Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

KEBUTUHAN KHUSUS

DOSEN PEMBIMBING : PROF, DR, ARLINDA SARI WAHYUNI, M.KES,


FISPH,FISCM, SPKKLP

DISUSUSUN OLEH :

DELLA NURJANAH 0801211067

NI’MATUL ULYA MUNTHE 0801213343

YUSUF SYAHPUTRA SIREGAR 0801223397

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SEMATERA UATARA

MEDAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok kami yang membahas
tentang “KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA KEBUTUHAN KHUSUS”. Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah DASAR KESPRO/KIA dengan
pembahasan “KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA KEBUTUHAN KHUSUS” agar
mengerti lebih dalam lagi pembahasan tentang “KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
KEBUTUHAN KHUSUS”.

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibuk PROF,
DR,ARLINDA SARI WAHYUNI, M.KES, FISPH,FISCM, SPKKLP. Selaku dosen
pembimbingmata kuliah DASAR KESPRO/KIA dan semua pihak yang sudah mendukung
penyusunan makalah ini. Selanjutnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada rahmat Allah SWT dan
dalam hal perbaikan makalah ini ke depannya.

Medan, Oktober 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... I

Daftar Isi ................................................................................................................ Ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

1.3 Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II Pembahasan ............................................................................................... 2

2.1 Pengertian Remaja............................................................................................ 2

2.2 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja Kebutuhan Khusus .............................. 2

2.3 Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja Kebutuhan Khusus ......................... 3

2.4 Pengertian Organ Reproduksi ........................................................................... 5

2.5 Merawat Organ Reproduksi Remaja Kebutuhan Khusus ................................... 5

2.6 Proses Promosi Kesehatan ReproduksiRremaja Kebutuhan Khusus .................. 7

BAB III Penutup .................................................................................................... 11

3.1 Simpulan .......................................................................................................... 11

3.2 Saran ................................................................................................................ 11

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 12

ii
iii
BAB I

PEMDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Remaja berasal dari bahasa latin yakni adolensence yang artinya tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Dikutip dari Hurlock tahun 1992 istilah adolensence memiliki arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa
remaja yang di alami oleh peremuan berlangsung antara umur 12 hinggga umur 21 tahun.
Jika pada laki-laki berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai dengan 22 tahun. Menurut
UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang
untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-
laki.
Menurut WHO pengertian remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu
biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun. yang
secara lengkap berbunyi sebagai berikut: 1. Individu berkembang dari saat pertama kali
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan socialekonomi
yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:
1. Apa itu pengertian remaja dan organ reproduksi?
2. Apa itu konsep dan komponen kesehatan reproduksi remaja kebutuhan khusus?
3. Apa itu merawat dan promosi kesehatan reprodukasi remaja kebutuhan khusus?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan
penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian remaja dan organ.
2. Untuk mengetahui konsep dan komponen kesehatan reproduksi remaja
kebutuhan khusus.
3. Untuk merawat dan promosi kesehatan reproduksi remaja kebutuhan
khusus.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja


Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin
“adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi
dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Remaja adalah masa transisi antara
masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks
sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif.
Remaja merupakan kelompok potensial yang perlu mendapat perhatian serius karena
remaja dianggap sebagai kelompok yang mempunyai risiko secara seksual maupun
kesehatan reproduksi dimana mereka memiliki rasa keingintahuan yang besar dan ingin
mencoba sesuatu yang baru. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas
remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan
serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik
tersebut tidak tepat, mereka akan jatuh dalam perilaku berisiko dan mungkin harus
menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan
fisik dan psikososial.
2.2 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja Kebutuhan Khusus
Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Setiap
orang harus mampu memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya,
juga mampu menurunkan serta memenuhi keinginannya tanpa ada hambatan apa pun,
kapan, dan berapa sering untuk memiliki keturunan. Setiap orang berhak dalam mengatur
jumlah keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara
kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, seperti pelayanan antenatal,
persalinan, nifas dan pelayanan bagi anak dan kesehatan remaja juga perlu dijamin.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
b. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk PMS-
HIV/AIDS,

2
c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi,
d. Kesehatan reproduksi remaja,
e. Pencegahan dan penanganan infertile,
f. Kanker pada usia lanjut,
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik, mutilasi
genital, fistula, dan lain-lain.
2.3 Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja Kebutuhan Khusus
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan
pada masa remaja, yang ditandai dengan terjadi peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu
relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan
berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik mampu
melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat mempertanggungjawabkan akibat
dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling, serta pelayanan
klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ini.
Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat
berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi serta kesejahteraan
sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh
terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada
akhirnya. Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa
peralihan dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan
pertumbuhan, perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya,
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau
kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Masa remaja adalah
masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja
antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa pubertas ditandai dengan terjadinya
perubahanperubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi
tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang
terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung
cepat, drastis, tidak beraturan dan bermuara dari perubahan pada sistem reproduksi.
Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai
siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini
disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik

3
seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ
reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk
tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche
(menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul.
Sedangkan pada remaja putra mengalami pollution (mimpi basah pertama), pembesaran
suara, tumbuh rambut–rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada,
di kaki, kumis dan sebagainya.
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan sebagai berikut :
a. Masa remaja awal/dini (early adolescence): umur 10–13 tahun
1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya,
2. Tampak dan merasa ingin bebas,
3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berfikir khayal (abstrak).
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 14–16 tahun
1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri,
2. Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis,
3. Timbul perasaan cinta yang mendalam,
4. Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang,
5. Berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual.
Hak dan Kesehatan Reproduksi mendapat perhatian khusus setelah dilaksanakannya
Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International
Conference on Population and Development atau ICPD) di Kairo pada tahun 1994. Hal
penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma dalam
pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian
populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan
reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi. Ruang lingkup kesehatan
reproduksi secara luas juga sudah diatur dalam kebijakan dan strategi kesehatan
reproduksiyang meliputi antara lain Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga
Berencana, Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
termasuk IMSHIV/AIDS, Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Aborsi,
Kesehatan Reproduksi Remaja, Pencegahan dan Penanganan Infertilitas,
Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut (kanker, osteoporosis,
dementia). Nampak bahwa lingkup kesehatan reproduksi yang ada masih dominan

4
berpaham pada “normalisme” artinya semuanya didesain untuk individu yang normal.
Masih belum ada desain atau difasilitasi yang diperuntukan untuk difabel. Difabel adalah
suatu keterbatasan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik, psikologis maupun kelainan
struktur dan fungsinya, yang desbabkan karena kecelakaan atau faktor heriditer.
Keterbatasan ini menyebabkan berkurangnya nilai atau mutu atau kesempurnaan pada
seseorang (Kamus Besar bahasa Indonesia & WHO).
2.4 Pengertian Organ Reproduksi
Organ Reproduksi adalah bagian-bagian tubuh yang menjalankan fungsi reproduksi.
Organ-organ reproduksi biasa disebut dengan organ seks. Remaja laki-laki maupun
perempuan mempunyai organ seks bagian luar dan bagian dalam.
2.5 Merawat Organ Reproduksi Remaja Kebutuhan Khusus
Menjaga organ reproduksi pada remaja yang kebutuhan khusus sangat berbeda
dengan. Pada organ reproduksi remaja kebutuhan khusus selain anus dan saluran kencing
yg bermuara di serkitar alat kelamin, terdapat juga: Rambut di sekitar alat reproduksi/
kelamin, Peningkatan kelenjar di sekitar alat kelamin, Peningkatan produksi keringat di
sekitar alat kelamin Perawatan organ reproduksi terdiri dari menjaga kebersihan organ
reproduksi, memperhatikan pakaian dan mengatur gaya hidup.
a. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi pada Perempuan
1. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah buang air
besar, buang air kecil, dan pada saat mandi
2. Sebelum bersihkan alat kelamin, bersihkan lebih dahulu anus dan sekitarnya
dengan sabun, kemudian bilas bersih dengan air. membersihkan anus dengan
gerakan ke arah belakang
3. Sabunlah semua bagian luar yang berambut, dan semua bagian, sampai ke
lipatan/lekuk dari arah depan, baru siram/bilas dengan air bersih juga dari arah
depan ke belakang. (gunakan sabun non parfum)
4. hindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung deodoran
dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena dapat mengganggu pH cairan
kewanitaan dan merangsang munculnya jamur atau bakteri
5. keringkan dengan tissue atau handuk kering yang bersih, dengan cara
menekan, jangan menggosok.
6. Pada saat menstruasi gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur 2-3 kali
dalam sehari atau setiap setelah buang air kecil, atau bila pembalut telah penuh
darah, atau saat mandi

5
b. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Laki-laki
1. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah buang air
besar, dan pada saat mandi
2. Bersihkan lebih dahulu anus dan sekitarnya dengan sabun, kemudian bilas
bersih dengan air. Lakukan membersihkan anus dengan gerakan ke arah
belakang,
3. Gunakan sabun non parfum pada semua bagian luar yang berambut, sampai ke
lipatan/lekuk dari arah depan, baru siram/bilas dengan air bersih juga dari arah
depan ke belakang.
4. Pertama-tama sabunlah daerah sekitar pangkal penis yang berambut, buah
zakar, batang penis, sabun bersih seluruhnya, kemudian bilas bersih dengan
air.
5. tariklah kulit batang penis ke arah atas sampai terlihat bagian yang berlekuk
pada kepala penis (glans). Hal ini perlu dilakukan karena pada bagian yang
berlekuk mengendap produk kelenjar yang disebut smegma.

Semua bagian harus disabun dan dibersihkan sampai tidak ada kotoran (smegma)
yang tertinggal dikarenakan kotoran (smegma) yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi
pada laki-laki, smegma yang masuk ke alat kelamin perempuan saat berhubungan seksual
juga dapat mengakibatkan kanker rahim oleh karena itu khitan pada laki-laki merupakan
tindakan yang perlu untuk menjaga kebersihan dan kesehatan alat kelamin.

c. Memperhatikan Pakaian
Pakaian yang lembab dan terlalu etat dapat mempengaruhi kesehatan organ
reproduksi. Cara untuk memperhatikan pakaian dapat dilakukan seperti dibawah ini:
 Ganti celana dalam jika sudah terasa lembab
 Hindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat
 Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan selesai
renang) karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah dan lembab
 Gunakan celana dalam dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban
dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga
d. Mengatur Gaya Hidup
Cara untuk mengatur gaya hidup agar terhindar dari masalah organ reproduksi dapat
dilakukan dengan berbagai cara dibawah ini:
 Hindari seks berisiko

6
 Mengendalikan stress
 Mengkonsumsi diet tinggi protein. Kurangi makanan tinggi gula dan
karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri
 Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat membuat
kedua paha tertutup rapat sehingga dapat mengganggu sirkulasi udara dan
meningkatkan kelembaban
2.6 Proses promosi kesehatan remaja pada kebutuhan khusus
Proses promosi kesehatan remaja kebutuhan khusus yang dilakukan oleh pihak
Sekolah Luar Biasa AUTIS PRANANDA ini terbagi menjadi 2 tema, diantaranya yang
pertama yaitu Menentukan kebutuhan promosi kesehatan yang terbagi menjadi 2 sub
bagian, diantaranya
1. Diagnosis Masalah,
Diagnosis masalah adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak SLB Autis Prananda
yang sudah memiliki nilai dan pengalaman dalam melakukan perencanaan promosi
kesehatan, dimana pihak sekolah mengkaji dan menelaah secara mendalam mengenai
berbagai faktor yang menjadi penyebab dari adanya munculnya Masalah yaitu
permasalahan utama yang sedang di hadapi oleh pihak SLB Autis Prananda adalah
masih Banyaknya para anak didik mereka yang masih belum bisa mengerti bagaimana
cara menerapkan informasi kesehatan reproduksi yang telah diberikan oleh pihak
sekolah kepada para murid (Input). Dengan adanya hal, pihak sekolah pun berinisiatif
untuk melibatkan pihak orang tua murid dalam ikut membantu pihak sekolah dalam
memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi kepada para anak dari para
orang tua murid.
2. Menetapkan prioritas masalah.
Menetapkan prioritas masalah merupakan prioritas masalah yang ditetapkan oleh
pihak SLB Autis Prananda dalam membuat promosi kesehatan mengenai kesehatan
reproduksi dalam sekolah mereka yang bertujuan untuk bisa memfokuskan apa yang
menjadi focus dalam membuat promosi kesehatan tersebut berdasarkan adanya
prioritas masalah. Dimana dalam hal ini prioritas masalah dari dibuatnya promosi
kesehatan yang dilakukan oleh pihak SLB Autis Prananda disebabkan karena masih
banyaknya para murid yang masih belum mengerti dengan informasi mengenai
kesehatan reproduksi yang dilakukan oleh pihak sekolah mengingat adanya kesulitan
dan keterbutuhan khusus yang dialami oleh para peserta didik dalam menerima pesan
(Filter).

7
Lalu langkah kedua dari perencanaan promosi kesehatan adalah Mengembangkan komponen
promosi kesehatan yang terbagi menjadi 7 sub bagian, diantaranya :
1. Menentukan tujuan promosi kesehatan
Tujuan promosi kesehatan yaitu menentukan tujuan dari dibuatnya program promosi
kesehatan. Dalam hal ini, berdasarkan hasil wawancara bersama 3 informan kunci,
pihak SLB Autis Prananda menyelenggarakan promosi kesehatan dengan tujuan agar
para anak yang di didik oleh pihak SLB Autis Prananda bisa memahami dengan baik
dalam menerapkan informasi mengenai kesehatan reproduksi mereka, yang dibantu
melalui para orang tua murid selaku penanggung jawab utama dari para putra dan
putri mereka.
2. Menentukan sasaran promosi kesehatan
Menentukan sasaran promosi kesehatan merupakan memilih atau menentukan
sasaran yang dituju oleh pihak pembuat promosi kesehatan. Dalam hal ini
menentukan sasaran promosi kesehatan adalah menentukan sasaran manakah yang
menjadi fokus utama dalam pembuatan promosi kesehatan ini. Berdasarkan hal
tersebut, SLB Autis Prananda menentukan para orang tua murid sebagai sasaran
promosi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi yang diselenggarakan oleh pihak
sekolah.
3. Menentukan isi Promosi kesehatan,
Menentukan isi promosi kesehatan adalah menentukan berbagai pesan yang akan
disampaikan dalam promosi kesehatan yang akan diselenggarakan kepada para
sasaran yang telah ditetapkan. Pihak SLB Autis Prananda menentukan isi promosi
kesehatannya mengenai bagaimana cara memberikan informasi mengenai kesehatan
reproduksi kepada para anak dengan gangguan autisme yang di peruntukkan bagi
para orang tua murid yang dikemas dengan kedalam berbagai kegiatan, seperti
melakukan sesi diskusi secara langsung bersama dengan para orang tua dengan
menggunakan Bahasa setempat dengan tujuan agar pesan mengenai promosi
kesehatan tersebut bisa lebih mudah mengerti dan melaksanakan isi pesan tersebut.
4. Menentukan metode yang akan digunakan
Menetukan metode, merupakan penetuan metode apa saja yang akan digunakan dan
dilakukan dalam menyampaikan berbagai pesan dalam promosi kesehatan terhadap
sasaran yang dituju. Menentukan metode yang akan digunakan adalah menentukan
berbagai teknik atau cara yang akan dilakukan dalam menjalan promosi kesehatan
yang diselenggarakan berdasarkan hal tersebut metode yang dilakukan oleh pihak

8
SLB Autis Prananda adalah metode penyuluhan secara langsung yang dilakukan oleh
pihak SLB Autis Prananda dalam memberikan pesan mengenai kesehatan reproduksi
kepada para orang tua murid sesuai dengan aspek pengetahuan, dimana aspek ini
mencakup metode yang dilakukan dengan cara penyuluhan langsung, pemasangan
poster, spanduk, Penyebaran leaflet dan sebagainya. Selain itu, Metode yang lainnya
dilakukan oleh pihak SLB Autis Prananda seperti pembuatan buku yang dilakukan
oleh pihak sekolah dan adanya pemutaran video penampilan foto atau slide sesuai
dengan aspek sikap, dimana pada aspek ini merupakan aspek yang perlu memberikan
contoh yan lebih konkret yang dapat mengunggah emosi, perasaan, dan sikap sasaran
seperti melalui foto, slide atau pemutaran video.
5. Menentukan media yang akan digunakan
Menentukan media yang akan digunakan adalah ketika pihak SLB Autis Prananda
menentukan berbagai media yang akan digunakan dalam menyampaikan pesan yang
akan disampaikan pada program promosi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi
kepada para orang tua murid. Media yang digunakan oleh Pihak SLB Autis Prananda
dalam menyampaikan pesan promosi kesehatannya kepada para sasaran tujuan adalah
menggunakan media cetak seperti buku penghubung dan analisis task (Channel).
selain itu media yang digunakan oleh pihak SLB Autis Prananda dalam
menyampaikan pesan promosi kesehatan mereka adalah melalui media elektronik.
Semenjak adanya keadaan Covid-19 program promosi kesehatan mengenai kesehatan
reproduksi yang diselenggarakan oleh pihak SLB Autis Prananda dipindahkan
melalui Zoom meeting yang berisikan seperti diskusi dari pihak sekolah, berbagai
informasi mengenai kesehatan reproduksi anak yang disampaikan melalui gambar
dan pemutaran video.
6. Menyusun rencana evaluasi
Menyusun rencana evaluasi yang dilakukan oleh pihak SLB Autis Prananda adalah
rencana evaluasi yang telah selesai dilakukan oleh pihak SLB Autis Prananda dalam
menyusun hasil evaluasi promosi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi yang
telah dilakukan oleh pihak sekolah. Berdasarkan hasil wawancara bersama 3
informan kunci hasil evaluasi dari program promosi kesehatan mengenai kesehatan
reproduksi yang diselenggarakan oleh pihak SLB Autis Prananda dinilai telah efektif
tetapi dirasa masih kurang totalitas yang disebabkan oleh adanya kekurangan waktu
hal ini juga menyebabkan terdapat keluhan dari para orang tua murid mengenai
kurang jelasnya arahan melalui zoommeeting dan hal inipun diatasi dengan tetap

9
mengadakan homevisit tetapi dirasa masih kurang totalitas yang disebabkan oleh
adanya kekurangan waktu(Noise).
7. Menyusun jadwal pelaksanaan.
Menyusun jadwal pelaksanaan yang dilakukan oleh pihak SLB Autis Prananda dalam
menyusun jadwal Pelaksanaan program promosi kesehatan mengenai kesehatan
reproduksi yang dilakukan oleh pihak sekolah SLB Autis Prananda merupakan
penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksanaan (Time). Pelaksanaan kegiatan Jadwal
pelaksanaan promosi kesehatan yang dilakukan oleh pihak SLB Autis Prananda
adalah seperti berikut: Penyuluhan secara langsung yang dilakukan oleh pihak SLB
Autis Prananda yang dilakukan disekolah Bersama para orang tua murid, setiap
pulang sekolah HomeVisitdirumah orang tua murid dua minggu sekali yang
dilaksanakan di rumah para orang tua murid Zoom meeting dilakukan setiap minggu
dari pihak sekolah kepada para orang tua murid

10
BAB III
PENUTUP

3.1SIMPULAN
Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin
“adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi
dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Remaja adalah masa transisi antara
masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks
sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif.
Organ Reproduksi adalah bagian-bagian tubuh yang menjalankan fungsi reproduksi.
Organ-organ reproduksi biasa disebut dengan organ seks. Remaja laki-laki maupun
perempuan mempunyai organ seks bagian luar dan bagian dalam. Menjaga organ
reproduksi pada remaja yang kebutuhan khusus sangat berbeda dengan. Pada organ
reproduksi remaja kebutuhan khusus selain anus dan saluran kencing yg bermuara di
serkitar alat kelamin, terdapat juga: Rambut di sekitar alat reproduksi/ kelamin,
Peningkatan kelenjar di sekitar alat kelamin, Peningkatan produksi keringat di sekitar alat
kelamin Perawatan organ reproduksi terdiri dari menjaga kebersihan organ reproduksi,
memperhatikan pakaian dan mengatur gaya hidup.

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk membantu menyempurnakan isi dari
karya ini. Terima kasih kritik dan saran nya. kami harap Anda menemukan makalah ini
bermanfaat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih., Ranuh, IG.N. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC
BKKBN. 2008. Modul Pelatihan Konseling Kesehatan reproduksi remaja bagi calon
Konselor Sebaya. Jakarta 56
Seotjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan permasalahnnya. Jakarta. Sagung Seto
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI REMAJA
PEREMPUAN DIFABEL (TUNA GRAHITA) DI SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA
Islamiyatur Rokhmah,Warsiti
Huda; Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Intelek Usia Remaja. Al-„Ulum; Vol. 2, Tahun
2013
Irianto, Koes. Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. 2015. Bandung: Alfabeta

12

Anda mungkin juga menyukai