Anda di halaman 1dari 11

Psycho Holistic, Vol. 2, No.

1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

PERBEDAAN KEMATANGAN EMOSI DITINJAU DARI KEUTUHAN


KELUARGA PADA REMAJA

(Differences In Emotional Maturity Viewed From Family Wholeness In


Adolescents)
Khairil Ashran T, Latipun, Sofa Amalia
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
khairil.ashran21@gmail.com, latipun@umm.ac.id, sofaamalia@umm.ac.id

ABSTRAK

Kematangan emosi adalah salah satu aspek perkembangan emosi remaja yang dilihat
melalui perilaku dan dipengaruhi oleh keutuhan keluarga. Tujuan penelitian untuk
mengetahui perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari keutuhan keluarga. Fokus
keutuhan keluarga dalam penelitian ini adalah remaja dari orang tua utuh dan remaja dari
orang tua bercerai. Subjek penelitian berjumlah 122 yang terdiri dari 61 remaja dengan
orang tua utuh dan 61 remaja dengan orang tua yang telah bercerai yang diambil dengan
teknik quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah Emotional Maturity Scale (EMS)
dengan nilai reliabilitas sebesar 0.94. Hasil uji beda menunjukkan nilai p=0,049 dengan nilai
mean yang didapatkan dari remaja berkeluarga utuh adalah 122,72, sedangkan remaja
dengan orang tua bercerai adalah 133,36. Hasil tersebut menunjukkan bahwa remaja dari
keluarga utuh lebih matang emosinya dibandingkan remaja dari orang tua bercerai.
Kesimpulan yang didapatkan adalah ada perbedaan yang signifikan kematangan emosi
remaja ditinjau dari keutuhan keluarga (p ≤ 0,05).

Kata Kunci: Kematangan Emosi, Keutuhan Keluarga, Remaja, Perceraian.

ABSTRACT

Emotional maturity is one aspect of adolescent emotional development seen through


behavior and influenced by family wholeness. The purpose of this study was to determine
differences in adolescent emotional maturity in terms of family wholeness. The focus of
family wholeness the study was teenagers from whole parents and teenagers from divorced
parents. There were 122 research subjects consisting of 61 teenagers with whole parents
and 61 teenagers with divorced parents taken with the quota sampling. The instrument used
was the Emotional Maturity Scale (EMS) with a reliability value of 0.94. The results showed
the value of p=0.049 with the mean value obtained from adolescents with whole families was
122.72, while teenagers with divorced parents was 133.36. The results indicate that
adolescents from whole families are more mature emotionally than adolescents from
divorced parents. The conclusion is a significant difference in adolescent emotional maturity
in terms of family wholeness (p ≤ 0.05).

Keywords: Emotional Maturity, Family Wholeness, Adolescents, Divorced Families.


mempelajari setiap norma ataupun nilai-
PENDAHULUAN nilai yang berlaku sehingga menjadi
pengalaman dan diterapkan dalam
Keluarga adalah sebuah sistem dan
kehidupannya. Melalui pengalaman
lingkungan terkecil dari individu. Remaja
bersama dengan keluarga, remaja belajar
belajar melalui lingkungan keluarganya,

118
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

bagaimana mengontrol emosi, emosi dengan derajat yang tepat, mampu


memperlihatkan ekspresi sebagai mengendalikan diri dengan wajar, dan
pernyataan emosi, dan juga berperilaku mampu diterima oleh lingkungan
yang baik di lingkungannya (Anggraeni, sekitarnya (Nashukah & Darmawanti,
2018). 2013). Hal ini menunjukkan bahwa
Masa perkembangan individu yang erat kematangan emosi merupakan salah satu
kaitannya dengan permasalahan emosi aspek dalam melihat suatu perkembangan
adalah masa remaja. Pada masa remaja emosi remaja yang mengarah pada
muncul ketidakseimbangan emosi pada pengendalian emosi (Mili, 2016).
diri yang berkaitan dengan pembentukan Kematangan emosi juga menarik untuk
identitas remaja (Santrock, 2012). Salah diteliti karena sesuatu yang mencolok di
satu faktor yang mempengaruhi masa remaja dikarenakan
pembentukan identitas dari remaja adalah ketidakseimbangan emosi cenderung
orang tua. Selain itu, suasana dari pada masa remaja (Santrock, 2012).
keluarga juga berpengaruh dalam Kurang matangnya emosi yang dimiliki
perkembangan identitas maupun emosi oleh remaja sangat berpengaruh di
dari remaja (Santrock, 2011). Penelitian lingkungan sosialnya. Hal ini sesuai
Rawat & Singh (2017) juga menyebutkan dengan hasil penelitian Kristianawati &
bahwa perkembangan yang mengarah Djalali (2014) yang menunjukkan bahwa
perubahan emosi dan sikap tersebut ada hubungan yang sangat signifikan
cenderung dapat menjadi penyebab antara kematangan emosi dan
terjadinya konflik, stress, dan depresi pada kepercayaan diri terhadap penyesuaian
remaja. sosial pada remaja. Hal yang sama juga
Berdasarkan fenomena yang sering ditunjukkan oleh penelitian Susilowati
terjadi, remaja memiliki permasalahan (2013) bahwa terdapat hubungan positif
dalam pengendalian emosinya dan yang sangat signifikan antara kematangan
mengarah pada kekerasan ataupun emosi dengan penyesuaian sosial remaja.
perkelahian. Komisi Perlindungan Anak Susilowati (2013) juga menambahkan
Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa bahwa remaja yang emosinya sudah
angka tawuran yang terjadi pada tahun matang lebih dapat diterima oleh
2018 yaitu 14% telah melampui angka lingkungan, karena mampu
pada tahun sebelumnya yaitu 12,9% mengendalikan dan menahan emosinya
(Anwar, 2018; Prasasti, 2018). secara tepat, bersikap kritis, dan lebih
Permasalahan ini menjadi sesuatu yang stabil. Selain itu, kematangan emosi juga
penting karena telah banyak terjadi mempengaruhi remaja dalam perilaku
tawuran-tawuran melibatkan para remaja. bullying. Penelitian dari Maryam &
Permasalahan ini sering terjadi karena Fatmawati (2018) menemukan bahwa
kurangnya pengendalian emosi dari para sebagian besar remaja yang menjadi
remaja dan juga terlalu percaya diri untuk pelaku bullying memiliki kematangan
melakukan sesuatu hal di lingkungan emosi yang rendah. Hal tersebut terjadi
sosialnya. Pendapat para ahli psikologi karena remaja yang menjadi pelaku
menjelaskan bahwa marah termasuk bullying kurang dalam mengendalikan
emosi dasar dan berkaitan erat dengan emosinya (Maryam & Fatmawati, 2018).
agresi maupun kekerasan (Suhanda, Salah satu peran penting di dalam
2017). Hal tersebut juga sesuai dengan keluarga untuk membentuk perilaku anak
penelitian Rajeshwari & Raj (2017) yang adalah orang tua (Santrock, 2012).
mendapatkan hasil bahwa kematangan Keutuhan dari sebuah keluarga pasti
emosi remaja memiliki hubungan positif mempengaruhi kematangan emosi dari
dan signifikan dengan kepercayaan diri remaja. Adapun keluarga dapat dikatakan
mereka. utuh apabila memiliki struktur dan peran
Perkembangan lain yang dialami oleh yang lengkap (ayah, ibu, dan anak).
remaja terkait emosi adalah kematangan Sedangkan, keluarga yang tidak utuh
emosi. Dikatakan matang emosinya dapat disebabkan karena orang tua telah
apabila remaja mampu memperlihatkan bercerai ataupun salah satu/keduanya

