1
ISSN online 2615-8183 / print 2615-8191 Hal. : 59-70
DOI : 10.15575/jpib.v5i1.15523
The purpose of this study is to examine the effect of forgiveness therapy on Forgiveness therapy;
decreasing anxiety level of the teenager victim of abuse. The research design used Anxiety;
quasi-experimental pretest-posttest control group design. The participants were 22 Adolescents;
teenagers aged 15-18 years old that were grouped into experimental and control Violence victims;
groups. The instrument used Depression Anxiety Stress Scale by Lovibond and
Lovibond (1995) and adapted into Indonesian by Damanik (2014). The data
analysis used two independent sample test with Mann Whitney test. The analysis
results of pretest and posttest show there is difference of anxiety level between
experimental and control groups. The given therapy has a significant effect size of
84.6%.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi pemaafan dalam Terapi pemaafan;
menurunkan tingkat kecemasan remaja korban kekerasan. Rancangan penelitian Kecemasan;
menggunakan kuasi eksperimen pretest-posttest control group design. Partisipan Remaja;
merupakan remaja berusia 15-18 tahun berjumlah 22 orang yang terbagi ke dalam Korban kekerasan
kelompok eksperimen dan kontrol. Alat ukur menggunakan skala Depression
Anxiety Stress Scale yang dikembangkan oleh Lovibond dan Lovibond (1995) dan
telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Damanik (2014). Analisis data
menggunakan teknik two independent sample test dengan uji Mann Whitney. Hasil
pengukuran data pretest ke posttest menunjukkan adanya perbedaan tingkat
kecemasan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Terapi yang diberikan
memiliki pengaruh (effect size) yang tinggi yaitu sebesar 84.6%.
59
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
(CDC, 2014; Tsitsika dkk., 2014). Efek negatif kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
bullying pada remaja meliputi depresi, Penelitian tersebut menunjukkan hasil positif,
kecemasan, penyalahgunaan obat-obatan, yang mana terapi pemaafan secara kualitatif
aktivitas sosial yang rendah, prestasi akademik menurunkan gejala permasalahan psikologis
yang rendah, dan risiko bunuh diri (CDC, 2014). pada istri korban KDRT. Pemaafan mampu
Rivers dkk. (2007) menyebutkan bahwa paparan menurunkan gejala negatif akibat kekerasan
bullying terhadap korban laki-laki dapat dalam rumah tangga disebabkan peserta sudah
menurunkan keterampilan sosial, menurunkan mampu menerima keadaan yang dialami pada
kepercayaan diri, dan menurunkan kemampuan saat ini. Setelah peserta mampu menerima,
fisik. Di sisi lain, korban perempuan cenderung artinya peserta sudah menerima bahwa
mengalami kekecewaan besar saat teman atau terjadinya peristiwa itupun sudah sesuai dengan
sahabat pergi. kehendak Allah, sehingga peserta mulai untuk
Kecemasan merupakan salah satu dampak memaafkan. Pada saat peserta bersedia
negatif yang dialami remaja akibat bullying. memaafkan, maka ketenangan mulai dirasakan
Hasil studi Kowalski dkk. (2012) menyebutkan sehingga perasaan negatif mulai berkurang.
bahwa kecemasan merupakan faktor terbesar Yudha dan Tobing (2017) mengatakan bahwa
yang menyebabkan murid enggan pergi ke memaafkan lebih dari sekedar menenangkan
sekolah. Remaja dengan tingkat kecemasan atau menghentikan kemarahan terhadap pelaku,
tinggi memiliki sedikit teman dan memiliki karena tidak hanya terasa lebih baik, tetapi juga
kesadaran diri yang negatif, serta gangguan memaafkan seorang individu berarti
perkembangan sosial (Festa & Ginsburg, 2011; memberikan sebuah pemberian untuk orang lain.
Lai dkk., 2008). Bullying dapat meningkatkan McGary (Yudha & Tobing, 2017) mengatakan
kecemasan pada remaja. bahwa dengan memaafkan pelaku, maka
Beberapa penelitian menunjukkan adanya individu tidak hanya fokus pada diri sendiri,
hubungan antara religious coping dengan sehingga akan mengalami pemulihan psikologis.
kecemasan, yang juga menunjukkan pentingnya Penelitian sebelumnya oleh para ahli,
faktor spiritual dan agama dalam menghadapi menemukan bahwa pemaafan dapat mengurangi
kecemasan (Tepper dkk., 2001; Steffen dkk., emosi negatif dan meningkatkan emosi positif.
2001; Tarakeshwar dkk., 2005; Blume, 2006). Toussaint dan Web (2005) menyimpulkan
Penelitian lain yang menggunakan terapi temuan dari penelitian tentang hubungan
psikologis dan medis berbasis keislaman juga pemaafan dan kesehatan mental, hasil penelitian
sudah dilakukan, seperti zikir, salat tahajud, intervensi pemaafan, dan penelitian
terapi kognitif religius, dan pelatihan relaksasi eksperimental pemaafan. Hasil-hasil penelitian
religius (Ancok & Suroso, 2008; Saleh, 2010, hubungan menegaskan pemaafan secara umum
2006; Trimulyaningsih, 2009; Purwanto, 2006; berhubungan positif dengan kesehatan mental,
Ramdani dkk., 2021). Religiusitas merupakan serta berhubungan negatif dengan depresi
salah satu faktor yang mampu memengaruhi (Toussaint & Webb, 2005; Toussaint dkk., 2016;
kondisi psikologis seseorang. Maksudnya adalah Ramdani, 2017).
ketika individu mampu untuk melibatkan Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
religiusitas, maka akan muncul emosi positif dan American Psychologycal Association (APA)
menetralisir emosi negatif, dimana emosi negatif (2006) menemukan beberapa manfaat pemaafan
dan pikiran negatif merupakan alat yang diantaranya pemaafan menjadi metode
mengarahkan seseorang mengalami gangguan penyembuhan psikologis, untuk mengurangi
kejiwaan (Beck & Alforf, 2009). rasa sakit hati, kemarahan, meningkatkan
Penelitian lain untuk mengatasi harapan, kualitas hidup, kepedulian terhadap
permasalahan psikologis pada korban kekerasan orang lain, dan meningkatkan kesejahteraan fisik
adalah penelitian Prihantini (2015) yang serta emosional. Hasil dari eksperimen yang
menggunakan terapi pemaafan bagi istri korban menggunakan pemaafan sebagai intervensi
60 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 61
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Tindak (2012), terdiri dari 14 item untuk mengukur tiga
Lanjut dimensi, yaitu: dimensi emosi, dimensi kognisi,
dan dimensi interpersonal. Alternatif jawaban
Eksperimen Y1 X Y2 Y3 terdiri dari 1 (sangat jarang), 2 (jarang), 3
(kadang-kadang), 4 (sering), dan 5 (sangat
Kontrol Y1 - Y2 Y3
sering). Telah dilakukan uji coba skala oleh
Gambar 1. Rancangan pretest-posttest control group Prihantini (2018) yang menghasilkan koefisien
design reliabilitas α sebesar .950. Skala pemaafan
Keterangan: diberikan sebagai lembar evaluasi yang
Y1 : Pengukuran sebelum terapi pemaafan bertujuan untuk mengetahui tingkat
Y2 : Pengukuran setelah terapi pemaafan keberhasilan proses terapi yang telah
Y3 : Pengukuran tindak lanjut (follow-up)
X : Perlakuan berupa terapi pemaafan dilakukan.
: Tidak diberikan perlakuan
Prosedur Penelitian
Subjek Penelitian Persiapan Penelitian
Subjek penelitian merupakan remaja yang Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara
pernah mengalami kekerasan. Subjek berjumlah melakukan studi pendahuluan tentang keadaan
22 orang, terbagi menjadi dua kelompok yaitu 11 psikologis remaja korban kekerasan berdasarkan
orang kelompok eksperimen dan 11 orang literatur ilmiah. Peneliti kemudian melakukan
kelompok kontrol. Adapun karakteristik subjek studi pustaka mengenai keadaan psikologis dan
meliputi: remaja yang memiliki pengalaman kecemasan pada remaja korban tindak kekerasan
tindak kekerasan dalam 2-3 bulan terakhir, berkaitan dengan permasalahan yang dialami.
beragama Islam, berjenis kelamin laki-laki dan Setelah mengidentifikasi kasus yang ditemukan,
perempuan, berusia antara 15 - 18 tahun, peneliti memilih intervensi yang dapat
memiliki skor tingkat kecemasan sedang sampai digunakan untuk mengatasi masalah tersebut
dengan tinggi yang diukur menggunakan skala yakni terapi pemaafan. Modul terapi pemaafan
tingkat kecemasan, serta tidak sedang menjalani disusun peneliti dengan memodifikasi modul
terapi psikologi. Terapi Pemaafan oleh Prihantini (2015)
berdasarkan teori pemaafan dari Al-Ghazali
Teknik Pengumpulan Data (2012).
Pengumpulan data menggunakan Pengukuran Awal
Depression Anxiety Stress Scale (DASS-A) dari Sebelum melakukan terapi, peserta
Lovibond dan Lovibond (1995). Skala ini pelatihan diberikan skala DASS-A untuk
diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh pengukuran awal (baseline). Selain itu,
Damanik (2014). Subskala DASS-A terdiri dari dilakukan pula wawancara untuk memperoleh
14 pertanyaan yang mengungkapkan tentang data kualitatif dari kondisi psikologis subjek.
kondisi kecemasan. Skala memiliki pilihan Pelaksanaan Terapi
jawaban yang bergerak dari 0 - 4 (tidak Terapi dilaksanakan tiga kali pertemuan
sesuai/tidak pernah, cukup sesuai/kadang- dalam rentang waktu satu minggu dengan durasi
kadang, sesuai/lumayan sering, dan sangat waktu 120 menit untuk setiap pertemuan. Terapi
sesuai/sering sekali). Skor minimal yang dapat dilakukan dengan berpedoman kepada modul.
diperoleh subjek pada DASS-A adalah 0 yang Proses terapi dipandu dan dipimpin oleh seorang
menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat psikolog sebagai fasilitator serta dibantu oleh co-
kondisi normal. Adapun skor maksimal adalah fasilitator dan observer.
56 yang menunjukkan bahwa subjek memiliki Pengukuran Akhir
tingkat kecemasan sangat berat. Setelah dilakukan terapi pemaafan, peserta
Dalam penelitian ini digunakan pula skala diminta untuk mengisi lembar evaluasi dan skala
pemaafan yang dikembangkan oleh Nashori
62 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
pasca tes, yaitu diberikan kembali skala DASS- Sedangkan subjek pada kelompok kontrol
A. Selain itu, dilakukan wawancara untuk menunjukkan adanya kenaikan rata-rata skor
mengetahui kondisi psikologis subjek selama kecemasan, yaitu: 2.86 (pretest), 1.64 (posttest),
mengikuti terapi. dan 2.48 (tindak lanjut).
Tindak Lanjut Berdasarkan gambar 3, data skor pretest,
Tindak lanjut dilakukan 7 - 14 hari setelah posttest, dan tindak lanjut pada kelompok
terapi pemaafan selesai. Pada tahap ini subjek eksperimen menunjukkan peningkatan rata-rata
kembali diminta mengisi skala DASS-A untuk skor pemaafan, yaitu: 5.32 (pretest), 6.35
mengetahui perkembangan kondisi kecemasan (posttest), dan 5.50 (tindak lanjut). Data tersebut
diri subjek. Selain itu, subjek juga diwawancara mengungkapkan bahwa kelompok eksperimen
kembali untuk mengetahui perubahan kondisi memperoleh skor pemaafan yang tinggi jika
psikologis mereka. dibandingkan dengan skor pemaafan pada saat
sebelum diberikan terapi pemaafan. Sedangkan
Teknik Analisis Data subjek dalam kelompok kontrol menunjukkan
Teknik analisis data menggunakan analisis adanya penurunan rata-rata skor pemaafan,
kuantitatif dengan teknik two independent yaitu: 6.35 (pretest), 5.50 (posttest), dan 4.61
sample test dengan uji Mann Whitney dengan (tindak lanjut).
menggunakan perangkat lunak Statistical
Product and Service Solution (SPSS) for 3,933,72
windows 20.0. 4 2,86
2,48
3
1,3 1,64
2
Hasil
1
Subjek penelitian yang sudah terpilih 0
melalui prosedur screening adalah subjek yang Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
memiliki skor DASS-A dalam kategori ringan,
sedang, berat dan sangat berat, serta memiliki Prates Pascates Tindak Lanjut
skor pemaafan dalam kategori rendah dan
sedang. Secara keseluruhan data pengukuran Gambar 2. Skor tingkat kecemasan
awal dan pengukuran akhir terhadap kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
pada gambar 2.
8 6,35 6,35
Data skor pretest, posttest, dan tindak lanjut 5,32 5,5 5,5
6 4,61
pada kelompok eksperimen menunjukkan
4
penurunan rata-rata tingkat kecemasan, yaitu:
2
3.93 (pretest), 3.72 (posttest), dan 1.3 (tindak
0
lanjut). Tindak lanjut dibutuhkan dalam Kelompok Kelompok
penelitian untuk untuk mengetahui Eksperimen Kontrol
perkembangan kondisi kecemasan diri subjek.
Prates PascaTes Tindak Lanjut
Selain itu, subjek juga kembali diwawancara
untuk mengetahui perubahan kondisi psikologis.
Gambar 3. Skor tingkat pemaafaan
Tujuan tindak lanjut adalah untuk mengetahui
efek dari intervensi yang diberikan, berifat Tabel 1
sementara atau berjangka panjang. Data tersebut Uji Hipotesis Mann Whitney Pretest-Posttest
Pretest-Posttest
menerangkan bahwa kelompok eksperimen Mean Mean
memperoleh skor kecemasan yang rendah jika Variabel Exp Ko Z P
dibandingkan dengan skor kecemasan mereka Kecemasan (-3.7273) .9091 -2.582 .010
pada saat sebelum diberikan terapi pemaafan. Pemaafaan 4.6364 -2.1818 -2.484 .013
JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 63
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
64 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 65
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
66 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
Keterbatasan penelitian ini terkait dengan Beck, A., & Alforf, B. (2009). Depression:
isi modul, disarankan untuk peneliti selanjutnya Causes and treatment. University of
dapat memberikan metode penyajian materi Pennsylvania Press.
yang berbeda dan lebih menarik pada subjek Blume, T. W. (2006). Becoming A family
yang sama, agar dapat dibandingkan hasil counselor. John Wiley and Sons, Inc.
penelitian ini dengan penelitian nanti. Sangat Centers for Disease Control and Prevention
disarankan untuk menambah jumlah jam terapi (CDC). (2014, April 14). The relationship
dengan tujuan agar materi yang disampaikan between bullying and suicide: What we
bisa lebih mendalam dan terserap lebih optimal. know and what it mean for school. CDC.
https://stacks.cdc.gov/view/cdc/34163
Simpulan Cohen, J. 1988. Statistical power analysis for the
behavioral sciences (2nd ed.). L. Erlbaum
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Associates.
disimpulkan bahwa terapi pemaafan
Damanik, E. D. (2011). The measurement of
berpengaruh terhadap penurunan tingkat
reliability, validity, items analysis and
kecemasan remaja korban tindak kekerasan.
normative data of depression anxiety stress
Melalui terapi pemaafan, subjek yang
scale (DASS).
merupakan remaja korban tindak kekerasan,
http://www2.psy.unsw.edu.au/dass/Indones
mulai dapat memahami diri mereka serta mampu
ian/Damanik%20Indonesian%20translatio
belajar dari orang lain sehingga dapat
n%20-%20Reliability.doc
membedakan antara perbuatan yang merugikan
Davis, T., Kerr, B., & Sharon. (2003). Meaning,
dan menguntungkan. Penilaian tersebut
purpose, and religiosity in at-risk youth:
didasarkan pada perbandingan antara kondisi
The relationship between anxiety and
diri dengan kondisi orang lain dan kondisi masa
spirituality. Journal of Psychology and
lalu. Remaja yang pernah mendapatkan
Theology, 31(4), 356-365.
pengalaman kekerasan, melalui terapi pemaafan
http://dx.doi.org/10.1177/00916471030310
mereka belajar untuk berhenti membuat dirinya
0406
merasa tertekan dengan pengalaman tersebut,
Enright, R. D. (2001). Forgiveness is a choice: A
lalu mengelola situasi saat ini dengan lebih baik
step-by-step process for resolving anger
sehingga berbagai gejala kecemasan pun mulai
and restoring hope. American Psyhological
menurun yang kemudian berganti dengan
Association.
meningkatnya ketenangan.
Fatma, S. H. (2019). Pengaruh motivasi
memaafkan terhadap penurunan tingkat
Referensi
depresi pada wanita melalui forgiveness
Ancok, D., & Suroso, F. N. (2008). Psikologi therapy (Tesis tidak diterbitkan).
islami. Pustaka Pelajar. Universitas Muhammadiyah Malang.
Al-Ghazali. (2012). Ihya 'ulumuddin: Festa, C. C., & Ginsburg, G. S. (2011). Parental
Menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama. and peer predictors of social anxiety in
Jilid 4. (Purwanto, Trans.) Marja. youth. Child Psychiatric Hum Dev., 42(3).
Arismawati. (2016). Hubungan antara pemaafan 291-306. https://doi.org/10.1007/s10578-
(forgiveness) dengan kecemasan (anxiety) 011-0215-8
pada remaja yang orang tuanya bercerai Fincham, F. D., Beach, S. R. H., & Davila, J.
(Tesis tidak diterbitkan). Universitas (2004). Forgiveness and conflict resolution
Pendidikan Indonesia, Fakultas Ilmu in marriage. Journal of Family Psychology,
Pendidikan, Pendidikan Psikologi dan 18(1), 72–81. https://doi.org/10.1037/0893-
Bimbingan. 3200.18.1.72
Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Pustaka Hadriami, E., & Samuel, S. (2016). Terapi
Pelajar. pemaafan melalui playback theater untuk
JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 67
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
mengurangi sakit hati. Psikodimensia, XI. Soul: Jurnal Pemikiran dan Penelitian
15(1), 1-23. Psikologi, 8(1). 37-48.
Hope, D. (1987). The healing paradox of Prihantini, A. (2015). Terapi pemaafan untuk
forgiveness. Psychotherapy: Theory, meningkatkan kesejahteraan psikologis
Research, Practice, Training, 24(2), 240– pada istri korban kekerasan dalam rumah
244. https://doi.org/10.1037/h0085710 tangga (Thesis tidak diterbitkan).
Julianto, V., & Subandi. (2015). Membaca al- Universitas Islam Indonesia.
fatihah reflektif intuitif untuk menurunkan Prihantini, S. (2018). Terapi pemaafan untuk
depresi dan meningkatkan imunitas. Jurnal meningkatkan kesejahteraan psikologis
Psikologi, 42(1), 34-46. pada istri korban kekerasan dalam rumah
https://doi.org/10.22146/jpsi.6941 tangga (Tesis tidak diterbitkan).
Karremans, J. C., Van Lange, P. A. M., Universitas Islam Indonesia.
Ouwerkerk, J. W., & Kluwer, E. S. (2003). Purwanto, S. (2006). Pengaruh pelatihan
When forgiving enhances psychological relaksasi religius untuk mengurangi
well-being: The role of interpersonal gangguan insomnia (Tesis tidak
commitment. Journal of Personality and diterbitkan). Universitas Gadjah Mada,
Social Psychology, 84(5), 1011–1026. Fakultas Psikologi.
https://doi.org/10.1037/0022- Ramdani, Z. (2017). Forgiving is not only
3514.84.5.1011 forgetting (Phenomenological study on
Kowalski, R. M., & Limber, S. P. (2012). forgiveness in individual who experiences a
Psychological, physical, and academic friendship conflict). IJASOS-International
correlates of cyberbullying and traditional E-Journal of Advances in Social Sciences.
bullying. Journal of Adolescent Health, https://doi.org/10.18769/ijasos.366853
53(1), 13-20. Ramdani, Z., Jaenudin, U., Djamal, N., Anggara,
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012.0 A., Pertiwi, F., Syamsiyah, I., Luthfi, M.,
9.018 Juliana, P., & Wisda, T. (2021). The false
Lai, S., Ye, R., & Chang, K. (2008). Bullying in memory and the effect of murottal Al-
middle school: An Asian – Pasific regional Qur’an. Psikis: Jurnal Psikologi
study. Asia Pasific Education Review, 9(4), Islami, 7(1), 1-9.
393-405. https://doi.org/https://doi.org/10.19109/psi
http://dx.doi.org/10.1007/BF03025666 kis.v7i1.5260
Lovibond, S. H., & Lovibond, P. F. (1995). Rivers, I., Duncan, N., & Besag, V. E. (2007).
Manual for the Depression Anxiety Stres Bullying: A handbook for educators and
Scales. The Psychology Foundation of parents. Praeger Publishers.
Australia Inc. Saleh, A. Y. (2010). Berdzikir untuk kesehatan
Mulyana, N., & Krisnani, H. (2016), Intervensi syaraf. Penerbit Zaman.
terhadap remaja korban kriminal. Widya Steffen, P. R., Hinderliter, A. L., Blumenthal, J.
Padjadjaran. A., & Sherwood, A. (2001). Religious
Nashori, F. (2012). Pemaafan pada etnis Jawa: coping, ethnicity, and ambulatory blood
Pengaruh religiositas dan keterikatan pressure. Psychosomatic Medicine, 63(4),
interpersonal terhadap pemaafan melalui 523–530.
perantara sifat kebersetujuan dan https://doi.org/10.1097/00006842-
neurotisme (Studi pada warga Yogyakarta) 200107000-00002
(Disertasi tidak diterbitkan). Universitas Tarakeshwar, N., Hansen, N., Kochman, A., &
Padjadjaran. Sikkema, K. J. (2005). Gender, ethnicity
Nurhidayah, S., Pramintari, R. D., & Verawati, N. and spiritual coping among bereaved hiv-
(2015). Konsep diri dan kemandirian positive individuals. Mentat Health,
dengan kecemasan pada siswa kelas X dan Religion & Culture, 8(2), 109-125.
68 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1 69
TERAPI PEMAAFAN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KORBAN KEKERASAN
70 JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, April 2022, Vol.5, No.1