Anda di halaman 1dari 34

1

KORELASI ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN


PSYCHOLOGICAL WELL-BEING YANG DIMODERASI DENGAN
STATUS SOSIAL EKONOMI DAN TIPE BENTUK KELUARGA

TESIS

Disusun dan Diajukan untuk memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi
Bidang Kekhususan Psikologi Klinis

Diajukan Oleh :

MEGA PRIMASWARI
T100185007

PROGRAM KLINIS MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NOVEMBER 2022
LEMBAR PENGESAHAN

TESIS

KORELASI ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN


PSYCHOLOGICAL WELL-BEING YANG DIMODERASI DENGAN
STATUS SOSIAL EKONOMI DAN TIPE BENTUK KELUARGA

Diajukan Oleh :
MEGA PRIMASWARI
T100185007
Telah disetujui untuk diajukan pada seminar hasil penelitian

Dr. Wiwien Dinar Pratisti, M. Si, Psikolog Surakarta,………..


Pembimbing 1

Surakarta,………..
Pembimbing 2

2
Ringkasan
Dampak dari pandemi Covid-19 membuat manusia harus melakukan
perubahan dalam rutinitasnya. Hal tersebut tak terkecuali membuat anggota
keluarga juga harus melakukan aktivitas di dalam rumah, sehingga keadaan di
rumah diduga mempengaruhi keadaan masing-masing anggota keluarga. Salah
satu yang mempengaruhi psychological well-being seorang individu ketika
dituntut harus selalu berada dirumah adalah keharmonisan keluarga. Ketika
keharmonisan keluarga kurang, maka memiliki dampak negative pada masing
masing anggota keluarga, diantaranya anak menjadi lebih agresif, serta menambah
tingkat stress ayah dan ibu. Namun hal tersebut belum terbukti pada keluarga
yang tinggal di daerah kelurahan J. Sehingga muncul pertanyaan penelitian
“Apakah keharmonisan keluarga akan mempengaruhi psychological well-being
anggota keluarga yang ada di kelurahan J kecamatan L kota Surakarta?”

3
PENDAHULUAN
Latarbelakang
Pandemi Covid-19 sedang menjadi permasalahan di dunia, tak terkecuali
di Indonesia. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan
baru untuk menekan rantai transmisi virus. Physical distancing, mencuci tangan,
memakai masker, isolasi, karantina, himbauan untuk berada dirumah, pembatasan
aktivitas diluar rumah, pembatasan perjalanan jarak jauh, tidak mengizinkan untuk
melakukan aktivitas kelompok atau berkumpul di keramaian, penutupan tempat
umum seperti sekolah, kantor, dan restoran (Isella, Suarca, dan Sari, 2021)
Kebijakan dan peraturan tersebut sangat merubah rutinitas banyak orang.
Kegiatan yang semula dilakukan di luar rumah, menjadi dilakukan di dalam
rumah. Hal tersebut tentu membutuhkan usaha untuk beradaptasi dengan situasi
yang baru. Pekerjaan kantor yang idealnya dikerjakan dikantor menjadi dikerjakan
di rumah sehingga beban yang seharusnya hanya ada di kantor berpindah menjadi
dirumah. Selain itu selama pandemi rumah beralih fungsi menjadi kantor dan
sekolah sekaligus tempat tinggal. Terbatasnya ruang gerak ketika di rumah
membuat seluruh anggota keluarga mengetahui permasalahan yang dialami satu
anggota keluarga, Perubahan situasi yang sangat signifikan tentunya
mempengaruhi keadaan psikis pada masing-masing anggota keluarga. Ketika
pandemi berlangsung, muncul beberapa gangguan kesehatan mental berupa
perubahan emosi dan perilaku, depresi, ansietas dan peningkatan screen time
(Isella, Suarca, dan Sari, 2021).

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada anak-anak. Tapi juga


berdampak pada orang dewasa, yaitu menurunnya kondisi pertumbuhan dan
tujuan dalam hidup (López dkk, 2020; Meléndez dkk, 2019) Munculnya gangguan
kesehatan mental seperti depresi dan ansietas menandakan memburuknya
kesejahteraan psikologis. Memburuknya kesejahteraan psikologis berbanding
terbalik dengan survei yang diadakan oleh BPS pada tahun 2021 yang ditujukan
75.000 rumah tangga yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia menunjukkan
bahwa indeks kebahagiaan Indonesia naik sebesar 0.80 persen. Pada indeks

4
kebahagiaan yang diukur oleh BPS dimensi yang paling tinggi adalah aspek
keharmonisan keluarga. Wawancara data awal dengan kader PKK, ketua RT,
karang taruna, dan perangkat desa yang dilakukan di kelurahan J kecamatan L
kota Surakarta ditemukan informasi permasalahan kerap muncul antara lain
keamanan lingkungan, pergaulan remaja hingga hamil di luar nikah, banyaknya
anak kecil yang kurang beraktivitas fisik karena bermain gawai, serta komunikasi
antara orang tua dan anak yang kurang harmonis. Kondisi antara indeks
kebahagian yang menjadikan dimensi keharmonisan keluarga sebagai salah satu
faktor penentu ternyata kurang sesuai ketika ditemui di lapangan.

Pada masing-masing keluarga tentu memiliki keadaan yang berbeda-beda


pula. Baik secara status ekonomi maupun struktur dalam keluarga. Untuk dapat
harmonis, keluarga harus berfungsi dengan baik. Psychological well being
memiliki korelasi yang positif pada individu dalam masa emerging adulthood.
Individu yang memiliki family functioning yang efektif memiliki psychological
well being yang baik. (Djabumir, 2016). Status ekonomi juga mempengaruhi
psychological well-being seseorang. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh
Apsaryanthi & Lestari (2017) ibu yang bekerja memiliki tingkat psychological
well being yang lebih baik daripada ibu rumah tangga. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Ardilla, Mudjiran & Irianto (2019) yang menyebutkan bahwa keluarga
miskin memiliki tingkat psychological well-being sedang, namun tidak sedikit
yang berada dalam kategori rendah. Beberapa penelitian diatas menunjukkan
bahwa status sosial ekonomi dapat mempengaruhi psychological well-being.

Selain menjadi salah satu faktor dalam tingkat psychological well-being,


status sosial ekonomi juga menjadi salah faktor dalam keharmonisan rumah
tangga (Gunarsa dalam Cahyani, 2016). Kurangnya keharmonisan keluarga
memiliki beberapa dampak bagi anggota keluarga. Diantaranya remaja yang
keluarganya kurang harmonis menjadi lebih agresif. Hal tersebut disebabkan
keharmonisan keluarga memberikan sumbangan efektif sebesar 19,6% pada
kecenderungan berperilaku agresif (Arintina & Fauziah, 2015). Selain keluarga

5
yang harmonis juga akan membentuk konsep diri dan positif pada remaja (Hadi &
Rusmawati, 2019).

Kurang sesuainya antara survei yang dilakukan oleh BPS dengan


kenyataan di lapangan serta pentingnya untuk menjaga keharmonisan rumah
tangga, maka timbul pertanyaan penelitian “Apakah Keharmonisan Keluarga akan
mempengaruhi psychological well-being anggota keluarga yang ada di kelurahan
J kecamatan L kota Surakarta”

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menguji tingkat keharmonisan keluarga yang ada pada penduduk


kelurahan J kecamatan L.
2. Menguji korelasi antara keharmonisan keluarga dengan psycological well-
being.
3. Menguji tingkat perbedaan tingkat psychological well-being antar keluarga
ditinjau dari status sosial ekonomi.
4. Menguji tingkat perbedaan psychological well-being antar keluarga
ditinjau dari tipe bentuk keluarga

Manfaat secara teoritis yaitu menambah khasanah keilmuan di bidang


psikologi. Khususnya psikologi keluarga. Manfaat secara praktis,penelitian ini
memberikan manfaat tentang pentingnya keharmonisan keluarga bagi
psychological well-being anggota keluarga.

Psyhological Well-Being

Psychological well-being atau yang dapat disebut sebagai kesejahteraan


psikologis adalah tingkat kesejahteraan seseorang ditinjau dari perspektif
kesehatan psikologi yang positif. Kekuatan dan sumber daya manusia yang
dimiliki untuk mengatasi berbagai tantangan kehidupan secara optimal merupakan
indikator kesehatan psikologis manusia (Ryff & Keyes, 2014); Compton &

6
Hoffman, 2013). Huppert (dalam Harjanti, 2021) mendefinisikan psychological
well-being sebagai kombinasi dari perasaan baik dan mampu melakukan fungsi
kehidupan secara optimal sehingga dapat menghasilkan kehidupan yang
berlangsung secara baik.

Ryff (2014) mengungkapkan kesejahteraan psikologis mempunyai 6


dimensi sebagai berikut: Self-acceptance (penerimaan diri), personal
growth(pertumbuhan diri), positive relations with others (relasi yang positif
dengan orang lain), autonomy (otonomi), purpose in life (tujuan hidup), dan
environmental mastery (penguasaan lingkungan).

Selain 6 dimensi yang telah dikemukakan, Ryff & Singer (2008) juga
mengungkapkan bahwa terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi
psychological well-being yaitu faktor demografis dan faktor dukungan sosial.
Faktor demografis yang terdiri dari usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan
budaya. Serta faktor dukungan sosial yang terdiri dari evaluasi terhadap
pengalaman hidup, kepribadian, dan religiusitas. Huppert memiliki pendapat yang
serupa dengan Ryff mengenai faktor yang mempengaruhi psychological well-
being seseorang, yaitu tingkat psychological wellbeing seseorang dipengaruhi
oleh faktor demografis seperti usia. Hal tersebut juga sejalan dengan Kamman,
Farry & Herbinson (dalam Pinquart & Sorenson, 2010) yang mengemukakan
bahwa faktor umum membentuk psychological wellbeing adalah kepuasan hidup
(life satisfication) dan kebahagiaan (happiness).Conger, dkk (2002)
menambahkan bahwa faktor ekonomi memiliki hubungan dengan fungsi keluarga
dalam pemeliharaan anak-anak. Sehingga faktor ekonomi juga dapat menjadi
salah satu faktor yang membentuk psychological well-being seseorang.

Keharmonisan Keluarga

Harapan bagi setiap orang yang menikah adalah menjadi keluarga yang
harmonis agar masing-masing anggota keluarganya mendapatkan ketenangan dan
kenyamanan dan ketenangan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Keluarga
adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau

7
menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-
fungsi ekspresif keluarga bagi pada anggotanya yang berada dalam suatu jaringan
(Lestari, 2012).

Makna keharmonisan dalam berkeluarga adalah adanya keadaan yang


seimbang dan serasi di dalam satu keluarga (Gunarsa dalam Mukaromah,
Selviana, & Mijayanti, 2022) Agar berjalannya fungsi-fungsi ekspresif pada
anggota keluarga maka membutuhkan terbangunnya suasana yang hangat, penuh
pengertian, penuh kasih sayang antar anggota keluarga sehingga dapat
membentuk suasana yang akrab dan ceria (Dewi & sudhana dalam Marisa,
Fitriyanti, dan Utami, 2021).

Keluarga harmonis adalah suami istri beserta seluruh anggota keluarga


dapat memenuhi tanggung jawabnya untuk mencapai kebahagiaan bersama dan
memelihara hubungan tersebut ditandai dengan berkurangnya ketegangan
kekecewaan, membuahkan keputusan yang diperoleh dari peran yang dimainkan
bersama, mempunya cinta yang matang dan mantap satu sama lainnya dapat
melakukan penyesuaian dengan baik serta dapat menerima peran sebagai orang
tua untuk menunjang menjadi keluarga yang harmonis (Gunarsa, Hurlock, Basri
dalam Lestari, 2012). Keharmonisan sebuah keluarga adalah suatu suasana di
dalamnya ada kesadaran orangtua yang membina hubungan yang baik, saling
menghargai, saling pengertian, saling keterbukaan dan diwarnai dengan kasih
sayang dan disertai kegiatan Pendidikan yang dapat dilaksanakan dengan efektif
dan dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis (Cahyani,
2016)

Menurut hasil studi Stinnet dan DeFrain (dalam Hawari, 2010) kriteria
hubungan perkawinan yang bahagia dan sehat, yaitu: 1) Ikatan keluarga: Dalam
keluarga Sakinah masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan
keluarga sebagai kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. 2) Positif dan
konstruktif: dalam keluarga Sakinah bila terjadi terjadi permasalahan hendaknya
dapat diselesaikan dengan musyawarah, positif dan konstruktif, selalu bersama
suka maupun duka. Hal tersebut diperjelas oleh Cahyani (2016) bahwa keluarga

8
harmonis ditentukan oleh beberapa indikator meliputi saling menyayangi,
menghargai, memiliki, mempercayai, terbuka dan musyawarah, kehidupan
beragama, Pendidikan, ekonomi dan kesehatan yang baik.

Keharmonisan keluarga akan terbangun jika para anggota keluarga didalamnya


bisa berhubungan secara serasi dan berimbang. Antar anggota keluarga dapat
saling memuaskan kebutuhan serta memperoleh pemuasan atas kebutuhannya
(Chales dalam Putri, Neviyarni, & Syukur, 2019). Berdasarkan pendapat diatas
maka dapat disimpulkan bahwa keharmonisan keluarga adalah hubungan yang
seimbang dan serasi untuk terjalinnya hubungan dalam keluarga yang dapat saling
memuaskan kebutuhan serta memperoleh pemuasan atas kebutuhan sehingga
membentuk suasana yang hangat, ceria, akrab, penuh pengertian dan penuh kasih
sayang.

Kerangka Konseptual Penelitian

Memiliki keluarga yang harmonis merupakan tujuan yang di impikan setiap


rumah tangga. Namun tidak selamanya keluarga yang terbentuk memiliki
keharmonisan. Hal tersebut dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor tertentu.
Seperti yang di kemukakan oleh Fauzi (2014) salah satu faktor yang
mempengaruhi keharmonisan keluarga adalah komunikasi interpersonal pada
anggota keluarga. Penelitian lain menyebutkan bahwa komunikasi interpersonal
memiliki hubungan positif pada keharmonisan rumah tangga, disebutkan bahwa
komunikasi interpersonal memiliki sumbangan efektif sebesar 42,2% pada
keharmonisan pernikahan. (Dewi & Sudhana, 2013). Dalam mencapai
keharmonisan pernikahan tentu dibutuhkan penyesuaian diri dari masing-masing
individu dalam keluarga (Spanier dalam Wulansari & Setiawan, 2019)

Dalam mencapai keharmonisan keluarga, maka dibutuhkan adanya martial


adjustment yang dilakukan oleh anggota keluarga. Penelitian yang dilakukan
Wulansari & Setiawan (2019) menyebutkan bahwa martial adjustment memiliki
hubungan yang positif dengan psychological well-being. Suami dan istri yang
memiliki skor psychological wellbeing tinggi ternyata memiliki marital

9
adjustment. Hal tersebut menjadi titik terang bahwa keadaan psychological well-
being pada tiap keluarga dapat mempengaruhi keharmonisan keluarga.

Covid-19 memberikan tekanan tersendiri bagi masing masing anggota keluarga,


baik untuk ayah, ibu maupun anak. Anggota keluarga dituntut untuk mampu
beradaptasi dengan cepat dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut rentan
untuk menimbulkan stress dan berkurangnya tingkat kesejahteraan psikologis
untuk seluruh anggota keluarga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Utami, dkk (2021) menunjukkan bahwa 3,9% pekerja dengan usia 20-40 di DKI
Jakarta mengalami stress sangat berat selama WFH. Selain itu stress berat dan
sangat berat cenderung dirasakan oleh pekerja berjenis kelamin perempuan
(Utami dkk, 2021) Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder setempat
menyebutkan bahwa kurangnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dan
anak. Orangtua yang merasa tertekan secara ekonomi lebih sering memarahi anak
daripada mengajak anak berdiskusi untuk mencapai kesepakatan. Demikian pula
anak yang merasa tertekan karena semakin banyaknya tugas yang diberikan oleh
guru secara daring kurang diberikan pembelajaran yang mendetil untuk
mengerjakan tugas, . Ibu yang merasa kelelahan dan merasa tertekan karena
adanya tuntutan dari sekolah untuk mampu menjadi “guru” bagi anak di sekolah
menjadi lekas marah.

Situasi yang telah dijelaskan membuat suasana di dalam rumah menjadi kurang
harmonis serta rentan untuk menurunkan kesejahteraan psikologis pada anggota
keluarga. Mengingat salah satu dimensi indikator kebahagiaan adalah
keharmonisan keluarga (BPS, 2021).

Salah satu indikator keharmonisan keluarga adalah seluruh anggota keluarga


memiliki psychological well-being yang baik. Namun sayangnya psychological
well being sulit untuk tercapai oleh seluruh anggota keluarga. Masing-masing
anggota keluarga mempunyai kesulitannya sendiri untuk mencapai psychological
wellbeing. Peran ayah tentu mempunyai berbagai macam tekanan, entah tekanan
sebagai pekerja, maupun tuntutan keluarga. Ibu juga memiliki tekanan harus
mengurus anggota keluarga lain dengan baik dan jika ada ibu yang bekerja tentu

10
harus menghadapi tekanan dari kantor. Keharmonisan keluarga dapat terbentuk
apabila suami dan istri memiliki martial adjustment yang baik. Sedangkan martial
adjustment memiliki hubungan yang positif dengan psychological well-being.
Anak di dalam suatu keluarga juga memiliki tekanan tersendiri yang berasal dari
sekolah maupun tuntutan orang tua. Pada masing-masing keluarga tentu memiliki
tingkat psychological well-being yang berbeda pada tiap anggota keluarga, secara
tidak langsung dapat mempengaruhi keharmonisan keluarga. Sehingga muncul
pertanyaan penelitian “Bagaimana keharmonisan keluarga dapat mempengaruhi
psychological well-being ayah, ibu dan anak dengan dimediasi status sosial
ekonomi dan tipe bentuk keluarga?”.

Keharmonisan Psychological
Keluarga (X) well-being(Y)

Status Sosial ekonomi


Tipe Bentuk Keluarga

METODE PENELITIAN
Desain dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan lima variabel yaitu Keharmonisan keluarga


sebagai variabel bebas atau independent variable, psychological wellbeing sebagai
variabel tergantung atau dependent variable, serta status sosial ekonomi dan tipe
bentuk keluarga sebagai variabel mediasi. Keharmonisan keluarga pada penelitian
ini di definisikan sebagai keadaan yang dicapai apabila suatu keluarga telah
memenuhi ciri-ciri atau indikator sebagai keluarga harmonis seperti adanya
komunikasi yang hangat, seimbang dan serasi, adanya pemenuhan kebutuhan pada
masing-masing anggota keluarga, serta adanya keceriaan serta kasih sayang antar
anggota keluarga. Psychological wellbeing di definisikan sebagai kekuatan dan
sumber daya manusia yang dimiliki untuk mengatasi berbagai tantangan

11
kehidupan secara optimal merupakan indikator kesehatan psikologis manusia.
Psychological wellbeing yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga
mempengaruhi komunikasi antar anggota yang berdampak pada keharmonisan
keluarga.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimen untuk melihat


hubungan antara variabel tergantung, yaitu keharmonisan keluarga dengan
variabel bebas, psychological wellbeing pada ayah, ibu, dan anak.

Subjek Penelitian

Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah: (1) Keluarga yang tinggal di
Kelurahan J (2) Dalam keluarga beranggotakan setidaknya ayah, ibu, dan anak (3)
Bersedia menjadi partisipan dalam penelitian.

Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala yaitu


skala keharmonisan keluarga FHS-24 yang telah diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia oleh Fauziah dkk (2021). Skala ini mempunyai validitas 0,62-0,86 serta
memiliki reliabilitas sebesar 0.94. Skala yang dikembangkan oleh Kavikondala
(2016) mempunyai 5 aspek, yaitu komunikasi, resolusi, konflik, kesabaran
(forbearance),identitas, dan waktu yang berkualitas. Skala ini berisikan 24 item
dengan model skala likert dengan lima pilihan.

Pengukuran psychological well-being menggunakan psychological well-


being scale yang di adaptasi dalam Bahasa Indonesia oleh Eva dkk (2020). Skala
mempunyai koefisien reliabilitas skala sebesar 0,856 dan validitas sebesar 0,306-
0,723. Skala yang dikembangkan oleh Ryff & Singer (2006) mempunyai enam
dimensi, yaitu penerimaan diri (self-acceptance), pertumbuhan pribadi (personal
growth), tujuan hidup (life goal), penguasaan lingkungan (environmental mastery)
kemandirian (independence) dan hubungan dengan orang lain (positive
relationships with others). Skala ini disusun berdasarkan skala likert, terdiri dari
42 butir pernyataan.

12
Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tahap persiapan dan pelaksanaan.
Tahap persiapan dari penelitian ini yaitu mempersiapkan alat ukur yang sesuai
serta memiliki koefisien reliabilitas dan validitas yang layak untuk digunakan
sebagai alat ukur variabel yang didalam penelitian.

Selanjutnya, untuk pemilihan subjek penelitian maka akan dipilih 10 keluarga


yang memenuhi syarat untuk menjadi subjek penelitian. Hal tersebut
dipertimbangkan karena terbatasnya waktu penelitian sehingga pemilihan subjek
dipilih menggunakan purposive sampling

13
LAMPIRAN

A. Keharmonisan Keluarga
1. Blueprint Skala Keharmonisan Keluarga FHS-24

Nomor Item
Aspek-aspek Jumlah
Favorable
Komunikasi 8, 9, 10, 13, 23, 16 6
Resolusi Konflik 17, 18, 19, 20, 21 5
Kesabaran 11, 12, 15 3
Identitas Keluarga 2, 3, 4 3
Waktu yang berkualitas 1, 5, 6, 7, 14, 22, 24 7
Total 24
2. Skala Keharmonisan Keluarga FHS-24

No Pernyataan Tidak Setuju


Setuju Sekali

1 Keluarga saya rukun 1 2 3 4 5

2 Saya bangga akan keluarga saya

3 Saya membagikan inspirasi


keluarga saya

4 Saya bangga akan nama keluarga


saya

5 Anggota keluarga senang tinggal


bersama

6 Secara umum saya puas dengan


keluarga saya

7 Jika dibandingkan dengan


keluarga lain, kami dekat satu

14
dengan yang lain

8 Anggota keluarga saling peduli

9 Anggota keluarga
mengekspresikan kepeduliannya
satu dengan yang lain secara
langsung

10 Anggota keluarga berbicara satu


dengan yang lain

11 Anggota keluarga saling


mengakomodasi

12 Anggota keluarga saling sabar

13 Anggota keluarga saling


mendengarkan opini/pendapat satu
sama lain

14 Anggota keluarga saling menjaga


satu dengan yang lain

15 Anggota keluarga saling


memahami

16 Keluarga saya berfungsi dengan


baik untuk semua anggotanya

17 Anggota keluarga saya dapat


menyelesaikan konflik secara
konstruktif

18 Anggota keluarga saya saling


menghormati

15
19 Meskipun anggota keluarga
memiliki pendapat yang berbeda,
kami tetap bisa rukun

20 Interaksi sehari-hari keluarga saya


berlangsung damai

21 Anggota keluarga berusaha


menyelesaikan masalah dengan
tenang

22 Keluarga saya harmonis

23 Anggota keluarga saling mencintai

24 Keluarga saya adalah tempat yang


menyenangkan

B. Psychological Well-being
1. Blueprint Skala Kesejahteraan Psikologis

Sebaran Aitem

No Dimensi Indikator Jumlah


Unfavorabl Favorabl
e e

1 Penerimaan - Memiliki sifat


Diri positif pada diri
sendiri 6, 12, 24,
18, 30, 36 7
- Menerima segala 42
hal baik dan
buruk yang
pernah terjadi
2 Hubungan - Mampu menjalin 10, 16, 34 4, 22, 28, 7
positif hubungan yang 40
dengan orang

16
lain mendalam
- Dianggap
memiliki rasa
empati dan
kehangatan
3 Otonomi - Tidak
tergoyahkan oleh
orang lain 1, 7, 25,
13, 19, 31 7
- Mampu hidup 37
secara mandiri di
berbagai
lingkungan
4 Penguasaan - Mampu
Linkungan menggunakan
kesempatan yang
8, 14, 26, 32 2, 20, 38 7
ada di linkungan
- Mampu untuk
mengatur
lingkungannya
5 Tujuan - Berkembang
Hidup menuju tujuan
5, 17, 23, 41 11, 29, 35 7
hidup
- Memiliki makna
hidup tersendiri
6 Pertumbuhan - Mengembangkan
Pribadi diri sendiri 3, 15, 27, 39 9, 21, 33 7
- Terbuka terhadap
pengalaman baru
Total 21 21 42

17
2. Skala Kesejahteraan Psikologis

N Tidak Setuj
o setuj u
u sekali
sekali
1 Saya tidak takut untuk menyuarakan opini saya, 1 2 3 4 5 6 7
meskipun ketika bertentangan dengan opini kebanyakan
orang
2 Untuk saya, hidup adalah proses belajar, berubah, dan 1 2 3 4 5 6 7
pertumbuhan yang terus berlanjut
3 Secara umum, saya merasa bertanggung jawab atas 1 2 3 4 5 6 7
situasi kehidupan saya sendiri.
4 Orang-orang memandang saya sebagai orang yang 1 2 3 4 5 6 7
murah hati, yang mau menghabiskan waktu dengan
orang lain
5 Saya tidak tertarik dengan aktivitas yang menambah 1 2 3 4 5 6 7
pengetahuan saya
6 Saya senang membuat rencana untuk masa depan dan 1 2 3 4 5 6 7
berusaha untuk membuatnya menjadi kenyataan
7 Kebanyakan orang melihat saya sebagai seorang yang 1 2 3 4 5 6 7
penyayang dan perhatian
8 Saya merasa kecewa terhadap pencapaian dalam hidup 1 2 3 4 5 6 7
saya
9 Saya hidup dari hari ke hari tanpa memikirkan masa 1 2 3 4 5 6 7
depan
10 Saya biasanaya khawatir terhadap apa yang orang lain 1 2 3 4 5 6 7
pikirkan tentang saya
11 Ketika saya melihat kisah hidup saya, saya senang 1 2 3 4 5 6 7
dengan bagaimana semuanya telah berjalan.
12 Saya merasa kesulitan mengatu4 kehidupan yang 1 2 3 4 5 6 7
memuaskan bagi diri saya sendiri
13 Keputusan ayng saya buat biasanya tidak dipengaruhi 1 2 3 4 5 6 7
oleh apa yang orang lain lakukan
14 Saya sudah lama berhenti membuat perubahan atau 1 2 3 4 5 6 7
perbaikan besar dalam hidup saya.
15 Tuntutan kehidupan sehari-hari biasanya membuat saya 1 2 3 4 5 6 7
menjadi sedih
16 Saya tidak merasa banyak hubungan yang hangat dan 1 2 3 4 5 6 7
terpercaya dengan orang lain
17 Saya berfikir bahwa pengalaman baru yang menantang 1 2 3 4 5 6 7
pola pikir tentang diri sendiri dan dunia itu sangatlah
penting
18 Menjaga hubungan erat sangatlah susah dan membuat 1 2 3 4 5 6 7
saya frustasi

18
19 Sikap saya terhadap diri saya sendiri mungkin tidak 1 2 3 4 5 6 7
lebih positif dari yang dirasakan kebanyakan orang
terhadap diri mereka sendiri
20 Saya memiliki arah dan tujuan dalam hidup 1 2 3 4 5 6 7
21 Saya menilai diri saya sendiri berdasarkan apa yang saya 1 2 3 4 5 6 7
pikir penting, bukan berdasarkan nilai-nilai yang orang
lain anggap penting
22 Secara umum, saya merasa percaya diri dan positif 1 2 3 4 5 6 7
terhadap diri sendiri
23 Saya dapat membangun lingkungan dan pola hidup 1 2 3 4 5 6 7
untuk diri sendiri yang saya sukai
24 Secara umum saya mudah terpengaruh oleh orang 1 2 3 4 5 6 7
dengan opini yang kuat
25 Saya tidak suka berada dalam situasi baru yang 1 2 3 4 5 6 7
membuat saya merubah pola kerja lama saya dalam
melakukan sesuatu
26 Saya tidak cocok dengan orang-orang dan komunitas 1 2 3 4 5 6 7
disekitar saya
27 Saya tahu bahwa saya bisa mempercayai teman saya, 1 2 3 4 5 6 7
dan mereka tahu bahwa mereka bisa mempercayai saya
28 Jika saya pikir, saya tidak terlalu berkembang beberapa 1 2 3 4 5 6 7
tahun terakhir
29 Beberapa orang tidak memiliki tujuan dalam hidup, 1 2 3 4 5 6 7
tetapi saya bukanlah salah satu dari mereka
30 Saya merasa kesepian karena teman dekat untuk curhat 1 2 3 4 5 6 7
sangatlah sedikir
31 Jika saya membandingkan diri saya kepada teman dan 1 2 3 4 5 6 7
kenalan, saya merasa senang terkait siapa diri saya
32 Saya tidak tahu apa yang ingin saya capai di kehidupan 1 2 3 4 5 6 7
ini
33 Saya terkadang merasa saya telah melakukan segalanya 1 2 3 4 5 6 7
di kehidupan ini
34 Saya merasa bahwa orang lain lebih mendapat banyak 1 2 3 4 5 6 7
hal dari kehidupan dibandingkan saya sendiri
35 Saya percaya dengan opini saya, meskipun bertentangan 1 2 3 4 5 6 7
dengan kebanyakan orang.
36 Saya mudah dalam mengatur tanggung jawab dalam 1 2 3 4 5 6 7
kehidupan sehari-hari
37 Saya merasa bawha saya telah berkembang sebagai 1 2 3 4 5 6 7
pribadi seiring berjalannya waktu
38 Saya menikmati percakapan dengan anggota keluarga 1 2 3 4 5 6 7
dan teman
39 Aktivitas sehari-hari sering tampak sepele dan tidak 1 2 3 4 5 6 7
penting bagi saya
40 Saya menyukai sebagian besar kepribadian saya 1 2 3 4 5 6 7

19
41 Sulit bagi saya untuk menyuarakan pendapat pada hal- 1 2 3 4 5 6 7
hal yang kontroversial
42 Saya sering merasa tertekan dengan tanggung jawab 1 2 3 4 5 6 7
saya

20
Skala yang akan dipergunakan untuk mengambil data

Penelitian tentang Psychological Wellbeing dan Keharmonisan


Rumah Tangga
Informasi dan Pernyataan Persetujuan
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Perkenalkan saya adalah mahasiswa Magister Psikologi Profesi Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini, saya sedang
melakukan penelitian guna memenuhi syarat kelulusan pada program
kemagisteran di bidang ilmu Psikologi dengan topik penelitian mengenai
Psychological well-being dan Keharmonisan Keluarga. Apabila
bapak/ibu/saudara tinggal Bersama dalam satu rumah dengan status
menikah dengan pernikahan monogatami dan memiliki anak yang telah
berusia 17 tahun keatas, mohon kesediaannya untuk mejawab
serangkaian pertanyaan yang telah tersedia.
Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan etik. Apabila anda
memenuhi kriteria dan bersedia untuk berpartisipas, maka saudara akan
diminta untuk menjawab rangkaian pertanyaan yang telah tersedia.
Bacalah petunjuk yang terdapat pada setiap kuesioner. Jawaban yang
anda berikan merupakan informasi yang sangat penting dan sangat dijaga
kerahasiaannya. Saudara membutuhkan waktu kurang lebih 25-30 menit
untuk dapat menyelesaikan kuesioner ini. Tidak ada jawaban yang benar
maupun salah dalam pengambilan data, sehingga mohon menjawab
sesuai dengan keadaan diri saudara. Respon saudara sangat berarti bagi
kami,sehingga kami menghimbau untuk mengisi kuesioner sesuai dengan
kondisi anda sebenar-benarnya.
Segala informasi terkait identitas dan jawaban yang saudara berikan akan
dijaga kerahasiaannya sesuai dengan kode etik yang berlaku dan hanya
akan digunakan untuk keperluan penelitian. Data dan informasi yang kami
peroleh dari saudara bersifat anonym, tertutup, dan hanya bisa diakses
oleh tim peneliti. Hasil penelitian tidak diinformasikan secara personal
kepada masing-masing partisipan penelitian.
Kami telah memaparkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penelitian. Sehingga saudara memiliki kebebasan untuk terlibat sebagai
partisipan atau tidak dalam penelitian ini. Kami sangat menghargai dan
mengapresiasi kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
dengan memberikan pernyataan kesediaan pada kolom tersedia.
Jika dalam proses penelitian anda memutuskan untuk tidak terlibat lebih
lanjut, maka peneliti tidak akan menggunakan data saudara dalam proses

21
analisis dan berdampak pada tidak adanya informasi mengenai
psychological wellbeing dan keharmonisan rumah tangga yang saudara
jalani. Selanjutnya, apabila saudara memiliki pertanyaan terkait penelitian
ini silahkan menghubungi kami secara personal melalui
megaprimaswari23@gmail.com.

Terima kasih
Hormat kami,
Mega Primaswari, S.Psi
Dr. Wiwien Dinar Pratisti, M. Si, Psikolog

22
Pastikan bahwa saudara telah membaca dan memahami informasi secara
lengkap terkait penelitian ini. Jika saudara memenuhi kriteria yang
disebutkan dan bersedia secara sukarela untuk berpartisipasi dalam
penelitian, saudara dapat mengisi identitas terlebih dahulu.

Nama (Inisial) :

Jenis kelamin :Laki-laki/perempuan (coret yang tidak perlu)

Usia :

Saat ini tinggal bersama:Keluarga inti (ayah,ibu, adik)/Keluarga besar (keluarga


inti+keluarga lain yang masih saudara) (coret yang tidak perlu)

Pendidikan :

a. Tidak atau belum bersekolah


b. SD sampai kelas 3 atau telah menyelesaikan paket A 50 buah
c. SD kelas 6 atau telah menyelesaikan paket A 100 buah
d. Selesai SMP 3 tahun atau SMP terbuka paket B
e. SMA/SMK/ sederajat 3 tahun
f. Diploma 1 atau 2 dan yang setara atau 1-2 tahun setelah SMA, D3 atau sarjana
muda
g. Strata 1
h. Strata 2
i. Strata 3

Pekerjaan :

Jabatan :

Alamat :

No. HP/Email :

Penghasilan per-bulan :

a. Dibawah Rp 1.500.000,-
b. Rp 1.500.000,- sampai dengan dibawah Rp 2.500.000,-
c. Rp 2.500.000,- sampai dengan dibawah Rp 3.500.000,-
d. Diatas 3.500.000,-

Kepemilikan benda berharga :

a. Rumah
b. Mobil
c. Emas

Seberapa berpengaruh orangtua dan diri sendiri di lingkungan masyarakat

a. Sangat berpengaruh
b. Berpengaruh
c. Tidak berpengaruh
d. Sangat tidak berpengaruh

23
Menurut saudara, pada tingkat mana gaya hidup saudara?

a. Mewah
b. Menengah
c. Sederhana

SKALA X
Petunjuk :
Kuesioner ini memiliki beberapa sub bagian, terdapat situasi yang
tertulis di awal sub bagian dan kolom respon pernyataan. Situasi
menggambarkan sebuah perumpamaan kondisi yang Saudara/I hadapi
dan kolom respon pernyataan menggambarkan diri Saudara/I sesuai
dengan situasi tersebut.
Kuesioner ini terdiri dari beberapa pernyataan. Bacalah pernyataan
terlebih dahulu, lalu pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri Saudara/I
dengan memberikan tanda (ꓳ) pada salah satu kolom. Bacalah setiap
pernyataan dengan seksama kemudian pilihlah jawaban yang anda rasa
paling tepat menurut anda:
Pilih “1” apabila anda Sangat Tidak Setuju
Pilih “2” apabila anda Tidak Setuju
Pilih “3” apabila anda bersikap Netral
Pilih “4” apabila anda Setuju
Pilih “5” apabila anda Sangat Setuju

24
Tidak Setuj
No Pernyataan Setuj u
u Sekali

1 Keluarga saya rukun 1 2 3 4 5

2 Saya bangga akan keluarga saya 1 2 3 4 5

3 Saya membagikan inspirasi


1 2 3 4 5
keluarga saya

4 Saya bangga akan nama keluarga


1 2 3 4 5
saya

5 Anggota keluarga senang tinggal


1 2 3 4 5
bersama

6 Secara umum saya puas dengan


1 2 3 4 5
keluarga saya

7 Jika dibandingkan dengan


keluarga lain, kami dekat satu 1 2 3 4 5
dengan yang lain

8 Anggota keluarga saling peduli 1 2 3 4 5

9 Anggota keluarga
mengekspresikan kepeduliannya
1 2 3 4 5
satu dengan yang lain secara
langsung

10 Anggota keluarga berbicara satu


1 2 3 4 5
dengan yang lain

11 Anggota keluarga saling


1 2 3 4 5
mengakomodasi

12 Anggota keluarga saling sabar 1 2 3 4 5

25
13 Anggota keluarga saling
mendengarkan opini/pendapat satu 1 2 3 4 5
sama lain

14 Anggota keluarga saling menjaga


1 2 3 4 5
satu dengan yang lain

15 Anggota keluarga saling


1 2 3 4 5
memahami

16 Keluarga saya berfungsi dengan


1 2 3 4 5
baik untuk semua anggotanya

17 Anggota keluarga saya dapat


menyelesaikan konflik secara 1 2 3 4 5
konstruktif

18 Anggota keluarga saya saling


1 2 3 4 5
menghormati

19 Meskipun anggota keluarga


memiliki pendapat yang berbeda, 1 2 3 4 5
kami tetap bisa rukun

20 Interaksi sehari-hari keluarga saya


1 2 3 4 5
berlangsung damai

21 Anggota keluarga berusaha


menyelesaikan masalah dengan 1 2 3 4 5
tenang

22 Keluarga saya harmonis 1 2 3 4 5

23 Anggota keluarga saling mencintai 1 2 3 4 5

24 Keluarga saya adalah tempat yang 1 2 3 4 5

26
menyenangkan

27
SKALA Y
Petunjuk:
Saya ingin mengetahui bagaimana perasaan anda terhadap pernyataan-
pernyataan dibawah ini. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama
kemudian pilihlah jawaban yang anda rasa paling tepat menurut anda:
Pilih “1” apabila anda Sangat Tidak Setuju Sekali
Pilih “2” apabila anda Sangat Tidak Setuju
Pilih “3” apabila anda Sedikit Tidak Setuju
Pilih “4” apabila anda Bersikap Netral
Pilih “5” apabila anda Sedikit Setuju
Pilih “6” apabila anda Setuju Sekali
Pilih “7” apabila anda Sangat Setuju Sekali

28
Tidak
Setuj
N setuj
Pernyataan u
o u
sekali
sekali
1 Saya tidak takut untuk menyuarakan opini saya, 1 2 3 4 5 6 7
meskipun ketika bertentangan dengan opini
kebanyakan orang
2 Untuk saya, hidup adalah proses belajar, berubah, 1 2 3 4 5 6 7
dan pertumbuhan yang terus berlanjut
3 Secara umum, saya merasa bertanggung jawab 1 2 3 4 5 6 7
atas situasi kehidupan saya sendiri.
4 Orang-orang memandang saya sebagai orang 1 2 3 4 5 6 7
yang murah hati, yang mau menghabiskan waktu
dengan orang lain
5 Saya tidak tertarik dengan aktivitas yang 1 2 3 4 5 6 7
menambah pengetahuan saya
6 Saya senang membuat rencana untuk masa 1 2 3 4 5 6 7
depan dan berusaha untuk membuatnya menjadi
kenyataan
7 Kebanyakan orang melihat saya sebagai seorang 1 2 3 4 5 6 7
yang penyayang dan perhatian
8 Saya merasa kecewa terhadap pencapaian dalam 1 2 3 4 5 6 7
hidup saya
9 Saya hidup dari hari ke hari tanpa memikirkan 1 2 3 4 5 6 7
masa depan
10 Saya biasanaya khawatir terhadap apa yang 1 2 3 4 5 6 7
orang lain pikirkan tentang saya
11 Ketika saya melihat kisah hidup saya, saya 1 2 3 4 5 6 7
senang dengan bagaimana semuanya telah
berjalan.
12 Saya merasa kesulitan mengatu4 kehidupan yang 1 2 3 4 5 6 7
memuaskan bagi diri saya sendiri
13 Keputusan ayng saya buat biasanya tidak 1 2 3 4 5 6 7
dipengaruhi oleh apa yang orang lain lakukan
14 Saya sudah lama berhenti membuat perubahan 1 2 3 4 5 6 7

29
atau perbaikan besar dalam hidup saya.
15 Tuntutan kehidupan sehari-hari biasanya 1 2 3 4 5 6 7
membuat saya menjadi sedih
16 Saya tidak merasa banyak hubungan yang hangat 1 2 3 4 5 6 7
dan terpercaya dengan orang lain
17 Saya berfikir bahwa pengalaman baru yang 1 2 3 4 5 6 7
menantang pola pikir tentang diri sendiri dan dunia
itu sangatlah penting
18 Menjaga hubungan erat sangatlah susah dan 1 2 3 4 5 6 7
membuat saya frustasi
19 Sikap saya terhadap diri saya sendiri mungkin 1 2 3 4 5 6 7
tidak lebih positif dari yang dirasakan kebanyakan
orang terhadap diri mereka sendiri
20 Saya memiliki arah dan tujuan dalam hidup 1 2 3 4 5 6 7
21 Saya menilai diri saya sendiri berdasarkan apa 1 2 3 4 5 6 7
yang saya pikir penting, bukan berdasarkan nilai-
nilai yang orang lain anggap penting
22 Secara umum, saya merasa percaya diri dan 1 2 3 4 5 6 7
positif terhadap diri sendiri
23 Saya dapat membangun lingkungan dan pola 1 2 3 4 5 6 7
hidup untuk diri sendiri yang saya sukai
24 Secara umum saya mudah terpengaruh oleh 1 2 3 4 5 6 7
orang dengan opini yang kuat
25 Saya tidak suka berada dalam situasi baru yang 1 2 3 4 5 6 7
membuat saya merubah pola kerja lama saya
dalam melakukan sesuatu
26 Saya tidak cocok dengan orang-orang dan 1 2 3 4 5 6 7
komunitas disekitar saya
27 Saya tahu bahwa saya bisa mempercayai teman 1 2 3 4 5 6 7
saya, dan mereka tahu bahwa mereka bisa
mempercayai saya
28 Jika saya pikir, saya tidak terlalu berkembang 1 2 3 4 5 6 7
beberapa tahun terakhir
29 Beberapa orang tidak memiliki tujuan dalam hidup, 1 2 3 4 5 6 7

30
tetapi saya bukanlah salah satu dari mereka
30 Saya merasa kesepian karena teman dekat untuk 1 2 3 4 5 6 7
curhat sangatlah sedikir
31 Jika saya membandingkan diri saya kepada teman 1 2 3 4 5 6 7
dan kenalan, saya merasa senang terkait siapa
diri saya
32 Saya tidak tahu apa yang ingin saya capai di 1 2 3 4 5 6 7
kehidupan ini
33 Saya terkadang merasa saya telah melakukan 1 2 3 4 5 6 7
segalanya di kehidupan ini
34 Saya merasa bahwa orang lain lebih mendapat 1 2 3 4 5 6 7
banyak hal dari kehidupan dibandingkan saya
sendiri
35 Saya percaya dengan opini saya, meskipun 1 2 3 4 5 6 7
bertentangan dengan kebanyakan orang.
36 Saya mudah dalam mengatur tanggung jawab 1 2 3 4 5 6 7
dalam kehidupan sehari-hari
37 Saya merasa bawha saya telah berkembang 1 2 3 4 5 6 7
sebagai pribadi seiring berjalannya waktu
38 Saya menikmati percakapan dengan anggota 1 2 3 4 5 6 7
keluarga dan teman
39 Aktivitas sehari-hari sering tampak sepele dan 1 2 3 4 5 6 7
tidak penting bagi saya
40 Saya menyukai sebagian besar kepribadian saya 1 2 3 4 5 6 7
41 Sulit bagi saya untuk menyuarakan pendapat 1 2 3 4 5 6 7
pada hal-hal yang kontroversial
42 Saya sering merasa tertekan dengan tanggung 1 2 3 4 5 6 7
jawab saya

Terima kasih untuk niat baiknya. Proses pengambilan data telah selesai. Semoga
bahagia selalu 

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Arintina, Y. C., & Fauziah, N. (2015). Keharmonisan Keluarga dan


Kecenderungan Berperilaku Agresif pada Siswa SMK. Jurnal Empati,
4(1), 208-212.
Conger, R. D., Wallace, L. E., Sun, Y., Simons, R. L., McLoyd, V. C., & Brody,
G. H. (2002). Economic Pressure in African American Families: A
Replication and Extension of The Family Stress Model. Developmental
Psychology, 38(2), 179-193. doi:10.1037//0012-1649.38.2.179
Dewi, N. R., & Sudhana, H. (2013). Hubugan Antara Komunikasi Interpersonal
Pasutri dengan Keharmonisa dalam Pernikahan. Jurnal Psikologi
Udayana, 1(1), 22-31.
Dewi, N. R., & Sudhana, H. (2013). Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal
Pasutri dengan Keharmonisan Pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana,
1(1), 22-31.
Eva, N., Shanti, P., Hidayah, N., & Bisri, M. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial
terhadap Kesejahteraan Mahasiswa dengan Religiusitas sebagai
Moderator. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 5(3), 122-131.
doi:10.17977/um001v5i32020p122
Fauziah, N., Hartini, N., Hendriani, W., & Fajriyanthi. (2021). Confimatory
Factor Analysis Pada Pengukuran Keharmonisan Keluarga (FHS-24).
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 14(3), 227-240.
doi:https://doi.org/10.24156/jikk.2021.14.3.227
Hadi, F. D., & Rusmawati, D. (2019). Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga
dengan Konsep Diri pada Siswa Kelas XI SMA X. Jurnal Empati, 8(2),
26-32.
Harjanti, D. K. (2021). Kesejahteraan Psikologis pada Remaja Panti Asuhan
Ditinjau dari Internal Locus of Control dan Spiritualitas. Gajah Mada
Journal of Psychology, 7(1), 83-98. doi:10.22146/gamajop.62236
Isella, V., Suarca, I. K., & Sari, N. M. (2021). Kesehatan Mental Anak Selama
Pandemi COVID 19. CDK-298, 48(11), 372-376.
Kavikondala, S., Ni, M. Y., Chan, B. H., Li, K. K., Steward, S. M., Lee, P. H., &
McDowell, I. (2016). Structure and Validity of Family Harmony Scale: An
Instrument for Measuring Harmony. Psychological Assement, 28(3), 307-
318. doi:http://dx.doi.org/10.1037/pas0000131

33
Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Marisa, C., Fitriyanti, E., & Utami, S. (2021, Desember). Gambaran
Keharmonisan Keluarga Ditinjau dari Peran Suami dan Isteri. Jurnal
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (JPIPS), 2(13), 131-137.
Mukaromah, M. D., Selviana, I., & Wijayanti, M. (2022). Dampak Pandemi
Covid-19 Terhadap Keharmonisan Keluarga di Lampung Tengah.
Syakhsiyah Jurnal Hukum Keluarga Islam, 2(1), 75-91.
Putri, M. A., Neviyarni, N., & Syukur, Y. (2019). Konseling Keluarga dengan
Pendekatan Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT): Strategi
Mewujudkan Keharmonisan dalam Keluarga. Enlighten: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam, 2(1), 1-18.
Ryff, C. D. (2014). Psychological Well-being Revisited: Advances in the Science
and Practice of Eudaimonia. Psychotheraphy and Psychosomatics, 35(4),
10-28.
Ryff, C. D., & Keyes, L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-being
Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719-727.
Ryff, C. D., & Singer, B. (2008). Know Thyself and Become What You Are: A
Eudaimonic Approach to Psychological Well-Being. Journal of Happiness
Studies, 9, 13-39. doi:10.1007/s10902-006-9019-0
Ryff, C. D., & Singer, B. H. (2006). Best News Yet on the Six-Factor Model of
Well-being. Social Science Research, 35(4), 1103-1119.
Wulansari, O. D., & Setiawan, J. L. (2019). Hubungan Antara Psychological
Wellbeing dan Martial Adjustment pada Remaja. Psychopreneur Journal,
3(1), 36-46.

34

Anda mungkin juga menyukai