119
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

meninggal (Nashukah & Darmawanti, dengan keluarga inti. Penelitian tersebut


2013). Perceraian dapat menimbulkan melihat perbedaan dari komposisi
stress, tekanan, dan trauma yang terlihat keluarga, iklim, tradisi, dan juga cara
dari perubahan fisik maupun mental dari pembaurannya. Hal ini menunjukkan
anak (Dagun, 2002). Anak mengalami bahwa remaja dari keluarga yang utuh dan
perubahan mental yang salah satunya baik saja masih memiliki perbedaan
adalah emosi karena perceraian. Dampak kematangan emosi. Apalagi, jika
perceraian tersebut mempengaruhi kematangan emosi remaja diukur dari
perkembangan anak dalam menyesuaikan keluarga yang utuh dan keluarga yang
diri, walaupun memiliki perbedaan kadar mengalami perceraian.
sesuai masa perkembangan anak (Dagun, Selain itu, penelitian dari Fellasari &
2002). Meskipun demikian, terjadinya Lestari (2016) menemukan bahwa
suatu konflik dalam suatu keluarga, terdapat hubungan antara pola asuh dari
memiliki sifat akhir yang berbeda, yaitu orang tua terhadap kematangan emosi
destruktif atau konstruktif, tergantung remaja. Hal ini juga diperkuat oleh
bagaimana keluarga tersebut menghadapi penelitian Naik & Saimons (2014) yang
konflik (Lestari, 2012). menemukan bahwa ada hubungan efek
Secara umum, remaja yang berasal dari pola asuh orang tua terhadap
dari orang tua yang telah bercerai kematangan emosi dari remaja. Hal ini
cenderung memiliki kekurangan dalam menunjukkan bahwa dalam pembentukan
kematangan emosinya dibandingkan kematangan emosi dari remaja, orang tua
dengan yang berasal dari keluarga yang memiliki peran yang penting. Bagaimana
utuh. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perlakuan orang tua terhadap anaknya,
pembelajaran terkait pengaturan emosi secara tidak langsung membentuk suatu
dan berperilaku yang baik (hanya berasal aspek yaitu kematangan emosi bagi anak
dari salah satu orang tua saja), terlebih tersebut. Hal tersebut juga diperkuat
apabila orang tua remaja tersebut dengan hasil penelitian yang dilakukan
mengalami perceraian (Anggraeni, 2018; oleh Setyowati (2005) yaitu adanya
Nashukah & Darmawanti, 2013). implikasi terhadap proses perkembangan
Tergambar jelas dari kejadian-kejadian di emosi anak yang didapatkan melalui
masa sekarang, seperti remaja yang tidak penerapan pola komunikasi keluarga.
mengetahui menempatkan emosi marah Selain itu, penelitian dari Nurliyanti
maupun emosi sedihnya. Selain itu, (2017) menemukan bahwa remaja yang
perceraian juga memiliki dampak negatif berasal dari keluarga broken home
terhadap kematangan emosi remaja, mengalami problematika dalam
seperti kekacauan emosi berupa ekspresi mengendalikan emosinya. Muliana,
emosi yang berlebihan dan tidak Ahmad, & Yuhasriati (2016) yang meneliti
terkontrol, rasa frustasi menghadapi masa terkait perkembangan perilaku remaja dari
depan, kurang mampu bersikap rasional, keluarga yang bercerai juga menjelaskan
lebih agresif, dan juga tidak memiliki pengaruh perceraian dengan kematangan
semangat belajar di intansi pendidikan emosi remaja. Remaja cenderung kurang
(Estuti, 2013; Yuliaji, 2018) stabil emosinya, sering marah-marah, dan
Selain itu, banyak penelitian yang malu yang berlebihan dikarenakan kurang
menunjukkan bahwa keluarga maupun mendapatkan kasih sayang dari orang
orang tua sangat berpengaruh dalam tuanya yang telah bercerai (Muliana et al.,
pembentukan kematangan emosi pada 2016). Penelitian dari Fadhilah (2014) juga
remaja (Fadhilah, 2014; Fellasari & menemukan bahwa perceraian memiliki
Lestari, 2016; Muliana, Ahmad, & dampak terhadap remaja. Adapun emosi
Yuhasriati, 2016; Naik & Saimons, 2014; yang cenderung muncul pada remaja dari
Nurliyanti, 2017; Rawat & Singh, 2017; orang tua yang telah bercerai adalah
Setyowati, 2005). Penelitian dari Rawat & senang, takut, iri, marah, sedih, marah,
Singh (2017) menunjukkan bahwa remaja jengkel, dan tertekan (Fadhilah, 2014).
dari keluarga bersama memiliki emosi Hanya ada satu emosi positif yang
yang lebih progresif dibanding remaja

