Anda di halaman 1dari 24

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Dan Promosi


Kesehatan

Dosen Pengampu : Sismala Harningtyas.,SST.,M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Afidatun Nisak (2214314201003)


2. Dewi Ariska (2214314201023)
3. Ristin Dwi Ramdani (2214314201097)
4. Siti Nurul Kamilah (2214314201107)
5. Silvi Faulina (2214314201105)
6. Widia Ambarwati (2214314201116)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih saya ucapkan
kepada seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi secara optimal
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Terimakasih juga kami ucapkan kepada
ibu Sismala Harningtyas.,SST.,M.Pd Selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Dan Promosi Kesehatan. Tugas berjudul “Satuan Acara Penyuluhan
Kesehatan Mental Pada Remaja” ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Dan Promosi Kesehatan.

Demikian pula saya menyadari bahwa dalam penulisan Tugas ini kami
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata
bahasa. Namun, saya tetap berharap agar Tugas ini dapat memberikan manfaat
bagi peserta Penyuluhan.

Malang, 20 November 2023

Penyusun
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA

Pokok Bahasan : Kesehatan Mental Remaja

Sub bahasan : 1. Pengertian kesehatan mental

2. Jenis gangguan kesehatan mental

3. Penyebab munculnya gangguan kesehatan mental

4. Gejala gangguan kesehatan mental

5. Faktor resiko kesehatan mental

6. Dampak gangguan kesehatan mental

7. Cara menjaga kesehatan mental

8. Pengobatan kesehatan mental

9. Cara mendiagnosa kesehatan mental

Sasaran : Mahasiswa

Hari/Tanggal : Rabu, 29 November 2023

Jam/Waktu : 14.00 - 14.30 (30 Menit)

Tempat : Ruang Kelas STIKES Maharani Malang

Penyuluh : 1. Afidatun Nisak

2. Widia Ambarwati

A. Analisa Situasi

Latar Belakang
Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya
tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005,
jumlah remaja yang berusia 10-19 tahun adalah sekitar 41 juta orang (20% dari
jumlah total penduduk Indonesia. dalam tahun yang sama). Dalam era globalisasi
ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di kota
besar di Indonesia, tidak terkecuali yang tinggal di daerah pedesaan seperti,
tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet yang bebas,
dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk
menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif,
baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari
lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai
keterampilan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini
dengan optimal.

Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan


seseorang. Di masa ini banyak terjadi perubahan dalam diri seseorang sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai
anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Hal ini
terjadi oleh karena di masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan
biologik, psikologik, maupun perubahan sosial. Dalam keadaan serba tanggung
ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri
(konflik internal), maupun tidak diselesaikan dengan baik maka akan memberikan
dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di masa mendatang,
terutama terhadap pematangan karakternya dan tidak jarang memicu terjadinya
gangguan mental.

Untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut, perlu diketahui


perubahan yang terjadi dan karakteristik remaja sehingga remaja dapat melalui
periode ini dengan optimal dan ia mampu menjadi individu dewasa yang matang
baik fisik maupun psikisnya. Hal senada dinyatakan oleh WHO pada tahun 2001
bahwa Pengertian Kesehatan Mental dunia yang cocok untuk anak-anak adalah
dunia yang semua anak, termasuk remaja, mempunyai kesempatan luas untuk
mengembangkan kapasitas individu mereka dalam lingkungan yang aman dan
mendukung.

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memugknkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain disekitar. Seorang yang
bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara
maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan
mengalami gangguan suasana hati. serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa
mengarah pada perilaku buruk.

Secara garis besar, gangguan mental atau disebut dengan mental illness
merupakan penyakit yang tidak terlihat secara kasat mata dan berkaitan dengan
emosi, jiwa, serta batin seseorang yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.
Di Indonesia, penyakit ini masih tidak dianggap penting oleh masyarakat. Seperti
yang telah dicatat oleh Riskesdas tahun 2013, mereka menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala
depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas, atau sekitar 14
juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.Kasus seperti ini
disebabkan oleh kurangnya kesadaran atau awareness, sosialisasi, dan edukasi
tentang penyakit ini yang menjadi masalah tersendiri bagi negara kita. Sehingga
kerap terjadi kasus-kasus yang muncul khususnya dialami oleh para remaja serta
dewasa muda. Beberapa contohnya seperti melukai diri sendiri, bullying
(perundungan), bunuh diri, rasa cemas yang berlebihan (anxiety disorder),
kurangnya konsentrasi, dan masih banyak lagi.

Gangguan mental yang kerap terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta sering
dialami oleh remaja dan dewasa muda dengan kisaran usia 11-30 tahun. Keadaan
seperti ini terjadi karena pada usia tersebut remaja dan dewasa muda lebih rentan
atau sensitive serta mudah emosi yang sifatnya masih berubah-ubah sehingga
mereka mudah terjangkit gangguan mental.

Hal ini disebabkan karena pada saat remaja di dalam tubuhnya. terjadi
pemasukan aliran darah yang sangat besar ke otak. Bagian dari otak yang tidak
mendapatkan pasokan darah yang cukup akan menjadi daerah yang sensitif dan
rentan akan kecemasan serta depresi, bahkan hal ini dapat berdampak buruk pada
remaja, khususnya kaum wanita. Mereka memiliki struktur otak yang berbeda
dengan pria sehingga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena
Skizofrenia.Hormon estrogen yang memasok darah lebih banyak ke otak pada
tubuh wanita juga menjadi salah satu alasannya..

Penyakit mental juga merupakan penyebab seorang remaja melakukan


tindakan bunuh diri atau melukai diri sendiri secara tiba tiba. Hal ini dapat
memicu masalah kehidupan mereka seperti ketidakbahagiaan dan penurunan
kenikmatan hidup, konflik keluarga, sulit berhubungan dengan orang lain, isolasi
sosial, tindakan kriminalitas, alkohol dan obat- obatan, bolos kerja atau sekolah,
melakukan tindakan bullying kepada orang lain atau menjadi korban, sistem
kekebalan tubuh lemah, sehingga tubuh kesulitan menghadapi infeksi, penyakit
jantung dan kondisi medis lainnya.

Jika kita mengamati dengan cermat perilaku seseorang, akan terlihat berbagai
macam ekspresi yang mereka tunjukkan dalam berbagai situasi yang sama. Seperti
sering merasa sedih, mati rasa atau tak acuh, rasa lelah yang signifikan, energi
menurun, mengalami masalah tidur, marah berlebihan, dan rentan melakukan
kekerasan.

Di sisi lain, kebanyakan orang Indonesia cenderung melihat orang yang tiba-
tiba kesurupan, mempunyai rasa ketakutan yang besar, teriak, menangis, paranoid
dan delusi dianggap "gila" dalam waktu yang singkat.Padahal dalam dunia
psikologi ciri-ciri tersebut merupakan gejala Skizofrenia. Penyakit tersebut
merupakan salah satu dari sekian banyak jenis gangguan mental umum yang ada.
Pengetahuan peserta terhadap kesehatan mental masih kurang khususnya
pada tingkat pemahaman sehingga penanganan pada kesehatan mental
sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan peserta.

B. Diagnosa Keperawatan
Kurangnya penerapan tentang kesehatan mental berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan kesehatan mental.
C. Tujuan
● Tujuan Instruksional Umum :
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang kesehatan mental,
diharapkan para remaja mampu memahami dan melakukan pencegahan
kesehatan mental di rumah.
● Tujuan Instruksional Khusus :
a. Audience mampu mengetahui dan memahami pengertian kesehatan mental
b. Audience mampu mengetahui dan memahami jenis gangguan kesehatan mental
c. Audience mampu mengetahui dan memahami Penyebab munculnya gangguan
kesehatan mental
d. Audience mampu mengetahui dan memahami mengenai Gejala gangguan
kesehatan mental
e. Audience mampu mengetahui dan memahami Faktor resiko kesehatan mental
f. Audience mampu mengetahui dan memahami Dampak gangguan kesehatan
mental
g. Audience mampu mengetahui dan memahami Cara menjaga kesehatan mental
h. Audience mampu mengetahui dan memahami Pengobatan kesehatan mental
i. Audience mampu mengetahui dan memahami Cara untuk mendiagnosis gangguan
kesehatan mental

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. Materi Penyuluhan
1. Pengertian kesehatan mental
2. Jenis gangguan kesehatan mental
3. Penyebab munculnya gangguan kesehatan mental
4. Gejala gangguan kesehatan mental
5. Faktor resiko kesehatan mental
6. Dampak gangguan kesehatan mental
7. Cara menjaga kesehatan mental
8. Pengobatan kesehatan mental
9. Cara untuk mendiagnosis gangguan kesehatan mental
F. Media Penyuluhan
1. Brosur
2. Laptop dan Tv proyektor
3. PPT
4. Video

G. Rincian Tugas
1. Penanggung Jawab dan Fasilitator (Ristin)
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
2. Moderator (Mila)
a. Membuka dan menutup acara penyuluhan.
b. Membuat kontrak waktu pelaksanaan kegiatan
c. Menjelaskan tujuan dan topik penyuluhan.
d. Menyerahkan penjelasan penyuluhan kepada presenter.
e. Mengarahkan jalannya diskusi
f. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
g. Menyimpulkan kegiatan.

3. Penyuluh (Afidatun, Widia)


Memberikan penyuluhan sesuai topik yang akan disajikan.

4. Observer/Notulen (Silvi)
a. Mengamati jalannya acara.
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung.
d. Membuat laporan hasil kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan.

5. Dokumentasi (Riska)

6. Peserta
1. Novitri
2. Ristin
3. Riska
4. Selly
5. Silvi
H. Setting Tempat

Keterangan
: Penyuluh
: Moderator
: Peserta

I. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode dan


media
1. 3 Menit Pembukaan : 1. Menjawab salam Ceramah
1. Mengucap salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari 4. Menerima
penyuluhan Brosur
4. Membagikan brosur
2. 10 Isi : 1. Menyimak Ceramah
2. Memperhatikan PPT
Menit Penyajian Materi tentang :
1. Pengertian kesehatan
mental
2. Jenis gangguan kesehatan
mental
3. Penyebab munculnya
gangguan kesehatan mental
4. Gejala kesehatan mental
5. Faktor Resiko kesehatan
mental
6. Dampak gangguan
kesehatan mental
7. Cara menjaga kesehatan
mental
8. Pengobatan kesehatan
mental
9. Cara untuk mendiagnosa
gangguan kesehatan mental
3. 8 menit Pemutaran Video : 1. Menyimak dan Ceramah
Memutarkan Video tentang mendengarkan Video
kesehatan mental
4 6 menit Evaluasi 1. Memberikan Ceramah
Tanya Jawab : pertanyan dan Tanya
1. Memberikan kesempatan
2. menjawab Jawab
peserta bertanya kepada pertanyaan
penyuluh.
2. Penyuluh memberikan
pertanyaan kepada
peserta tentang materi
yang telah diberikan.
5. 3 menit Penutup : 1. Mendengarkan Ceramah
1. Menyampaikan 2. Menjawab
kesimpulan Salam
2. Mengucapkan
terima kasih atas
perhatian peserta
3. Mengucapkan
terima kasih kepada
para peserta
4. Mengucapkan salam
penutup

J. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
1. Tempat untuk kegiatan sudah ditentukan sebelum kegiatan penyuluhan
2. Kondisi lingkungan tenang, bersih memungkinkan audience untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan.
3. Audience sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
2. Evaluasi Proses
1. Moderator dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Moderator mampu memimpin acara.
3. Pesetator dapat memaparkan materi dengan baik
4. Audience aktif bertanya
5. Audience mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.

3. Evaluasi Hasil
1. Audience dapat meningkatkan pengetahuannya.
2. Audience kooperatif terhadap penyampaian materi yang disampaikan.
3. Audience mampu menjawab/menjelaskan materi yang telah disampaikan

No Evaluasi Lisan Respon Audiens Nilai


1. Pengertian Kesehatan Mental
2. Penyebab Kesehatan Mental
3. Gejala Kesehatan Mental
4. Faktor Kesehatan Mental
5. Pencegahan Kesehatan Mental
6. Pengobatan Kesehatan Mental
MATERI

1. Pengertian Kesehatan Mental


Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika kejiwaan dan pikiran
dalam keadaan tenang dan damai, sehingga memugkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain disekitar. Seorang yang
bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara
maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan
mengalami gangguan suasana hati, serta kendali emosi yang pada akhirnya bias
mengarah pada perilaku buruk.

Secara garis besar, gangguan mental atau disebut dengan mental illness
merupakan penyakit yang tidak terlihat secara kasat mata dan berkaitan dengan
emosi, jiwa, serta batin seseorang yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.
Di Indonesia, penyakit ini masih tidak dianggap penting oleh masyarakat. Seperti
yang telah dicatat oleh Riskesdas tahun 2013, mereka menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala
depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas, atau sekitar 14
juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Kasus seperti ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran atau awareness,


sosialisasi, dan edukasi tentang penyakit ini yang menjadi masalah tersendiri bagi
negara kita. Sehingga kerap terjadi kasus-kasus yang muncul khususnya dialami
oleh para remaja serta dewasa muda. Beberapa contohnya seperti melukai diri
sendiri, bullying (perundungan), bunuh diri, rasa cemas yang berlebihan (anxiety
disorder), kurangnya konsentrasi, dan masih banyak lagi. Gangguan mental yang
kerap terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta sering dialami oleh remaja dan
dewasa muda dengan kisaran usia 11-30 tahun. Keadaan seperti ini terjadi karena
pada usia tersebut remaja dan dewasa muda lebih rentan atau sensitive serta
mudah emosi yang sifatnya masih berubah-ubah sehingga mereka mudah
terjangkit gangguan mental.
Hal ini disebabkan karena pada saat remaja di dalam tubuhnya. terjadi
pemasukan aliran darah yang sangat besar ke otak. Bagian dari otak yang tidak
mendapatkan pasokan darah yang cukup akan menjadi daerah yang sensitif dan
rentan akan kecemasan serta depresi, bahkan hal ini dapat berdampak buruk pada
remaja, khususnya kaum wanita. Mereka memiliki struktur otak yang berbeda
dengan pria sehingga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena Skizofrenia.
Hormon estrogen yang memasok darah lebih banyak ke otak pada tubuh wanita
juga menjadi salah satu alasannya..

Penyakit mental juga merupakan penyebab seorang remaja melakukan


tindakan bunuh diri atau melukai diri sendiri secara tiba tiba. Hal ini dapat
memicu masalah kehidupan mereka seperti ketidakbahagiaan dan penurunan
kenikmatan hidup, konflik keluarga, sulit berhubungan dengan orang lain, isolasi
sosial, tindakan kriminalitas, alkohol dan obat- obatan, bolos kerja atau sekolah,
melakukan tindakan bullying kepada orang lain atau menjadi korban, sistem
kekebalan tubuh lemah, sehingga tubuh kesulitan menghadapi infeksi, penyakit
jantung dan kondisi medis lainnya.

Jika kita mengamati dengan cermat perilaku seseorang, akan terlihat


berbagai macam ekspresi yang mereka tunjukkan dalam berbagai situasi yang
sama. Seperti sering merasa sedih, mati rasa atau tak acuh, rasa lelah yang
signifikan, energi menurun, mengalami masalah tidur, marah berlebihan, dan
rentan melakukan kekerasan.

Di sisi lain, kebanyakan orang Indonesia cenderung melihat orang yang


tiba-tiba kesurupan, mempunyai rasa ketakutan yang besar, teriak, menangis,
paranoid dan delusi dianggap "gila" dalam waktu yang singkat. Padahal dalam
dunia psikologi ciri-ciri tersebut merupakan gejala Skizofrenia. Penyakit tersebut
merupakan salah satu dari sekian banyak jenis gangguan mental umum yang ada.

2. Jenis Gangguan Kesehatan Mental


1. Gangguan Kecemasan dan Mood
Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya
merasa cemas atau takut secara berlebihan dan terus menerus dalam menjalani
aktivitas sehari-hari. Penderita gangguan kecemasan dapat mengalami serangan
panik yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan.
Jenis gangguan mental selanjutnya berhubungan dengan suasana hati, terkadang
pasien bisa mengalami kebahagian atau kesedihan berlebih di luar batas normal.
Sebenarnya, mood swing seperti ini sering dialami banyak orang. Namun bila
dibiarkan saja dapat sangat mengganggu aktivitas, hingga menyakiti diri sendiri
dan orang lain.
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan mental yang menimbulkan keluhan halusinasi, delusi,
serta kekacauan berpikir dan berperilaku. Skizofrenia membuat penderitanya tidak
bisa membedakan antara kenyataan dengan pikirannya sendiri.
3. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik merupakan kelompok gangguan jiwa berat yang mempengaruhi
pikiran seseorang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya memiliki pikiran dan
persepsi yang tidak normal. Individu dengan gangguan psikotik sulit untuk berpikir
jernih, membuat keputusan yang tepat, merespon secara emosional, komunikasi efektif,
menilai realita, dan berperilaku yang sesuai.
4. Gangguan Makan
Gangguan makan adalah gangguan mental yang ditandai dengan perilaku makan
yang tidak normal dan disertai gangguan emosi. Penderita gangguan makan bisa
mengonsumsi terlalu sedikit atau terlalu banyak makanan, serta terobsesi pada berat
badan atau bentuk tubuhnya.
5. Obsessive-Compulsive Disorder
Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang mendorong
penderitanya untuk melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang. Tindakan
tersebut ia lakukan untuk mengurangi kecemasan dalam pikirannya.
6. Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya
terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang berlangsung selama
beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu
atau berbulan-bulan.
7. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan perubahan
suasana hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat sedih dan putus asa
dalam periode tertentu, kemudian menjadi sangat senang dalam periode yang lain.
8. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah
gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan
peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan.
9. Psikosis
Psikosis adalah istilah medis yang merujuk pada keadaan mental yang terganggu oleh
delusi atau halusinasi. Psikosis meliputi keadaan ketika kita susah membedakan mana
kenyataan dan mana imajinasi kita. Kondisi ini tergolong dalam masalah mental yang
serius.

3. Penyebab munculnya gangguan Kesehatan Mental


1. Riwayat gangguan kesehatan jiwa dalam keluarga atau faktor genetik.
2. Tinggal di lingkungan perumahan yang tidak sehat Adanya riwayat kekerasan seksual,
fisik, atau bentuk pelecehan lainnya.
3. Stres berat dalam jangka waktu yang lama.
4. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau konsumsi alkohol secara berlebihan.
5. Memiliki trauma berat, seperti mengalami kecelakaan serius atau berada dalam situasi
peperangan.
4. Gejala gangguan Kesehatan Mental
Gejala atau Tanda Gangguan Mental yang Mungkin Terjadi pada Remaja :

1. Perubahan Perilaku
Ini merupakan tanda munculnya gangguan mental pada remaja yang tergolong
mudah untuk disadari, dapat diamati melalui aktivitas sehari-hari baik di rumah
maupun di sekolah. Ketika remaja menjadi lebih sering bertengkar, cenderung
kasar, hingga berkata kasar yang menyakitkan terhadap orang lain padahal
sebelumnya tidak, orangtua perlu curiga terhadap perubahan perilaku remaja.
Tidak hanya itu saja, orangtua juga mungkin melihat perubahan perilaku anak
seperti menjadi lebih mudah marah dan merasa frustasi.
2. Perubahan Mood
Tanda gangguan mental lainnya adalah mood atau suasana hati remaja yang
berubah secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa berlangsung sebentar hingga dalam
jangka waktu yang tidak menentu. Tentunya, hal ini bisa mengakibatkan
masalah pada hubungan dengan keluarga serta teman sebaya. Ini merupakan
gejala umum dari depresi, ADHD, hingga bipolar.
3. Kesulitan Berkonsentrasi
Remaja yang mengalami gangguan mental cenderung sulit fokus atau
konsentrasi dalam waktu yang lama. Selain itu, remaja juga memiliki kesulitan
untuk duduk diam dan membaca. Tanda gangguan mental yang satu ini dapat
menyebabkan menurunnya performa di sekolah juga perkembangan otaknya.
4. Penurunan Berat Badan
Gangguan mental juga dapat mempengaruhi kondisi fisik remaja, tidak hanya
karena penyakit fisik, berat badan yang menurun drastis juga bisa menjadi tanda
gangguan mental pada remaja. Gangguan makan, stres, hingga depresi dapat
menjadi penyebab remaja kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah yang
berkelanjutan.
5. Menyakiti Diri Sendiri
Perhatikan saat remaja sering mengalami kekhawatiran serta rasa takut berlebih.
Perasaan ini dapat berujung pada keinginannya untuk menyakiti diri sendiri.
Biasanya, ini menjadi akumulasi dari perasaan stres serta menyalahkan diri
sendiri karena gangguan mental juga mengakibatkan remaja sulit mengelola
emosi. Ini juga menjadi tanda gangguan mental pada remaja yang perlu orangtua
cermati karena tidak menutup kemungkinan berujung pada percobaan bunuh
diri.
6. Masalah Kesehatan
Gangguan mental juga dapat ditandai dengan masalah pada kesehatan, misal
remaja mengalami sakit kepala dan sakit perut yang berkelanjutan.
7. Perasaan yang Intens
Remaja kadang menghadapi perasaan takut yang berlebihan tanpa alasan. Tanda
gangguan mental pada remaja ini seperti menangis, berteriak atau mual disertai
dengan perasaan sangat intens. Perasaan ini dapat menyebabkan efek seperti
kesulitan bernapas, jantung berdebar atau bernapas dengan cepat, yang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari.
5. Faktor resiko kesehatan mental
Beberapa faktor risiko gangguan mental, antara lain:

a. Perempuan memiliki risiko tinggi mengidap depresi dan


kecemasan,sedangkan laki-laki memiliki risiko mengidap ketergantungan
zat dan antisosial.
b. Perempuan setelah melahirkan.
c. Memiliki masalah di masa kanak-kanak atau masalah gaya hidup.
d. Memiliki profesi yang memicu stres, seperti dokter dan pengusaha.
e. Memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan
penyakit mental.
f. Memiliki riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.
g. Memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya.
h. Mengalami kegagalan dalam hidup, seperti sekolah atau kehidupan kerja.

6. Dampak gangguan kesehatan mental


1. Susah Menjalin Hubungan yang Harmonis
Pertemanan usia remaja mungkin sering dipandang sebelah mata. Tapi
nyatanya,masa remaja adalah fase-fase dimana mereka mulai mencari jati diri
dan pencarian teman sejati untuk kehidupan dalam lingkup sosial yang lebih
luas. Umumnya, seseorang akan mengalami titik kejenuhan menjalin
pertemanan secara murni (tanpa urgensi tertentu) ketika mereka memasuki
usia dewasa. Sehingga gangguan mental pada remaja yang tidak segera
ditangani akan membuat mereka kesulitan untuk punya hubungan pertemanan
yang baik. Nggak cuma hubungan pertemanan, tapi hubungan keluarga atau
percintaannya pun juga bisa ikut terganggu. Tentunya hal ini punya dampak
besar bagi kehidupan remaja yang berpotensi mempengaruhinya saat usia
dewasa. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih sensitif yang
nantinya akan jadi kendala mereka dalam menjalin hubungan harmonis.
2. Sering Ada Keluhan Fisik seperti sakit kepala, gangguan pernafasan
Pada dasarnya, kesehatan mental dan fisik saling berkaitan seperti yang
disampaikan Charles Goodstein, seorang profesor klinis psikiatri di Langone
School of Medicine New York University, bahwa perasaan dan pikiran kita akan
memicu pelepasan sistem endokrin yang mengatur pelepasan hormon dan
mempengaruhi sistem kerja organ tubuh seseorang. Itu kenapa ketika kondisi
kesehatan mental remaja itu buruk, otomatis berpengaruh ke kesehatan fisiknya
juga. Terlebih lagi kalau gangguan mental sudah dialami sejak lama dan bikin
frekuensi keluhan fisik jadi lebih sering muncul. Misalnya keluhan seperti nyeri
otot, sakit kepala, masalah pencernaan, dan masih banyak lagi.
3. Gangguan tidur/insomnia
Insomnia adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya sulit tidur atau tidak
cukup tidur meski terdapat cukup waktu untuk melakukannya.Gangguan ini bisa
berdampak pada aktivitas penderita keesokan harinya.
4. Stress
Stres adalah salah satu aspek tak terhindarkan dalam kehidupan manusia, namun,
seringkali kita lupa seberapa besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental dan
fisik kita. Stres dapat memiliki dampak yang sangat negatif jika tidak dikelola
dengan baik. Pada kesehatan mental, stres dapat menjadi pemicu utama berbagai
masalah, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan tidur. Ketika stres menjadi
kronis atau berlarut-larut, dampak psikologisnya dapat merusak kualitas hidup kita
secara signifikan.
5. Kecemasan yang berlebih
Cemas adalah suatu bentuk emosi yang biasanya diiringi dengan rasa tidak
nyaman, takut, atau gelisah. Biasanya, seseorang merasa cemas ketika
menghadapi sesuatu yang mengancam, menakutkan, atau tidak familiar.cemas
berlebihan sering kali bertahan terus-menerus, sulit dikendalikan, dan
mengganggu kegiatan sehari-hari.Rasa cemas yang tidak terkendali ini bisa jadi
termasuk dalam gejala gangguan kecemasan alias anxiety disorder. Kondisi ini
tergolong dalam gangguan mental serius yang membutuhkan penanganan
intensif.
6. Kompleksitas Gangguan Kesehatan Mental Berujung Bunuh diri
Ketika remaja mengalami gangguan kesehatan mental, ada beberapa tanda yang
dirasakan. Mulai dari merasa nggak berharga, nggak berguna, nggak dicintai &
disayangi, dan masih banyak lagi. Hal ini bisa memicu munculnya
perasaan-perasaan negatif yang kuat dan mendorong remaja buat ambil tindakan
ekstrim seperti bunuh diri. Dilansir dari salah satu artikel Perpustakaan Geografi
UGM berjudul ‘Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja’ tingkat gejala depresi
bisa mencapai 6,2% pada remaja berusia 15-24 tahun. Bila depresi ini terus
dibiarkan dan berkembang menjadi depresi berat, bisa mengalami
kecenderungan buat menyakiti diri sendiri (self harm). Ada sekitar 80-90%
kasus bunuh diri akibat kecemasan dan depresi. Menurut ahli sociologist ada
4,2% siswa di Indonesia yang pernah berpikir buat bunuh diri. Selain itu, kasus
bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam
terdapat kasus. Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti
tekanan dalam bidang akademik, perundungan(bullying), faktor keluarga, dan
permasalahan ekonomi.Dampak buruk lainnya yang bisa saja terjadi yaitu
bunuh diri.
7. Cara menjaga kesehatan mental
1. Istirahat yang cukup
Banyak penelitian menyebut, kurang tidur dapat berdampak negatif pada
kesehatan mental. Untuk itu, tidur yang cukup juga menjadi bagian dari cara
menjaga kesehatan mental. Pastikan untuk tidur yang cukup setiap hari. Bangun
kebiasaan baik dengan tidur secara teratur di jam yang sama setiap hari. Jika saat
ini Anda susah tidur, coba segera cari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Olahraga secara rutin
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tapi juga untuk kesehatan
mental. Olahraga melepaskan endorfin, bahan kimia alami yang membuat kita
merasa nyaman. Olahraga teratur bisa mengurangi gejala kecemasan dan depresi
serta meningkatkan suasana hati.Olahraga juga membantu mengurangi tingkat
stres, meningkatkan harga diri, dan meningkatkan ketahanan terhadap stres. Tidak
harus latihan intensitas tinggi, olahraga ringan, seperti jalan kaki atau yoga sudah
cukup.
3. Terbuka dengan orang lain
Mengetahui bahwa kamu dihargai oleh orang lain adalah penting untuk membantu
kamu berpikir lebih positif. Belajar terbuka kepada orang lain, yang membuat
kamu lebih mampu berpikir positif dan semakin mengenal diri sendiri.
4. Makan, makanan yang disukai
Selain memberikan nutrisi yang dibutuhkan, makan lezat dan sehat juga
menyehatkan otak. Karbohidrat (dalam jumlah sedang) meningkatkan serotonin,
bahan kimia yang terbukti memiliki efek menenangkan pada suasana hati.
Sementara itu makanan kaya protein membantu kamu tetap waspada.Sayuran dan
buah-buahan dipenuhi dengan nutrisi yang memberi makan setiap sel tubuh,
termasuk yang mempengaruhi bahan kimia otak yang mengatur suasana hati.
Sertakan makanan dengan asam lemak tak jenuh ganda Omega-3 (ditemukan
dalam ikan, kacang-kacangan, dan biji rami). Nutrisi ini dapat meningkatkan
suasana hati dan mengembalikan integritas struktural pada sel-sel otak yang
diperlukan untuk fungsi kognitif.
5. Katakan hal positif pada diri sendiri
cara kamu berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada
kejiwaan kamu. Ketika kita memandang diri kita dan hidup kita secara negatif,
maka kita juga merasakan efek negatifnya. Sebaliknya, jika membiasakan diri
menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, maka hal ini membuat kamu
lebih optimis.
6. Melakukan kegiatan yang positif
Cara terbaik yang dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan positif dan
menghindarkan kita dari dampak buruk lain yang justru membuat stres semakin
berkepanjangan. Seperti Meditasi,Perbanyak aktivitas fisik,Perawatan
Diri,Meluangkan waktu dengan teman dan keluarga,Membuat karya seni
7. Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Dengan membangun hubungan yang baik, kita dapat berbagi ide, pengalaman, dan
kebahagiaan bersama orang lain. Ini dapat membantu kita menyelesaikan masalah
bersama, mendapatkan bantuan dalam kesulitan, dan menjadi lebih
berpengalaman. Ini juga dapat meningkatkan rasa aman dan kepercayaan kita
terhadap orang lain.
8. Menjaga kecukupan tidur dan istirahat.
Tak hanya menghilangkan rasa kantuk, mencukupi waktu istirahat dan tidur dapat
memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh. Manfaat yang diperoleh
bahkan sama pentingnya dengan penerapan pola makan sehat dan olahraga secara
rutin.
9. Membantu orang lain dengan tulus.
Membantu orang lain merupakan bagian dari cara menjaga kesehatan mental.
Dengan membantu orang lain, perasaan jadi lebih positif dan muncul rasa
menghargai diri sendiri. Selain itu, membantu orang lain juga bisa membuat
seseorang terhubung dengan orang lain.
10. Memelihara pikiran yang positif.
Berpikir positif dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang. Orang yang
berpikir positif cenderung lebih sehat karena mampu menghadapi stres yang
dialaminya dengan baik. Mereka juga cenderung lebih mudah menjalani gaya
hidup sehat, sehingga tidak rentan terserang penyakit.

