Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih saya ucapkan
kepada seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi secara optimal
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Terimakasih juga kami ucapkan kepada
ibu Sismala Harningtyas.,SST.,M.Pd Selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Dan Promosi Kesehatan. Tugas berjudul “Satuan Acara Penyuluhan
Kesehatan Mental Pada Remaja” ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Dan Promosi Kesehatan.
Demikian pula saya menyadari bahwa dalam penulisan Tugas ini kami
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata
bahasa. Namun, saya tetap berharap agar Tugas ini dapat memberikan manfaat
bagi peserta Penyuluhan.
Penyusun
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Sasaran : Mahasiswa
2. Widia Ambarwati
A. Analisa Situasi
Latar Belakang
Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya
tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005,
jumlah remaja yang berusia 10-19 tahun adalah sekitar 41 juta orang (20% dari
jumlah total penduduk Indonesia. dalam tahun yang sama). Dalam era globalisasi
ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di kota
besar di Indonesia, tidak terkecuali yang tinggal di daerah pedesaan seperti,
tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet yang bebas,
dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk
menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif,
baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari
lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai
keterampilan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini
dengan optimal.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memugknkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain disekitar. Seorang yang
bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara
maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan
mengalami gangguan suasana hati. serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa
mengarah pada perilaku buruk.
Secara garis besar, gangguan mental atau disebut dengan mental illness
merupakan penyakit yang tidak terlihat secara kasat mata dan berkaitan dengan
emosi, jiwa, serta batin seseorang yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.
Di Indonesia, penyakit ini masih tidak dianggap penting oleh masyarakat. Seperti
yang telah dicatat oleh Riskesdas tahun 2013, mereka menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala
depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas, atau sekitar 14
juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.Kasus seperti ini
disebabkan oleh kurangnya kesadaran atau awareness, sosialisasi, dan edukasi
tentang penyakit ini yang menjadi masalah tersendiri bagi negara kita. Sehingga
kerap terjadi kasus-kasus yang muncul khususnya dialami oleh para remaja serta
dewasa muda. Beberapa contohnya seperti melukai diri sendiri, bullying
(perundungan), bunuh diri, rasa cemas yang berlebihan (anxiety disorder),
kurangnya konsentrasi, dan masih banyak lagi.
Gangguan mental yang kerap terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta sering
dialami oleh remaja dan dewasa muda dengan kisaran usia 11-30 tahun. Keadaan
seperti ini terjadi karena pada usia tersebut remaja dan dewasa muda lebih rentan
atau sensitive serta mudah emosi yang sifatnya masih berubah-ubah sehingga
mereka mudah terjangkit gangguan mental.
Hal ini disebabkan karena pada saat remaja di dalam tubuhnya. terjadi
pemasukan aliran darah yang sangat besar ke otak. Bagian dari otak yang tidak
mendapatkan pasokan darah yang cukup akan menjadi daerah yang sensitif dan
rentan akan kecemasan serta depresi, bahkan hal ini dapat berdampak buruk pada
remaja, khususnya kaum wanita. Mereka memiliki struktur otak yang berbeda
dengan pria sehingga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena
Skizofrenia.Hormon estrogen yang memasok darah lebih banyak ke otak pada
tubuh wanita juga menjadi salah satu alasannya..
Jika kita mengamati dengan cermat perilaku seseorang, akan terlihat berbagai
macam ekspresi yang mereka tunjukkan dalam berbagai situasi yang sama. Seperti
sering merasa sedih, mati rasa atau tak acuh, rasa lelah yang signifikan, energi
menurun, mengalami masalah tidur, marah berlebihan, dan rentan melakukan
kekerasan.
Di sisi lain, kebanyakan orang Indonesia cenderung melihat orang yang tiba-
tiba kesurupan, mempunyai rasa ketakutan yang besar, teriak, menangis, paranoid
dan delusi dianggap "gila" dalam waktu yang singkat.Padahal dalam dunia
psikologi ciri-ciri tersebut merupakan gejala Skizofrenia. Penyakit tersebut
merupakan salah satu dari sekian banyak jenis gangguan mental umum yang ada.
Pengetahuan peserta terhadap kesehatan mental masih kurang khususnya
pada tingkat pemahaman sehingga penanganan pada kesehatan mental
sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan peserta.
B. Diagnosa Keperawatan
Kurangnya penerapan tentang kesehatan mental berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan kesehatan mental.
C. Tujuan
● Tujuan Instruksional Umum :
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang kesehatan mental,
diharapkan para remaja mampu memahami dan melakukan pencegahan
kesehatan mental di rumah.
● Tujuan Instruksional Khusus :
a. Audience mampu mengetahui dan memahami pengertian kesehatan mental
b. Audience mampu mengetahui dan memahami jenis gangguan kesehatan mental
c. Audience mampu mengetahui dan memahami Penyebab munculnya gangguan
kesehatan mental
d. Audience mampu mengetahui dan memahami mengenai Gejala gangguan
kesehatan mental
e. Audience mampu mengetahui dan memahami Faktor resiko kesehatan mental
f. Audience mampu mengetahui dan memahami Dampak gangguan kesehatan
mental
g. Audience mampu mengetahui dan memahami Cara menjaga kesehatan mental
h. Audience mampu mengetahui dan memahami Pengobatan kesehatan mental
i. Audience mampu mengetahui dan memahami Cara untuk mendiagnosis gangguan
kesehatan mental
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Materi Penyuluhan
1. Pengertian kesehatan mental
2. Jenis gangguan kesehatan mental
3. Penyebab munculnya gangguan kesehatan mental
4. Gejala gangguan kesehatan mental
5. Faktor resiko kesehatan mental
6. Dampak gangguan kesehatan mental
7. Cara menjaga kesehatan mental
8. Pengobatan kesehatan mental
9. Cara untuk mendiagnosis gangguan kesehatan mental
F. Media Penyuluhan
1. Brosur
2. Laptop dan Tv proyektor
3. PPT
4. Video
G. Rincian Tugas
1. Penanggung Jawab dan Fasilitator (Ristin)
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
2. Moderator (Mila)
a. Membuka dan menutup acara penyuluhan.