120
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

ditunjukkan oleh remaja tersebut, yaitu Subjek penelitian ini adalah 122 siswa/i
senang. yang terdiri dari 3 lokasi penelitian, yaitu
Pada penelitian sebelumnya, Nashukah SMA Islam Athirah Kajaolalido, SMA
& Darmawanti (2013) juga pernah Negeri 2 Makassar, dan SMKN 6
membandingkan kematangan emosi Makassar. Adapun rincian subjek
ditinjau dari struktur keluarga. Akan tetapi, didasarkan dengan klasifikasi kondisi
penelitian tersebut berbeda dalam hal keluarga, jenis kelamin, sekolah dan usia
subjek, lokasi, dan juga instrumen (berdsaarkan tabel 1). Dilihat dari
penelitian. Subjek penelitian Nashukah & klasifikasi kondisi keluarga, dapat
Darmawanti (2013) menggunakan diketahui subjek penelitian terdiri atas 61
kelompok keluarga utuh dan single remaja dengan keluarga yang utuh
parents, sedangkan penelitian ini dengan persentase 50% dan 61 remaja
menggunakan keluarga utuh dan dari orang tua yang telah bercerai dengan
terkhusus remaja dengan orang tua yang persentase 50%. Terkait jenis kelamin,
telah bercerai. Karakteristik usia juga subjek penelitian terdiri dari 37 remja laki-
berbeda dikarenakan penelitian laki dengan persentase 30% dan 85
sebelumnya menggunakan rentang usia remaja perempuan dengan persentase
16-20 tahun, tetapi penelitian ini 70%. Berdasarkan sekolah, dapat
menggunakan terkhusus usia remaja 15- diketahui bahwa 26 remaja dengan
18 tahun (usia remaja dalam masa persentase 21% bersekolah di SMA Islam
pendidikan SMA). Perbedaan yang Athirah Kajaolalidoo, 38 remaja dengan
terakhir juga berbeda, dikarenakan persentase 31% bersekolah di SMA
penelitian ini dilakukan di beberapa Negeri 2 Makassar, dan 58 remaja dengan
sekolah, tetapi penelitian sebelumnya persentase 48% bersekolah di SMKN 6
menggunakan lokasi di keluarahan Makassar. Terkait rentang usia subjek
Kedung Pandan. Oleh karena itu, penelitian, remaja dengan usia 15 tahun
penelitian ini juga diharapkan dapat berjumlah 45 remaja dengan persentase
menjadi pengembangan dari penelitian 37%, usia 16 tahun sebanyak 66 remaja
sebelumnya terkait kematangan emosi dengan persentase 54%, dan usia 17
remaja. tahun sebanyak 11 remaja dengan
Berdasarkan uraian di atas, maka persentase 9% (lihat tabel 1).
dapat diketahui bahwa penelitian ini Metode pengambilan sampel
bertujuan untuk melihat perbedaan menggunakan teknik quota sampling yaitu
kematangan emosi remaja yang berasal teknik pengambilan sampel yang telah
dari keluarga utuh dan remaja dari ditentukan jumlah kuota dari populasi dan
keluarga yang mengalami perceraian. menghentikan pengambilan sampel
setelah kuota tersebut telah terpenuh.
METODE PENELITIAN Pengambilan teknik tersebut didasari
Penelitian ini menggunakan desain karena penelitian ini telah ditentukan
kuantitatif komparatif, yaitu penelitian yang perbandingan antara kelompok remaja
dilakukan untuk menentukan penyebab yang utuh dan orang tua bercerai yaitu
atau alasan dari perbedaan yang ada masing-masing kelompok berjumlah 61
pada tingkah laku atau status kelompok orang (50:50). Sebelum pengambilan
atau individual. Data penelitian ini sampel, dilakukan survey awal
berbentuk angka yang hasilnya menggunakan angket data. Survey awal
dideskripsikan berdasarkan analisis data dilakukan atas negosiasi untuk membantu
yang dilakukan. Sehingga, rancangan pendataan bimbingan konseling di lokasi
penelitian ini yaitu membedakan penelitian. Adapun hasil yang dilihat dari
kematangan emosi remaja dengan dasar survey awal adalah biodata diri sampel.
perbedaan kondisi orang tua yang terdiri
dari remaja dengan orang tua yang masih Variabel dan Instrumen Penelitian
utuh dan remaja dengan orang tua yang Kematangan emosi adalah suatu
telah bercerai. pencapaian perkembangan emosi remaja
yang diukur dengan emotional maturity

121
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

scale (EMS) yang diadaptasi dari Singh & 100 orang, didapatkan nilai reliabilitas
Bhargava. Skala tersebut digunakan untuk sebesar 0,94.
membandingkan kematangan emosi Sebelum masuk ke tahap pelaksanaan,
remaja dari keluarga utuh dan remaja dari dilakukan tahap permohonan izin untuk
orang tua yang telah bercerai. Jumlah item melakukan penelitian di lokasi penelitian.
dari emotional maturity scale (EMS) Setelah itu, mengurus surat perizinan di
adalah 48 item, yang terdiri dari 5 aspek kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
yaitu emotional unstability (ketidakstabilan (PTSP) Provinsi Sulawesi Selatan. Lalu,
emosi) 10 item, emotional regression surat tersebut dilanjutkan ke Dinas
(regresi emosi) 10 item, social Pendidikan Provisi Sulawesi Selatan untuk
maladjustment (ketidakmampuan didisposisi ke setiap lokasi penelitian.
penyesuaian sosial) 10 item, personality Setelah mengurus keseluruhan perizinan
disintegration (disintegrasi kepribadian), dan pencarian lokasi penelitian, maka
dan lack of independence (kurang mandiri) ditetapkan 3 lokasi penelitian dengan
8 item (Rawat & Singh, 2017; Singh & pertimbangan yang sudah dibuat
Sharma, 2014). Adapun cara skoringnya sebelumnya. Adapun cara mengetahui
adalah 5 untuk jawaban sangat sering, 4 data tersebut, dilakukan pembagian skala
untuk jawaban sering, 3 untuk jawaban bayangan (lampiran V). Skala bayangan
rata-rata, 2 untuk jawaban jarang, dan 1 dimaksudkan untuk mengetahui biodata
untuk jawaban tidak pernah. Hal tersebut dari setiap siswa tanpa adanya proses
menunjukkan bahwa semakin rendah skor wawancara. Hal tersebut dilakukan karena
yang didapatkan maka semakin tinggi kurangnya pendataan di setiap sekolah
kematangan emosi dari subjek, dan yang menjadi lokasi penelitian. Sehingga,
begitupun sebaliknya. Salah satu contoh proses ini juga menjadi hal positif yang
pertanyaan dari emotional maturity scale dapat membantu pendataan siswa di
(EMS) adalah “apakah anda sering setiap lokasi penelitian. Setelah
menyendiri?”. Skala ini memiliki nilai penyebaran angket bayangan selesai,
reliabilitas sebesar 0,943 (berdasarkan dilakukan pendataan jumlah keseluruhan
hasil penelitian). siswa dengan latar belakang keutuhan
Prosedur dalam penelitian ini diawali keluarga yang berbeda-beda, yaitu utuh,
dengan pembuatan proposal. Seiring bercerai, dan salah satu meninggal.
dengan pembuatan proposal, dilakukan Setelah itu, ditetapkan jumlah siswa
pula pencarian instrument penelitian yang dengan orang tua masih utuh dan
cocok untuk digunakan sesuai dengan bercerai sebagai sampel sebanyak 122
tujuan dari penelitian, yaitu instrument populasi. Penetapan perbandingan kedua
terkait kematangan emosi. Setelah itu, kelompok adalah 50:50. Pendataan awal
dilakukan uji validitas isi skala dengan ini juga menunjang penelitian ini untuk
menggunakan 3 profesional judgement menggunakan metode quota sampling
yang terdiri dari dosen psikologi karena dasar dilakukannya teknik tersebut
Universitas Muhammadiyah Malang yang adalah peneliti telah mengetahui keadaan
berkompeten di bidang perkembangan lokasi penelitian dan sampel yang ingin
individu. Hal tersebut disesuaikan dengan diteliti.
tema penelitian yaitu kematangan emosi Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan,
yang mengarah kepada perkembangan dilakukan secara bergantian di setiap
emosi remaja. Setelah didapatkan hasil lokasi penelitian. Tahap ini dilakukan
keseluruhan item adalah relevan dengan cara mencari nama sesuai
digunakan, dilakukan pelaksanaan uji try pendataan yang telah didapatkan
out terhadap instrument yang digunakan sebelumnya dengan aturan yang dibuat
untuk mengetahui nilai realibilitas dari adalah hanya 2 hari pencarian sampel di
instrument tersebut sebanyak 2 kali. Pada setiap lokasi penelitian. Tetapi, hal
uji try out pertama yang menggunakan 70 tersebut bukan aturan mutlak, dikarenakan
responden, didapatkan nilai reliabilitas di dua lokasi penelitian ditemukan siswa
sebesar 0,93. Sedangkan, pada uji try out yang orang tuanya bercerai pada hari
kedua dengan jumlah responden adalah kedua. Adapun pencarian nama

122
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

disesuaikan juga dengan kelas masing- homogenitas dengan menggunakan test of


masing siswa di sekolah. Sehingga, homogeneity of variance dan diketahui
memudahkan proses penelitian dan juga bahwa kedua kelompok memiliki varian
tidak mengganggu jam pelajaran di lokasi yang sama (p=0,388). Setelah itu, untuk
penelitian. mengetahui perbedaan kematangan
Pada tahap terakhir, yaitu uji analisis emosi dari kedua kelompok penelitian,
dilakukan uji beda. Hasil uji beda
Klasifikasi N % menunjukkan bahwa kematangan emosi
Kondisi_Keluarga kedua kelompok memiliki perbedaan yang
Utuh 61 50% signifikan (p=0,049 dan t=-1,99).
61 50%
Berdasarkan hasil uji beda yang
Cerai
didapatkan tersebut diketahui bahwa
Jenis_Kelamin hipotesis penelitian ini diterima. Selain itu,
37 30%
Laki-Laki peneliti juga mencari nilai mean dan nilai t
Perempuan 85 70% per-aspek dari kedua kelompok, yaitu
Sekolah remaja dengan orang tua yang utuh dan
SMA Islam Athirah
26 21% remaja dengan orang tua yang bercerai.
Kajaolalido
Ketentuan tinggi rendahnya skor dilihat
SMA Negeri 2 Makassar 38 31%
berdasarkan mean total yang didapatkan.
SMKN 6 Makassar 58 48% Diingatkan kembali bahwa skala yang
Usia digunakan adalah mengungkap
15 45 37% ketidakmatangan emosi, sehingga hasil
66 54% yang lebih rendah menunjukkan
16
11 9%
kematangan emosi lebih baik
17
dibandingkan hasil yang lebih tinggi dari
hasil data penelitian. Pada tahap ini rata-rata.
diawali dengan penginputan data yang Diketahui rata-rata skor
telah ditetapkan terlebih dahulu. Setelah ketidakmatangan emosi dari remaja yang
itu, dilanjutkan dengan melakukan uji memiliki keluarga utuh adalah 122,72 lebih
normalitas dan uji homogenitas sebagai kecil dibandingkan remaja yang orang
satu syarat dalam penelitian komparatif. tuanya telah bercerai yaitu 133,36.
Setelah data diketahui berdistribusi normal Sehingga, dapat diketahui bahwa remaja
dan bersifat homogen, dilakukan uji yang memiliki keluarga utuh lebih matang
independen t sebagai uji analisis emosinya dibandingkan remaja yang
perbedaan dari kedua kelompok yang orang tuanya telah bercerai. Adapun
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu rincian total subjek yang dapat dikatakan
melihat perbedaan kematangan emosi matang emosinya dari kelompok remaja
remaja yang memiliki keluarga utuh dan yang memiliki keluarga utuh sebanyak 38
remaja yang memiliki orang tua telah remaja, sedangkan dari kelompok remaja
bercerai. dengan orang tua bercerai sebanyak 26
Tabel 1. Deskripsi Data Subjek
remaja. Sedangkan sebaliknya, rincian
total subjek yang dapat dikatakan kurang
matang emosinya dari kelompok remaja
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang memiliki keluarga utuh sebanyak 23
Hasil penelitian ini dianalisis remaja, dan dari kelompok remaja dengan
menggunakan bantuan program IBM orang tua bercerai sebanyak 35 remaja.
SPSS Statistic 22. Persyaratan utama dari Hal tersebut dapat diketahui dengan
penelitian komparatif adalah data harus melihat hasil skor kematangan emosi per
berdistribusi normal. Adapun hasil uji subjek dan dibandingkan dengan total
normalitas data penelitian menggunakan mean skor kematangan emosi yaitu
teknik kolmogorov-smirnov test diketahui 128,08 (lihat tabel 2).
bahwa data berdistribusi normal Selain itu, diketahui bahwa skor mean
(p=0,200). Setelah diketahui data setiap aspek dari kelompok remaja
berdistribusi normal, dilakukan uji dengan keluarga utuh lebih rendah

123
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

dibandingkan kelompok remaja dengan bercerai yang melebihi rata-rata sebanyak


orang tua yang bercerai. Pada 32 remaja dan di bawah rata-rata
ketidakstabilan emosi nilai mean dari sebanyak 29 remaja (lihat tabel 2).
remaja dengan keluarga utuh adalah Pada aspek yang terakhir, yaitu kurang
28,20 lebih rendah dari nilai mean remaja mandiri ditemukan nilai mean dari remaja
dengan orang tua yang bercerai yaitu dengan keluarga utuh sebesar 20,13.
30,28. Adapun berdasarkan nilai mean Sedangkan nilai mean dari remaja
total sebesar 29,24, diketahui jumlah dengan orang tua bercerai sebesar 21,41.
remaja dari keluarga utuh yang melebihi Adapun berdasarkan nilai mean total
nilai rata-rata sebanyak 29 remaja dan di sebesar 20,77 diketahui jumlah remaja
bawah rata-rata sebanyak 32 remaja. dari keluarga utuh yang melebihi nilai
Sedangkan remaja dengan orang tua rata-rata sebanyak 29 remaja dan di
bercerai yang di atas rata-rata sebanyak bawah rata-rata sebanyak 32 remaja.
37 remaja dan di bawah rata-rata Sedangkan, total jumlah remaja dengan
sebanyak 24 remaja (lihat tabel 2). orang tua bercerai yang melebihi nilai
Pada aspek kedua yaitu regresi emosi rata-rata sebanyak 38 remaja dan di
ditemukan nilai mean dari remaja dengan bawah rata-rata sebanyak 23 remaja
keluarga utuh adalah 25,66. Sedangkan (lihat tabel 2).
nilai mean dari remaja dengan orang tua
bercerai sebesar 29,07. Adapun Tabel 2. Data Skor Mean dan Nilai t per-
berdasarkan nilai total mean sebesar Aspek
27,36 diketahui jumlah remaja dari Mean (Standar
keluarga utuh yang melebihi nilai rata-rata Aspek
Deviasi)
t p
sebanyak 26 remaja dan di bawah rata- Utuh Cerai
rata sebanyak 35 remaja. Sedangkan
1. Ketidakstabilan 28.20 30.28 -
remaja dengan orang tua bererai yang di Emosi (7.18) (7.89) 1.52
0.13
atas rata-rata sebanyak 38 remaja dan di
bawah rata-rata sebanyak 23 remaja (lihat 25.66 29.07 -
2. Regresi Emosi 0.01
(6.90) (7.00) 2.71
tabel 2).
Pada aspek ketidakmampuan 3. Ketidakmampua
25.84 27.62 -
penyesuaian sosial diketahui remaja dari n Penyesuaian
(6.45) (6.98) 1.47
0.14
Sosial
keluarga utuh memiliki nilai mean sebesar
25,84. Sedangkan nilai mean remaja dari 4. Disintegrasi 22.90 24.98 -
orang tua yang bercerai sebesar 27,62. 0.12
Kepribadian (6.74) (7.92) 1.56
Adapun berdasarkan nilai mean total yaitu
26,73 diketahui jumlah remaja dari 20.13 21.41
5. Kurang Mandiri -1.3 0.20
(5.56) (5.28)
keluarga utuh yang melebihi nilai rata-rata
Total (Skor
sebanyak 24 remaja dan di bawah rata- Kematangan
122.72 133.36 -
0.049
rata sebanyak 37 remaja. Sedangkan (27.66) (31.35) 1.99
Emosi)
remaja dengan orang tua bercerai yang di
atas rata-rata sebanyak 32 remaja dan di Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
bawah rata-rata sebanyak 29 remaja (lihat diketahui bahwa ada perbedaan
tabel 2). kematangan emosi yang signifikan antara
Pada aspek keempat yaitu disintegrasi remaja dari keluarga utuh dan remaja
kepribadian didapatkan nilai mean remaja dengan orang tua telah bercerai. Adapun
dari keluarga utuh sebesar 22,90. rincian hasil diketahui bahwa kematangan
Sedangkan nilai mean dari remaja dengan emosi remaja dari orang tua utuh lebih tinggi
orang tua bercerai sebesar 24,98. Adapun dibandingkan remaja dengan orang tua yang
berdasarkan nilai mean total sebesar bercerai. Hasil penelitian ini dapat
23,94 diketahui jumlah remaja dengan menguatkan penelitian Muliana et al. (2016)
keluarga utuh yang melebihi rata-rata yang menemukan hasil terkait
sebanyak 24 remaja dan di bawah rata- perkembangan perilaku remaja. Hasil
rata sebanyak 37 remaja. Sedangkan total penelitian tersebut menunjukkan bahwa
jumlah dari remaja dengan orang tua remaja dari keluarga yang telah bercerai

124
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

cenderung sulit mengendalikan emosi Selain itu, penelitian ini dapat menjadi
dirinya dan sering melakukan kekerasan fisik salah satu perkembangan ilmiah terkait
maupun verbal yang mengarah kepada kematangan emosi remaja yang dikaitkan
ketidakmampuan menyesuaikan diri di dengan orang tua. Salah satu faktor lain
lingkungan sosialnya (Muliana et al., 2016). yang berkaitan dengan orang tua dan
Kondisi keutuhan keluarga berpengaruh berhubungan dengan kematangan emosi
terhadap kematangan emosi remaja tersebut adalah pola asuh orang tua (Fellasari &
yang terimplementasikan dalam perilaku di Lestari, 2016; Naik & Saimons, 2014).
kesehariannya. Hal ini diperkuat dengan Penelitian dari Naik & Saimons (2014) dan
hasil penelitian yang menyebutkan bahwa Fellasari & Lestari (2016) tersebut
secara kematangan emosi pada remaja menunjukkan bahwa ada hubungan yang
dengan orang tua bercerai lebih rendah jika signifikan antara pola pengasuhan dari
dibandingkan dengan remaja dari orang tua orang tua dan kematangan emosi dari
yang utuh. remaja. Hanya saja, kedua penelitian
Penjelasan yang hampir sama tersebut bertentangan dengan hasil
ditemukan oleh Estuti (2013) bahwa penelitian Zahara & Fadhlia (2013) yang
remaja korban perceraian sebelum menemukan bahwa tidak ada perbedaan
terjadinya perceraian orang tua (masih kematangan emosi pada remaja apabila
utuh), cenderung memiliki sikap empati ditinjau dari pola asuh orang tua.
dan mampu untuk menyesuaikan dirinya Sehingga, dapat diketahui, bukan hanya
terhadap lingkungan. Sedangkan, setelah bagaimana perlakuan orang tua ke anak.
terjadinya perceraian, remaja cenderung Tetapi, lebih mendasar lagi, yaitu utuh
kurang berempati dan menjadi acuh tidaknya sebuah keluarga (dalam hal ini
terhadap lingkungannya. Hal tersebut orang tua) sudah dapat mempengaruhi
sejalan dengan hasil penelitian yang telah perkembangan emosi dari remaja.
dilakukan yaitu dilihat dari aspek Selain pola pengasuhan orang tua, pola
penyesuaian sosial yang diungkap komunikasi orang tua kepada anak juga
menunjukkan bahwa kelompok remaja mempengaruhi perkembangan emosi
dari keluarga utuh lebih positif remaja (Setyowati, 2005). Hal tersebut
dibandingkan dengan remaja yang orang menunjukkan bahwa selain utuh dan
tuanya telah bercerai. Sehingga, penelitian tidaknya keluarga dan bagaimana pola
ini menjadi pengembangan dampak dari asuh orang tua dari remaja, ada faktor lain
perceraian, yaitu mempengaruhi yang dapat mempengaruhi emosi remaja.
kematangan emosi dari remaja. Sehingga, penelitian ini menjadi
Selain implikasi dalam perilaku di atas, pengembangan ilmiah yang lebih
terdapat resiko terkait kematangan emosi terperinci terkait kematangan emosi
remaja (Petrescu, Florin, Suciu, remaja. Hal tersebut didasari karena
Bredicean, & Olariu, 2009). Berdasarkan sebelum terjadi pola pengasuhan orang
penelitian Petrescu et al., (2009), terdapat tua dan pola komunikasi orang tua kepada
hubungan negatif antara kematangan anak, aspek utuh tidaknya orang tua
emosi dan resiko bunuh diri pada remaja. menjadi sesuatu yang penting.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin Selain itu, penelitian ini juga dapat
tinggi kematangan emosi remaja, maka menjadi suatu pengembangan ilmu dari
resiko bunuh diri semakin rendah. Tetapi, penelitian Rawat & Singh (2017) dan
apabila semakin rendah kematangan Shafiq & Khan (2016) yang menemukan
emosi remaja, maka resiko bunuh diri perbedaan kematangan emosi remaja
semakin tinggi. Sehingga, berdasarkan antara remaja dengan keluarga inti dan
penelitian yang telah dilakukan, remaja dengan keluarga bersama. Hal
perkembangan emosi remaja (terlebih tersebut didasari pada hasil penelitian ini
terhadap remaja dengan orang tua yang yang menemukan bahwa ada perbedaan
telah bercerai) harus lebih diperhatikan kematangan emosi remaja ditinjau dari
karena memiliki resiko bunuh diri pada keutuhan keluarga. Hasil yang didapatkan
remaja tersebut. menunjukkan bahwa kematangan emosi
remaja telah dapat dipengaruhi dari

125
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

keluarga inti saja yaitu kondisi utuh tersebut menjelaskan kesimpulan bahwa
tidaknya orang tua remaja tersebut. ada perbedaan kematangan emosi remaja
Penelitian lain yang menunjukan terkait ditinjau dari keutuhan keluarga. Adapun
kondisi orang tua dilakukan oleh Mondal & keutuhan keluarga dibagi menjadi
Sutradhar (2015) menemukan bahwa kelompok, yaitu remaja dengan orang tua
lingkungan rumah dapat mempengaruhi yang masih utuh, dan remaja dengan
kematangan emosi remaja. Remaja orang tua yang telah bercerai.
belajar untuk pertama kalinya terkait Implikasi dari penelitian ini adalah untuk
emosi maupun perilaku melalui orang orang tua maupun calon orang tua dapat
tuanya (Mondal & Sutradhar, 2015). Tidak lebih memahami kondisi keluarga secara
hanya itu, berdasarkan penelitian Mondal utuh, bagaimana peran dari orang tua di
& Sutradhar (2015) juga menemukan dalam perkembangan emosi anak. Tidak
bahwa lingkungan rumah mempengaruhi hanya melihat bagaimana orang tua
semua aspek dari skala kematangan mendidik anak tersebut, tetapi keutuhan
emosi Singh & Bhargava (EMS). keluarga pun menjadi suatu hal yang
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui penting di dalam kehidupan berkeluarga
penelitian ini juga memperkuat penjelasan dan perkembangan anak. Sedangkan,
bahwa kematangan emosi remaja untuk remaja, diharapkan dapat
dipengaruhi oleh peran orang tua di memahami bagaimana menjaga dan
lingkungan rumah. Remaja belajar menempatkan emosi sesuai dengan
bagaimana mengontrol emosi dan dapat kondisi dari lingkungan dalam
menyesuaikan diri di lingkungan sosial mengimplikasikan perasaan yang sedang
melalui kedua orang tuanya. Sebaliknya, dirasakan. Selain itu, remaja juga
hasil penelitian Mondal & Sutradhar (2015) diharapkan dapat mengetahui karakteristik
juga memperkuat hasil penelitian ini perkembangan yang sedang dihadapi
bahwa ada perbedaan kematangan emosi dalam kehidupannya terkait emosi,
remaja apabila orang tuanya masih utuh contohnya kelabilan emosi. Sehingga,
dan juga apabila orang tuanya telah melalui kesadaran tersebut, remaja dapat
bercerai dikarenakan kondisi lingkungan lebih memahami bagaimana merespon
rumah yang berbeda. lingkungan luar walaupun dengan kondisi
Hasil penelitian ini juga mendukung keluarga yang utuh maupun orang tua
penelitian Nashukah & Darmawanti (2013) telah bercerai.
yang menemukan bahwa ada perbedaan Hasil ini juga dapat menjadi acuan
kematangan emosi remaja dengan pendidikan karakter bagi guru dan
keluarga utuh dan remaja dengan orang pendidik di luar rumah bahwa dapat
tua tunggal. Walaupun secara spesifik memberikan suatu perhatian khusus
perbandingan nilai kematangan emosi dalam perkembangan emosi remaja
saling bertentangan. Hasil penelitian dengan didasari kondisi keutuhan
Nashukah & Darmawanti (2013) keluarga anak tersebut. Hasil penelitian ini
menemukan kematangan emosi remaja juga dapat menjadi dasar dilakukannya
dari keluarga orang tua tunggal lebih tinggi sosialisasi atau psikoedukasi dari para ahli
dibandingkan dengan remaja dengan terhadap para orang tua. Selain itu,
keluarga utuh. Sedangkan, hasil dari penelitian ini memiliki keterbatasan dalam
penelitian ini menemukan hal yang kajian teoritik pada tema keutuhan
sebaliknya, yaitu kematangan emosi keluarga.Sehingga, adapun saran untuk
remaja dari orang tua yang masih utuh peneliti berikutnya, dapat mencari tema
lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang sebelumnya telah diteliti dan memiliki
dari orang tua yang telah bercerai. grand theory yang sudah ada seperti
struktur atau fungsi keluarga. Peneliti
KESIMPULAN berikutnya juga dapat melakukan
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji penelitian secara mendalam terhadap
independen t (uji beda) yaitu nilai perkembangan emosi remaja.
signifikansi 0,049 (p ≤ 0,05), maka
hipotesis penelitian ini diterima. Hal DAFTAR PUSTAKA

126
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

Afiatin, T. (2018). Psikologi perkawinan /08/perselingkuhan-menjadi-


dan keluarga (G. Sudibyo & A. penyebab-utama-perceraian-di-
Reginasari, Eds.). Yogyakarta: PT jakarta-terbongkar-dari-media-sosial
Kanisius. Kristianawati, E., & Djalali, M. A. (2014).
Anggraeni, R. (2018). Kematangan emosi Hubungan antara kematangan emosi
remaja yang memiliki orang tua dan percaya diri dengan penyesuaian
tunggal. Skripsi, Universitas Sanata sosial. Persona, Jurnal Psikologi
Dharma. Indonesia, 3(03), 247–252.
Anwar, A. (2018). KPAI: Tawuran pelajar Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga.
2018 lebih tinggi dibanding tahun lalu. Jakarta: KENCANA “Prenada Media
Retrieved from Tempo.com website: Group.”
https://metro.tempo.co/read/1125876/ Maryam, S., & Fatmawati. (2018).
kpai-tawuran-pelajar-2018-lebih- Kematangan emosi remaja pelaku
tinggi-dibanding-tahun-lalu bullying. Jurnal Kajian Bimbingan
Dagun, S. M. (2002). Psikologi Keluarga. Dan Konseling, 3(2), 69–74.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Mili, D. A. (2016). A comparative study on
Dutta, J., Chetia, D. P., & Soni, J. . (2015). emotional maturity of secondary
A comparative study on emotional school students in lakhimpur district
maturity of secondary school students of Assam. International Journal of
in Lakhimpur and Sonitpur districts of Science and Research, 5(10), 793–
Assam. International Journal of 798.
Science and Research, 4(9), 168– Mondal, S., & Sutradhar, A. (2015). Effect
176. of home environment on different
Eckles, K., & Morler, E. (2009). dimensions of emotional maturity of
Developing integrity-bases adolescents. The International
organizations: The leader’s guide. Journal of Indian Psychology, 2(4), 6–
The Leadership Integrity Challenge, 13.
1–10. Muliana, Ahmad, A., & Yuhasriati. (2016).
Eriningtyas, R. (2018). Hubungan antara Perkembangan perilaku anak dari
kematangan emosi dan keluarga yang bercerai di kecamatan
kecenderungan perilaku berselingkuh ulim kabupaten Pidie Jaya. Jurnal
pada individu menikah. Skripsi, Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak
Universitas Sanata Dharma. Usia Dini, 1(1), 47–51.
Estuti, W. T. (2013). Dampak perceraian Naik, D. P. K., & Saimons, S. K. (2014).
orang tua terhadap tingkat Effect of parenting on emotional and
kematangan emosi anak kasus pada social maturity among adolescents.
3 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 European Academic Research, 2(3),
Pekuncen Banyumas tahun ajaran 4065–4083.
2012/2013. Skripsi, Universitas Nashukah, F., & Darmawanti, I. (2013).
Negeri Semarang. Perbedaan kematangan emosi
Fadhilah, N. M. (2014). Dinamika emosi remaja ditinjau dari struktur keluarga.
pada remaja dari keluarga yang Jurnal Psikologi: Teori & Terapan,
bercerai. Jurnal Psikosains, 9(2), 3(2), 93–102.
101–112. Nurliyanti, Y. (2017). Problematika
Fellasari, F., & Lestari, Y. I. (2016). kematangan emosi siswa (studi
Hubungan antara pola asuh orangtua kasus dari keluarga broken home) di
dengan kematangan emosi remaja. SMPN 23 Banjarmasin. Skripsi,
Jurnal Psikologi, 12(2), 84–90. Universitas Islam Negeri Antasari.
Hutasoit, R. (2018). Perselingkuhan Petrescu, C. I., Florin, C. R., Suciu, O. I.,
menjadi penyebab utama perceraian Bredicean, C. I., & Olariu, T. O. R.
di Jakarta, terbongkar dari media (2009). Original articles suicide – a
sosial. Retrieved January 21, 2019, risk behavior in teenagers from rural
from Tribun-Medan website: areas , in Bihor County. Timisoara
http://medan.tribunnews.com/2018/11 Medical Journal, 59(3–4), 307–312.

127
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)

Prasasti, G. D. (2018). Empat kasus komunikasi keluarga dan


tawuran pelajar terjadi dalam dua pengaruhnya terhadap
pekan terakhir. Retrieved from perkembangan emosi anak pada
Liputan6 website: keluarga Jawa ). Jurnal Ilmu
https://www.liputan6.com/health/read/ Komunikasi, 2(1), 67–78.
3642258/empat-kasus-tawuran- Shafiq, M., & Khan, R. (2016). Emotional
pelajar-terjadi-dalam-dua-pekan- maturity among adolescents : A
terakhir comparative study of nuclear and
Psikodemia. (2018). Tahapan joint families. Researchpaedia, 3(2),
perkembangan psikososial eric 19–26.
erikson. Retrieved February 3, 2019, Singh, T. K., & Sharma, A. (2014).
from Psikodemia website: Personality and emotional maturity of
http://psikodemia.com/tahapan- depressive and obsessive compulsive
perkembangan-psikososial-eric- disorders. The International Journal
erikson/ of Indian Psychology, 01(04), 80–86.
Rajeshwari, R. R., & Raj, S. J. M. (2017). Suhanda, I. (2017). Tentang marah yang
A study on relationship between menghancurkan kita. Retrieved from
emotional maturity, stress and self- Kompas website:
confidence among management https://megapolitan.kompas.com/read
students. Asia Pacific Journal of /2017/06/28/08582981/tentang.marah
Research, 1(1), 95–99. .yang.menghancurkan.kita
Rawat, C., & Singh, R. (2017). Effect of Susilowati, E. (2013). Kematangan emosi
family type on emotional maturity of dengan penyesuaian sosial pada
adolescents. Journal of Human siswa akselerasi tingkat SMP. Jurnal
Ecology, 57(1,2), 47–52. Online Psikologi, 01(01), 101–113.
https://doi.org/10.1080/09709274.201 Yuliaji, H. (2018). Dampak perceraian
7.1311655 orang tua terhadap kondisi emosi
Santrock, J. W. (2011). Masa anak. Skripsi, Universitas Sanata
perkembangan anak (11th ed.). Dharma.
Jakarta: Salemba Humanika. Zahara, D., & Fadhlia, T. N. (2013).
Santrock, J. W. (2012). Life-span Pengaruh kematangan emosi pada
development (terjemahan). Jakarta: remaja ditinjau dari pola asuh orang
Erlangga. tua dan jenis kelamin. An-Nafs,
Sejati, I. P. (2018). Kematangan emosi 08(01), 5–17.
dan pemaafan pada mahasiswa prodi
psikologi universitas islam Indonesia.
Skripsi, Universitas Islam Indonesia.
Setyowati, Y. (2005). Pola komunikasi
keluarga dan perkembangan emosi
anak (studi kasus penerapan pola

128
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic

Anda mungkin juga menyukai