Anda di halaman 1dari 22

UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF PADA REMAJA

“PERILAKU BERISIKO DAN PERMASALAHAN KESEHATAN PADA


REMAJA”

Dosen Pengempu : Putu Ayu Dina Saraswati, S.Tr.Keb.,M.Keb


Mata Kuliah : Promosi Kesehatan

Oleh Kelompok I:
Nurul Rahmat Hidayat (A1119007)
Putu Pegy Suciari (A1119009)
Ni Luh Gd. Nidya Kusuma Wardani (A1119012)
Rika Febriyanti (A1321001)
Ismi Elmania (A1321003)
Wahyu Lestari Risyaningrum (A1321005)

PROGRAM STUDI SARJANA I KEBIDANAN


STIKES BINA USADA BALI
TAHUN AJARAN
2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas


rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah tentang upaya promotif dan
preventif pada remaja “PERILAKU BERISIKO DAN PERMASALAHAN
KESEHATAN PADA REMAJA“ ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini diajukan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Promosi Kesehatan.
Pada kesempatan ini juga, kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
tata kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan
semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
2.1. Perubahan Perilaku pada Masa Remaja....................................................7
2.2. Perubahan Lingkungan Selama Masa Remaja........................................10
2.3. Hubungan Perilaku Berisiko...................................................................12
2.4. Masalah Kesehatan Mental Selama Masa Remaja..................................13
2.5. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja........................................14
2.6. Perilaku Seksual Remaja.........................................................................16
2.7. Upaya Preventif dalam Permasalahan Remaja........................................16
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
3.2. Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen penting dalam

mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Sumber daya manusia yang

berkualitas sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan status kesehatan

masyarakat. Remaja sebagai bagian dari komponen sumber daya manusia

adalah aset yang sangat berharga bagi bangsa pada masa yang akan datang.

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan di antaranya

perubahan fisik, psikis, dan sosial. Berbagai perubahan yang terjadi pada

remaja tersebut dapat menimbulkan permasalahan yang mungkin dapat

mengganggu perkembangan remaja di masa depan.

Di Indonesia, seperlima dari jumlah penduduk adalah remaja yang

berpeluang berperilaku berisiko tanpa mewaspadai akibat jangka panjang dari

perilaku tersebut. Mereka mengadopsi perilaku berisiko itu melalui pergaulan

yang tidak sehat dan informasi yang tidak terarah. Kemajuan atau modernisasi

ternyata mempunyai dua sisi yang dapat menguntungkan dan atau juga

merugikan, khususnya masalah kemajuan dalam bidang teknologi informasi.

Era globalisasi dan keterbukaan informasi, misalnya internet membuat segala

bentuk informasi menjadi sangat mudah didapat. Sayangnya sangat sulit untuk

membendung informasi yang dapat merusak kepribadian remaja, misalnya

1
pornografi dan kehidupan seksual bebas. Selain itu, orang tua, lingkungan dan

juga institusi pendidikan, tampaknya belum siap untuk menghadapi kemajuan

teknologi informasi yang berkembang dengan sangat cepatnya.

Beberapa data menunjukkan bahwa banyak masalah kesehatan remaja

berakar dari kebiasaan merokok dan penyalahgunaan narkoba, kekerasan

interpersonal, kecelakaan, serta hubungan seksual yang tidak aman yang bisa

mengakibatkan penyakit menular seksual termasuk HIV/ AIDS.

Kondisi perilaku berisiko remaja Indonesia saat ini sungguh menunjukkan

gejala yang makin mengkhawatirkan. Dari fakta tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa morbiditas dan mortalitas pada remaja pada umumnya

disebabkan terutama karena faktor psikososial seperti kekerasan, kenakalan

remaja, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual,

HIV/AIDS, penyalahgunaan obat, dan merokok. Berbagai masalah perilaku

berisiko tersebut bisa saling berkaitan atau berakibat pada masalah perilaku

berisiko lainnya.

Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas upaya promotif

dan preventif berdasarkan maslaha perilaku berisiko yang terjadi di kalangan

remaja tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja perubahan-perubahan yang terjadi pada saat masa remaja?

2. Bagaimana upaya preventif pada permasalahan remaja tersebut?

2
1.3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada saat masa

remaja.

2. Untuk mengetahui upaya preventif pada permasalahan remaja.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perubahan Perilaku pada Masa Remaja


Perubahan psikologi dari masa remaja sering digambarkan dengan dua

kata badai dan tekanan kenyataannya, sebagian besar masa remaja melewati

dekade kedua dari kehidupan dengan kesulitan yang minimal.

a. Remaja Dini (usia 10 – 13 tahun)

Karakteristik:

1. Awitan pubertas, menjadi terlalu memperhatikan tubuh yang sedang

berkembang.

2. Mulai memperluas radius sosial keluar dari keluarga dan

berkonsentrasi pada hubungan dengan teman.

3. Kognisi biasanya konkret.

Dampak:
1. Remaja mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang normalitas

kematangan fisik, sering terlalu memikirkan tahapan-tahapan

perkembangan seksual dan bagaimana proses tersebut berkaitan

dengan teman-teman sejenis kelamin.

2. Kadang-kadang masturbasi.

3. Membangkitkan rasa tanggung jawab dalam konsultasi dengan orang

tua, kunjungan pada orang tua, kunjungan pada dokter, kontak dengan

konselor sekolah.

4
4. Pikiran yang konkret mengharuskan berhubungan dengan situasi-

situasi kesehatan secara simpel dan eksplisit dengan menggunakan alat

bantu visual maupun verbal.

b. Remaja Pertengahan (usia 14 – 17 tahun)

Karakteristik:

1. Perkembangan pubertas sudah lengkap dan dorongan-dorongan

seksual muncul.

2. Kelompok sejawat akan mengakibatkan tumbuhnya standar-standar

perilaku, meskipun nilai-nilai keluarga masih tetap bertahan.

3. Konflik/pertentangan dalam hal kebebasan.

4. Kognisi mulai abstrak.

Dampak:

1. Mencari kemampuan untuk menarik lawan jenis. Perilaku seksual dan

eksperimentasi (dengan lawan jenis maupun sejenis) mulai muncul,

masturbasi meningkat.

2. Kelompok sejawat sering membantu/mendukung dalam kegiatan

seperti kunjungan ke dokter.

3. Pikiran tentang kebebasan mulai bertambah, sementara masih

mengharapkan dukungan dan bimbingan orang tua dapat

mendiskusikan dan bernegosiasi tentang perubahan-perubahan

peraturan.

4. Saat diskusi dan negosiasi remaja sering ambivalen.

5
5. Mulai mempertimbangkan berbagai tanggung jawab dalam banyak hal,

tetapi kemampuannya untuk berintegrasi dengan kehidupan sehar-hari

agak jelek karena identitas egonya belum terbentuk sepenuhnya dan

pertumbuhan kognitifnya belum lengkap.

c. Remaja akhir (usia 18 – 21 tahun)

Karakteristik:

1. Kematangan fisik sudah lengkap, body image dan penentuan peran

jenis kelamin sudah mapan.

2. Hubungan-hubungan sudah tidak lagi narsistik dan terdapat proses

memberi dan berbagi

3. Idealistis.

4. Emansipasi hampir menetap.

5. Perkembangan kognitif lengkap.

6. Peran fungsional mulai terlihat nyata.

Dampak:

1. Remaja mulai merasa nyaman dengan hubunganhubungan dan

keputusan tentang seksualitas dan preteransi. Hubungan individual

mulai lebih menonjol dibanding dengan hubungan dengan kelompok.

2. Remaja lebih terbuka terhadap pertanyaan spesifik tentang perilaku.

3. Idealisme dapat mengakibatkan terjadinya konflik dengan keluarga.

4. Dengan mulainya emansipasi, anak muda tersebut mulai lebih

memahami akibat-akibat dari tindakannya.

6
5. Sering tertarik dalam diskusi tentang tujuan-tujuan hidup karena inilah

fungsi utama mereka pada tahapan ini.

6. Sebagian besar mampu memahami persoalan-persoalan kesehatan

2.2. Perubahan Lingkungan Selama Masa Remaja

Lingkungan mengalami perubahan besar selama masa remaja dan sering

memainkan peran yang berisiko pada status kesehatan masa remaja. Keluarga

mengalami perubahan bermakna, dengan kebebasan yang lebih dan

pengawasan yang berkurang yang telah diijinkan. Perubahan lingkungan

sekolah dari perlindungan sekolah dasar ke status sekolah lanjutan. Populasi

remaja mungkin enggan untuk memaksakan kesehatan mereka. Pada dasarnya,

para remaja dapat mencari sendiri tentang cerita-cerita seperti penggunaan

obat dan seksualitas termasuk penyakit kelamin yang menular dan kehamilan.

Remaja sering tidak sadar tentang peraturannya dan tidak mempunyai

penghasilan untuk membayar pelayanan.

A. Angka Kesakitan

Penyebab utama morbiditas selama dekade kedua dari kehidupan

dengan 3 kebiasaan yang membawa risiko; penyalahgunaan obat, aktifitas

seksual dan penggunaan kendaraan bermotor/rekreasi. Di sini ada 3

kebiasaan yang sering dipandang sebagai fenomena tersendiri dan

mempunyai hubungan dekat dengan para dokter sebagai masalah teknis

tersendiri tanpa suatu pengertian yang tumpang tindih di antara ketiga

kebiasaan risiko tersebut. Penambahan morbiditas selama masa remaja

termasuk penyakit kronis, masalah kesehatan reproduksi yang

7
berhubungan dengan perkembangan fisiologi normal dan permulaan

hubungan seksual serta masalah kesehatan mental.

Jangka pendek:

1. Kecanduan nikotin, berkurangnya kadar kolesterol lipoprotein densitas

tinggi, penyakit respirasi kronis, penurunan hasil tes fungsi paru.

2. Kecanduan nikotin penyakit periodontal (leukoplakia, gingival

recession, karies gigi).

3. Penurunan fungsi pulmoner, bronkitis kronis, penurunan kadar

testosterone, ginekomastia, gangguan jumlah dan fungsi sperma

gangguan pola-pola.

4. Hasil tes fungsi hati abnormal, gastritis.

5. Trauma.

6. Penyakit-penyakit hubungan seksual, kehamilan.

Jangka panjang:

1. Peningkatan kanker paru, larings, esofagus, rongga mulut penyakit

jantung; penyakit pulmoner kronis, peningkatan mortalitas

keseluruhan.

2. Kanker oral faringeal.

3. Peningkatan risiko kanker paru, multinasional syndrome.

4. Penyakit hati kronis malnutrisi protein, global dementia, peripheral

neurophaty, pankreatis kronis.

5. Disabilitas/cacat kronis.

8
6. Infertilitas, kehamilan ektopik, kanker genitalia, infeksi HIV, nyeri

pelvis kronis, STD kongenital pada bayi.

2.3. Hubungan Perilaku Berisiko


Tingkah laku berisiko cenderung dihubungkan satu sama lain dengan

memperkirakan bahwa permulaan dari suatu perilaku dapat menunjukkan

bahwa perilaku lain mempunyai kemungkinan besar sebagai awal dari masa

yang akan datang. Hubungan yang erat antara minum alkohol dan kecelakaan

yang tidak disengaja telah banyak diketahui. Hubungan alkohol dengan

kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama kematian pada

akhir remaja. Alkohol juga dihubungkan dengan kecelakaan termasuk bukan

penggunaan kendaraan dan olah raga air. Penyalahgunaan obat mempunyai

hubungan positif dengan mulanya perilaku seksual dini. Remaja wanita yang

dilaporkan menggunakan obat-obat yang tidak sah dan merokok sigaret lebih

suka tidak menggunakan kontrasepsi dan tidak menginginkan kehamilan.

Di antara masalah penyalahgunaan obat, pola penggunaan dihubungkan

dengan berbagai kebiasaan yang diperkirakan. Permulaan kebiasaan minum

alkohol dan merokok merupakan hal yang merusak. Sebagai rangkaian

kemajuan selanjutnya, penggunaan mariyuana didahului dengan minum

alkohol dan merokok; alkohol, sigaret (rokok) dan mariyuana mendahului

obat-obat ilegal yang lain (termasuk pelanggaran hokum, kokain, heroin,

sedatif dan tranquiliser) dan penggunaan obat psikoaktif akan diikuti oleh

obat-obat bius yang lain. Pada anak wanita, merokok sering merupakan

9
prediksi yang penting untuk penyalahgunaan obat bius yang lain. Penggunaan

obat bius secara umum akan mengakibatkan mudahnya penggunaan obat bius

yang lain yang menyebabkan efek kumulatif dari semua obat bius.

Konsekuensi medis dari perilaku berisiko dapat berdampak jangka pendek

maupun jangka panjang dari tingkah laku berisiko. Dampak jangka pendek

terlihat dalam beberapa minggu atau bulan, yaitu selama masa remaja; efek

jangka panjang akan muncul umumnya setelah masa remaja. Konsekuensi

jangka pendek dari penggunaan alkohol terlihat pada umumnya di ruang

gawat darurat yang dikaitkan dengan kecelakaan. Bahan psikoaktif delta-9-

tetra hidrokanabinol dalam mariyuana menyebabkan perubahan suasana hati.

Risiko jangka panjang tidak akan didokumentasi. Disfungsi psikologis pada

umumnya sering dilaporkan dalam penggunaan obat bius. Petunjuk penting

untuk kekurangan disfungsi termasuk di sini adalah gangguan motivasi secara

umum dan gangguan perkembangan di dalam sekolah. Pencarian identitas

bagi yang sudah berpengalaman pada pecandu sangat sulit karena tidak

mungkin untuk mengidentifikasi karena remaja tidak mungkin memakai obat-

obatan tanpa jalan pintas.

2.4. Masalah Kesehatan Mental Selama Masa Remaja

Selama masa remaja, insiden kelainan-kelainan mental sama untuk anak

laki-laki dan wanita. Depresi dan kelainan makan adalah yang paling banyak

pada anak wanita dan kelainan kebiasaan lebih sering pada anak laki-laki.

A. Depresi

10
Perasaan depresi umum terjadi selama masa remaja. Pada beberapa

penelitian satu di antara tiga anak wanita dan hampir 15% dari anak laki-

laki dilaporkan mempunyai gejala seperti itu. Insiden kelainan depresi

yang tampak kira-kira 5%. Risiko bunuh diri di antara remaja yang depresi

meningkat secara nyata.

b. Kelainan Makan

Remaja wanita mempunyai risiko yang sangat besar untuk menderita

anoreksia nervosa dan bulimia. Hampir 0,5% dari anak wanita yang

berusia 12-15 tahun akan menjadi anoreksia nervosa dan 5-18%

mempunyai kecenderungan bulimia. Kelainan yang menyebabkan

berhentinya makan dipengaruhi oleh respons abnormal dalam program

perkembangan normal remaja karena adanya suatu perkembangan bentuk

tubuh, kebingungan menyeluruh dalam identifikasi jenis kelamin, dan

fungsi keluarga yang abnormal misalnya terlalu terkekang, dalam keluarga

kacau atau pisah total. Efek langsung dari lingkungan sosial terhadap suatu

kegemukan atau kekurusan, tidak jelas. Mortalitas jangka panjang dari

anoreksia nervosa dan bulimia adalah 10-15%. Kegemukan terjadi pada

hampir 15% para remaja. Intervensi terhadap kegemukan yang sangat

efektif adalah dengan program kelompok dengan pendekatan kebiasaan

nutrisi dan kegiatan gaya hidup dari para remaja.

2.5. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja

Menurut FIGO (Federation International de Gynecology et

d’Obstertrique) batasan kesehatan reproduksi adalah kemampuan untuk

11
bereproduksi, mengatur reproduksi dan untuk menikmati hasil reproduksinya.

Batasan tersebut harus diikuti dengan keberhasilan untuk mempertahankan

hasil reproduksi dan tumbuh kembangnya. Pubertas pada remaja merupakan

masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa. Tidak ada batas yang jelas

antara akhir masa anak awal dan awal masa pubertas, akan tetapi dapat

dikatakan bahwa pubertas mulai dengan awal berfungsinya ovarium. Pubertas

berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan ovulasi

teratur, secara klinis pubertas dimulai dengan timbulnya ciri-ciri seks sekunder

dan berakhir jika sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada wanita

dimulai kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama

4 tahun. Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

lingkungan (kesehatan dan gizi). Usia menarche sekarang berkisar antara 11-

13 tahun namun umur rata-rata menarche dan ovulasi pada saat ini cenderung

lebih muda daripada beberapa dekade yang lalu. Sebagai akibat menarche

awal dan mungkin oleh karena kebebasan seksual, banyak pusat pelayanan

obstetri mengalami peningkatan kasus kehamilan remaja. Committee on

adolescents, menyatakan sebenarnya seksual pranikah, kehamilan dan abortus

adalah kebebasan individu dan sulit dicegah. Menurut Fielding dan Williams

(1991), peningkatan kehamilan pada usia muda setiap tahun menghasilkan 15

juta kelahiran dari ibu usia muda pada tahun 1988. Di Amerika Serikat dari 1

juta wanita usia muda yang hamil, hampir semuanya tidak menginginkan

kehamilannya, lebih dari 40% melakukan aborsi dan 38% saat melahirkan

berusia kurang dari 17 tahun.

12
Masyarakat menyadari dan menyetujui bahwa kehamilan remaja

merupakan satu masalah, yang keberadaannya akan makin bertambah dan

merupakan peristiwa akan makin bertambah dan merupakan peristiwa yang

dapat menurunkan martabat keluarga, yang belum disetujui adalah cara

pemecahannya. Tidak ada yang dinamakan pemecahan tunggal atau

pemecahan yang baku. Kehamilan remaja adalah satu problem yang

mempunyai banyak sisi dengan implikasi jangka panjang, khususnya di

bidang medis, sosial, pendidikan, ekonomi dan politik.

2.6. Perilaku Seksual Remaja

Dalam jangka panjang, untuk suatu upaya penanggulangan penyakit yang

ditularkan lewat seks yang menyeluruh, remaja merupakan sasaran primer

strategis. Memang sebagian besar remaja belum menjadi pelaku seks yang

aktif, tetapi mereka cukup rawan terhadap penyakit yang ditularkan lewat seks

(sexually transmitted diseases-STD) termasuk penyakit AIDS. Remaja pada

umumnya secara biologis sudah cukup “siap” dan ingin mengetahui, namun

mereka kurang diberikan informasi lengkap dan salah, tentang seks dan segala

akibat yang ditimbulkannya. Sebagian besar remaja berada di sekolah,

khususnya sekolah menengah (tingkat lanjutan pertama, dan lanjutan atas,

umum dan kejuruan). Sehingga sekolah, secara tidak sengaja menjadi salah

satu tempat yang layak bagi “pendidikan” tentang seks, yang benar maupun

terutama yang kurang benar. Perilaku, termasuk perlaku kesehatan, merokok

atau tidak, meminum obat atau tidak, bermain seks atau tidak, setidak-

tidaknya sebagian terbentuk di dalam sekolah atau melalui sekolah.

13
2.7. Upaya Preventif dalam Permasalahan Remaja

Tindakan preventif yang dilakukan antara lain berupa:

a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.

b. Perbaikan lingkungan yaitu daerah slim, kampung-kampung miskin

c. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki

tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka.

d. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja.

e. Membentuk badan kesejahteraan anak-anak dan remaja

f. Mengadakan pengadilan anak.

g. Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja.

Usaha pencegahan timbulnya perilaku secara umum dapat dilakukan melalui

cara berikut:

1. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja

2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para

remaja. Kesulitan- kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab

timbulnya pelampiasan dalam bentuk penyimpangan.

Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:

1. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan

yang dihadapinya.

2. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan

dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui

pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.

14
3. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi

perkembangan pribadi yang wajar.

4. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.

5. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan

merangsang hubungan sosial yang baik.

6. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan

mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan

pengarahan yang positif.

7. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun

masyarakat di mana banyak terjadi penyimpangan pada remaja karena

adanya perubahan perilaku yang berisiko.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

h. Masa remaja merupakan masa transisi yaitu perkembangan anak antara

masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa yang pada umumnya di mulai

pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun. Kondisi

perilaku berisiko remaja Indonesia saat ini sungguh menunjukkan gejala

yang makin mengkhawatirkan. Perubahan perilaku adalah semua

perubahan anak remaja yang berlawanan dengan ketertiban umum yang

ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat

menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain. Upaya

penanggulangan kenakalan remaja dapat dilakukan secara penanggulangan

preventif, seperti

a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.

b. Perbaikan lingkungan yaitu daerah slim, kampung-kampung miskin

16
c. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk

memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan

mereka.

d. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja.

e. Membentuk badan kesejahteraan anak-anak dan remaja

f. Mengadakan pengadilan anak.

g. Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja.

3.2. Saran
Mahasiswa mampu memberikan upaya promotif tentang isu-isu yang

terjadi pada kesehatan remaja sehingga bisa meningkatkan pengetahan dari

masalah yang terjadi dan membuat upaya preventif atau pencegahannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Desember 2001


Jurnal Ilmiah Pro Guru, Volume 4 Nomor 4, Oktober 2018 ISSN: 2442–2525

18

Anda mungkin juga menyukai