b. Membuat kontrak waktu pelaksanaan kegiatan
c. Menjelaskan tujuan dan topik penyuluhan.
d. Menyerahkan penjelasan penyuluhan kepada presenter.
e. Mengarahkan jalannya diskusi
f. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
g. Menyimpulkan kegiatan.
4. Observer/Notulen (Silvi)
a. Mengamati jalannya acara.
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung.
d. Membuat laporan hasil kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan.
5. Dokumentasi (Riska)
6. Peserta
1. Novitri
2. Ristin
3. Riska
4. Selly
5. Silvi
H. Setting Tempat
Keterangan
: Penyuluh
: Moderator
: Peserta
I. Kegiatan Penyuluhan
J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
1. Tempat untuk kegiatan sudah ditentukan sebelum kegiatan penyuluhan
2. Kondisi lingkungan tenang, bersih memungkinkan audience untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan.
3. Audience sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
2. Evaluasi Proses
1. Moderator dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Moderator mampu memimpin acara.
3. Pesetator dapat memaparkan materi dengan baik
4. Audience aktif bertanya
5. Audience mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
3. Evaluasi Hasil
1. Audience dapat meningkatkan pengetahuannya.
2. Audience kooperatif terhadap penyampaian materi yang disampaikan.
3. Audience mampu menjawab/menjelaskan materi yang telah disampaikan
Secara garis besar, gangguan mental atau disebut dengan mental illness
merupakan penyakit yang tidak terlihat secara kasat mata dan berkaitan dengan
emosi, jiwa, serta batin seseorang yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.
Di Indonesia, penyakit ini masih tidak dianggap penting oleh masyarakat. Seperti
yang telah dicatat oleh Riskesdas tahun 2013, mereka menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala
depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas, atau sekitar 14
juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.
1. Perubahan Perilaku
Ini merupakan tanda munculnya gangguan mental pada remaja yang tergolong
mudah untuk disadari, dapat diamati melalui aktivitas sehari-hari baik di rumah
maupun di sekolah. Ketika remaja menjadi lebih sering bertengkar, cenderung
kasar, hingga berkata kasar yang menyakitkan terhadap orang lain padahal
sebelumnya tidak, orangtua perlu curiga terhadap perubahan perilaku remaja.
Tidak hanya itu saja, orangtua juga mungkin melihat perubahan perilaku anak
seperti menjadi lebih mudah marah dan merasa frustasi.
2. Perubahan Mood
Tanda gangguan mental lainnya adalah mood atau suasana hati remaja yang
berubah secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa berlangsung sebentar hingga dalam
jangka waktu yang tidak menentu. Tentunya, hal ini bisa mengakibatkan
masalah pada hubungan dengan keluarga serta teman sebaya. Ini merupakan
gejala umum dari depresi, ADHD, hingga bipolar.
3. Kesulitan Berkonsentrasi
Remaja yang mengalami gangguan mental cenderung sulit fokus atau
konsentrasi dalam waktu yang lama. Selain itu, remaja juga memiliki kesulitan
untuk duduk diam dan membaca. Tanda gangguan mental yang satu ini dapat
menyebabkan menurunnya performa di sekolah juga perkembangan otaknya.
4. Penurunan Berat Badan
Gangguan mental juga dapat mempengaruhi kondisi fisik remaja, tidak hanya
karena penyakit fisik, berat badan yang menurun drastis juga bisa menjadi tanda
gangguan mental pada remaja. Gangguan makan, stres, hingga depresi dapat
menjadi penyebab remaja kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah yang
berkelanjutan.
5. Menyakiti Diri Sendiri
Perhatikan saat remaja sering mengalami kekhawatiran serta rasa takut berlebih.
Perasaan ini dapat berujung pada keinginannya untuk menyakiti diri sendiri.
Biasanya, ini menjadi akumulasi dari perasaan stres serta menyalahkan diri
sendiri karena gangguan mental juga mengakibatkan remaja sulit mengelola
emosi. Ini juga menjadi tanda gangguan mental pada remaja yang perlu orangtua
cermati karena tidak menutup kemungkinan berujung pada percobaan bunuh
diri.
6. Masalah Kesehatan
Gangguan mental juga dapat ditandai dengan masalah pada kesehatan, misal
remaja mengalami sakit kepala dan sakit perut yang berkelanjutan.
7. Perasaan yang Intens
Remaja kadang menghadapi perasaan takut yang berlebihan tanpa alasan. Tanda
gangguan mental pada remaja ini seperti menangis, berteriak atau mual disertai
dengan perasaan sangat intens. Perasaan ini dapat menyebabkan efek seperti
kesulitan bernapas, jantung berdebar atau bernapas dengan cepat, yang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari.
5. Faktor resiko kesehatan mental
Beberapa faktor risiko gangguan mental, antara lain: