Anda di halaman 1dari 8

108 Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Siswa yang Orangtuanya Bercerai (Studi

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL WELL-


BEING) SISWA YANG ORANGTUANYA BERCERAI
(Studi Deskriptif yang Dilakukan pada Siswa
di SMK Negeri 26 Pembangunan Jakarta)

Tia Ramadhani1
Djunaedi2
Atiek Sismiati S.3

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesejahteraan psikologis siswa yang
orangtuanya bercerai di SMK Negeri 26 Pembangunan Jakarta. Sampel penelitian
ini adalah 33 siswa yang memiliki latar belakang orangtua bercerai. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah teknik sampling jenuh. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kesejahteraan psikologis. Hasil uji
validitas didapatkan 46 butir pernyataan valid dan 22 butir pernyataan yang drop.
Uji reliabilitas dari instrumen ini didapat sebesar 0.928 yang berarti instrumen ini
memiliki reliabilitas tinggi dan dapat dipercaya. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa 52% siswa memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah, sebesar 42%
siswa memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, dan 6% siswa memiliki
kesejahteraan psikologis yang sedang/ cukup. Kesejahteraan psikologis siswa yang
orangtuanya bercerai pada penelitian ini berada dalam taraf rendah yang berarti
perlu adanya penanganan lebih lanjut agar kesejahteraan psikologis siswa menjadi
tinggi. Jika siswa yang orangtuanya bercerai memiliki kesejahteraan psikologis
yang tinggi dalam hal ini maka dapat membantu siswa dalam melewati tugas-tugas
perkembangan, menghadapi tantangan, menjalankan hidupnya dengan bahagia,
tenang dan mampu mengatasi segala masalah yang dihadapi.
Kata Kunci: Kesejahteraan psikologis, perceraian

PENDAHULUAN disharmonisasi dalam keluarga. Jika suami


Keluarga adalah kesatuan terkecil istri sebagai orang tua tidak dapat mengatasi
dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu konflik rumah tangga yang terjadi maka
dan anak. Keluarga dapat menjadi pangkal akan menimbulkan masalah berkepanjangan
kehidupan seseorang, sumber perawatan sehingga salah satu jalan keluar yang diambil
dengan kasih sayang, taman pendidikan untuk keluar dari masalah rumah tangga
pertama, terpenting dan terdekat yang bisa tersebut adalah bercerai.
dinikmati karena pe-jaran tentang nilai- Perceraian memiliki dampak yang
nilai kehidupan baik agama maupun sosial sangat merugi-kan bagi suami, istri, maupun
budaya merupakan hal-hal fundamental yang anak-anak. Perceraian dilakukan karena
bisa diperoleh di dalam sebuah keluarga. tidak adanya jalan keluar lain atau adanya
Ada kalanya sebuah keluarga dihadapkan masalah yang tidak dapat diselesaikan
pada konflik rumah tangga dimana hal ini secara bersama-sama. Kasus perceraian yang
menganggu keseimbangan dan mencipta-kan terjadi di Indonesia setiap tahun meningkat
1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ
2
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ
3
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Siswa yang Orangtuanya Bercerai (Studi 109

jumlahnya. Berdasarkan data yang dirilis didapatkan hasil siswa yang menjadi korban
Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama pada perceraian kedua orangtuanya mengalami
tahun 2012 menunjukkan jumlah penduduk masalah seperti rendah diri, cemas, kurang
Indonesia yang menikah sebanyak dua juta percaya diri, menarik diri dari pergaulan, sukar
orang, sementara 285.184 perkara berakhir bergaul, inferior, kurang mampu bertang-gung
dengan perceraian. Badan Koordinasi jawab atas tugasnya, memiliki minat yang
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) rendah terhadap prestasi akademik, sebagian
juga mencatat ada lebih dari 200.000 kasus siswa pasif atau pendiam, sebagian siswa
perceraian di Indonesia setiap tahunnya terlalu aktif hingga menyibukkan diri dengan
dan merupakan angka yang tertinggi se- mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler
Asia-Pasifik. Badan Urusan Peradilan dengan alasan tidak ingin cepat pulang ke
Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) rumah karena kurang mendapatkan ketentra-
mencatat selama periode 2005-2010 terjadi man di rumah. Masalah-masalah tersebut
peningkatan perceraian hingga 70%. Data merujuk pada pembentukan kesejahteraan
diatas dapat menggambarkan bahwa ratusan psikologis yang kurang baik.
ribu anak di Indonesia harus berpisah dari Tingkat kasus perceraian orang tua
salah satu orangtuanya bercerai. secara psikologis menimbulkan kontribusi
Perceraian yang terjadi membawa negatif terhadap perkembangan siswa.
dampak sangat buruk bagi anak-anak, terutama Berdasarkan uraian permasalahan di atas,
remaja yang sedang dalam masa peralihan, tujuan penelitian ini adalah mengungkap
baik dari segi pribadi, social, akademis gambaran kesejahteraan psikologis
maupun psikis. Peterson mengungkapkan (psychological well-being) siswa yang
bahwa perselisihan keluarga yang terjadi orangtuanya bercerai di SMK Negeri 26
akibat perceraian seperti pertikaian orang tua, Pembangunan Jakarta.
permasalahan keuangan, dan perebutan hak
asuh anak akan berdampak pada kesejahteraan KAJIAN TEORI
psikologis (psychological well-being) setiap KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
anggota keluarga. Peristiwa perceraian DEFINISI KESEJAHTERAAN
berdampak pada seluruh anggota keluarga PSIKOLOGIS
di dalamnya, tidak hanya pasangan akan Menurut Aspinwall, kesejahteraan
tetapi anak yang menyaksikan orangtuanya psikologis menggambarkan bagaimana
bercerai juga terkena dampaknya. Anak-anak psikologis berfungsi dengan baik dan positif.
akan merasakan dampak secara psikis dari Selanjutnya menurut Schultz mendefinisikan
perceraian yang menimpa kedua orangtuanya kesejahteraan psikologis (psychological well-
terlebih mereka yang berada di usia remaja. being) sebagai fungsi positif individu, dimana
Mereka akan merasakan kemarahan, takut, fungsi positif individu merupakan arah atau
tertekan, dan merasa bersalah. Di sisi lain tujuan yang diusahakan untuk dicapai oleh
para remaja akan merasa terganggu dalam individu yang sehat.
melaksana-kan tugas perkembangannya, Sama halnya dengan yang
apabila keluarga mereka sedang berada dalam diungkapkan oleh Ryff bahwa psychological
keadaan disharmoni sebagai akibat dari well-being tidak hanya terdiri dari efek positf,
perceraian. Hal ini berakibat pada turunnya efek negatif, dan kepuasan hidup, melainkan
kesejahteraan psikologis (psycholo-gical paling baik dipahami sebagai sebuah konstruk
well-being) remaja dikarenakan kegagalan multidimensional yang terdiri dari sikap hidup
dalam menjalankan peran dan tanggung yang terkait dengan dimensi kesejahteraan
jawab yang mereka emban. psikologis (psychological well-being) itu
Kemudian berdasarkan studi sendiri yaitu mampu merealisasikan po-
pendahuluan yang telah dilakukan dengan tensi diri secara kontinu, mampu membentuk
cara observasi dan wawancara guru BK,

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


110 Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Siswa yang Orangtuanya Bercerai (Studi

hubungan yang hangat dengan orang lain, Dimensi otonomi merupakan kemampuan
memiliki kemandirian terhadap tekanan untuk menentukan nasib sendiri, mandiri
sosial, maupun menerima diri apa adanya, dan mengatur perilakunya sendiri.
memiliki arti dalam hidup, serta mampu Dimensi ini meliputi independen dan
mengontrol lingkungan eksternal. determinan diri, kemampuan individu
Menurut Snyder mengatakan mehan tekanan sosial, dan kemampuan
kesejahteraan psiko-logis bukan hanya mengatur pelakunya dari dalam.
merupakan ketiadaan penderitaan, namun 4. Penguasaan lingkungan
kesejahteraan psikologis meliputi keterikatan Dimensi penguasaan lingkungan
aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan meliputi rasa penguasaan dan kompetensi
hidup, dan hubungan seseorang dalam obyek serta kemampuan memilih situasi dan
ataupun orang lain. lingkungan yang kondu-sif. Menekankan
Dari beberapa pendapat diatas maka perlunya keterlibatan dan dalam
dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan aktivitas di lingkungan, kemampuan
psikologis (psychological well-being) untuk memanipulasi dan mengendalikan
merupakan kondisi psikologis dari setiap lingkungan yang rumit.
individu yang berfungsi dengan baik dan 5. Tujuan hidup
positif. Individu yang memiliki kesejahteraan Dimensi ini meliputi kesadaran akan
psikologis (psychological well-being) tujuan dan makna hidup, serta arah
memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan tujuan dalam hidup. Keyakinan-
dan orang lain, memiliki tujuan yang berarti keyakinan yang memberi-kan perasaan
dalam hidupnya, memiliki kemampuan pada individu bahwa ada tujuan dan
mengatur lingkungan, menjalin hubungan makna dalam hidupnya.
yang positif dengan orang lain dan berusaha 6. Pertumbuhan pribadi
untuk menggali dan mengem-bangkan diri Dimensi ini merupakan kemampuan
semaksimal mungkin. diri mengembangkan potensi dirinya
untuk tumbuh dan berkembang sebagai
DIMENSI KESEJAHTERAAN individu secara efektif pribadi meliputi
PSIKOLOGIS kapasitas tumbuh mengembangkan
Ryff mendefinisikan konsep meliputi potensi, serta perubahan pribadi
kesejahteraan psikologis dalam enam dari waktu ke waktu mencerminkan
dimensi, yakni: pengetahuan diri, tumbuh dan efektivitas.
1. Penerimaan diri
Penerimaan diri adalah sikap positif FAKTOR-FAKTOR
terhadap diri sendiri dan masa YANG MEMPENGARUHI
lalu individu yang bersangkutan. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
Menggambarkan evaluasi diri yang Faktor-faktor yang dapat
positif, kemampuan mengakui aspek diri mempengaruhi kesejahteraan psikologis
sendiri, dan kemampuan menerima positif (psychological well-being) seseorang
dan negatif kemampuan seseorang. menurut Ryff antara lain:
2. Hubungan yang positif dengan orang lain 1. Faktor Demografis
Dimensi hubungan positif dengan orang Faktor demografis yang mempengaruhi
lain ini berkaitan dengan kemampuan kese-jahteraan psikologis (psychological
menjalin hubungan antar pribadi well-being) yaitu usia, jenis kelamin,
yang hangat dan saling mempercayai. status sosial ekonomi, dan budaya.
Menggambarkan orang yang 2. Dukungan Sosial
terkatualisasi dirinya mempunyai perasa- Dukungan sosial sendiri diartikan sebagai
an empati dan kasih sayang. rasa nyaman, perhatian, penghargaan,
3. Otonomi atau pertolo-ngan yang dipersepsikan

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Siswa yang Orangtuanya Bercerai (Studi 111

oleh seorang individu yang didapat menarik diri dari teman-teman, kehilangan
berbagai sumber, diantaranya pasangan, minat berprestasi, menunjukkan perilaku
keluarga, teman, rekan kerja, dokter, nakal dan kurang memiliki tujuan hidup.
maupun organisasi sosial.
3. Evaluasi terhadap Pengalaman Hidup METODE PENELITIAN
Pengalaman hidup mencakup berbagai Penelitian ini dilaksanakan di SMK
bidang kehidupan dalam berbagai Negeri 26 Pembangunan Jakarta, Jalan Balai
periode kehidupan. Evaluasi individu Pustaka Baru I, Jakarta Timur. Waktu yang
terhadap pengalaman hidupnya memiliki dibutuhkan dalam penelitian dimulai dari
pengaruh yang penting terhadap penyusunan proposal hingga mendapatkan
kesejahteraan psikologis. hasil penelitian yaitu dari bulan Maret 2015
4. Locus Of Control (LOC) – November 2015.
Locus Of Control didefinisikan sebagai Tujuan dari penelitian ini untuk
suatu uku-ran harapan umum seseorang mengetahui gambaran kesejahteraan
mengenai pengenda-lian (kontrol) psikologis (psychological well-being) siswa
terhadap penguatan (reinforcement) yang orangtuanya bercerai di SMK Negeri 26
yang mengikuti perilaku tertentu, dapat Pembangunan Jakarta. Pendekatan penelitian
memberikan peramalan terha-dap ini adalah kuantitatif. Metode yang digunakan
kesejahteraan psikologis (psychological deskriptif dengan jenis survei. Teknik
well-being). sampling yang digunakan yaitu sampling
jenuh. Teknik sampling ini merupakan teknik
PERCERAIAN pengambilan sampel bila semua anggota
Brodkin mendefinisikan perceraian populasi digunakan sebagai sampel. Sampel
sebagai putusnya hubungan dalam yang akan di-gunakan pada penelitian ini
perkawinan. Menurut Hurlock perceraian sebanyak populasi yang ada, yaitu berjumlah
merupakan kulminasi dari penyesuaian 33 orang siswa yang memiliki latar belakang
perkawinan yang buruk. Perceraian akan orangtua bercerai, 20 siswa kelas XI dan
terjadi bila antara suami dan istri tidak 13 siswa kelas XII. Pembangunan Jakarta
mampu lagi mencari cara penyelesaian yang memiliki latar belakang orangtuanya
masalah yang memuaskan bagi kedua bercerai. Analisis data menggunakan statistik
belah pihak. Sementara Cohen menyatakan deskriptif dengan teknik presentase. Sebelum
bahwa perceraian adalah pemutusan atau perhitungan presentase terlebih dahulu
pembubaran unit keluarga. dibuat kelompok skor. Perhitungan data
Dari berbagai definisi di atas, dapat kesejahteraan psikologis (psychological
disimpulkan bahwa perceraian adalah well-being) siswa yang orang-tuanya bercerai
kulminasi dari penyesuaian perkawinan didapat-kan berdasarkan perhitungan skor
yang buruk antara suami istri dan merupakan rata-rata (mean).
sebuah cara yang legal untuk memutus Data yang dihasilkan pada penelitian
hubungan jika sudah tidak mampu lagi ini adalah teknik statistik presentase
mencar penyelesaian masalah yang memuas- dekriptif karena penelitian mendeskripsikan
kan keduanya. Perceraian pun tidak hanya kesejahteraan psikolo-gis (psycholo-gical
memu-tus hubungan antara suami istri saja, well-being) siswa yang orang-tuanya bercerai.
tetapi perceraian juga menghancurkan unit
keluarga yang mana didalamnya juga terdapat HASIL DAN PEMBAHASAN
anak-anak buah hubungan suami istri. Secara keseluruhan data responden
Dampak-dampak negatif yang akan dialami yang digunakan adalah siswa SMK Negeri
siswa dari perceraian orang tua, antara 26 Pemba-ngunan Jakarta yang orangtuanya
lain mengalami kesulitan dalam menerima bercerai dengan jumlah responden sebanyak
perubahan pengasuhan, mudah marah,

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


112 Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Siswa yang Orangtuanya Bercerai (Studi

33 siswa. Berdasarkan data kesejahteraan Selanjutnya, variabel kesejahteraan


psikologis siswa yang didapatkan dengan psikologis ter-diri dari 6 dimensi. Dimensi
menggunakan kuesioner kepada siswa yang tersebut antara lain penguasaan diri,
orangtuanya bercerai di SMK Negeri 26 hubungan yang positif dengan orang lain,
Pembangunan Jakarta berikut didapatkan otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan
rata-ratanya sebesar 160,45, nilai tertinggi hidup dan pertumbuhan pribadi. Berikut
yang didapatkan sebesar 209 dan terendah merupakan tampilan perolehan presentase
yang didapatkan sebesar 114. Data secara per dimensi dalam bentuk grafik:
keselu-ruhannya dapat dilihat sebagai
berikut:
Grafik 2
Tabel 1
Perbandingan Hasil Penelitian Keenam Dimensi
Skor Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan Psikologis
Kelompok Skor f %
Tinggi 14 42.42
Sedang 2 6.06
Rendah 17 52
Jumlah 33 51.52

Grafik 1
Skor Kesejahteraan Psikologis

Hasil penelitian setiap dimensi


terlihat bahwa dimensi yang paling tinggi
presentasenya adalah dimensi hubungan
yang positif dengan orang lain (97,82%),
kemudian diikuti oleh dimensi otonomi
(75.31%), pertumbuhan pribadi (70,45%),
tujuan hidup (69,2%), penerimaan diri
Berdasarkan tabel dan grafik diatas
(68,16%), dan dimensi yang memiliki
maka didapatkan data yaitu pada kelompok
presentase paling rendah adalah dimensi
skor tinggi terdapat 14 orang siswa dengan
penguasaann lingkungan (66,86%).
presentase sebesar 42,42%. Sedangkan pada
Siswa yang orangtuanya bercerai
kelompok skor sedang terdapat 2 orang
harus mengalami tekanan ataupun konflik
siswa dengan presentas sebesar 6,06%. Pada
keluarga sehingga muncul rasa rendah diri.
kelompok skor rendah terdapat 17 orang
Terbukti dengan nilai skor rerata dimensi
siswa dengan presentasenya sebesar 51,52%.
penguasaan lingkungan diri siswa menjadi
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa
dimensi dengan nilai terendah. Kurang
14 siswa memiliki tingkat kesejahteraan
adanya penerimaan diri yang baik, pada
psikologis (psychological well-being) yang
peristiwa perceraian orangtua menjadikan
tinggi, 2 siswa memiliki tingkat kesejahteraan
skor rerata pada dimensi penerimaan diri
psikologis (psychological well-being) yang
siswa menjadi rendah. Hal ini yang kemudian
sedang, dan ma-yoritas siswa yaitu sebanyak
mempengaruhi dimensi pertumbuhan pribadi
17 siswa memiliki tingkat kesejahteraan
dan dimensi tujuan hidup yang rendah
psikologis (psychological well-being) yang
pula. Berbeda dengan dimensi otonomi
rendah.
dan hubungan positif dengan orang lain

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Siswa yang Orangtuanya Bercerai (Studi 113

yang cenderung tinggi, karena secara tidak dukungan sosial yang didapat.
langsung siswa di jenjang SMK sudah melalui Berdasarkan penelitian, siswa
beberapa pergantian situasi lingkungan sosial yang tinggal bersama saudara/keluarga
menuntut siswa untuk mandiri dan beradaptasi angkat sebagai wali pasca perceraian orang
menjadi lebih baik dari keadaan yang telah tua memiliki kesejahteraan psikologis
mereka alami. Dalam penelitiannya, Ryff tertinggi dibandingkan dengan siswa yang
dan Keyes juga menemukan bahwa dimensi mendapatkan wali ayah atau ibu. Hal ini
otonomi dan hubungan positif dengan serupa dengan ungkapan Sarwono bahwa
orang lain mengalami pengingkatan seiring apabila terjadi masalah dengan suami-istri
bertambahnya usia. (ada yang meninggal atau ada perceraian)
Ditinjau dari jenis kelamin tidak lebih baik anak dipindahkan ke sanak
ditemukan perbedaan skor kesejahteraan keluarga lain atau kalau perlu dipindahkan
psikologis yang signifikan bagi siswa laki- ke keluarga lain yang tidak ada hubungan
laki dan perempuan. Mayoritas siswa laki- darah (misalnya tidak ada sanak-keluarga
laki maupun perempuan, keduanya memiliki atau harus kos) perlu dicarikan hubungan
kesejahteraan psikologis yang rendah. Hal antaranggota keluarganya cukup harmonis.
ini dika-renakan masalah keluarga yang
harus dihadapi sama, sehingga keduanya KESIMPULAN DAN SARAN
sama-sama mengalami tekanan psikis yang Berdasarkan hasil penelitian yang
hampir serupa. Usia yang sama dalam telah dilakukan mengenai kesejahteraan
kategori remaja madya mengakibatkan psikologis (psychological well-being)
siswa laki-laki dan perempuan memiliki siswa yang orangtuanya bercerai di SMK
tahap kognitif yang sama sehingga pola Negeri 26 Pembangunan Jakarta maka dapat
pikir dalam menghadapi permasalahan disimpulkan bahwa siswa yang orangtuanya
pun cenderung sama. Pada tahap remaja bercerai di SMKN 26 Pembangunan Jakarta
madya seseorang mulai menentukan nilai- memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
nilai tertentu dan melakukan perenungan (psychological well-being) yang rendah
terhadap pemikiran filosofis dan etis, mulai yakni sebesar 52%. Dimensi hubungan
timbul kemantapan pada diri sendiri, rasa yang positif dengan orang lain menjadi
percaya diri yang menimbulkan kesanggupan dimensi dengan presentase tertinggi dan
untuk melakukan penilaian terhadap tingkah penguasaan lingkungan menjadi dimensi
laku yang dilakukan, dan penemuan diri dengan presentase terendah. Meski terdapat
sendiri atau jadi dirinya. Kondisi seperti ini perbedaan skor kesejahteraan psikologis
merupakan kondisi ideal bagi seorang remaja antara siswa laki-laki dan perempuan, namun
madya dalam fase perkem-bangannya. perbedaan skor kesejahteraan psikologis ini
Namun bagi seorang remaja madya yang tidak signifikan. Siswa yang memiliki wali
memiliki latar belakang keluarga bercerai, sauda-ra/keluarga angkat pasca perceraian
fase perkembangan seperti ini menjadi suatu orang tua mendapatkan kesejahteraan
kesulitan tersendiri untuk dicapai. psikologis paling tinggi dibandingkan dengan
Kesejahteraan psikologis siswa dari siswa yang memiliki wali ayah kandung dan
orangtua bercerai juga dipengaruhi oleh ibu kandung. Saran-saran yang dapat menjadi
faktor lingkungan sosial. Adanya perhatian pertimbangan berdasarkan hasil penelitian ini
dari keluarga besar dan teman-teman terdekat adalah:
dapat membantu siswa dalam mengatasi 1. Orangtua sebaiknya memikirkan dengan
masalah hidup yang dihadapi. Penelitian ini matang saat akan mengambil keputusan
lebih menekankan pada wali siswa, dimana untuk bercerai karena akan memberikan
siswa yang bertempat tinggal bersama dampak bagi seluruh anggota keluarga.
ayah kandung, ibu kandung, atau saudara/ 2. Dengan mendapatkan data dari hasil
keluarga angkat tentu akan berbeda dalam hal

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


114 Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Siswa yang Orangtuanya Bercerai (Studi

penelitian ini guru BK dapat dapat Psychological Well-Being. Madison:


merancang serta melak-sanakan layanan University of Wisconsin
bimbingan dan konseling kepada siswa Ryff, C.D., & Keyes, C.L.M. (1995). The
yang orangtuanya bercerai terutama bagi Structure of Psychological Well-Being
siswa yang kesejah-teraan psikologisnya Revisited. (American Psycological
rendah, misalnya dengan melakukan Association. Journal of Personality and
kegiatan konseling kelompok yang Social Psychology. Vol. 69 No. 4
dikombinasikan dengan pendekatan Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja.
konseling mutakhir seperti bibliotherapy, Jakarta: Raja Grafindo Persada
cinema-therapy, poetry therapy dan lain- Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
lain. Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
3. Jika peneliti selanjutnya ingin Kualitatif, dan R&D. Bandung:
menggunakan varia-bel yang sama Alfabeta.
dalam penelitian ini dapat mengkaji Suyasa, T.Y.S. (2008). Kepuasaan Kerja
kesejahteraan psikologis (psychological dan Kesejahteraan Psikologis. Jurnal
well-being) siswa yang orangtuanya Psikologi Industri dan Organisasi,
bercerai ditinjau dari faktor kepribadian, 10(1).
religiusitas atau status ekonomi Wihelmina, A., & Jaarveld, V. (2007). Divorce
keluarga; atau melakukan penelitian and Children in Middle Childhood:
yang mengembangkan strategi teknik Parents Contribution to Minimise The
intervensi yang terkait peningkatan Impact. Tesis, Ilmu Sosial, University
kesejahteraan psikologis siswa yang of Petoria.
rendah akibat perceraian orangtua

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aspinwall, L.G. (2002). A psychology
of Human Strengths. Washington:
American Psychological Association
Hidyatullah (2014). Angka Perceraian
Meningkat Menteri Agama sarankan
Ikuti Seminar Pra Nikah. diakses dari
http://www.hidayatullah.com/berita/
nasional/read/2014/09/14/29443/
angka-perceraian-meningkat-menteri-
agama-sarankan-ikuti-seminar-pra-
nikah.html#.VPlUiZSSwgc pada hari
Jumat Tanggal 06 Maret 2014.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi
Perkembangan. Suatu pendekatan
dalam rentang kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Peterson, C. (1997). Psychology: A
biopsychosocial approach. New York:
Longman
Ryff, C.D. (1989). Happiness Is Everything,
or Is It? Exploration on the Meaning of

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Siswa yang Orangtuanya Bercerai (Studi 115

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai