Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN KESEJAHTERAAN STATUS PSIKOLOGIS


(PSYCHOLOGICAL WELL BEING) PADA LANSIA DI LINGKUNGAN
PACUNG BITERA, GIANYAR

Oleh :

NI PUTU ARI ADNYANI


NIM. 18.321.2852

PROGRAM STUDI EPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL

Nama : Ni Putu Ari Adnyani


Nim : 18.321.2852
Judul : Gambaran Kesejahteraan Status Psikologis (Psychological Well Being) Pada
Lansia Di Lingkungan Pacung Bitera, Gianyar.
Program Studi : Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali

Denpasar, 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Dewa Putu Arwidiana, S.Kep.,


Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati
M.A.P
S.Kep., M.Kep
NIK. 2.04.08.020
NIK. 2.04.10.276
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena berkat

Asung Kerta Wara Nugraha peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul

“Gambaran Kesejahteraan Status Psikologis (Psychological Well Being) Pada Lansia Di

Lingkungan Pacung Bitera, Gianyar.”dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan, Program Sarjana

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.

Proposal penelitian ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha sendiri,

melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu melalui kesempatan ini

dengan segala hormat dan kerendahan hati peneliti menyampaikan penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM selaku ketua STIKes Wira Medika Bali

Denpasar yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan Program Ilmu

Keperawatan di STIKes Wira Medika Bali Denpasar.

2. Kepala UPT kesmas Gianyar II atas ijin dan kesempatan yang diberikan untuk mengikuti

pendidikan dan ijin lokasi penelitian.

3. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali yang telah banyak memberikan

semangat dan dorongan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

4. Ns Sang Ayu Ketut Candrawati S.Kep., M.Kep pembimbing I yang telah banyak

memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal

penelitian ini.
5. Ns. Dewa Putu Arwidiana, S.kep., M.A.P selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal

penelitian ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal penelitian ini yang tidak

bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Akhirnya peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk dapat

menyempurnakan proposal penelitian ini dan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, ………………………..
Peneliti

Ni Putu Ari Adnyani


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesejahteraan psikologis (psychological well being) merupakan suatu kondisi

dimana individu menjadi sejahtera dengan menerima diri, memiliki tujuan hidup,

mengemban relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri,

mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Sejahtera

secara psikologis bukan hal yang mudah untuk dicapa, individu tidak hanya sehat

secara fisik tapi harus sehat secara psikologis (Marmer, 2011). Menurut (Ryff 1986)

manusia dapat dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis yang baik yaitu bukan

sekedar terbebas dari indikator kesehatan mental negatif, seperti kecemasan,

tercapainya kebahagiaan, tetapi hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah

penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain. Kesejahateraan psikologis

menggambarkan sejauh mana individu merasa nyaman, damai, dan bahagia

berdasarkan penilaian subjektif (Ii, 2009).

Gangguan kesejahteraan psikologis (psychological well being) bisa terjadi

pada anak, remaja,dewasa dan lansia. Penyakit psikologis atau gangguan mental

merupakan kondisi yang memengaruhi pemikiran, perasaan, suasana hati, dan

perilaku. Penyakit psikologis tertentu mungkin hanya muncul sesekali, dan beberapa

dapat bertahan lama (kronis). Khusya pada lansia secara psikis juga mengalami

kemunduran karena faktor degeneratif secara psikis dan biologis. Secara psikologis

sering muncul rasa kesepian dan fungsi mengingat yang terhambat. Para lansia yang

telah ditinggal meninggal oleh pasangannya sering kali merasa kesepian. Ditambah

lagi dengan semakin sedikitnya teman-teman di masa muda, baik itu karena kematian,

pindah rumah, ataupun karena mereka tidak bisa banyak beraktivitas (kompas.com).

Kondisi-kondisi tersebut membuat para lansia semakin mudah merasa kesepian dan
menjadi lemah secara psikis. Kondisi menjadi lebih buruk pada lansia yang terbatas

secara ekonomi. Terutama lansia yang telah berkurang penghasilannya, baik karena

pensiun atau sudah tidak mampu bekerja lagi karena kondisi fisik dan psikis yang

tidak mendukung. Kondisi di atas merupakan masalah-masalah yang sering kali harus

dihadapi dan ditangani oleh lansia. Oleh karena itu, proses penuaan penduduk

mempunyai tantangan luas terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan kultural, baik

bagi individu, keluarga, masyarakat, maupun komunitas global (Hakim, 2020).

Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Nikita Cestin Nalle &

Christiana Hari Soetjiningsih (2020) yang berjudul “Gambaran Pyschological Well

Being Pada Lansia Yang Berstatus Janda” menyebutkan bahwa Lansia dapat

mengalami permasalahan psikologis, seperti adanya perasaan tak berguna, perubahan

pada pola hidup, kecenderungan untuk berpikir bahwa ia tidak dibutuhkan lagi,

merasa sedih dan kesepian karena kehilangan pasangan hidup dan teman sebaya.

Dikutip melalui (www.sehatq.com) faktor-faktor yang menjadi penyebab

kesejahteraan status psikologis lansia atau timbulnya perubahan mental pada lansia

yaitu merupakan suatu konsisi yang sangat sering terjadi di kehidupan lansia salah

satunya penurunan status sosial ekonomi yang mengakibatkan lansia tidak bisa

bekerja seperti dahulu,kini hanya bisa menikmati hari-hari tua, kesepian dan

kurangnya hubungan sosial juga menjadi salah satu faktor timbulnya masalah atau

perubahan mental pada lansia. Faktor-faktor tersebut juga kerap menimbulkan isolasi

diri, kesepian, dan tekanan psikologis pada orang tua.

Berdasarkan jurnal penelitian Agus Sanjaya & Iwan Rusdi (2017) yang

berjudul “Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada Lansia”. Menemukan

bahwa lansia lebih memilih tinggal di panti jompo dibandingkan tinggal sendirian di

rumahnya. Kesepian pada lansia memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini
bermakna bahwa semakin besar interaksi sosial maka semakin besar perasaan tidak

kesepian.

Usia lanjut merupakan suatu tahap peralihan dalam arti bahwa baik pria

maupun wanita harus menyesuaikan diri, semakin berkurangnya tenaga mental dan

fisik mereka juga harus belajar menerima peran yang pasif dan bergantung pada orang

lain sebagai pengganti dari peranan kepemimpinan masa lalu seperti di keluarga

maupun di tempat kerja (BPS, 2019). Penuaan adalah proses seumur hidup, tidak

hanya dari titik tertentu, tetapi dari awal kehidupan. Penuaan merupakan proses

alamiah, artinya seseorang telah melewati tiga tahap kehidupan, yaitu anak-anak,

dewasa, dan lanjut usia. Ketiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun

psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, seperti kemunduran

fisik, yang bermanifestasi sebagai kulit beruban, uban, kehilangan gigi, gangguan

pendengaran, gangguan penglihatan, gerak lambat dan ketidakseimbangan tubuh

(Kholifah, 2016).

Lanjut usia terjadi berbagai perubahan fisik, kognitif maupun psikologis.

Harapan hidup dan kualitas hidup sangat penting bagi lansia. Perkembangan

meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk maka akan berpengaruh

terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia. Namun peningkatan

UHH pada lansia dapat mengakibatkan terjadinya transsisi epidemiologi dalam

bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit

degeneratif (Indrayani & Ronoatmojo, 2018).

Data demografi menunjukkan jumlah penduduk usia lanjut 60 diseluruh

Indonesia sebesar 22.630.882 jiwa dengan jumlah perempuan lebih banyak daripada

laki-laki. Penduduk perempuan sejumlah 11.908.658 jiwa sedangkan penduduk laki-

laki berjumlah 10.722.224 jiwa (Hakim, 2020). Sedangkan jumlah penduduk di Bali
dikutip melalui laman (denpasarkota.go.id), menyatakan jumlah penduduk lanjut usia

di provinsi Bali sejumlah 4,36 juta, di mana Usia Harapan Hidup di Bali mencapai

71,68 tahun.

Berdasarkan bukti studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 31

Desember 2021 di Lingk Pacung,Bitera Gianyar,dari hasil wawancara kepada 10

orang lansia di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar II ,Lingk Pacung,Bitera.

Ditemukan 6 lansia mengalami gangguan psikologis,ditunjukan dengan rasa

kesepian,sering dan mudah menangis. Dan 4 lansia lainnya mengalami gangguan

psikologis ditunjukan dengan susah tidur dan berpikir berlebihan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang di ajukan

pada penelitian ini adalah “Gambaran Kesejahteraan Status Psikologis (Psychological

Well Being) Pada Lansia Di Lingkungan Pacung Bitera,Gianyar”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu “ Bagaimanakah Gambaran Kesejahteraan Status Psikologis

(psychological well being) Pada Lansia di Lingkungan Pacung Bitera ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Kesejahteraan Status Psikologis (psychological well being)

Pada Lansia di Lingkungan Pacung Bitera.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui Gambaran Kesejahteraan Status Psikologis (psychological well being)

Pada Lansia di Lingkungan Pacung,Bitera.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoristis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mengembangkan

ilmu dan bahan kajian dibidang keperawatan yang berkaitan dengan psikologis

lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

strategi dalam memberikan edukasi kesehatan psikologis (psychological well being)

pada lansia.

1.4.2.2 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi lansia dalam memperluas

pengetahuan dan mencari tahu informasi yang benar tentang kesehatan psikologis

(psychological well being) pada lansia.

1.4.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini bisa menjadi bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai gambaran kesejahteraan status psikologis (psychological well being) pada

lansia.

1.1 Keaslian Penelitian

Berdasarkan studi literature yang dilakukan peneliti, adapun penelitian terdahulu yang

menyerupai penelitian yang sedang dilakukan, untuk mengetahui perbedaan penelitian

sekarang dengan penelitian sebelumnya. Penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut :

1) “Kesepian Dan Kesejahteraan Psikologis Lansia Yang Tinggal Di

Masyarakat” Dwi Astutik, Retno Indarwati and Eka Misbahatul M.Has (2019)
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga, Surabaya., dengan metode

penelitian desain korerasional. Populasi dalam penelitin ini sejumlah 152

Lansia yang berusia 60-70 tahun di Kelurahan Sananwetan Kota Blitar.

Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Variabel

independen dalam peneltian ini adalah kesepian, sedangkan variabel dependen

adalah psychological well-being. Pengumpulan data menggunakan kuesioner

UCLA Loneliness Scale vertion 3 oleh Russel 1996 dan Scale of

Psychological Well-Being oleh Ryff (1989), kemudian dianalisis

menggunakan uji statistik korelasi Spearman rho dengan tingkat signifikansi p

< 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 dan r = -0,864

ini menunjukkan terdapat hubungan negativ yang signifikan antara kesepian

dengan psychological well-being.

2) “Gambaran Psychological Well-Being di Komunitas Lansia Adi Yuswo

Gereja St. Albertus Agung Harapan Indah Bekasi” Yulius Mario Kurniawan

dan Tanti Susilarini (2021) Program Studi Psikologi Universitas Persada

Indonesia YAI., dengan metode penelitian snowball sampling. Pengumpulan

data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi tidak sistematis

dengan analisis data menggunakan pattern matching dan keabsahan data

menggunakan triangulasi. Populasi yang digunakan seluruh Lansia yang

berumur 60 tahun ke atas yang aktif dalam komunitas lansia Adi Yuswo. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dalam dimensi-dimensi psychological well-

being subjek ada beberapa aspek dari dimensi-dimensi tersebut yang tidak

terpenuhi yaitu dimensi tujuan hidup tidak terpenuhi aspek target hidup.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Lansia merupakan tahap dari proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia

adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbanganterhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya

untuk mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari

(Ratnawati, 2017). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan

yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016).

2.1.2 Klasifikasi Lansia

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada 4 tahapan yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (ederly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun

2. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokkan menjadi

usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70 tahun

atau lebih dengan masalah kesehatan).

3. Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :


a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia yaiutu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia risiko tinggi yaitu yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan

d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

kegiatan yang dapat menghasilkanbarang atau jasa

e. Lansia tidak potensial yaitu lansia tudak berdaya mencari nafkah sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

2.1.3 Karakteristik Lansia

Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu :

1. Usia

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah

seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017).

2. Jenis kelamin

Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan.

Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah

perempuan (Ratnawati, 2017).

3. Kondisi kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016)

merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan

penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan

penduduk yang semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014

sebesar 25,05%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di

antaranya mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular

(PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati, 2017).
2.1.4 Perubahan yang terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial,

dan psikologis.

1. Perubahan Fisik

a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan

dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar

bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi

tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.

b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan

dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah (kontraksi dan

volume) elastisistas pembuluh darah menurun serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang

mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otototot

pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat

sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,

kemampuan batuk menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.

d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi fungsi

dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis,

jumlah serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut

menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun,

rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh

serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.


e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem

saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam

merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress,

berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga menyebabkan

berkurangnya respon motorik dan refleks.

f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause yang

dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat mengakibatkan

osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi

kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan asam

lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun,

ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun sehingga

menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.

h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke ginjal

menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun

sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.

i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat menyebabkan

otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi retensi urine.

j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang dapat

menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran

mengalami kekakuan.

k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun terhadap

sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang

menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).


2. Perubahan Psikologis Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi

terhadap kehilangan fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan,

kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif

lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur

dan budaya yang ikut menumbuhkan angapan negatif tersebut, dimana lansia

dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun terhadap

masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi (Fatimah, 2010).

3. Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah lupa,

bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan

hal yang sering terjadi (Fatimah 2010).

4. Perubahan Sosial , Post power syndrome, single woman,single parent,

kesendirian, kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan

kapan meninggal (Siti dkk, 2008).

2.1.5 Permasalahan yang terjadi pada Lansia

Menurut Suardiman (2011), Kuntjoro (2007), dan Kartinah (2008) usia lanjut

rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh

lansia diantaranya:

1. Masalah Ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa

pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut dihadapkan

pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti kebutuhan akan

makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,

kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun kondisi

ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan tetap setiap bulannya.

Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada
kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman,

2011).

2. Masalah Sosial

Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik

dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial

dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi

seperti mudah menangis, mengurung diri, serta merengekrengek jika bertemu

dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro,

2007).

3. Masalah Kesehatan

Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan.

Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap

penyakit (Suardiman, 2011).

4. Masalah Psikososial

Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan

keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan

yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung,

panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya

stressor psikososial yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup,

kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis (Kartinah, 2008).

5. Masalah Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya

penurunan kondisi fisik yang berganda (multiple pathology). Menurut

Ratnawati (2017) perubahan fisik terdiri dari:


a. Perubahan pada kulit: kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih

kering dan keriput. Kulit dibagian bawah mata berkantung dan lingkaran

hitam dibawah mata menjadi lebih jelas dan permanen. Selain itu warna

merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.

Rambut rontok, warna berubah menjadi putih, kering dan tidak mengkilap.

b. Perubahan otot: otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan

mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas dan perut.

c. Perubahan pada persendian: masalah pada persendian terutama pada

bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit

berjalan.

d. Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga

lansia kadang-kadang menggunakan gigi palsu.

e. Perubahan pada mata: mata terlihat kurang bersinar dan cenderung

mengeluarkan kotoran yang menumpuk di sudut mata, kebanyakan

menderita presbiopi, atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya

akomodasi karena penurunan elastisitas mata.

f. Perubahan pada telinga: fungsi pendengaran sudah mulai menurun,

sehingga tidak sedikit yang menggunakan alat bantu pendengaran.

g. Perubahan pada sistem pernapasan: napas menjadi lebih pendek dan sering

tersengal-sengal, hal ini akibat penurunan kapasitas total paruparu, residu

volume paru dan konsumsi oksigen nasal, ini akan menurunkan

fleksibilitas dan elastisitas paru.

6. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan

dengan berbagai gangguan fisik seperti:


 Gangguan jantung.

 Gangguan metabolisme.

 Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

 Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu

makan sangat kurang.

 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi atau golongan

steroid.

 Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:

 Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada

lansia.

 Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat

oleh tradisi dan budaya.

 Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

Pasangan hidup telah meninggal.

 Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan

jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya.

7. Perubahan yang Berkaitan dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan

ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan

hari tua, namun dalam kenyatannya sering diartikan sebagai kehilangan

penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegitan, harga diri dan status. Lansia

yang memiliki agenda kerja yang tidak terselesaikan dan menganggap pensiun

sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Pensiun merupakan suatu proses bukan

merupakan suatu peristiwa. Orang-orang lanjut usia yang menunjukkan

penyesuaian yang paling baik terhadap pensiun, adalah mereka yang sehat,
memiliki keuangan yang memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki jaringan

sosial yang luas yang meliputi kawan-kawan dan keluarga, serta biasanya puas

dengan kehidupannya sebelum mereka pensiun (Santrock, 2012)

8. Perubahan dalam Peran Soaial di Masyarakat

Peran merupakan kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi

secara normative dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial

yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran

yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi

tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka

(Friedman, 2014). Peran dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku

yang diharapkan oleh orang lain. Akibat berkurangnya fungsi indera

pendengaran, penglihatan kabur, gerak fisik dan sebagainya maka muncul

gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, dan sebagainya

sehingga menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu

mengajak lansia melakukan aktivitas, selama lansia masih sanggup, agar tidak

merasa diasingkan.

2.2 Konsep Kesejahteraan Psikologis (Psychological well being)

2.2.1 Pengertian Kesejahteraan Psikologis (psychological well being)

Kesejahteraan psikologis (psychological well being) merupakan tingkat

kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan

yang hangat dengan orang lain, mandiri terhadap tekanan sosial, mengontrol

lingkungan eksternal, memiliki arti dalam hidu, dan merealisasikan potensi dirinya

(Farida, 2018).

Teori psychological well being dikembangkan oleh Ryff pada tahun 1989,

dengan merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktifitas hidup sehari-hari.


Dengan itu (Ryff, 1989) mendefinisikan psychological well being merupakan suatu

dorongan untuk menggali potensi diri individu secara keseluruhan. Dorongan tersebut

dapat menyebabkan seorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuatnya

rendah atau berusaha untuk memperbaiki keadaan hidup.

2.2.2 Dimensi Kesejahteraan Psikologis (psychological well being)

Menurut Rfyy (1995) menyatakan konsep ini terdapat enam dimensi yang

membentuk psychological well being yaitu :

a. Penerimaan Diri (self-Acceptance)

Penerimaan diri adalah cara bagaimana individu menerima diri sendiri secara apa

adanya dan pengalamannya. Menurut Ryff (1989-1995) semakin individu dapat

menerima dirinya sendiri, maka akan semakin tinggi sikap positif individu

tersebut terhadap diri sendiri.

b. Hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others)

Hubungan positif dengan orang lain merupakan tingkat kemampuan dalam

berhubungan hangan dengan orang lain, hubungan interpersonal yang didasari

oleh kepercayaan. Menurut (Ryff, 1995) semakin besar kemampuan individu

dalam membina hubungan interpersonal, maka hal ini menunjukkan bahwa

individu memiliki perhatian kesejahteraan orang lain, mampu berempati.

c. Otonomi (Autonomy)

Otonomi adalah tingkat kemampuan individu dalam menentukan nasib sendiri,

kebebasan, pengendalian internal, individual, dan pengaturan perilaku internal.

d. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)

Penguasaan lingkungan merupakan kemampuan untuk memilih atau menciptakan

lingkungan yang sesuai dengan kondisi psikis.


e. Tujuan Hidup (Purpose in Life)

Setiap individu pasti memiliki tujuan, kehendak dan merasa hidupnya terarah pada

tujuan tertentu. Individu yang memiliki tujuan tujuan dan arah hidup akan merasa

memiliki arti tersendiri dari pengalaman hidup masa kini dan masa lalu.

f. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)

Pertumbuhan pribadi merupakan tingkat kemampuan individu dalam

mengembangkan potensinya secara terus-menerus, menumbuhkan dan

memperluas diri.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhu Kesejahteraan Psikologis (psychological well

being)

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

psikologis seseorang menurut Ryff (1995), antara lain :

a. Dukungan Sosial

Gambaran berbagai ungkapan perilaku suportif (mendukung) kepada seorang

individu yang diterima oleh individu yang bersangkutan dari orang-orang yang

cukup bermakna dalam hidupnya. An dan Cooney (2006) menyatakan bahwa

bimbingan dan arahan dari orang lain (generativity) memiliki peran yang penting

pada kesejahteraan psikologis. Hal ini termasuk kedalam perilaku hubungan

(Relation Behaviour) yang mana pemimpin, mendengar, memfasilitasi, dan

mendukung mahasiswa yang bekerja sebagai karyawan, sehingga karyawan dapat

menyelesaikan tugasnya dengan baik (Hersey & Blanchard, 1988).

b. Status sosial ekonomi


Ryff (1999), menyatakan bahwa faktor status sosial ekonomi menjadi sangat

penting dalam peningkatan kesejahteraan psikologis, bahwa tingkat keberhasilan

dalam pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik, menunjukkan tingkat

kesejahteraan psikologis juga lebih baik. Ryan dan Deci (2001), menegaskan

status sosial ekonomi berhubungan dengan dimensi penerimaan diri, tujuan hidup,

penguasaan lingkungan dan pertumbuhan pribadi.

c. Jaringan sosial Berkaitan dengan aktivitas sosial yang diikuti oleh individu seperti

aktif dalam pertemuan-pertemuan atau organisasi, kualitas dan kuantitas aktivitas

yang dilakukan, dan dengan siapa kontak sosial dilakukan membuat seorang

individu memiliki kecenderungan kesejahteraan yang rendah atau yang tinggi

ditunjang dari siapakah orang-orang yanng berada di lingkungan sosial individu,

semakin baik kontak sosial yang terkait dengan individu, semakin tinggi tingkat

kesejahteraan individu tersebut. (Pinquart & Sorenson, 2000).

d. Religiusitas Hal ini berkaitan dengan transendensi segala persoalan hidup kepada

Tuhan Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai

kejadian hidupnya secara positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna

(Bastaman, 2000). Pernyataan tersebut memang punyai keterikatan dengan

peranan tentang semakin tinggi seseorang memaknai hidupnya seara positif maka

kesejahteraan hidup yang dirasakan juga tinggi.

e. Kepribadian Gutie´rrez, Jime´nez, Herna´ndez, dan Puente (2004), menyatakan

kepribadian merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam

kesejahteraan psikologis.
2.2.4 Fase dan Tingkat Gangguan Psikologis

Gejala umumnya yang terjadi pada fase gangguan psikologis menurut

(Bernadet Maress, 2021) yaitu :

a. Fase Prodomal

Berlangsung antara 6 bulan hingga 1 tahun dimana gangguan bisa berupa self

care, gangguan akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial dan

juga gangguan pikiran serta persepsi.

b. Fase Aktif

Berlangsung sekitar 1 bulan dimana gangguan bisa berupa gejala psikotik seperti

delusi, halusinasi, disorganisasi proses berpikir, gangguan perilaku, gangguan

bicara dan disertai juga dengan neurokimiawi.

c. Fase Residual

Umumnya seseorang akan mengalami dua gejala yakni gangguan afek dan juga

gangguan peran dimana serangan bisa berulang.

2.2.5 Alat Ukur Kesejahteraan Psikologis

Gangguan mental umum kadang-kadang tersembunyi dan tidak disadari oleh

penderitanya (National Collaborating Centre for Mental Health, 2011). Oleh karena

itu, dikembangkanlah sebuah alat uji sederhana untuk mendeteksinya, yaitu SRQ

(Self Reporting Questionnaire) (Barreto do Carmo et al., 2017). Alat uji ini

dikembangkan melalui penelitian bersama yang dikoordinasi oleh WHO. Penelitian

tersebut dimulai pada 1975 dengan tim yang terdiri dari psikiater, pekerja kesehatan
masyarakat, dan profesional lainnya yang berasal dari beberapa negara. SRQ

kemudian diuji validitasnya dalam berbagai penelitian antara tahun 1978 sampai

sekarang. Pada awalnya SRQ terdiri dari banyak pertanyaan, tetapi saat ini dikurangi

sampai 20 pertanyaan saja. Setiap pertanyaan membutuhkan jawaban Ya atau Tidak.

Jawaban Ya menggambarkan bahwa gejala yang ditanyakan terjadi dalam sebulan

terakhir dan jawaban Tidak untuk kondisi sebaliknya. Untuk jawaban Ya diberi skor

1 dan jawaban Tidak diberi skor 0 (Beusenberg & Orley, 1994).

Pelaksanaan Uji SRQ-20 dapat dilakukan secara mandiri atau lewat

wawancara. Meskipun demikian, kedua cara ini tidak disarankan dicampur dalam

satu penelitian (Beusenberg & Orley, 1994). Pada uji mandiri, para peneliti lebih

banyak menggunakan media kertas, di mana responden membaca pertanyaan dan

menuliskan pilihannya. Penggunaan media kertas memiliki keterbatasan dalam hal

jumlah pengakses dibandingkan dengan penggunaan media elektronik dan internet.

Oleh karena itu, agar lebih mudah dan lebih banyak digunakan, maka kami

mengembangkan aplikasi tes kesehatan mental umum berdasarkan SRQ-20 WHO

yang dapat berjalan di perangkat ponsel cerdas (Istiqomah, 2017).

Seorang yang akan melakukan ter SRQ ini diminta untuk menjawab semua

pertanyaan ini dengan menyatakan YA/TIDAK,setelah semua terjawab lalu hitung

jumlah skor yang didapat. Jika skor di bawah atau sama dengan 7, dianggap normal,

tetapi jika skor 8 sampai 20, dianggap ada gangguan kesehatan mental umum

(Harpham et al., 2003) (Istiqomah, 2017).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian


Penelitian ini menggunakan metode metode deskritif kuanlitatif yang
merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2017). Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui Gambaran Kesejahteraan Status Psikologis
(Psychological Well Being) Pada Lansia Di Lingkungan Pacung Bitera,Gianyar.
3.2 Kerangka Kerja

Adapun kerangka kerja penelitian ini yaitu:

Populasi
\
Lansia yang berada di Lingkungan Pacung,Bitera di wilayah kerja UPT Kesma Gianyar
II,yang berumur 60 tahun keatas berjumlah 85 orang

Tehnik Sampling
Teknik probability sampling dengan tehnik total sampling

Sample
Lansia yang berumur 60 tahun keatas yang ada di Linkungan Pacung,Bitera,
berjumlah 85 orang

Pengumpulan Data
Kuisioner SRQ-20
Analisa Data
Deskriptif Kuantitatif

Penyajian Hasil Data

Gambar 3. 1
Kerangka Kerja Gambaran Kesejahteraan Status Psikologis (Psychological Well Being) Pada
Lansia Di Lingkungan Pacung Bitera,Gianyar.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Lingkungan Pacung,Bitera wilayah kerja UPT

Kesmas Gianyar II. Penelitian ini ditunjukkan kepada lansia yang berada di Lingkungan

Pacung, Bitera.

3.4 Populasi dan sampel penelitian

3.4.1 Populasi penelitian


Populasi merupakan semua subjek (manusia, hewan percobaan, data

laboratorium dan lain-lain) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang

ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari serta ditarik kesimpulannya (Adiputra, 2021).

Populasi dalam penelitian ini yaitu lansia yang berada di Lingkungan Pacung

Bitera wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar II, lansia yang akan menjadi responden

berjumlah 85 orang yang berusia 60 tahun keatas.

3.4.2 Sampel penelitian

Sampel merupakan sebagian atau wakil yang berasal dari jumlah populasi. Ketika

populasi besar dan peneliti tidak mungkin untuk mempelajari semua yang ada di

populasi, misalnya karena keterbatasan biaya, waktu serta tenaga, maka peneliti bisa

menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut (Adiputra, 2021).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2016).

Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu total sampling, pada tehnik ini yang
akan menjadi responden yaitu lansia yang berada di Lingkungan Pacung yang

berjumah 85 orang.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel penelitian

Variabel merupakan nilai yang berbeda atau bervariasi antara satu

objek/kategori dengan objek/kategori lainnya, nilai tersebut dapat dinyatakan dalam

satu ukuran atau bisa diukur. Variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi serta menajadi penyebab perubahan dari variabel terikat. Sedangkan

variabel terikat merupakan variabel yang umumnya dilakukan pengamatan atau

diukur. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel bebas

(independent) yaitu gambaran kesejahteraan status psikologis (psychological well

being) pada lansia.

3.5.2 Definisi operasional variabel

Definisi operasional merupakan mendefenisikan variabel secara operasional

sesuai dengan karakteristik yang diamati, sehingga peneliti bisa mengamati atau

mengukur objek serta fenomena secara cermat. Definisi operasional penelitian ini

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil ukur


Operasional

1 Status Kemampuan Kuesioner nominal 1. Ya


kesejahteraan seseorang merasa 2. Tidak
psikologis aman dan
nyaman dalam
lingkungannya
diukur dengan
SRQ
2 Lansia Lanjut usia Kuesioner ordinal 1.Lansia 60-69
individu berusia tahun
yang memasuki 2. Lansia tua
usia 60 tahun 70-80 tahun
keatas 3.Usia sangat tua
lebih dari 80
tahun

3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data dapat dilihat dari sumber datanya ada dua yaitu pengumpulan data

sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan

sumber data yang secara langsung menyediakan data kepada pengumpu data

sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data yang biasanya memberikan data melalui

orang atau dokumen (Adiputra, 2021). Jenis data yang digunakan pada penelitian

ini yaitu data primer yang didapat langsung menggunakan kuesioner serta data

sekunder yang didapat dari Kelian Adat yaitu jumlah lansia yang berada di

Lingkungan Pacung,Bitera.

3.6.2 Tehnik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu prosedur pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

penelitian (Nursalam, 2016). Langkah – langkah pengumpulan data dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengurus ijin penelitian dari STIKes Wira Medika Bali yang

tembusannya disampaikan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Provinsi Bali.

2. Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kepala Badan Penanaman


Modal dan Perizinan Provinsi Bali yang tembusannya disampaikan

kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Gianyar.

3. Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kepala Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Gianyar yang tembusannya disampaikan kepada

Kepala UPT Kesmas Gianyar II

4. Mengajukan surat ijin penelitian kepada Kepala UPT Kesmas Gianyar II

5. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data dibantu oleh peneliti

pembantu (enumerator) sebanyak 2 orang. Peneliti pembantu yang

dimaksud adalah mahasiswa STIKes Wira Medika Bali. Peneliti utama

dan enumerator menyamakan persepsi tentang maksud dan tujuan

penelitian. Peneliti utama menjelaskan tentang karakteristik responden

yang dicari dan cara pengukuran gangguan psikologis dengan kuisioner

yang sudah tersedia. Tugas enumerator adalah untuk membantu peneliti

utama dalam mengukur gangguan psikologis, melakukan dokumentasi

serta memfasilitasi atau mengawasi kader dalam kegiatan pendidikan

kesehatan.

6. Peneliti dan enumerator melakukan kunjungan banjar responden untuk

melakukan pendekatan kepada setiap sampel penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi dengan menyampaikan maksud, tujuan dan

manfaat penelitian serta meminta kesediannya menjadi responden dalam

penelitian ini. Responden yang sudah memenuhi kriteria menandatangani

informed consent sebagai bukti persetujuan menjadi responden dan

melakukan kontrak waktu untuk mengisi kuosioner.

7. Peneliti melakukan pre – test pada responden berdasarkan dengan

membagikan kuesioner pengetahuan tentang Psikologi.


8. Setelah 1 jam diberikan pendidikan kesehatan, peneliti dan enumerator

melakukan post – test dengan kuesioner tingkat pengetahuan pada

responden.

9. Tahap akhir peneliti melakukan tahap terminasi kepada responden dan

memberikan umpan balik yang positif kepada responden.

10. Melapor kembali kepada Kepala Ketua UPT Kesmas Gianyar II untuk

mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian.

11. Setelah selesai melakukan penelitian kemudian peneliti mencatat hasil

penelitian pada master tabel.

3.6.3 Instumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2018). Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuisioner tentang kesehatan mental yang berjumlah 20 item

pertanyaan dengan skala dikontomis. Pertannyaan SRQ ini dikembangkan oleh World

Health Organization (WHO), yang sudah baku dan tidak di uji validitas dan reabilitas

kembali.

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul berdasarkan variabel yang ada kemudian data diolah.

Pengolahan dilakukan dengan menggunakan computer, data tersebut diolah melalui

beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Editing

Menurut (Nursalam 2016), Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian dari formulir atau kuisioner. Data yang diediting pada penelitian

ini yaitu memeriksa kembali hasil kuisioner tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media (modul dan audiovisual)

dari hasil wawancara dengan responden yang telah terkumpul. Editing dalam

penelitian ini dilakukan dengan memeriksa kembali kuisioner untuk memastikan

bahwa setiap pertanyaan yang terdapat dalam satu kuisioner telah terisi semua

tanpa ada jawaban yang kosong, mengecek masing – masing pertanyaan cukup

jelas atau terbaca, mengecek jawaban relevan dengan pertanyaan dan mengecek

kelengkapan identitas responden.

2. Coding

Menurut (Nursalam 2016), Coding merupakan proses mengklasifikasi data

sesuai dengan klasifikasinya dengan cara memberikan kode tertentu. Klasifikasi

data dilakukan atas pertimbangan peneliti sendiri. Coding yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah terkumpul diperiksa

kelengkapannya kemudian jawaban responden diberi kode pada masing – masing

jawaban menurut item pada kuesioner. Semua data diberikan kode untuk

memudahkan proses pengolahan data yaitu:

1) Pemberian kode pada jenis kelamin yaitu kode (1) untuk laki – laki, (2) untuk

perempuan.

2) Pemberian kode untuk umur dari 16 – 45 tahun, kode (1) umur 16 – 20 tahun,

kode (2) umur 21 – 30 tahun, kode (3) umur 30 – 45 tahun.

3) Pemberian kode untuk status pekerjaan kode (0) Tidak Bekerja, kode (1)

PNS/TNI/Polri, kode (2) Pegawai Swasta, kode (3) Wiraswasta, kode (4)

Pensiunan, kode (5) Petani, kode (6) Mengurus rumah tangga, kode (7)

siswa/Mhs, kode (8) Lainnya.

3. Entry
Menurut Nursalam (2016), Entry data yaitu kegiatan memasukkan data yang

telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer dalam bentuk

Ms. Exel, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontingensi. Entry pada penelitian ini memasukkan data

yang telah diberikan kode dan dipindahkan ke computer dengan program SPSS

untuk dianalisis.

4. Cleaning

Menurut Nursalam (2016), tahapan ini data sudah di entry dicocokkan dan

diperiksa kembali dengan data yang didapatkan pada lembar kuesioner. Bila ada

perbedaan hasil segera dilakukan pengecekan ulang. Cleaning dalam penelitian

ini dilakukan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi dan narasi.

5. Tabulasi

Menurut Nursalam (2016), Tabulasi adalah mengelompokkan data sesuai

dengan tujuan peneliti kemudian memasukkannya ke dalam tabel. Setiap hasil

data tingkat pengetahuan pre – test dan data tingkat pengetahuan post – test sudah

diberi nilai masukkan ke dalam tabel. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

pada waktu melakukan pengolahan data. Tabulasi dalam penelitian ini dilakukan

memasukkan data ke dalam tabel yang telah ditentukan nilai atau kategori secara

tepat dan tepat. Selanjutnya data yang diperoleh diolah dan dilakukan analisis

statistik.

3.7.2 Analisa Data

Analisa data adalah proses penting untuk mencapai tujuan utama penelitian

yaitu menjawab pertanyaan penelitian yang menggungkapfenomena, dalam

menganalisis data tidak hanya sekedar menggambarkan tetapi harus mendapatkan


makna dari hasil penelitian tersebut (Notoadmojo, 2018). Analisis deskripsi adalah

pengolahan data yang mendeskripsikan serta merangkum data ilmiah dalam bentuk

tabel atau grafik. Data yang disampaikan berupa frekuensi, proporsi serta rasio,

ukuran tendensi sentral (rata-rata yang dihitung, median, modus) dan ukuran

variasi (simpangan baku, variansi, rentang serta kuartil). Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan secara uni variat (deskriptif statistic) yang meliputi tingkat

stres dan mekanisme koping pada mahasiswa dalam melaksanakan kuliah metode

daring.

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons)

Respect For Persons meupakan penghormatan yang berasal dari otonomi

seseorang yang memiliki kebebasan untuk menetapkan atau memutuskan sendiri

yang akan menjadi keputusannya dalam penelitian. Apakah orang tersebut akan

mengikuti atau tidak mengikuti penelitiannya (Adiputra, 2021). Dalam penelitian ini

peneliti menjelaskan bahwa responden diberikan kebebasan untuk menentukan

apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian ini.

Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden agar dapat membina

hubungan saling percaya antara peneliti dengan responden. Peneliti menjelaskan

tujuan serta manfaat penelitian ini dan memberikan kesempatan kepada responden

untuk bertanya agar memahami segala aspek yang dilakukan dalam penelitian ini.

Bagi responden yang bersedia berpartisipasi maka responden diminta untuk

menekan tombol persetujuan yang telah disediakan di kuesioner online.

3.8.2 Prinsip berbuat baik (beneficence)

Prinsip beneficence merupakan prinsip untuk menambah nilai kesejahteraan

manusia, tanpa mencelakai atau melukainya. Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban
untuk menolong orang lain, yang dilakukan dengan mengusahakan memberikan efek

yang optimal dengan mengurangi kerugian (Adiputra, 2021). Oleh karena itu,

melakukan penelitian harus dapat mencegah rasa sakit, cidera, stres maupun

kematian pada subjek penelitian. Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini akan

memperhatikan kebutuhan atau keperluan responden, kenyamanan serta memberikan

dukungan dan pujian terhadap keaktifannya sebagai responden.

3.8.3 Tidak merugikan (non-maleficence)

Prinsip non-maleficence merupakan jika seseorang tidak bisa mengikuti hal

yang berguna, maka hendaknya jangan membebani orang lain. Prinsip ini bertujuan

supaya responden tidak hanya diperlakukan sebagai fasilitas dan sarana, tetapi harus

diberikan perlindungan dari adanya tindakan penyalahgunaan apapun (Adiputra,

2021). Peneliti tidak melakukan perbuatan yang dapat memperburuk responden dan

memilih cara yang paling kecil resikonya bagi responden. Resiko fisik, psikologis

dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.

3.8.4 Prinsip keadilan (justice)

Prinsip keadilan merupakan prinsip yang menetapkan kewajiban untuk

memperlakukan seseorang secara benar dan layak untuk mendapatkan haknya dan

tidak membebani dengan perihal yang bukan tanggung jawab serta kewajibannya.

Prinsip ini menyangkut keadilan yang menyeluruh (distributive justice) yang

mensyaratkan pembagian sepadan atau seimbang (equitable), dalam perihal beban

dan efek yang didapatkan oleh responden dalam keterlibatannya di penelitian ini

(Adiputra, 2021). Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan mengamati distribusi

umur serta jenis kelamin, status ekonomi, budaya dan lain sebagainya.
Lingkungan dalam tempat penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi

prinsip keterbukaan yaitu dengan menjelaskan prosedur penelitian dan peneliti

memperlakukan setiap responden dengan sama atau tanpa ada diskriminasi,

menggunakan bahasa yangmudah dimengerti oleh setiap responden dan melakukan

kegiatan penelian yang sama terhadap setiap responden.

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. M. S. (2021). Metode Penelitian Kesehatan.

Bernadet Maress. (2021). Tingkatan Dalam Gangguan Jiwa Beserta Penyebabnya.

DosenPsikologi.Com, gangguan jiwa. https://dosenpsikologi.com/tingkatan-

dalam-gangguan-jiwa

BPS. (2019). Katalog: 4104001. Statistik Penduduk Lanjut Usia Di Indonesia 2019,

xxvi + 258 halaman.

Farida, A. (2018). Hubungan Antara Self-Compassion dengan Kesejahteraan

Psikologis Pada Remaja.

Hakim, L. N. (2020). Urgensi Revisi Undang-Undang tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 11(1), 43–55.

https://doi.org/10.46807/aspirasi.v11i1.1589

Ii, B. A. B. (2009). Kesejahteraan Psikologis Kajian Teori. 14–69.

Indrayani, & Ronoatmojo, S. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas


hidup lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun 2017. Jurnal

Kesehatan Reproduksi, 9(1), 69–78.

https://doi.org/10.22435/kespro.v9i1.892.69-78

Istiqomah, I. (2017). Parameter Psikometri Alat Ukur Strengths and Difficulties

Questionnaire (SDQ). Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 251–264.

https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1756

Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Keperawatan.

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/

Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf

Marmer, W. P. (2011). Psychological Well Being Lansia. 04(01), 35–45.

Notoadmojo, S. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.


Lampiran 1

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Bulan

No Kegiatan Desember 2021 Januari 2022 Februari 2022 Maret 2022 April 2022 Mei 2022

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

a Pengumpulan bahan pustaka                                                

b Menyusun Proposal                                                

c Konsultasi proposal                                                

d Ujian proposal                                                

e Perbaikan proposal                                                

2 Tahap Pelaksanaan

a Mengajukan ijin penelitian                                                


b Pengumpulan data                                                

c Pengolahan data                                                

d Analisa data                                                

3 Tahap Akhir

a Penyusunan Skripsi                                                

b Ujian sidang hasil penelitian                                                

c Perbaikan dan penggandaan                                                

d Publikasi hasil penelitian                                                


Lampiran 2

RENCANA ANGGARAN PENELITI

A. Persiapan

1 Revisi proposal (print revisi proposal) Rp. 100.000

B. Pelaksanaan

1 Pengolahan data Rp. 200.000

2 Penggandaan Kuesioner Rp. 500.000

3 Kenang - kenangan Rp. 200.000

4 Konsumsi sidang proposal Rp. 300.000

C. Tahap Akhir

1 Penggandaan skripsi Rp. 200.000

2 Revisi skripsi (print revisi skripsi) Rp. 200.000

3 Pengumpulan skripsi Rp. 150.000

4 Konsumsi sidang skripsi Rp. 300.000

Total Rp. 2. 150.000


Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada : Yth. Saudara/i calon responden


Di
Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ni Putu Ari Adnyani

Status : Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali

Bertujuan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Kesejahteraan


Psikologis (Psychological Well Being) Pada Lansia Di Lingkungan Pacung,Bitera” Untuk
maksud tersebut, saya mohon kesediaan Saudara/i untuk turut berpartisipasi sebagai
responden, dalam memberikan informasi atau jawaban pertanyaan yang diajukan peneliti.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran


Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Lansia Di Lingkungan
Pacung,Bitera. Semua informasi yang Saudara/I berikan adalah benar hanya digunakan
unutk kepentingan peneliti dan dijaga kerahasiaanya . Apabila Saudara/I bersedia
berpastisipan dalam penelitian, saya mohon kesediaanya untuk menandatangani lembar
pertanyaan menjadi responden .

Atas perhatian dan kesediaan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Denpasar,…..Maret 2021

Peneliti

Ni Putu Ari Adnyani

NIM: 18.321.2852
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Judul Penelitian : Gambaran Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada

Lansia Di Lingkungan Pacung,Bitera.

Peneliti : Ni Putu Ari Adnyani

NIM :18.321.2852

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai persetujuan dan manfaat

tentang penelitian berjudul “Gambaran Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well

Being) Pada Lansia Di Lingkungan Pacung,Bitera”. Saya mengerti bahwa saya akan

diminta kesediaannya untuk menjadi responden. Saya mengerti resiko yang akan terjadi dalam

penelitian ini tidak ada dan saya berhak menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau

mengundurkan diri dalam penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya.

Saya telah diberikan kesempatan bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai peran

saya dalam penelitian ini dan telah dijawab serta dijelaskan secara baik. Saya secara sukarela dan

sadar bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan

menjadi responden.

Denpasar, Maret 2022

Responden
Peneliti

( )
Ni Putu Ari Adnyani
NIM: 18.321.2852
Lampiran 5
KUISIONER SRQ

Self Reporting Questionnaire


Nama :
Tgl lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
No Pertanyaan Ya/Tidak
1. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda sering menderita
sakit kepala?
2. Apakah dalam sebulan belakangan ini nafsu makan Anda turun?
3. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda sulit tidur?
4. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda sering ketakutan?
5. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda merasa gugup
tegang atau khawatir?
6. Apakah dalam sebulan belakangan ini tangan Anda sering
gemetar?
7. Apakah dalam sebulan belakangan ini pencernaan Anda
terganggu?
8. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda sulit berpikir jernih?
9. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda merasa tidak
bahagia?
10. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda menjadi sering
menangis?
11. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda kurang menikmati
kegiatan Anda sehari-hari?
12. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda sulit mengambil
keputusan?
13. Apakah dalam sebulan belakangan ini pekerjaan rutin Anda
terganggu?
14. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda tidak mampu
melakukan hal-hal yang bermanfaat?
15. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda kehilangan minat
terhadap berbagai hal?
16. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda merasa diri Anda
tidak berharga?
17. Apakah dalam sebulan belakangan ini dalam benak Anda ada
pikiran untuk mengakhiri hidup?
18. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda merasa lelah
berkepanjangan?
19. Apakah dalam sebulan belakangan ini lambung Anda terasa
tidak nyaman?
20. Apakah dalam sebulan belakangan ini Anda gampang capek?
HASIL PENGUKURAN DALAM BENTUK ORDINAL ATAU NOMINAL?

Lampiran 6
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI ENUMERATOR

Kepada Yth.

Saudara/i………………………………………….

Di

Tempat

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ni Putu Ari Adnyani

NIM : 18.321.2852

Adalah mahasiswa STIKes Wira Medika Bali jurusan Keperawatan Program Sarjana, akan
mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Kesejahteraan Psikologis (Psychological
Well Being) Pada Lansia Di Lingkungan Pacung,Bitera”. dengan maksud tersebut, saya
meminta kesediaan saudara/i untuk berpartisipasi dalam proses penelitian ini. Tidak ada
paksaan dalam hal ini, namun jika saudara/i bersedia, mohon menandatangani pernyataan
persetujuan menjadi pendamping
Atas perhatian dan kesediaan saudara/i saya ucapkan terima kasih.

Denpasar,…..Maret 2022
Peneliti

Ni Putu Ari Adnyani


NIM: 18.321.2851
Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN ENUMERATOR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : …………………………………………..

Umur : …………………………………………..

Alamat : …………………………………………..

Setelah mendapat penjelasan, dengan ini bersedia dan berperan serta dalam penelitian

berjudul “Gambaran Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Lansia Di

Lingkungan Pacung,Bitera”,dilakukan oleh Ni Putu Ari Adnyani.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat

dipergunakan sebagaimna mestinya, terima kasih.

Denpasar, Maret 2021


Enumerator

( )

Anda mungkin juga menyukai