ABSTRAK
Kematangan emosi adalah salah satu aspek perkembangan emosi remaja yang dilihat
melalui perilaku dan dipengaruhi oleh keutuhan keluarga. Tujuan penelitian untuk
mengetahui perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari keutuhan keluarga. Fokus
keutuhan keluarga dalam penelitian ini adalah remaja dari orang tua utuh dan remaja dari
orang tua bercerai. Subjek penelitian berjumlah 122 yang terdiri dari 61 remaja dengan
orang tua utuh dan 61 remaja dengan orang tua yang telah bercerai yang diambil dengan
teknik quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah Emotional Maturity Scale (EMS)
dengan nilai reliabilitas sebesar 0.94. Hasil uji beda menunjukkan nilai p=0,049 dengan nilai
mean yang didapatkan dari remaja berkeluarga utuh adalah 122,72, sedangkan remaja
dengan orang tua bercerai adalah 133,36. Hasil tersebut menunjukkan bahwa remaja dari
keluarga utuh lebih matang emosinya dibandingkan remaja dari orang tua bercerai.
Kesimpulan yang didapatkan adalah ada perbedaan yang signifikan kematangan emosi
remaja ditinjau dari keutuhan keluarga (p ≤ 0,05).
ABSTRACT
118
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
119
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
120
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
ditunjukkan oleh remaja tersebut, yaitu Subjek penelitian ini adalah 122 siswa/i
senang. yang terdiri dari 3 lokasi penelitian, yaitu
Pada penelitian sebelumnya, Nashukah SMA Islam Athirah Kajaolalido, SMA
& Darmawanti (2013) juga pernah Negeri 2 Makassar, dan SMKN 6
membandingkan kematangan emosi Makassar. Adapun rincian subjek
ditinjau dari struktur keluarga. Akan tetapi, didasarkan dengan klasifikasi kondisi
penelitian tersebut berbeda dalam hal keluarga, jenis kelamin, sekolah dan usia
subjek, lokasi, dan juga instrumen (berdsaarkan tabel 1). Dilihat dari
penelitian. Subjek penelitian Nashukah & klasifikasi kondisi keluarga, dapat
Darmawanti (2013) menggunakan diketahui subjek penelitian terdiri atas 61
kelompok keluarga utuh dan single remaja dengan keluarga yang utuh
parents, sedangkan penelitian ini dengan persentase 50% dan 61 remaja
menggunakan keluarga utuh dan dari orang tua yang telah bercerai dengan
terkhusus remaja dengan orang tua yang persentase 50%. Terkait jenis kelamin,
telah bercerai. Karakteristik usia juga subjek penelitian terdiri dari 37 remja laki-
berbeda dikarenakan penelitian laki dengan persentase 30% dan 85
sebelumnya menggunakan rentang usia remaja perempuan dengan persentase
16-20 tahun, tetapi penelitian ini 70%. Berdasarkan sekolah, dapat
menggunakan terkhusus usia remaja 15- diketahui bahwa 26 remaja dengan
18 tahun (usia remaja dalam masa persentase 21% bersekolah di SMA Islam
pendidikan SMA). Perbedaan yang Athirah Kajaolalidoo, 38 remaja dengan
terakhir juga berbeda, dikarenakan persentase 31% bersekolah di SMA
penelitian ini dilakukan di beberapa Negeri 2 Makassar, dan 58 remaja dengan
sekolah, tetapi penelitian sebelumnya persentase 48% bersekolah di SMKN 6
menggunakan lokasi di keluarahan Makassar. Terkait rentang usia subjek
Kedung Pandan. Oleh karena itu, penelitian, remaja dengan usia 15 tahun
penelitian ini juga diharapkan dapat berjumlah 45 remaja dengan persentase
menjadi pengembangan dari penelitian 37%, usia 16 tahun sebanyak 66 remaja
sebelumnya terkait kematangan emosi dengan persentase 54%, dan usia 17
remaja. tahun sebanyak 11 remaja dengan
Berdasarkan uraian di atas, maka persentase 9% (lihat tabel 1).
dapat diketahui bahwa penelitian ini Metode pengambilan sampel
bertujuan untuk melihat perbedaan menggunakan teknik quota sampling yaitu
kematangan emosi remaja yang berasal teknik pengambilan sampel yang telah
dari keluarga utuh dan remaja dari ditentukan jumlah kuota dari populasi dan
keluarga yang mengalami perceraian. menghentikan pengambilan sampel
setelah kuota tersebut telah terpenuh.
METODE PENELITIAN Pengambilan teknik tersebut didasari
Penelitian ini menggunakan desain karena penelitian ini telah ditentukan
kuantitatif komparatif, yaitu penelitian yang perbandingan antara kelompok remaja
dilakukan untuk menentukan penyebab yang utuh dan orang tua bercerai yaitu
atau alasan dari perbedaan yang ada masing-masing kelompok berjumlah 61
pada tingkah laku atau status kelompok orang (50:50). Sebelum pengambilan
atau individual. Data penelitian ini sampel, dilakukan survey awal
berbentuk angka yang hasilnya menggunakan angket data. Survey awal
dideskripsikan berdasarkan analisis data dilakukan atas negosiasi untuk membantu
yang dilakukan. Sehingga, rancangan pendataan bimbingan konseling di lokasi
penelitian ini yaitu membedakan penelitian. Adapun hasil yang dilihat dari
kematangan emosi remaja dengan dasar survey awal adalah biodata diri sampel.
perbedaan kondisi orang tua yang terdiri
dari remaja dengan orang tua yang masih Variabel dan Instrumen Penelitian
utuh dan remaja dengan orang tua yang Kematangan emosi adalah suatu
telah bercerai. pencapaian perkembangan emosi remaja
yang diukur dengan emotional maturity
121
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
scale (EMS) yang diadaptasi dari Singh & 100 orang, didapatkan nilai reliabilitas
Bhargava. Skala tersebut digunakan untuk sebesar 0,94.
membandingkan kematangan emosi Sebelum masuk ke tahap pelaksanaan,
remaja dari keluarga utuh dan remaja dari dilakukan tahap permohonan izin untuk
orang tua yang telah bercerai. Jumlah item melakukan penelitian di lokasi penelitian.
dari emotional maturity scale (EMS) Setelah itu, mengurus surat perizinan di
adalah 48 item, yang terdiri dari 5 aspek kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
yaitu emotional unstability (ketidakstabilan (PTSP) Provinsi Sulawesi Selatan. Lalu,
emosi) 10 item, emotional regression surat tersebut dilanjutkan ke Dinas
(regresi emosi) 10 item, social Pendidikan Provisi Sulawesi Selatan untuk
maladjustment (ketidakmampuan didisposisi ke setiap lokasi penelitian.
penyesuaian sosial) 10 item, personality Setelah mengurus keseluruhan perizinan
disintegration (disintegrasi kepribadian), dan pencarian lokasi penelitian, maka
dan lack of independence (kurang mandiri) ditetapkan 3 lokasi penelitian dengan
8 item (Rawat & Singh, 2017; Singh & pertimbangan yang sudah dibuat
Sharma, 2014). Adapun cara skoringnya sebelumnya. Adapun cara mengetahui
adalah 5 untuk jawaban sangat sering, 4 data tersebut, dilakukan pembagian skala
untuk jawaban sering, 3 untuk jawaban bayangan (lampiran V). Skala bayangan
rata-rata, 2 untuk jawaban jarang, dan 1 dimaksudkan untuk mengetahui biodata
untuk jawaban tidak pernah. Hal tersebut dari setiap siswa tanpa adanya proses
menunjukkan bahwa semakin rendah skor wawancara. Hal tersebut dilakukan karena
yang didapatkan maka semakin tinggi kurangnya pendataan di setiap sekolah
kematangan emosi dari subjek, dan yang menjadi lokasi penelitian. Sehingga,
begitupun sebaliknya. Salah satu contoh proses ini juga menjadi hal positif yang
pertanyaan dari emotional maturity scale dapat membantu pendataan siswa di
(EMS) adalah “apakah anda sering setiap lokasi penelitian. Setelah
menyendiri?”. Skala ini memiliki nilai penyebaran angket bayangan selesai,
reliabilitas sebesar 0,943 (berdasarkan dilakukan pendataan jumlah keseluruhan
hasil penelitian). siswa dengan latar belakang keutuhan
Prosedur dalam penelitian ini diawali keluarga yang berbeda-beda, yaitu utuh,
dengan pembuatan proposal. Seiring bercerai, dan salah satu meninggal.
dengan pembuatan proposal, dilakukan Setelah itu, ditetapkan jumlah siswa
pula pencarian instrument penelitian yang dengan orang tua masih utuh dan
cocok untuk digunakan sesuai dengan bercerai sebagai sampel sebanyak 122
tujuan dari penelitian, yaitu instrument populasi. Penetapan perbandingan kedua
terkait kematangan emosi. Setelah itu, kelompok adalah 50:50. Pendataan awal
dilakukan uji validitas isi skala dengan ini juga menunjang penelitian ini untuk
menggunakan 3 profesional judgement menggunakan metode quota sampling
yang terdiri dari dosen psikologi karena dasar dilakukannya teknik tersebut
Universitas Muhammadiyah Malang yang adalah peneliti telah mengetahui keadaan
berkompeten di bidang perkembangan lokasi penelitian dan sampel yang ingin
individu. Hal tersebut disesuaikan dengan diteliti.
tema penelitian yaitu kematangan emosi Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan,
yang mengarah kepada perkembangan dilakukan secara bergantian di setiap
emosi remaja. Setelah didapatkan hasil lokasi penelitian. Tahap ini dilakukan
keseluruhan item adalah relevan dengan cara mencari nama sesuai
digunakan, dilakukan pelaksanaan uji try pendataan yang telah didapatkan
out terhadap instrument yang digunakan sebelumnya dengan aturan yang dibuat
untuk mengetahui nilai realibilitas dari adalah hanya 2 hari pencarian sampel di
instrument tersebut sebanyak 2 kali. Pada setiap lokasi penelitian. Tetapi, hal
uji try out pertama yang menggunakan 70 tersebut bukan aturan mutlak, dikarenakan
responden, didapatkan nilai reliabilitas di dua lokasi penelitian ditemukan siswa
sebesar 0,93. Sedangkan, pada uji try out yang orang tuanya bercerai pada hari
kedua dengan jumlah responden adalah kedua. Adapun pencarian nama
122
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
123
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
124
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
cenderung sulit mengendalikan emosi Selain itu, penelitian ini dapat menjadi
dirinya dan sering melakukan kekerasan fisik salah satu perkembangan ilmiah terkait
maupun verbal yang mengarah kepada kematangan emosi remaja yang dikaitkan
ketidakmampuan menyesuaikan diri di dengan orang tua. Salah satu faktor lain
lingkungan sosialnya (Muliana et al., 2016). yang berkaitan dengan orang tua dan
Kondisi keutuhan keluarga berpengaruh berhubungan dengan kematangan emosi
terhadap kematangan emosi remaja tersebut adalah pola asuh orang tua (Fellasari &
yang terimplementasikan dalam perilaku di Lestari, 2016; Naik & Saimons, 2014).
kesehariannya. Hal ini diperkuat dengan Penelitian dari Naik & Saimons (2014) dan
hasil penelitian yang menyebutkan bahwa Fellasari & Lestari (2016) tersebut
secara kematangan emosi pada remaja menunjukkan bahwa ada hubungan yang
dengan orang tua bercerai lebih rendah jika signifikan antara pola pengasuhan dari
dibandingkan dengan remaja dari orang tua orang tua dan kematangan emosi dari
yang utuh. remaja. Hanya saja, kedua penelitian
Penjelasan yang hampir sama tersebut bertentangan dengan hasil
ditemukan oleh Estuti (2013) bahwa penelitian Zahara & Fadhlia (2013) yang
remaja korban perceraian sebelum menemukan bahwa tidak ada perbedaan
terjadinya perceraian orang tua (masih kematangan emosi pada remaja apabila
utuh), cenderung memiliki sikap empati ditinjau dari pola asuh orang tua.
dan mampu untuk menyesuaikan dirinya Sehingga, dapat diketahui, bukan hanya
terhadap lingkungan. Sedangkan, setelah bagaimana perlakuan orang tua ke anak.
terjadinya perceraian, remaja cenderung Tetapi, lebih mendasar lagi, yaitu utuh
kurang berempati dan menjadi acuh tidaknya sebuah keluarga (dalam hal ini
terhadap lingkungannya. Hal tersebut orang tua) sudah dapat mempengaruhi
sejalan dengan hasil penelitian yang telah perkembangan emosi dari remaja.
dilakukan yaitu dilihat dari aspek Selain pola pengasuhan orang tua, pola
penyesuaian sosial yang diungkap komunikasi orang tua kepada anak juga
menunjukkan bahwa kelompok remaja mempengaruhi perkembangan emosi
dari keluarga utuh lebih positif remaja (Setyowati, 2005). Hal tersebut
dibandingkan dengan remaja yang orang menunjukkan bahwa selain utuh dan
tuanya telah bercerai. Sehingga, penelitian tidaknya keluarga dan bagaimana pola
ini menjadi pengembangan dampak dari asuh orang tua dari remaja, ada faktor lain
perceraian, yaitu mempengaruhi yang dapat mempengaruhi emosi remaja.
kematangan emosi dari remaja. Sehingga, penelitian ini menjadi
Selain implikasi dalam perilaku di atas, pengembangan ilmiah yang lebih
terdapat resiko terkait kematangan emosi terperinci terkait kematangan emosi
remaja (Petrescu, Florin, Suciu, remaja. Hal tersebut didasari karena
Bredicean, & Olariu, 2009). Berdasarkan sebelum terjadi pola pengasuhan orang
penelitian Petrescu et al., (2009), terdapat tua dan pola komunikasi orang tua kepada
hubungan negatif antara kematangan anak, aspek utuh tidaknya orang tua
emosi dan resiko bunuh diri pada remaja. menjadi sesuatu yang penting.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin Selain itu, penelitian ini juga dapat
tinggi kematangan emosi remaja, maka menjadi suatu pengembangan ilmu dari
resiko bunuh diri semakin rendah. Tetapi, penelitian Rawat & Singh (2017) dan
apabila semakin rendah kematangan Shafiq & Khan (2016) yang menemukan
emosi remaja, maka resiko bunuh diri perbedaan kematangan emosi remaja
semakin tinggi. Sehingga, berdasarkan antara remaja dengan keluarga inti dan
penelitian yang telah dilakukan, remaja dengan keluarga bersama. Hal
perkembangan emosi remaja (terlebih tersebut didasari pada hasil penelitian ini
terhadap remaja dengan orang tua yang yang menemukan bahwa ada perbedaan
telah bercerai) harus lebih diperhatikan kematangan emosi remaja ditinjau dari
karena memiliki resiko bunuh diri pada keutuhan keluarga. Hasil yang didapatkan
remaja tersebut. menunjukkan bahwa kematangan emosi
remaja telah dapat dipengaruhi dari
125
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
keluarga inti saja yaitu kondisi utuh tersebut menjelaskan kesimpulan bahwa
tidaknya orang tua remaja tersebut. ada perbedaan kematangan emosi remaja
Penelitian lain yang menunjukan terkait ditinjau dari keutuhan keluarga. Adapun
kondisi orang tua dilakukan oleh Mondal & keutuhan keluarga dibagi menjadi
Sutradhar (2015) menemukan bahwa kelompok, yaitu remaja dengan orang tua
lingkungan rumah dapat mempengaruhi yang masih utuh, dan remaja dengan
kematangan emosi remaja. Remaja orang tua yang telah bercerai.
