Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGARUH MEDIA INFORMASI TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen pengampu : Yenni Ariestanti, S.Si.T., M.Kes

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Tri Yuliyanto Nugroho 195050017
Shelvia Nanda 195050023
Kartini Amelia 195050050
Desy Tri Ramdhani 195050057

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya, kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Pengaruh Media
Informasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Reproduksi Pada Remaja dengan dosen pengampu
Yenni Ariestanti, S.Si.T., M.Kes.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal sehingga bisa memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Jakarta, Mei 2022

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................................................................2
1.3 Manfaat ........................................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI ...........................................................................................4
A. Definisi Kesehatan Reproduksi ................................................................................4
B. Masa Remaja .............................................................................................................4
C. Pengertian Seks ..........................................................................................................6
D. Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Reproduksi ...................................................8
E. Media Informasi dan Pengetahuan Remaja ...........................................................9
BAB III PEMBAHASAN KASUS ...................................................................................10
3.1 Hasil Wawancara Responden ....................................................................................10
3.2 Pembahasan Hasil .......................................................................................................14
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................16
Lampiran ...........................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari
penduduk dunia. Data WHO pada tahun 1995, sekitar seperlima penduduk dunia adalah
remaja berumur 10-19 tahun. Penduduk Asia Pasifik merupakan 60% dari penduduk dunia,
seperlimanya adalah remaja. Di Indonesia, data Biro Pusat Statistik (2009) kelompok umur
10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia tahun
2006, remaja Indonesia berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau sekitar 20% dari jumlah
penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia, yaitu sekitar 1,2 miliar atau sekitar 1/5
dari jumlah penduduk dunia. Pada tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia diperkirakan
sudah mencapai 62 juta jiwa.

Masa remaja berpeluang berperilaku berisiko tanpa mewaspadai akibat jangka


panjang dari perilaku tersebut. Mereka mengadopsi perilaku berisiko itu melalui pergaulan
yang tidak sehat dan informasi yang tidak terarah. Kemajuan atau modernisasi ternyata
mempunyai dua sisi yang dapat menguntungkan dan atau juga merugikan, khususnya
masalah kemajuan dalam bidang teknologi informasi. Era globalisasi dan keterbukaan
informasi, misalnya internet membuat segala bentuk informasi menjadi sangat mudah
didapat. Sayangnya sangat sulit untuk membendung informasi yang dapat merusak
kepribadian remaja, misalnya pornografi dan kehidupan seksual bebas. Selain itu, orang tua,
lingkungan dan juga institusi pendidikan, tampaknya belum siap untuk menghadapi kemajuan
teknologi informasi yang berkembang dengan sangat cepatnya

Remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar dan cenderung ingin mengeksplorasi
dunia. Seringkali hasrat untuk menjelajahi segala hal ini tidak diiringi dengan pertimbangan
yang matang, hingga terkadang tindakan-tindakannya berisiko tinggi baik bagi diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Apabila tidak diberi perhatian dan dibiarkan tanpa
pengawasan, perbuatan berisiko ini dapat memunculkan berbagai masalah. Salah satu
masalah yang bisa timbul akibat perilaku tersebut adalah masalah kesehatan reproduksi.

Kesehatan reproduksi remaja sudah menjadi isu global saat ini. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku

1
seksual yang bertanggung jawab. Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di
Indonesia yaitu kurangnya informasi mengenai kesehatan repoduksi, masalah pergeseran
perilaku seksual remaja, pelayanan kesehatan yang kurang baik serta perundang-undangan
yang belum mendukung (Akbidyo, 2007).

