Anda di halaman 1dari 20

KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA

Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampuh : Triska Purnamalia, M. Pd

Oleh :
Della Sisca Serlina
NIM 220101117
Kelas C

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
DESEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nyasehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Kesehatan Mental pada Remaja” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari

penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Triska Purnamalia, M. Pd.

Selain itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dalam

mengetahui bahaya dari Kesehatan mental dan bagaimana cara mengatasinya untuk

para remaja.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Triska Purnamalia, M. Pd, selaku

dosen prodi Farmasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,

makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 27 Desember 2022

Penulis

i
Stifi Bhakti Pertiwi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................3

1.1 Latar Belakang ...............................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................4

1.3 Tujuan .............................................................................................4

1.4 Manfaat ...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................6

2.1 Pengertian Kesehatan Mental .........................................................6

2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Mental .................................................7

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental..................8

2.4 Upaya Pemberian Dukungan Kesehatan Mental pada Remaja ......9

BAB III PENUTUP ..................................................................................16

3.1 Kesimpulan ...................................................................................16

3.2 Saran .............................................................................................17

Daftar Pustaka ..........................................................................................16

ii
Stifi Bhakti Pertiwi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak dan remaja merupakan generasi penerus suatu bangsa. Dampak dari

perkembangan zaman, berimplikasi kepada perkembangan anak dan remaja. Pada

dasarnya, remaja merupakan fase perkembangan akhir dari fase anak. Anak dan

remaja sebagai generasi penerus menghadapi tantangan pada era modern saat ini.

Hasil penelitian dan referensi sebelumnya menunjukkan bahwa remaja

membutuhkan pengontrol diri untuk berpikir, berperilaku dan bersikap. Pengontrol

diri tersebut salah satunya adalah agama (Takhfa Lubis et al., 2019).

Masa remaja menurut World Health Organitation (WHO) merupakan suatu

fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa; berlangsung antara

usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri pada masa remaja awal (10-14 tahun),

masa remaja, (14- 17 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan biologis,

psikologis, maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih

cepat dari proses pematangan kejiwaan (Psikososial) (Indarjo, 2009). Salah satu

bentuk perilaku negatif yang terjadi dikalangan remaja adalah bullying, kasus

bullying terus meningkat pada masa remaja. Bullying perlu mendapatkan perhatian

khusus dari semua kalangan masyarakat, hal ini dikarenakan sebagian besar

tindakan bullying terjadi di lingkungan sekolah dapat berdampak pada kesehatan

mental siswa di sekolah (Faizah and Amna, 2017).

3
Stifi Bhakti Pertiwi
4

Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan

mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup.

Kondisi mental yang sehat akan membantu perkembangan seseorang kearah yang

lebih baik dimasa mendatang (Vania Larissa, 2020). Kesehatan mental adalah

keadaan dimana seseorang mampu menyadari kemampuannya sendiri, dapat

mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu

memberi kontribusi terhadap lingkunganya. Masalah kesehatan mental yang

dialami remaja cukup tinggi. Data survei yang dilakukan National Adoles Health

Information Center NAHIC (2005) menunjukkan bahwa remaja dan dewasa muda

pada usia 10-24 tahun baik pria maupun wanita pernah melakukan rawat jalan

gangguan kesehatan mental, sebesar 1,9 juta pria melakukan rawat jalan kesehatan

mental sedangkan wanita sebesar 1,6 juta jiwa. Survei Riset Kesehatan Dasar

menunjukkan bahwa 11,6% penduduk Indonesia dengan usia diatas 15 tahun

mengalami gangguan kesehatan mental dan emosional, sekitar 19 juta anak

mengalami kesehatan mental dan sosial (Pratiwi and Djuwita, 2022).

Menurut data National Institute of Mental Health (NIMH) (2019), prevalensi

tertinggi masalah kesehatan mental remaja terjadi pada usia 17 hingga 18 tahun.

NIMH (2019) juga menemukan bahwa bunuh diri di Amerika Serikat untuk

individu berusia antara 15 hingga 24 tahun memiliki prevalensi 220 / 100.000 (Ivey,

2020). WHO melaporkan bahwa 450 juta orang di seluruh dunia memiliki

gangguan kesehatan mental, dengan prevalensi 20% kejadian terjadi pada anakanak

(O’Reilly, 2015). Di seluruh dunia, diperkirakan 10-20% remaja pernah mengalami

masalah kesehatan jiwa, namun underdiagnosed & undertreated. Menurut data

Stifi Bhakti Pertiwi


5

survei Global Health Data Exchange 2017, ada 27,3 juta orang di Indonesia

mengalami masalah kesehataan kejiwaan. Artinya, satu dari sepuluh orang di

negara ini mengidap gangguan kesehatan jiwa. Untuk data kesehatan mental remaja

di Indonesia sendiri pada 2018, terdapat sebanyak 9,8% merupakan prevalensi

gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan untuk remaja

berumur > 15 tahun, meningkat dibandingkan pada 2013, hanya 6% untuk

prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan untuk

remaja berumur > 15 tahun. Sedangkan untuk prevalensi gangguan jiwa berat

seperti skizofrenia pada 2013 mencapai 1,2 per seribu orang penduduk. Buruknya

kesehatan jiwa remaja dapat terjadi karena beberapa alasan seperti kurang

pengetahuan atau kesadaran tentang kesehatan jiwa diantara tenaga kesehatan, atau

stigma yang mencegah mereka untuk mencari pertolongan.

Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal

dan faktor eksternal, yang termasuk faktor internal antara lain kepribadian kondidsi

fisik, perkembangan dan kematangan kondisi psikologi, keberagaman, sikap,

menghadapi problem hidup. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain:

keadaan ekonomi,budaya, dan kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga,

masyarakat, maupaun lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, dalam makalah ini

akan membahas mengenai kesehatan mental dan segala sesuatu yang terkait

dengan kesehatan mental (Meisyalla, 2022).

Stifi Bhakti Pertiwi


6

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Kesehatan Mental?

2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan mental pada

remaja?

3. Bagaimana upaya menangani kesehatan mental pada remaja?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Kesehatan Mental.

2. Untuk mengetahui factor apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan

mental.

3. Untuk memahami upaya menangani kesehatan mental pada remaja.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil makalah ini dapat digunakan untuk menambah kajian teoritis terkait

kesehatan mental pada remaja baik untuk masyarakat secara umum dan

mahasiswa program studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti

Pertiwi Palembang secara khusus.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan pengetahuan, pemahaman dan juga informasi tentang

penyebab, dampak dan cara mengatasi kesehatan mental pada remaja.

Stifi Bhakti Pertiwi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Mental

Sebelum membahas tentang kesehatan mental, kita perlu memahami

pengertian dari sehat itu sendiri. Sehat menurut World Health Organization (WHO)

adalah: A state of complete physical, mental and social well-being and not merely

the absence of disease or infirmity (WHO, 2001).

WHO memberikan pengertian tentang sehat sebagai suatu keadaan fisik,

mental, dan sosial yang lengkap sejahtera dan tidak semata-mata karena tidak

adanya penyakit atau kelemahan. Definisi ini semakin menjelaskan bahwa

kesehatan mental merupakan bagian dari kesehatan. Kesehatan mental juga sangat

berhubungan dengan kesehatan fisik dan perilaku.

WHO lalu memberikan pengertian tentang kesehatan mental sebagai: A state

of well-being in which the individual realizes his or her own abilities, can cope with

normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a

contribution to his or her community (WHO, 2001).

Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan

yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki

kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam

kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan (Yuliandari, 2019),

serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Mengutip dari jargon

yang digunakan oleh WHO, “there is no health without mental health”

menandakan bahwa kesehatan mental perlu dipandang sebagai sesuatu yang

7
Stifi Bhakti Pertiwi
8

penting sama seperti kesehatan fisik. Mengenali bahwa kesehatan merupakan

kondisi yang seimbang antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan membantu

masyarakat dan individu memahami bagaimana menjaga dan meningkatkannya

(WHO, 2017).

2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Mental

Ruang lingkup kesehatan mental nyatanya sangat luas dimana lingkungan ini

terbagi menjadi beberapa bagian. Diantaranya adalah :

1. Kesehatan mental dalam keluarga

Peran keluarga dalam pendidikan anak sangat besar hal inipun berlaku untuk

kesehatan mental nya. Dimana pasangan suami istri ditantang untuk bisa mengelola

keluarga untuk menciptakan keluarga memiliki keadaan sangat baik. Dimana

pasangan suami istri inilah yang memang memiliki pondasi agar kehidupan

kedepan berjalan baik. Jika keadaan pasangan baik maka akan berfungsi untuk

mengembangkan mental yang sehat dan menularkan keanggota keluarga lainnya.

2. Kesehatan mental disekolah

Peran guru dalam pisikologi perkembangan memeng besar namun lingkungan

sekolah tidak hanya berdiri dari guru saja sugesti bahwa perkembangan kesehatan

mental perserta didik ataupun ketika anak menjadi siswa akan dipengaruhi oleh

iklim sosio emosional di sekolah. Ada juga yang berpendapat bahwa dimana ketika

pimpinan sekolah dan guru-guru (terutama guru BK atau konselor) memiliki

kesehatan mental yang baik maka akan tertular kepada semua angota sekolah.

karena hal tersebut menjelaskan betapa pentingnya kesehatan mental. Pimpinan dan

Stifi Bhakti Pertiwi


9

para guru berkerja dengan baik dan kombinasi untuk dapat menciptakan iklim

kehidupan sekolah fisik, emosional, sosial, maupun moral sepiritual yang baik demi

perkembangan kesehatan mental para siswa.

3. Kesehatan mental di tempat kerja

Akan sulit memang memelihara kesehatan mental di tempat yang

tertekan.dimana lingkungan kerja salah satu nya bisa memainkan perannan penting

dalam kehidupan manusia dimanapun berada. Seperti yang di ketahui lingkungan

kerja tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah saja atau menjadi tempat mencari

uang. Namun ditempat kerja juga ada banyak jenis emosi lingkungan kerja menjadi

ajang persaingan bisnis, dan peningkatan Kesehatan kesejahteraan hidup dan juga

adu tujuan. Oleh karna itu adanya Kesehatan mental untuk menjadi cara

menghilangkan sifat egois dalam diri, Tetapi juga membantu menghilangkan rasa

tertekan. Karna rata-rata lingkungan kerja menjadi sumber steres yang memberikan

dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang yang bahkan

berdampak pada orang lain yang tidak terlibat. Banyak masalah yang muncul dari

tempat kerja yang diakibatkan oleh stress.

4. Kesehatan mental dalam kehidupan politik

Membicarakan politik tidak akan pernah ada habisnya, kesehatan mental

sebenarnya menjadi yang nomer satu diruang lingkup ini. Tidak sedikit orang yang

masuk ke dalam dunia politik yang mengidap ganguan mental. Maksudnya bukan

mereka yang “special needs” atau berkebutuhan khusus, tapi lebih kepada ganguan

karakter dan pemikiran orang lain seperti halnya money politic, kkn berhianat

kepada rakyat dan stress yang menimbulkan prilaku agresif karena gagal menjadi

Stifi Bhakti Pertiwi


10

pemimpin, gubernur dan sebagainya.

5. Kesehatan mental di bidang hukum

Hukum adalah salah satu lembaran yang dianggap paling adil dan tidak

mengenal hati. jika seorang hakim perlu memiliki pengetahuan mengenai

kesehatan mental maka jawabannya sangat benar. Dimana hakim ditugaskan untuk

dapat mendekteksi tingkat mental terdakwa atau para saksi saat peroses pengadilan

berlangsung. Hal ini akan berpengaruh pada keputusan besarnya.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengerahui Kesehatan Mental

Memahami kesehatan mental pada anak dan remaja artinya perlu memahami

juga faktor-faktor apa saja yang dapat membahayakan kesehatan mental (risk

factor) dan faktor-faktor apa saja yang dapat melindungi kesehatan mental

(protective factor) anak. Risk factor menimbulkan kemungkinan kerentanan dalam

diri anak, sedangkan protective factor menimbulkan kemungkinan kekuatan dalam

diri anak. Semakin banyak risk factor, maka semakin besar tekanan pada anak. Di

sisi lain, semakin banyak protective factor, maka besar kemungkinan anak untuk

dapat terhindar dari gangguan. Risk factor merupakan faktor yang dapat

memunculkan kerentanan terhadap distress. Artinya, ketidakmampuan

menyesuaikan diri dapat dikarenakan adanya kondisi-kondisi yang menekan,

seperti anak yang tumbuh pada keluarga yang memiliki status ekonomi rendah,

tumbuh di lingkungan penuh kekerasan dan adanya pengalaman trauma.

Untuk mengetahui kesehatan mental anak, penting untuk melihat faktor dalam

diri anak, keluarga dan lingkungan. Faktor dalam diri anak seperti faktor genetik,

Stifi Bhakti Pertiwi


11

temperamen, dan kesehatan fisik perlu diamati. Faktor dari keluarga meliputi pola

asuh orang tua serta kelekatan anak terhadap orang tua.

2.4 Upaya Pemberian Dukungan Kesehatan Mental pada Remaja

Kualitas kesehatan mental individu pada masa anak-anak memengaruhi

kesehatan mental mereka di masa dewasa. Melakukan promosi terhadap kesehatan

mental anak dan remaja artinya meningkatkan kesehatan mental masyarakat di masa

depan secara keseluruhan. Upaya pemberian dukungan pada kesehatan mental dapat

dilakukan melalui tiga cara, yaitu promosi, prevensi, dan intervensi (kurasi).

Merancang upaya dukungan terhadap kesehatan mental pun perlu dilakukan secara

sistemik dan melibatkan berbagai pihak, mulai dari orang tua (keluarga), guru atau

pihak sekolah, komunitas, serta pemerintah.

Promosi kesehatan mental bertujuan untuk mempromosikan kesehatan mental

yang positif. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatan kesejahteraan

psikologis, kompetensi, ketahanan manusia, serta menciptakan kondisi dan

lingkungan hidup yang mendukung (WHO, 2002). Promosi kesehatan mental dapat

dilakukan dengan mengumpulkan data terkait insidensi gangguan tersebut supaya

masyarakat meningkat kesadarannya dan mendapat pengetahuan terkait

permasalahan. Selain itu, tindakan pemeliharaan lingkungan hidup seperti

pemeliharaan kesehatan dan kebugaran badan, pemeliharaan masa kehamilan

khususnya pada masa prenatal dan pascanatal serta gizi makanan penting dilakukan.

Perubahan gaya hidup seperti nutrisi yang baik, olahraga dan tidur yang cukup dapat

mendukung kesehatan mental (Herrman, et al., 2005).

Stifi Bhakti Pertiwi


12

Prevensi kesehatan mental berfokus pada mengurangi risk factor dan

meningkatkan protective factor yang terkait dengan kesehatan mental (WHO, 2004).

Deteksi dini dan mengenalkan bagaimana penanganan perilaku maladaptif dalam

keluarga dan komunitas menjadi fokus yang sering dilakukan dalam tindakan

prevensi. Prevensi dan promosi seringkali hadir dalam program dan strategi yang

sama. Walaupun begitu, hasil yang didapat berbeda namun saling melengkapi.

Untuk itu, promosi dan prevensi harus dipahami sebagai pendekatan konseptual

yang berbeda tetapi saling terkait. Intervensi umum digunakan dalam menjelaskan

berbagai macam tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan kesembuhan atau

meningkatkan penyesuaian diri.

Intervensi pun dapat dilakukan pada setiap pihak seperti intervensi individual,

intervensi berbasis keluarga (family-based intervention), intervensi sekolah (school-

based intervention), serta intervensi pada komunitas (community-based

interventions). Intervensi individual biasanya berupa konseling atau psikoterapi.

Psikoterapi pun memiliki banyak jenis tergantung pendekatan yang akan digunakan,

seperti terapi perilaku, terapi kognitif, terapi humanistik serta terapi psikodinamik.

Dalam memilih dan merancang intervensi yang tepat, kita perlu memiliki beberapa

pertimbangan seperti apa saja gejala yang muncul dan seberapa parah gejalanya dan

seberapa banyak gejala ini menyebabkan distress dan memengaruhi kehidupan

sehari-hari. Pemahaman terkait resiko dan manfaat dari intervensi tersebut untuk

individu dan faktor kepribadian serta kebutuhan individu lainnya pun perlu dijadikan

pertimbangan.

Dalam merancang rencana kesehatan mental anak dan remaja, penting untuk

Stifi Bhakti Pertiwi


13

memperhatikan tahapan perkembangan anak serta mempertimbangkan faktor

perbedaan budaya yang dapat memengaruhi perkembangan tahapan tersebut.

Misalnya ketika ingin merancang intervensi terkait kesehatan mental pada remaja.

Apabila masyarakat memandang bahwa remaja masih dalam periode

ketergantungan yang berkelanjutan pada orang tua, maka kita perlu

mempertimbangkan peran penting orang tua dalam mengidentifikasi, mengevaluasi

serta menyetujui intervensi yang diberikan. Orang tua dapat memulai dengan

memberikan nutrisi yang cukup pada anak, kesempatan pada anak untuk belajar baik

sendiri maupun bersama teman, serta waktu untuk bermain yang akan meningkatkan

kualitas hidup anak sedari dini. Pemberian pola pengasuhan yang memberikan rasa

aman, adanya kedekatan terhadap seluruh anggota keluarga dan komunikasi yang

terjalin dengan baik membuat keluarga menjadi sebuah sistem yang memiliki fungsi

optimal pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Mubasyiroh, Suryaputri and

Tjandrarini, 2017).

Pemerintah dapat memberikan kebijakan terkait perlindungan serta peningkatan

kualitas hidup, seperti meningkatkan pemberian dan penyebaran makanan yang

bernutrisi, hunian rumah yang nyaman serta akses untuk mendapat pendidikan yang

memadai. Hal tersebut tentu berkaitan pula dengan kondisi perekonomian serta

jaringan komunitas yang ada.

Ada beberapa cara untuk remaja agar dapat meningkatkan kesehatan mental:

1. Katakan Hal Positif pada Diri Sendiri

Penelitian menunjukkan bahwa cara kamu berpikir tentang diri sendiri

dapat memiliki efek yang kuat pada kejiwaan kamu. Ketika kita

Stifi Bhakti Pertiwi


14

memandang diri kita dan hidup kita secara negatif, maka kita juga

merasakan efek negatifnya. Sebaliknya, jika membiasakan diri

menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, maka hal ini membuat

kamu lebih optimis.

2. Tuliskan Hal-Hal yang Patut Disyukuri

Rasa bersyukur dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan, kualitas

kesehatan mental, serta kebahagiaan. Cara sederhana untuk meningkatkan

rasa bersyukur adalah membuat jurnal dan menuliskan berbagai hal yang

patut disyukuri setiap harinya. Secara umum merenungkan rasa terimakasih

juga efektif, tetapi kamu perlu berlatih secara teratur untuk mendapatkan

manfaat jangka panjang. Temukan sesuatu untuk disyukuri dan nikmati

perasaan tersebut dalam hatimu.

3. Fokus pada Satu Hal pada Satu Waktu

Fokus kepada tujuan mampu melepaskan emosi negatif dari

pengalaman masa lalu yang membebani. Mulailah dengan membawa

kesadaran bahkan untuk hal-hal sederhana seperti mandi, makan siang, atau

berjalan pulang. Memberi perhatian pada sensasi fisik, suara, bau, atau rasa

dari pengalaman ini membantu kamu untuk fokus. Ketika pikiran kamu

terbang melayang hingga menyebabkan kamu overthinking, maka bawa

saja kembali ke sesuatu yang kini sedang kamu lakukan.

4. Olahraga

Tubuh akan melepaskan endorfin yang membantu menyingkirkan stres

dan meningkatkan suasana hati kamu sebelum dan sesudah berolahraga.

Stifi Bhakti Pertiwi


15

Itulah sebabnya olahraga adalah cara penangkal stress, kecemasan, dan

depresi yang ampuh. Carilah cara-cara kecil untuk menambah aktivitas

olahraga, seperti naik tangga, atau jalan kaki ke tempat yang dekat. Paparan

sinar matahari juga membantu tubuh menghasilkan vitamin D, yang

meningkatkan tingkat serotonin di otak.

5. Terbukalah pada Seseorang

Mengetahui bahwa kamu dihargai oleh orang lain adalah penting untuk

membantu kamu berpikir lebih positif. Belajar terbuka kepada orang lain,

yang membuat kamu lebih mampu berpikir positif dan semakin mengenal

diri sendiri.

6. Tidur Tepat Waktu

Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki

efek negatif yang signifikan pada suasana hati. Coba tidur pada waktu yang

teratur setiap hari. Hindari bermain gadget sebelum waktu tidur dan

membatasi minuman berkafein untuk pagi hari.

Stifi Bhakti Pertiwi


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan jiwa remaja merupakan hal yang penting dalam menentukan

kualitas bangsa. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan kondutif dan mendukung

merupakan sumber daya manusia yang dapat menjadi aset bangsa yang tidak

ternilai. Untuk menciptakan remaja berkualitas perlu dilakukan berbagai upaya

tindakan nyata dengan cara mempersiapkan generasi muda yang kuat dan tahan

dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup. Agar dapat melalui masa

remajanya dengan baik, sangat penting peran orang tua, guru, tokoh masyarakat dan

masyarakat sekitarnya dalam memberikan bimbingan dan teladan.

Peran orang tua dan lingkungan pertemanan penting dalam mempengaruhi

kondisi mental emosional seorang pelajar. Kementerian Kesehatan dapat bekerja

sama dengan lintas sektor seperti pendidikan dan agama dalam merancang dan

melaksanakan program bersama upaya promotif preventif terjadinya gejala mental

emosional pada pelajar. Upaya tersebut dapat berupa pedoman pendampingan

terhadap pelajar, baik oleh orang tua dan sekolah, karena dua komponen ini sangat

berpengaruh dalam perkembangan kepribadian pelajar. Di sisi lain perlu

dikembangkan pembuatan grup pelajar yang berisi kegiatan produktif, baik di

lingkungan formal maupun lingkungan non-formal sekolah.

16
Stifi Bhakti Pertiwi
17

3.2 Saran

Penulis makalah menyadari akan kekurangan bahan/materi dalam makalah ini.

Dalam hal ini penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi tulisan ini,

maka saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan penulis dan

menjadikan semua itu sebagai bahan pedoman atau acuan untuk memotivasi dan

menyempurnakan tulisan dalam makalah ini dan penelitian terkait selanjutnya.

Stifi Bhakti Pertiwi


DAFTAR PUSTAKA

Faizah, F. and Amna, Z. (2017) ‘Bullying dan Kesehatan Mental pada Remaja SMA

di Banda Aceh’, Maret, 3(1), p. 77.

Indarjo, S. (2009) ‘Kesehatan Jiwa Remaja’, KEMAS: Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 5(1), pp. 48–57. Available at:

https://doi.org/10.15294/kemas.v5i1.1860.

Meisyalla, L.N. (2022) ‘Gambaran Kesehatan Mental Remaja SMPN Bangkinang

Kota Kabupaten Kampar’, Jurnal Ners, 6(23), pp. 80–85. Available at:

http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners.

Mubasyiroh, R., Suryaputri, I.Y. and Tjandrarini, D.H. (2017) ‘Determinan Gejala

Mental Emosional Pelajar SMP-SMA di Indonesia Tahun 2015’, Buletin

Penelitian Kesehatan, 45(2), pp. 103–112. Available at:

https://doi.org/10.22435/bpk.v45i2.5820.103-112.

Pratiwi, S.D. and Djuwita, R. (2022) ‘Hubungan Gaya Hidup dengan Kesehatan

Mental Remaja di Indonesia (Analisis Data Global School-Based Student

Health Survey Indonesia 2015)’, Jurnal Epidemiologi Kesehatan

Komunitas, 7(1), pp. 382–393. Available at:

https://doi.org/10.14710/jekk.v7i1.11905.

Takhfa Lubis, L. et al. (2019) ‘Peningkatan Kesehatan Mental Anak dan Remaja

Melalui Ibadah Keislaman’, Al-hikmah jurnal agama dan ilmu

pengetahuan, 16 No.2(1412–5382), pp. 120–129. Available at:

18
Stifi Bhakti Pertiwi
19

https://journal.uir.ac.id/index.php/alhikmah/article/view/3898.

Vania Larissa (2020) ‘Kesehatan Mental Pada Anak Dan Remaja Dosen’.

World Health Organization. (2001). The World Health Report 2001 - Mental

Health: New Understanding, New Hope. Switzerland: WHO Library

Cataloguing in Publication Data.

World Health Organization. (2003). Kesehatan Mental Dalam Kedaruratan.

World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World Health

Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/.

Yuliandari, E. (2019) ‘Kesehatan Mental Anak dan Remaja’, Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.

Stifi Bhakti Pertiwi

Anda mungkin juga menyukai