belajar untuk pertama kalinya terkait Implikasi dari penelitian ini adalah untuk
emosi maupun perilaku melalui orang orang tua maupun calon orang tua dapat
tuanya (Mondal & Sutradhar, 2015). Tidak lebih memahami kondisi keluarga secara
hanya itu, berdasarkan penelitian Mondal utuh, bagaimana peran dari orang tua di
& Sutradhar (2015) juga menemukan dalam perkembangan emosi anak. Tidak
bahwa lingkungan rumah mempengaruhi hanya melihat bagaimana orang tua
semua aspek dari skala kematangan mendidik anak tersebut, tetapi keutuhan
emosi Singh & Bhargava (EMS). keluarga pun menjadi suatu hal yang
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui penting di dalam kehidupan berkeluarga
penelitian ini juga memperkuat penjelasan dan perkembangan anak. Sedangkan,
bahwa kematangan emosi remaja untuk remaja, diharapkan dapat
dipengaruhi oleh peran orang tua di memahami bagaimana menjaga dan
lingkungan rumah. Remaja belajar menempatkan emosi sesuai dengan
bagaimana mengontrol emosi dan dapat kondisi dari lingkungan dalam
menyesuaikan diri di lingkungan sosial mengimplikasikan perasaan yang sedang
melalui kedua orang tuanya. Sebaliknya, dirasakan. Selain itu, remaja juga
hasil penelitian Mondal & Sutradhar (2015) diharapkan dapat mengetahui karakteristik
juga memperkuat hasil penelitian ini perkembangan yang sedang dihadapi
bahwa ada perbedaan kematangan emosi dalam kehidupannya terkait emosi,
remaja apabila orang tuanya masih utuh contohnya kelabilan emosi. Sehingga,
dan juga apabila orang tuanya telah melalui kesadaran tersebut, remaja dapat
bercerai dikarenakan kondisi lingkungan lebih memahami bagaimana merespon
rumah yang berbeda. lingkungan luar walaupun dengan kondisi
Hasil penelitian ini juga mendukung keluarga yang utuh maupun orang tua
penelitian Nashukah & Darmawanti (2013) telah bercerai.
yang menemukan bahwa ada perbedaan Hasil ini juga dapat menjadi acuan
kematangan emosi remaja dengan pendidikan karakter bagi guru dan
keluarga utuh dan remaja dengan orang pendidik di luar rumah bahwa dapat
tua tunggal. Walaupun secara spesifik memberikan suatu perhatian khusus
perbandingan nilai kematangan emosi dalam perkembangan emosi remaja
saling bertentangan. Hasil penelitian dengan didasari kondisi keutuhan
Nashukah & Darmawanti (2013) keluarga anak tersebut. Hasil penelitian ini
menemukan kematangan emosi remaja juga dapat menjadi dasar dilakukannya
dari keluarga orang tua tunggal lebih tinggi sosialisasi atau psikoedukasi dari para ahli
dibandingkan dengan remaja dengan terhadap para orang tua. Selain itu,
keluarga utuh. Sedangkan, hasil dari penelitian ini memiliki keterbatasan dalam
penelitian ini menemukan hal yang kajian teoritik pada tema keutuhan
sebaliknya, yaitu kematangan emosi keluarga.Sehingga, adapun saran untuk
remaja dari orang tua yang masih utuh peneliti berikutnya, dapat mencari tema
lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang sebelumnya telah diteliti dan memiliki
dari orang tua yang telah bercerai. grand theory yang sudah ada seperti
struktur atau fungsi keluarga. Peneliti
KESIMPULAN berikutnya juga dapat melakukan
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji penelitian secara mendalam terhadap
independen t (uji beda) yaitu nilai perkembangan emosi remaja.
signifikansi 0,049 (p ≤ 0,05), maka
hipotesis penelitian ini diterima. Hal DAFTAR PUSTAKA
126
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
127
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic
Psycho Holistic, Vol. 2, No. 1, Mei 2020 ISSN 2685-9092 (Online)
128
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic