Disusun oleh :
1. Farissa Nuri Auryn
2. Nurdzamilah Meliani
3. Nabil Hamidah
4. Hadid Akbar Prasetyo
DINAS PENDIDIKAN
SMAN 1 TELAGASARI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga Karya ilmiah yang berjudul “Upaya Pencegahan Gangguan
Kesehatan Mental pada Remaja” dapat terselesaikan. Dengan terbentuknya karya ilmiah ini
diharapkan bisa berguna bagi teman-teman dan masyarakat.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami mohon maaf jika ada kesalahan dan kata-kata yang kurang pantas. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Penyebab Gangguan Kesehatan Mental Pada Remaja 4
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan mental atau jiwa menurut undang – undang nomor 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya. Hal itu juga berarti kesehatan mental mempunyai pengaruh
terhadap fisik seseorang dan juga akan mengganggu produktivitas. Kesehatan mental
sangat penting untuk menunjang produktivitas dan kualitas kesehatan fisik. Ganguan mental
atau kejiwaan bisa dialami oleh siapa saja. Data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018
menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-
gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1%
dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang.
Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi
berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh
diri. Sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan.
Kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam
terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah
berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh
diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri. Depresi pada remaja bisa
diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan dalam bidang akademik,
perundungan(bullying), faktor keluarga, dan permasalahan ekonomi.
Depresi terjadi dengan salah satu ciri adalah dengan stres dan kecemasan
berkepanjangan yang menyebabkan terhambatnya aktivitas dan menurunya kualitas fisik.
Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. Pengelolaan stres masing –
masing individu berbeda, ada yang mengelola stres dengan melakukan kegiatan yang
disukai seperti hobi, melakukan kegiatan refreshing, mendekatkan diri dalam konteks
spiritual keagamaan, hingga bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stres.
Terlepas dari stigma masyarakat, keberanian diri untuk terbuka terhadap orang lain dan
berobat merupakan salah satu langkah yang tepat. Di era digital seperti sekarang banyak
platfrorm yang meyediakan layanan konsultasi secara daring dengan biaya maupun gratis.
1
Selain itu, beberapa puskesmas telah menyediakan layanan konsultasi psikologi dengan
biaya gratis maupun berbayar dengan harga terjangkau.
Akan tetapi pemahaman akan kesehatan mental di Indonesia cenderung rendah. Hal
ini dibuktikan dengan tingkat pemasungan orang dengan gangguan jiwa sebesar 14% pernah
pasung seumur hidup dan 31,5% dipasung 3 bulan terakhir. Selain itu sebesar 91%
masyarakat Indonesia yang mengalami gangguan jiwa tidak tertangani dengan baik dan
hanya 9% sisanya yang dapat tertangani. Tidak ditangani dengan baik bisa menjadi indikasi
akan kurangnya fasilitas kesehatan mental ditambah kurangnya pemahaman akan kesehatan
mental. Masyarakat cenderung memberi stigma negatif terhadap orang dengan gangguan
mental atau jiwa yaitu dengan mencela dan menganggapnya sebagai aib, anggapan akan
orang gila. Selain itu masyarakat yang kurang paham akan tanda – tanda gangguan mental
seperti depresi, yang mana depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling
sering ditemukan. Hal ini menyebabkan orang dengan kesehatan mental yang terganggu
cenderung susah terbuka akan pengobatan dan malah merasa lebih tertekan akan stigma
masyarakat. Hendaknya masyarakat lebih terbuka dan peka akan gangguan kesehatan
mental disekitarnya. Masyarakat bisa menjadi pendengar bagi orang yang mengalami
depresi maupun stres sebagai upaya meringankan beban mental.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab gangguan Kesehatan mental pada remaja?
2. Apa saja dampak gangguan Kesehatan mental pada remaja?
3. Apa saja ciri-ciri remaja yang mengalami gangguan Kesehatan mental?
4. Bagaimana cara menghadapi remaja yang mengalami gangguan Kesehatan mental?
5. Bagaimana upaya pencegahan gangguan Kesehatan mental pada remaja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab gangguan Kesehatan mental pada remaja.
2. Untuk mengetahui dampak gangguan Kesehatan mental pada remaja.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri remaja yang mengalami gangguan Kesehatan mental.
4. Untuk mengetahui cara menghadapi remaja yang mengalami gangguan Kesehatan
mental pada remaja.
5. Untuk mengetahui upaya penyembuhan gangguan Kesehatan mental pada remaja.
2
D. Manfaat
1. Agar para remaja tau betapa pentingnya menjaga kesehatan mental.
2. Agar masyarakat sadar mengenai Kesehatan mental para remaja.
3. Sebagai sumber informasi mengenai gangguan Kesehatan mental pada remaja.
4. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
b. Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil
c. Kurang mampu bergaul dengan orang lain
d. Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan
e. Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.
5
Pada dasarnya, kesehatan mental dan fisik saling berkaitan seperti yang
disampaikan Charles Goodstein, seorang profesor klinis psikiatri di Langone School
of Medicine New York University, bahwa perasaan dan pikiran kita akan memicu
pelepasan sistem endokrin yang mengatur pelepasan hormon dan mempengaruhi
sistem kerja organ tubuh seseorang. Itu kenapa ketika kondisi kesehatan mental
remaja itu buruk, otomatis berpengaruh ke kesehatan fisiknya juga. Terlebih lagi kalau
gangguan mental sudah dialami sejak lama dan bikin frekuensi keluhan fisik jadi lebih
sering muncul. Misalnya keluhan seperti nyeri otot, sakit kepala, masalah pencernaan,
dan masih banyak lagi.
3. Kompleksitas gangguan mental pada remaja berujung bunuh diri
Ketika remaja mengalami gangguan kesehatan mental, ada beberapa tanda
yang dirasakan. Mulai dari merasa tidak berharga, tidak berguna, tidak dicintai &
disayangi, dan masih banyak lagi. Hal ini bisa memicu munculnya perasaan-perasaan
negatif yang kuat dan mendorong remaja buat ambil tindakan ekstrim seperti bunuh
diri. Dilansir dari salah satu artikel Perpustakaan Geografi UGM berjudul ‘Darurat
Kesehatan Mental bagi Remaja’ tingkat gejala depresi bisa mencapai 6,2% pada
remaja berusia 15-24 tahun. Bila depresi ini terus dibiarkan dan berkembang menjadi
depresi berat, bisa mengalami kecenderungan buat menyakiti diri sendiri (self harm).
Ada sekitar 80-90% kasus bunuh diri akibat kecemasan dan depresi. Menurut
ahli suciodologist ada 4,2% siswa di Indonesia yang pernah berpikir buat bunuh diri.
Selain itu, kasus bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000 atau setara dengan setiap
satu jam terdapat kasus. Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal
seperti tekanan dalam bidang akademik, perundungan (bullying), faktor keluarga, dan
permasalahan ekonomi. Dampak buruk lainnya yang bisa aja terjadi yaitu bunuh diri.
6
Jika remaja tiba-tiba berperilaku tidak wajar, seperti mengamuk,
memberontak, bersikap seperti anak kecil, dan mudah tersinggung, bisa menjadi
ciri ia mengalami gangguan mental. Selain itu, jika remaja mulai menarik diri dari
lingkungannya, kesulitan bersosialisasi, kehilangan minat untuk melakukan hal-hal
yang disukai dan biasa dilakukan, seperti bermain dengan teman atau melakukan
hobi, juga bisa menjadi ciri adanya gangguan mental yang dialami.
3. Prestasi di sekolah menurun
Akibat dari kehilangan minat untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan,
seperti sekolah dan belajar, anak yang mengalami gangguan mental akan
mengalami masalah dalam proses belajar, sehingga menyebabkan prestasi di
sekolah menurun. Selain itu, gangguan mental juga bisa menyebabkan fungsi
kognitifnya terganggu, seperti kemampuan berpikir, memecahkan masalah, atau
mengingat.
4. Gangguan tidur dan makan
Ciri gangguan mental pada remaja lainnya adalah perubahan pola tidur yang
ekstrem, misalnya susah tidur atau tidak tidur sama sekali. Hal ini bisa
menandakan bahwa psikisnya sedang terganggu. Selain itu, ciri remaja yang
terkena gangguan mental lainnya adalah gangguan makan, seperti makan secara
berlebihan yang membuatnya menjadi obesitas atau bahkan kehilangan nafsu
makan yang menyebabkan berat badannya menurun atau kurang gizi.
5. Melakukan kebiasaan buruk
Remaja yang mengalami gangguan mental juga biasanya akan melakukan
berbagai kebiasaan buruk, seperti minum minuman beralkohol, merokok secara
berlebihan, atau menggunakan obat-obatan terlarang. Kebiasaan buruk yang lebih
ekstrem juga bisa membenci atau menyakiti diri sendiri, menyalahkan diri sendiri,
bahkan muncul pikiran atau mungkin sudah mencoba untuk bunuh diri.
7
satupun yang memahami mereka. Akibatnya, agar tidak menjadi beban, mereka sering kali
menarik diri dari lingkungan dan menyembunyikan penyakit mereka.
Padahal, orang yang memiliki penyakit mental tidak boleh untuk dibiarkan sendiri
karena akan semakin membuat mereka menderita. Sama halnya dengan penyakit fisik,
mereka perlu mendapatkan perhatian dan perawatan yang tepat. Sayangnya, kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit mental membuat mereka menganggap bahwa
penyakit mental adalah kutukan dan hal yang memalukan. Seseorang yang memiliki
penyakit mental pun sering kali mendapatkan stigma. Bahkan tidak jarang, orang dengan
penyakit mental akan terisolasi dari lingkungan. Padahal, mengisolasi mereka tidak akan
membantu proses penyembuhan mereka.
Oleh karena itu, berikut adalah beberapa cara memperlakukan orang dengan
gangguan mental yang perlu diketahui:
1. Menghargai mereka
Terkadang, salah satu hal yang paling dibutuhkan oleh orang yang mengalami
gangguan mental adalah didengar. Sayangnya, tidak semua orang mampu memahami
dan menghargai mereka. Padahal, ketika mereka dihargai dan didengar, pikiran dan
perasaan mereka akan lebih mudah membaik.
2. Jangan ikuti halusinasinya
Orang dengan gangguan mental sering kali mengalami halusinasi –mereka
seolah melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
Padahal, lebih baik tidak ikut dalam halusinasi mereka –jangan sampai berpura-pura
bahwa mengalami hal yang mereka halusinasikan.
3. Jangan berbohong
Mungkin beberapa orang pernah berasumsi bahwa seseorang yang memiliki
ganguan mental bukanlah orang yang cerdas. Padahal, penyakit gangguan mental
tidak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan seseorang. Jangan pernah
berbohong kepada mereka, karena hal tersebut justru akan membuat mereka tidak
akan percaya.
4. Memahami keadaan mereka
Paranoia adalah gangguan mental yang membuat seseorang yang mengalaminya
akan merasa bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Oleh karena itu,
biasanya, orang dengan paranoia akan sering merasa takut dan menjaga jarak dengan
lingkungan sekitar. Pahami keadaan mereka, dan janganlah menjauh dari mereka.
Bagaimanapun keadaan mereka, mereka tetap membutuhkan kehadiran Anda.
8
5. Memperhatikan ucapan
Ketika berhadapan dengan seseorang yang mengalami gangguan mental, mungkin
Anda akan merasa bingung tentang bagaimana cara merespon setiap ucapan dan
perbuatan mereka. Apapun yang mereka katakan dan lakukan, usahakan untuk Anda
tidak diam karena diam bukanlah pilihan terbaik untuk memperlakukan mereka.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan mental adalah penyakit yang memengaruhi emosi, pola pikir dan perilaku
penderitanya. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan gangguan mental.
Namun, ada beberapa dampak gangguan kesehatan mental diantaranya susah menjalin
hubungan yang harmonis, sering ada keluhan fisik, dan kompleksitas gangguan mental
pada remaja berujung bunuh diri. Ciri-ciri remaja yang mengalami gangguan kesehatan
mental yaitu tidak bisa mengontrol emosi, perubahan perilaku yang tidak wajar, prestasi di
sekolah menurun, gangguan tidur dan makan serta memiliki kebiasaan yang buruk.
Cara menghadapi remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental adalah dengan
menghargai mereka, tidak mengikuti halusinasi mereka, tidak berbohong, memahami
perasaan mereka dan memperhatikan ucapan kita. Ada pula upaya pencegahan agar tidak
mengalami gangguan kesehatan mental antara lain melakukan aktivitas fisik dan tetap
aktif secara fisik, membantu orang lain dengan tulus, memelihara pikiran yang positif,
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah, mencari bantuan profesional jika
diperlukan, menjaga hubungan baik dengan orang lain dan juga menjaga kecukupan tidur
dan istirahat
B. Saran
Setelah mengetahui tentang gangguan kesehatan mental, kita juga mengetahui
pentingnya menjaga kesehatan mental. Kita sebagai remaja sebaiknya lebih
memperhatikan dan menjaga kesehatan mental kita. Apabila kita mengalami gejala
gangguan kesehatan mental seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya kita pergi ke ahli
psikologi dan tidak mendiagnosis diri sendiri.
10
DAFTAR PUSTAKA
11