8. Pengobatan kesehatan mental

Beberapa pilihan pengobatan yang akan dilakukan dokter dalam menangani


gangguan mental, antara lain:
a. Psikoterapi.
Psikoterapi merupakan terapi bicara yang memberikan media yang aman
untuk pengidap dalam mengungkapkan perasaan dan meminta saran.
Psikiater akan memberikan bantuan dengan membimbing pengidap dalam
mengontrol perasaan. Psikoterapi beserta perawatan dengan menggunakan
obat-obatan merupakan cara yang paling efektif untuk mengobati penyakit
mental. Beberapa contoh psikoterapi, antara lain cognitive behavioral
therapy, exposure therapy, dialectical behavior therapy, dan sebagainya.
b. Obat-obatan.
Pemberian obat-obatan untuk mengobati penyakit mental umumnya
bertujuan untuk mengubah senyawa kimia otak di otak. Obat-obatan
tersebut berupa golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),
serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs),dan antidepresan
trisiklik. Obat-obatan ini umumnya dikombinasikan dengan psikoterapi
untuk hasil pengobatan yang lebih efektif.
c. Rawat inap.
Rawat inap diperlukan jika pengidap membutuhkan pemantauan ketat
terhadap gejala-gejala penyakit yang dialaminya atau terdapat
kegawatdaruratan di bidang psikiatri, misalnya percobaan bunuh diri.
d. Support group.
Support group umumnya beranggotakan pengidap penyakit mental yang
sejenis atau yang sudah dapat mengendalikan emosinya dengan baik.
Mereka berkumpul untuk berbagi pengalaman dan membimbing satu sama
lain menuju pemulihan.

e. Stimulasi otak. Stimulasi otak berupa terapi elektrokonvulsif, stimulasi


magnetik transkranial, pengobatan eksperimental yang disebut stimulasi
otak dalam, dan stimulasi saraf vagus
f. Pengobatan terhadap penyalahgunaan zat. Pengobatan ini dilakukan pada
pengidap penyakit mental yang disebabkan oleh ketergantungan akibat
penyalahgunaan zat terlarang.
g. Membuat rencana bagi diri sendiri, misalnya mengatur gaya hidup dan
kebiasaan sehari-hari, untuk melawan penyakit mental. Rencana ini
bertujuan untuk memantau kesehatan, membantu proses pemulihan, dan
mengenali pemicu atau tanda-tanda peringatan

9. Cara mendiagnosis kesehatan mental


1. Pemeriksaan Tanda dan Gejala
Gejala yang dialami, termasuk sejak kapan gejala muncul dan dampaknya pada
aktivitas sehari-hari
2. Tes Kesehatan Mental
Tes kesehatan mental merupakan rangkaian pemeriksaan untuk mengevaluasi
kesehatan mental dan mendeteksi gangguan kejiwaan seseorang sejak dini. Hal
ini penting dilakukan guna memperoleh penanganan lebih awal, terutama jika
seseorang berisiko mengalami gangguan mental.
3. Pemeriksaan Medis
Rangkaian pemeriksaan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mental dan
mendeteksi gangguan kejiwaan pada seseorang. Pemeriksaan ini dapat meliputi
tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pengisian kuesioner dengan psikiater atau
psikolog.dapat dilakukan sebagai pemeriksaan rutin atau darurat. Pemeriksaan
kejiwaan rutin dilakukan untuk memeriksa kondisi kejiwaan pasien secara
menyeluruh. Sementara itu, pemeriksaan kejiwaan darurat lebih berfokus pada
gejala, riwayat gangguan, dan perilaku pasien sebelum mengalami gangguan
kejiwaan.
4. Konsultasi dengan profesional kesehatan mental
Seseorang yang terindikasi gangguan mental perlu menemui psikolog, psikiater,
atau konselor yang berpengalaman dalam mendiagnosis dan mengobati kondisi
ini. Profesional ini akan mengajukan pertanyaan terkait keluhan dan gejala yang
dialami.
5. Pengamatan dan riwayat kesehatan.
Data pengamatan,Riwayat pendidikan dan kesehatan sebelumnya.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Annisa anyd.(2020).Sap pentingnya mental healt pada remaja.Universitas Fort De


kock.Sumatera Barat

Emi Indrayati.(2021).Sap Kesehatan mental di wilayah kerja puskesmas Godean


II dusun sebran, sidoarum, Godean, Sleman, D I yogyakarta.poltekes
Kemenkes yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai