dengan meningkatnya skor diberikan memiliki effect size yang tinggi.

64 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

Diskusi salah satu ciri khas dari kecemasan, sehingga


ketika pandangan hidup tergantikan dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari
motivasi dan keteguhan kepada ketentuan Allah,
tahu pengaruh terapi pemaafan terhadap tingkat
maka akan mengurangi aspek negatif yang juga
kecemasan remaja korban tindak kekerasan.
secara tidak langsung mengurangi keadaaan
Hasil menunjukkan bahwa terapi pemaafan
kecemasan seseorang. Dengan adanya
dapat berpengaruh terhadap kecemasan remaja
keyakinan dan keteguhan kepada Allah, orang
korban kekerasan. Hal ini dibuktikan oleh hasil
yang mengalami kecemasan tidak lagi merasa
analisis yang signifikan baik antara sebelum dan
berputus asa, melainkan yakin dan memahami
setelah diberikannya intervensi dalam kelompok
janji dan ketentuan dari Allah (Julianto &
eksperimen maupun adanya perbedaan skor
Subandi, 2015).
signifikan eksperimen dan kontrol. Sehingga
Terdapat subjek yang menyinggung tentang
dapat dikatakan hipotesis diterima, dengan effect
keluarga dan kekecewaan terhadap keluarga
size yang tinggi dari terapi yang diberikan.
disebabkan orang tua sering bertengkar dan
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel,
memutuskan untuk berpisah. Hal ini kemudian
yakni kecemasan sebagai variabel dependent dan
dikelola dalam kelompok, bahwa penting
terapi pemaafan sebagai variabel independent.
untuknya memberikan maaf, bukan untuk orang
Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan
lain melainkan diri sendiri. Setelah melewati
pada remaja korban tindak kekerasan
pemahaman mengenai hal tersebut, subjek
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang
kemudian memohon kepada Allah dengan
dialami remaja korban tindak kekerasan tersebut
membaca doa dan berusaha memaafkan.
menurun. Hal serupa terjadi pada variabel
Selanjutnya subjek merasa lebih tenang dan bisa
pemaafan kelompok eksperimen, nilai rerata
menjadi lebih fokus. Gejala ganggguan
yang dihasilkan adalah positif, sehingga dapat
psikologis seperti kecemasan, depresi dan
disimpulkan bahwa setelah diberikan intervensi
sebagainya idealnya akan berbanding terbalik
pemaafan, subjek sudah mengetahui dan
dengan peningkatan ketenangan psikologis.
mencoba mengamalkan tentang pemaafan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang
Hal berbeda terjadi pada kelompok kontrol,
bagaimana spiritualitas dapat mengurangi
yang mana tidak ditemukan perbedaan skor
kecemasan (Davis dkk., 2003).
pretest hingga posttest dan juga pretest hingga
Hasil terapi juga menunjukkan, subjek
follow up. Meskipun demikian, beberapa subjek
sudah mampu memahami diri serta mampu
ada yang mengalami penurunan, akan tetapi
belajar dari orang lain sehingga dapat
pertemuan selanjutnya hasilnya positif. Jika
mengetahui apa saja perbuatan yang merugikan
meninjau nilai rerata, nilai rata-rata lebih tinggi
dan menguntungkan. Penilaian ini didasarkan
pada kelompok eksperimen. Pada skala
pada perbandingan antara kondisi diri subjek
kecemasan, seluruh subjek kelompok
yang dibandingkan dengan kondisi orang lain
eksperimen terus mengalami penurunan setelah
dan kondisi masa lalu. Secara spesifik, ketika
diberikan intervensi. Hal tersebut disebabkan
seseorang berhenti untuk membuat dirinya
subjek sudah mulai mengenal rasa sakit yang
tertekan oleh banyak situasi, kemudian mampu
dirasakan. Hal ini terkait dengan proses
dikelola dengan baik maka akan menurunkan
pemaafan yang dimulai dari mengelola rasa
gejala kecemasan sehingga menjadi lebih
marah, melakukan eksplorasi terhadap rasa sakit,
tenang. Walton (2005) menyatakan bahwa
kemudian mencoba untuk mereduksi hal tersebut
pemaafan merupakan salah satu cara bagi
(Hadriami & Samuel, 2016).
seseorang untuk menerima dan melepaskan
Sesuai dengan hasil wawancara pada
emosi negatif seperti depresi, rasa marah, rasa
subjek, terapi pemaafan memberikan motivasi
bersalah, dan malu akibat ketidakadilan, dan
dan pemahaman baru tentang pandangan hidup
untuk meningkatkan hubungan interpersonal
mereka. Pandangan hidup negatif merupakan
dalam berbagai situasi bermasalah. Selain itu,

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 65
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

pemaafan dapat membawa seseorang pada Pada analisis kualitatif, subjek


berbagai pemahaman baru, penerimaan terhadap mengungkapkan bahwa banyak hal yang bisa
rasa sakit akibat dari peristiwa yang dialaminya diperoleh dari terapi ini, khususnya mengenai
berkurang atau tidak lagi dirasakan (Enright, menahan marah dan pentingnya menjalin tali
2001). silahturahmi dengan orang lain. Hal ini
Hasil penelitian ini diperkuat beberapa membantu subjek dalam berproses menjadi lebih
penelitian sebelumnya. Dalam penelitian Fatma baik dari hari kemarin dan dapat lebih
(2019) diperoleh hasil bahwa subjek yang belum bermanfaat di lingkungan. Terapi yang
mampu memaafkan peristiwa yang menyakitkan dilakukan dalam kelompok juga membuat
memicu simtom depresi. Hal ini sejalan dengan subjek mempelajari beberapa peristiwa dari
penelitian Hope (Wardhati & Faturochman, orang lain yang berdampak pada bagaimana
2006) bahwa memaafkan mampu mengurangi subjek mensyukuri keadaannya dibandingkan
marah, depresi, dan cemas. Arismawati (2016) dengan orang lain. Hal ini juga diungkapkan
menyatakan bahwa untuk mengurangi beberapa subjek sebagai hal yang menenangkan.
kecemasan memerlukan strategi coping positif Keterbukaan dapat membawa seseorang
yang akan menumbuhkan sikap memaafkan dan memperoleh emosi positif sejalan dengan emosi
sikap memaafkan memberikan kontribusi negatifnya.
terhadap penurunan kecemasan. Keberhasilan terapi juga didukung oleh
Penelitian Nurhidayah dkk. (2015) keberhasilan terapis dalam memimpin jalannya
menemukan bahwa siswa yang pernah terapi, menyampaikan materi, dan mengarahkan
mengalami bullying kebanyakan akan merasa anggota terapi untuk dapat saling berbagi. Selain
cemas saat bertemu dengan pelaku bullying. terapis, keberhasilan terapi ini juga disebabkan
Dijelaskan pula bahwa salah satu stressor oleh adanya keinginan kuat untuk datang ke
psikologis yang membuat seseorang cemas sekolah mengikuti sesi terapi yang dikatakan
adalah trauma. Perilaku bullying yang terus sebagai hal baru dan cukup menyenangkan,
dilakukan terhadap korban dapat mengakibatkan karena sebelum mengikuti terapi beberapa
korban trauma dengan menyimpan rasa cemas anggota sering membolos sekolah. Evaluasi
dalam dirinya. Kecemasan yang dipendam oleh secara keseluruhan menunjukkan bahwa
korban bullying akan membuat korban merasa aktivitas terapi yang dilakukan mengandung
stres dan bahkan menyebabkan bunuh diri. ilmu yang sangat bermanfaat serta aktivitas yang
McCullough dkk. (Wardhati & menyenangkan. Kritik dan saran lebih ditujukan
Faturochman, 2006) mengungkapkan ternyata terkait teknis pelaksanaan terapi, misalnya
memaafkan dapat menjadi motivasi seseorang kondisi ruangan.
untuk tidak melakukan usaha balas dendam dan Secara kualitatif diperoleh hasil bahwa
mengurangi dorongan untuk memelihara terapi pemaafan bermanfaat untuk remaja
perasaan benci pada orang yang menyakiti. korban tindak kekerasan dan membuat korban
Perasaan yang muncul akibat rasa sakit yang merasa lebih tenang dan bersyukur dengan
diberikan oleh pelaku membuat individu merasa keadaan yang dimiliki setelah mendengar cerita
tidak ingin memaafkan, ingin membalas dari orang lain. Korban yang juga sebagai pelaku
dendam, merasakan kekecewaan, merasa dirinya kekerasan menyatakan bahwa mereka
tidak bermanfaat. Akan tetapi setelah diberikan menyadari adanya perspektif lain jika
terapi pemaafan, individu akan lebih memahami melakukan kekerasan berupa dampak negatif,
dua sudut pandang, sehingga mulai muncul sehingga mendorong peserta untuk menghindari
perasaan keberhargaan diri yang mulai perilaku kekerasan. Selanjutnya, terapi ini
menumbuhkan semangat baru yang positif menunjukkan penurunan kecemasan karena
dalam diri individu. Semangat baru ini mampu terlihat dari menurunnya gejala-gejala
menurunkan kecemasan dan mengurangi kecemasan.
dorongan balas dendam.

66 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

Keterbatasan penelitian ini terkait dengan Beck, A., & Alforf, B. (2009). Depression:
isi modul, disarankan untuk peneliti selanjutnya Causes and treatment. University of
dapat memberikan metode penyajian materi Pennsylvania Press.
yang berbeda dan lebih menarik pada subjek Blume, T. W. (2006). Becoming A family
yang sama, agar dapat dibandingkan hasil counselor. John Wiley and Sons, Inc.
penelitian ini dengan penelitian nanti. Sangat Centers for Disease Control and Prevention
disarankan untuk menambah jumlah jam terapi (CDC). (2014, April 14). The relationship
dengan tujuan agar materi yang disampaikan between bullying and suicide: What we
bisa lebih mendalam dan terserap lebih optimal. know and what it mean for school. CDC.
https://stacks.cdc.gov/view/cdc/34163
Simpulan Cohen, J. 1988. Statistical power analysis for the
behavioral sciences (2nd ed.). L. Erlbaum
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Associates.
disimpulkan bahwa terapi pemaafan
Damanik, E. D. (2011). The measurement of
berpengaruh terhadap penurunan tingkat
reliability, validity, items analysis and
kecemasan remaja korban tindak kekerasan.
normative data of depression anxiety stress
Melalui terapi pemaafan, subjek yang
scale (DASS).
merupakan remaja korban tindak kekerasan,
http://www2.psy.unsw.edu.au/dass/Indones
mulai dapat memahami diri mereka serta mampu
ian/Damanik%20Indonesian%20translatio
belajar dari orang lain sehingga dapat
n%20-%20Reliability.doc
membedakan antara perbuatan yang merugikan
Davis, T., Kerr, B., & Sharon. (2003). Meaning,
dan menguntungkan. Penilaian tersebut
purpose, and religiosity in at-risk youth:
didasarkan pada perbandingan antara kondisi
The relationship between anxiety and
diri dengan kondisi orang lain dan kondisi masa
spirituality. Journal of Psychology and
lalu. Remaja yang pernah mendapatkan
Theology, 31(4), 356-365.
pengalaman kekerasan, melalui terapi pemaafan
http://dx.doi.org/10.1177/00916471030310
mereka belajar untuk berhenti membuat dirinya
0406
merasa tertekan dengan pengalaman tersebut,
Enright, R. D. (2001). Forgiveness is a choice: A
lalu mengelola situasi saat ini dengan lebih baik
step-by-step process for resolving anger
sehingga berbagai gejala kecemasan pun mulai
and restoring hope. American Psyhological
menurun yang kemudian berganti dengan
Association.
meningkatnya ketenangan.
Fatma, S. H. (2019). Pengaruh motivasi
memaafkan terhadap penurunan tingkat
Referensi
depresi pada wanita melalui forgiveness
Ancok, D., & Suroso, F. N. (2008). Psikologi therapy (Tesis tidak diterbitkan).
islami. Pustaka Pelajar. Universitas Muhammadiyah Malang.
Al-Ghazali. (2012). Ihya 'ulumuddin: Festa, C. C., & Ginsburg, G. S. (2011). Parental
Menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama. and peer predictors of social anxiety in
Jilid 4. (Purwanto, Trans.) Marja. youth. Child Psychiatric Hum Dev., 42(3).
Arismawati. (2016). Hubungan antara pemaafan 291-306. https://doi.org/10.1007/s10578-
(forgiveness) dengan kecemasan (anxiety) 011-0215-8
pada remaja yang orang tuanya bercerai Fincham, F. D., Beach, S. R. H., & Davila, J.
(Tesis tidak diterbitkan). Universitas (2004). Forgiveness and conflict resolution
Pendidikan Indonesia, Fakultas Ilmu in marriage. Journal of Family Psychology,
Pendidikan, Pendidikan Psikologi dan 18(1), 72–81. https://doi.org/10.1037/0893-
Bimbingan. 3200.18.1.72
Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Pustaka Hadriami, E., & Samuel, S. (2016). Terapi
Pelajar. pemaafan melalui playback theater untuk

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 67
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

mengurangi sakit hati. Psikodimensia, XI. Soul: Jurnal Pemikiran dan Penelitian
15(1), 1-23. Psikologi, 8(1). 37-48.
Hope, D. (1987). The healing paradox of Prihantini, A. (2015). Terapi pemaafan untuk
forgiveness. Psychotherapy: Theory, meningkatkan kesejahteraan psikologis
Research, Practice, Training, 24(2), 240– pada istri korban kekerasan dalam rumah
244. https://doi.org/10.1037/h0085710 tangga (Thesis tidak diterbitkan).
Julianto, V., & Subandi. (2015). Membaca al- Universitas Islam Indonesia.
fatihah reflektif intuitif untuk menurunkan Prihantini, S. (2018). Terapi pemaafan untuk
depresi dan meningkatkan imunitas. Jurnal meningkatkan kesejahteraan psikologis
Psikologi, 42(1), 34-46. pada istri korban kekerasan dalam rumah
https://doi.org/10.22146/jpsi.6941 tangga (Tesis tidak diterbitkan).
Karremans, J. C., Van Lange, P. A. M., Universitas Islam Indonesia.
Ouwerkerk, J. W., & Kluwer, E. S. (2003). Purwanto, S. (2006). Pengaruh pelatihan
When forgiving enhances psychological relaksasi religius untuk mengurangi
well-being: The role of interpersonal gangguan insomnia (Tesis tidak
commitment. Journal of Personality and diterbitkan). Universitas Gadjah Mada,
Social Psychology, 84(5), 1011–1026. Fakultas Psikologi.
https://doi.org/10.1037/0022- Ramdani, Z. (2017). Forgiving is not only
3514.84.5.1011 forgetting (Phenomenological study on
Kowalski, R. M., & Limber, S. P. (2012). forgiveness in individual who experiences a
Psychological, physical, and academic friendship conflict). IJASOS-International
correlates of cyberbullying and traditional E-Journal of Advances in Social Sciences.
bullying. Journal of Adolescent Health, https://doi.org/10.18769/ijasos.366853
53(1), 13-20. Ramdani, Z., Jaenudin, U., Djamal, N., Anggara,
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012.0 A., Pertiwi, F., Syamsiyah, I., Luthfi, M.,
9.018 Juliana, P., & Wisda, T. (2021). The false
Lai, S., Ye, R., & Chang, K. (2008). Bullying in memory and the effect of murottal Al-
middle school: An Asian – Pasific regional Qur’an. Psikis: Jurnal Psikologi
study. Asia Pasific Education Review, 9(4), Islami, 7(1), 1-9.
393-405. https://doi.org/https://doi.org/10.19109/psi
http://dx.doi.org/10.1007/BF03025666 kis.v7i1.5260
Lovibond, S. H., & Lovibond, P. F. (1995). Rivers, I., Duncan, N., & Besag, V. E. (2007).
Manual for the Depression Anxiety Stres Bullying: A handbook for educators and
Scales. The Psychology Foundation of parents. Praeger Publishers.
Australia Inc. Saleh, A. Y. (2010). Berdzikir untuk kesehatan
Mulyana, N., & Krisnani, H. (2016), Intervensi syaraf. Penerbit Zaman.
terhadap remaja korban kriminal. Widya Steffen, P. R., Hinderliter, A. L., Blumenthal, J.
Padjadjaran. A., & Sherwood, A. (2001). Religious
Nashori, F. (2012). Pemaafan pada etnis Jawa: coping, ethnicity, and ambulatory blood
Pengaruh religiositas dan keterikatan pressure. Psychosomatic Medicine, 63(4),
interpersonal terhadap pemaafan melalui 523–530.
perantara sifat kebersetujuan dan https://doi.org/10.1097/00006842-
neurotisme (Studi pada warga Yogyakarta) 200107000-00002
(Disertasi tidak diterbitkan). Universitas Tarakeshwar, N., Hansen, N., Kochman, A., &
Padjadjaran. Sikkema, K. J. (2005). Gender, ethnicity
Nurhidayah, S., Pramintari, R. D., & Verawati, N. and spiritual coping among bereaved hiv-
(2015). Konsep diri dan kemandirian positive individuals. Mentat Health,
dengan kecemasan pada siswa kelas X dan Religion & Culture, 8(2), 109-125.

68 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

https://doi.org/10.1080/136746704200024 Yudha, I. N., & Tobing, D. H. (2017). Dinamika


0383 memaafkan pada korban pelecehan seksual.
Tepper, L., Rogers, S. A., Coleman, E. M., & Jurnal Psikologi Udayana, 4(2), 435-447.
Malony, H. N. (2001). The prevalence of https://doi.org/10.24843/JPU.2017.v04.i02.
religious coping among persons with p18
persistent mental illness. Psychiatric
Services, 52(5), 660–665.
https://doi.org/10.1176/appi.ps.52.5.660
Toussaint, L., & Webb, J. R. (2005). Theoretical
and empirical connections between
forgiveness, mental health, and well-being.
Dalam E. L. Worthing- ton Jr. (Ed.),
Handbook of forgiveness (hal. 349–362).
Routledge.
Toussaint, L. L., Shields, G. S., & Slavich, G. M.
(2016). Forgiveness, stress, and health: A 5-
week dynamic parallel process study.
Annals of Behavioral Medicine, 1-9.
https://doi.org/10.1007/s12160-016-9796-6
Trimulyaningsih, N. (2009). Terapi kognitif
perilakuan religius untuk menangani
depresi (Tesis tidak diterbitkan).
Universitas Gadjah Mada, Fakultas
Psikologi.
Tsitsika, A. K., Barlou, E., Andrie, E.,
Dimitropoulou, C., Tzavela, E. C., Janikian,
M., & Tsolia, M. (2014). Bullying
behaviors in children and adolescents.
Frontiers in Public Health, 2(7).
https://dx.doi.org/10.3389/fpubh.2014.000
07
Wade, N. G., & Worthington, E. (2003).
Overcoming interpersonal offense: Is
forgiveness the only way to deal with
unforgiveness?. Journal of Counseling
and Development, 81(3), 343- 353.
https://doi.org/10.1002/j.1556-
6678.2003.tb00261.x
Walton, E. (2005). Therapeutic forgiveness:
Developing a model for empowering
victims of sexual abuse. Clinical Social
Work Journal, 33(2), 193–207.
https://doi.org/10.1007/s10615-005-3532-1
Wardhati, L. T., & Faturochman. (2006).
Psikologi pemaafan (The psychology of
forgiveness). Buletin Psikologi.
https://www.researchgate.net/publication/3
36579274_Psikologi_Pemaafan

JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 69
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN

70 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1

Anda mungkin juga menyukai