Pubertas membuat remaja sadar akan potensinya dan menjadi lebih ekspresif dalam
mengeksplorasi organ dan perilaku seksualnya. Persepsi mengenai kesehatan reproduksi dan
seksualitas yang salah dapat ikut terbawa ke dalam perilaku seksual mereka. Bagi remaja
yang aktif secara seksual, miskonsepsi ini dapat meningkatkan perilaku seks berisiko dan
mengakibatkan risiko terkena penyakit menular seksual. Penyakit ini dapat berupa keputihan,
Klamidia, Gonorea, hingga HIV Aids. Apabila dibiarkan, penyakit tersebut dapat
mengakibatkan infeksi lebih lanjut dan membahayakan dirinya

Kondisi perilaku berisiko remaja Indonesia saat ini sungguh menunjukkan gejala yang
makin mengkhawatirkan. Dari fakta tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa morbiditas dan
mortalitas pada remaja pada umumnya disebabkan terutama karena faktor psychosocial
seperti kekerasan, kenakalan remaja, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular
seksual, HIV/AIDS, penyalah gunaan obat, dan merokok. Berbagai masalah perilaku berisiko
tersebut bisa saling berkaitan atau berakibat pada masalah perilaku berisiko lainnya.

1.2 Tujuan

1. Tujuan umum
Mengetahui apakah distribusi pengetahuan pada remaja putra dan putri mengenai
kesehatan reproduksi dan aspek-aspek lainnya terkait kesehatan reproduksi sudah
didapatkan atau belum
2. Tujuan khusus
1) Mengetahui distribusi informasi mengenai kesehatan reproduksi pada remaja putra
dan putri
2) Mengetahui permasalahan dan risiko apa saja yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi pada remaja
3) Mengetahui tingkat pengetahuan pada remaja putra dan putri mengenai kesehatan
reproduksi

2
1.3 Manfaat

1. Bagi institusi
Makalah ini dapat menjadi salah satu referensi pembelajaran Kesehatan Reproduksi
Remaja dan Lansia
2. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh lingkungan terhadap
tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
2) Mahasiswa mendapatkan gambaran bagaimana perilaku kesehatan repoduksi
dan seksual yang ada pada remaja

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Kesehatan Reproduksi


Berdasarkan pandangan WHO sendiri kesehatan Reproduksi adalah Keadaan
sejahtera secara fisik, mental, ataupun sosial yang utuh. Jadi yang dimaksud sehat itu
bukan berarti hanya sekedar tidak adanya penyakit ataupun kecacatan, tetapi juga suatu di
mana kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan dan laki-laki untuk melalui
beberapa proses reproduksi baik perempuan maupun laki-laki yang berhak mendapatkan
standar kesehatan yang setinggi-tingginya, dikarenakan kesehatan merupakan bagian hak
asasi manusia yang telah diakui di kancah internasional. Sedangkan menurut Kemenkes
Republik Indonesia pada tahun 2015, Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat baik
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak sekedar bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
B. Masa Remaja
1. Pengertian Remaja
Kata remaja mempunyai banyak arti berbeda-beda. Ada yang mengartikan remaja
sebagai sekelompok orang yang sedang beranjak dewasa, ada juga yang mengartikan
remaja sebagai anak-anak yang penuh dengan gejolak dan masalah, ada pula yang
mengartikan remaja sebagai sekelompok anak-anak yang penuh dengan semangat dan
kreatifitas.
WHO mendefinisikan remaja sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja adalah 12 – 24 tahun. Sedangangkan dari segi program
pelayanan oleh Departemen Kesehatan, definisi remaja adalah mereka yang berusia 10 –
19 tahun dan belum kawin. Sementara menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi), Batasan usia remaja adalah 10 – 19 tahun (BKKBN,
2001).
Dari beberapa pengertian di atas, secara psikologis remaja dalam bahasa aslinya
disebut dengan adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh
untuk mencapai kematangan atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Masa remaja
menurut Mappiare (1982:27) berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22
tahun bagi pria. Rentan waktu usia remaja biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 12-15 tahun
adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan dan 18-22 tahun
adalah masa remaja akhir.

4
2. Perkembangan Remaja
Masa remaja sering disebut juga dengan masa pubertas. Hurlock (1997:274)
berpendapat bahwa masa puber adalah fase dalam rentang perkembangan ketika anak-anak
berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Adapun Root (2006:17)
berpendapat bahwa masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan saat terjadi
kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai
dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan somatis dan
prespektif psikologis, seperti pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial.
- Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja meliputi perubahan progresif yang
bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal meliputi perubahan ukuran alat
pencernaan makanan, bertambahnya besar dan berat jantung dan paru-paru, serta
bertambah sempurnanya sistem kelenjar endoktrin atau kelamin dan berbagai jaringan
tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi dan berat badan,
bertambahnya proporsi tubuh, bertambahnya ukuran besarnya organ seks, dan
munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti pada laki-laki tumbuh kumis dan
janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, di
kaki, di lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada
perempuan, tumbuhnya payu dara, pinggul membesar, suara menjadi halus, tumbuh
bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan (Ali.M dan Asrori.M, 2006:20).
- Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada remaja menurut Jean Piaget (dalam Desmita, 2008:195)
adalah telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational
thought) yaitu sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis, serta sudah mampu
berpikir tentang sesuatu yangakan atau mungkin terjadi. Mereka juga sudah mampu
memikirkan semua kemungkinan secara sistematik (sebab-akibat) untuk memecahkan
dan menyelesaikan masalah-masalah.
- Perkembangan emosi
Perkembangan emosi pada remaja menurut Granville Stanley Hall (dalam Al-
Mighwar, 2006:69) belum stabil sepenuhnya atau masih sering berubah-ubah. Kadang-
kadang mereka semangat bekerja tetapi tiba-tiba menjadi lesu, kadang-kadang mereka
terlihat sangat gembira tiba-tiba menjadi sedih, kadang-kadang mereka terlihat sangat
percaya diri tiba-tiba menjadi sangat ragu. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki
perasaan yang sangat peka terhadap rangsangan dari luar.
5
- Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial yang terjadi pada remaja yaitu, remaja mulai mencari
identitas jati dirinya. Remaja mulai menyadari adanya rasa kesukaan dan ketidak
sukaan atas sesuatu, sudah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai di masa
depan, sudah mempunyai kekuatan dan hasrat untuk mengontrol kehidupan sendiri.
Dalam menjalin hubungan relasi, remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan
teman sebayanya daripada dengan orang tuanya, sehingga lebih terjalin kedekatan
secara pribadi dengan teman sebaya daripada dengan orang tua. Hal itu membuat
mereka lebih suka bercerita masalah-masalah pribadi seperti masalah pacaran dan
pandangan-pandangan tentang seksualitas kepada teman sebayanya. Sedangakan
masalah-masalah yang mereka ceritakan kepada orang tua hanya seputar masalah
sekolah dan rencana karir. (Desmita, 2008:217-222).
C. Pengertian Seks
1. Pengertian Seks
Dalam kamus bahasa Indonesia seks artinya jenis kelamin. Jenis kelamin ada dua yaitu
laki-laki dan perempuan. Sedangkan ciri-ciri, sifat atau peranan dari masing-masing jenis
kelamin itulah yang disebut dengan seksualitas. Seksualitas bisa juga diartikan sebagai
dorongan atau kehidupan seks itu sendiri, yakni segala totalitas dari kehidupan seorang
laki-laki dan perempuan yang meliputi penampilan fisik, emosi, psikologi, dan intelektual
mereka (Afra dan Hadiy, 2004:2-3).
Seksualitas atau jenis kelamin menurut Departemen dan Kesehatan Republik Indonesia
(DepKes RI) (dalam Romauli dan Vindari, 2009:114) adalah karakteristik biologis-
anatomis (khususnya sistem reproduksi dan hormonal), diikuti dengan karakteristik
fisiologi tubuh, yang menentukan apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan.
Seksualitas atau jenis kelamin (seks) menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat
(dalam Romauli dan Vindari, 2009:114) adalah perbedaan fisik biologis, yang mudah
dilihat melalui ciri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan
perempuan. Seks menurut WHO (dalam Romauli dan Vindari, 2009:114-115) adalah
karakteristik genetik atau fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan apakah dia
seorang perempuan atau laki-laki.
Masalah seksual tidak dapat dilepaskan dari teori Sigmund Freud tentang insting
seksual yang disebut dengan istilah libido. Freud (1938:61-92) menyatakan bahwa libido
seksual telah ada sejak bayi dilahirkan, namun aktifitas seksualnya belum terlihat jelas.
Aktifitas seksual anak baru akan tampak ketika berusia tiga atau empat tahun, yaitu saat
6
mereka merasakan kenikmatan pada zona erogen tertentu. Zona erogen pada anak masih
terbatas pada daerah mulut, (ketika anak menyusu pada ibunya) yang ditunjukkan oleh
perilaku menghisap, daerah anal (anus) ditunjukkan oleh perilaku buang air besar, dan
daerah genital ditunjukkan oleh perilaku pembuangan urine. Freud menyebut kondisi
tersebut sebagai seksualitas infantil, dengan tujuan pemenuhannya didominasi secara
bertahap dan beraturan sesuai dengan zona erotogenik, yang sesuai dengan perkembangan
psikoseksual ketika dialami oleh anak, yaitu fase oral, fase anal, fase phallic, dan fase
genital. Libido seksual ini, kemudian akan memuncak saat anak memasuki masa puber.
2. Perilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja
Perilaku diartikan sebagai aksi atau reaksi organism terhadap lingkungannya.
Sebenarnya bahwa perilaku baru dapat terjadi apabila ada sesuatau yang dibutuhkan untuk
menimbulkan reaksi, yang disebut juga dengan rangsangan. Maka rangsangan tersebut
akan menghasilkan suatau perilaku. Perilaku adalah respon individu terhadap suatau
stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak disadari. Perilaku merupakan kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat
kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang
menerapkan perilaku tertentu. Karena itu, sangat penting untuk dapat menelaah alasan
dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut. Berikut ini di
uraikan bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO perubahan perilaku
dikelompokan menjadi 3 yaitu:
- Perubahan Alamiah Perilaku manusia selalu berubah dimana sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatau
perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota
masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
- Perubahan Rencana Bentuk perubahan perilaku yang terjadi karena memang
direncanakan sendiri oleh subyek.
- Kesedian Untuk Berubah Apabila terjadi suatau inovasi atau program-program
pembangunan di masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat
cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan sebagian orang lagi sangat
lambat untuk menerima inovasi atau perubahan-perubahan tersebut. Hal ini di
sebabkan karena setiap orang mempunyai kesedian orang untuk berubah yang
berbeda-beda. Masalah seks pada remaja saat ini sangatlah menghawatirkan, dewasa
ini perkembangan arus informasi yang begitu pesat memudahkan para remaja untuk

7
mengetahui berbagai hal dan dapat diakses secara bebas di internet maupun media
massa lainnya. Keingintahuan remaja yang sangat besar. Dalam kondisi dimana
teknologi informasi dan komunikasi begitu bebas maka kesempatan remaja untuk
memperoleh informasi terhadap berbagai hal termasuk masalah seks sangatlah
terbuka. Masalahnya adalah tidak semua infomasi yang tersedia merupakan informasi
yang benar dan tepat bagi kehidupan remaja.

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang sangat cepat
dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-
norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat
akibat dari proses modernisasi dan globalisasi telah mengakibatkan perubahan pola
kehidupan, etika dan nilai-nilai moral khususnya hubungan perilaku seksual. Bagi
masyarakat masalah seks remaja sekarang ini merupakan masalah sosial karena perilaku
tersebut sudah melanggar norma dan peratauran-peratauran yang ada, yang disebut sebagai
masalah sosial ialah:

- Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat


masyarakat.
- Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar dari warga masyarakat sebagai
menganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.

D. Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Meskipun pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi telah dipromosikan


secara luas oleh berbagai lembaga, baik di tingkat nasional maupun internasional, remaja di
berbagai wilayah Indonesia masih memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang
tergolong rendah (Yang, et al., 2016; Lukmana dan Yuniarti, 2017). Kesehatan reproduksi
dan seksual pada remaja perlu mendapatkan perhatian khusus, mengingat Indonesia pada saat
ini mengalami puncak demografi, dan ketika tidak tertangani akan mengakibatkan dampak
jangka panjang pada keberlangsungan bangsa. Pentingnya pengetahuan Reproduksi terhadap
remaja Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih
trend-nya “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah
beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting
untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
di kalangan remaja.

8
Pentingnya pendidikan seks bagi remaja, yaitu :

- Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja putra dan putri


- Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas
- Memahami masalah seksualitah pada remaja putra dan putri
- Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah seksualitas

E. Media Informasi dan Pengetahuan Remaja


Salah satu yang menyebabkan rendahnya pemahaman remaja mengenai kesehatan
reproduksi adalah keterbatasan akses informasi hal ini juga didukung oleh penelitian yang
telah dilakukan oleh Ernawati kebenaran informasi tentang reproduksi yang didapat oleh
remaja yang berasal dari pedesaan dan perkotaan berbeda, hal ini dikarenakan perbedaan
jumlah sumber informasi, status sosial ekonomi dan pendidikan orang tua.

9
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Hasil Wawancara Responden

Hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap remaja putra dan putri berjumlah 10
responden didapatkan hasil yang terkait dengan judul makalah ini yaitu “Studi Kasus :
Pengaruh Media Informasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan
Reproduksi”

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Umur Responden Remaja Putra dan Putri

Umur Frekuensi Persen


16 3 30 %
17 6 60 %
18 1 10 %
Total 10 100 %
Pada Tabel 1 menampilkan karakteristik umur pada remaja putra dan putri, dengan rata-rata
umur responden adalah 17 tahun sebanyak 6 orang ( 60 % )

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Remaja Putra dan Putri Yang Mengikuti Kegiatan
Organisasi Di Sekolah

Mengikuti Kegiatan Organisasi Iya (%) Tidak (%)


7 (70%) 3 (30%)
Pada Tabel 2 menampilkan distribusi frekuensi terkait mengikuti kegiatan organisasi
disekolah remaja putra dan putri, dengan rata-rata yang mengikuti organisasi sebanyak 7
responden (70 %). Sedangkan yang tidak mengikuti kegiatan organisasi sebanyak 3
responden (30 %).

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden yang Pernah Mendapatkan Informasi dan Belum
Pernah Mendapatkan Informasi Mengenai Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

Mendapatkan Informasi Kesehatan Iya (%) Tidak (%)


Reproduksi 10 (100%) 0 (0%)

10
Pada tabel 3 menunjukan keseluruhan responden sudah pernah mendapatkan informasi
mengenai Kesehatan reproduksi pada remaja, yaitu 10 responden (100%).

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Yang


Didapatkan Mengenai Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

Sumber Informasi Frekuensi (%)


Internet 9 (90%)
Guru 8 (80%)
Petugas kesehatan 1 (10%)
Pada tabel 4 menunjukan sumber informasi yang didapatkan oleh responden terbanyak adalah
melalui internet yaitu 9 responden (90%) dan terendah melalui petugas kesehatan yaitu 1
responden (10%).

Tabel 5. Distribusi Responden Pada Remaja Putra dan Putri Yang Memilik atau Tidak
Memiliki Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Iya (%) Tidak (%)


0 (0%) 10 (100%)
Pada tabel 5 menunjukan keseluruhan responden pada remaja putra dan putri tidak pernah
memiliki riwayat penyakit, yaitu 10 responden (100%).

Tabel 6. Distribusi Responden Terhadap Kemampuan Memenuhi Kebutuhan Nutrisi,


Istirahat dan Personal Hygiene yang Dibutuhkan Tubuh Pada Remaja Putra dan Putri

Memenuhi Kebutuhan Nutrisi, Istirahat Iya (%) Tidak (%)


dan Personal Hygiene yang Dibutuhkan 10 (100%) 0 (0%)
Tubuh
Pada tabel 6 menunjukan keseluruhan responden mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi,
istirahat dan personal hygiene yang diperlukan oleh tubuh, yaitu 10 responden (100%).

11
Tabel 7. Distribusi Responden yang Mengalami Masalah Kesehatan Dalam Melakukan
Aktivitas Sehari-hari Pada Remaja Putra dan Putri

Mengalami Masalah Kesehatan Dalam Iya (%) Tidak (%)


Melakukan Aktivitas Sehari-hari 0 (0%) 10 (100%)
Pada tabel 7 menunjukan keseluruhan responden tidak mengalami mengalami masalah
kesehatan pada saat melakukan aktivitas sehari-hari, yaitu 10 responden (100%).

Tabel 8. Distribusi Responden Remaja Putra dan Putri Dalam Berprilaku Cukup Baik Di
Sekolah

Berprilaku Cukup Baik Di Sekolah Iya (%) Tidak (%)


10 (100%) 0 (0%)
Pada tabel 8 menunjukan keseluruhan responden remaja putra dan putri berprilaku cukup
baik di sekolah, yaitu 10 responden (100%).

Tabel 9. Distribusi Responden Terhadap Kesulitan dalam Memahami Pembelajaran Di


Sekolah Pada Remaja Putra dan Putri

Kesulitan dalam Memahami Pembelajaran Iya (%) Tidak (%)


Di Sekolah Pada Remaja Putra dan Putri 0 (0%) 10 (100%)
Pada tabel 9 menunjukan keseluruhan responden tidak mengalami mengalami kesulitan
dalam memahami pembelajaran di sekolah, yaitu 10 responden (100%).

Tabel 10. Distribusi Responden Remaja Putra dan Putri Terhadap Perubahan Reproduksi
yang Dialami Pertama Kali Pada Rentang Umur 10-16 Tahun.

Perubahan Reproduksi yang Dialami Pertama Iya (%) Tidak (%)


Kali Pada Rentang Umur 10-16 Tahun 10 (100%) 0 (0%)
Pada tabel 10 menunjukan keseluruhan responden mengalami perubahan reproduksi pertama
kali pada rentang umur 10-16 tahun, yaitu 10 responden (100%).

12
Table 11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Aspek-Aspek Tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja

Item Pertanyaan Iya (%) Tidak (%)


Payudara membesar, pinggul melebar dan 10 0 (0%)
datangnya haid adalah ciri-ciri perubahan pada (100%)
perempuan
Membesarnya jakun, dada melebar, dan 10 0 (0%)
Pengetahuan
mengalamin mimpi basah adalah ciri-ciri (100%)
Reproduksi
perubahan pada laki-laki
Mengeringkan alat reproduksi sesudah buang 10 0 (0%)
air kecil dan besar menggunakan tisu dan (100%)
handuk pribadi dapat mencegah penularan dan
pertumbuhan bakteri didaerah kelamin
Vagina, rahim, ovarium dan tuba fallopi adalah 10 0 (0%)
organ reproduksi wanita (100%)
Penis, testis merupakan organ reproduksi laki- 10 0 (0%)
laki (100%)
Apakah anda mengetahui penyakit apa saja 7 (70%) 3 (30%)
yang timbul jika tidak merawat organ
reproduksi
Pada table 11 menampilkan distribusi frekuensi pengetahuan reponden terhadap aspek-aspek
tentang kesehatan reproduksi pada remaja, pertanyaan yang berkaitan dengan ciri ciri
kedewasaan dan organ reproduksi responden tidak mengalami kesulitan, namun pada
pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan mengenai penyakit terdapat 3 responden
(30%) yang menjawab tidak mengetahuinya.

Table 12. Distribusi Frekuensi Penyimpang Perilaku Pada Remaja Putra dan Putri

Item Pertanyaan Iya (%) Tidak (%)


Apakah teman-teman pernah merokok 3 (30%) 7 (70%)
Apakah teman-teman seorang perokok 0 (0%) 10 (100%)
Penyimpangan
Apakah anda pernah minum-minuman keras 0 (0%) 10 (100%)
Perilaku
Apakah anda termasuk pecandu minum- 0 (0%) 10 (100%)

13
minuman keras
Apakah anda tinggal di lingkungan yang buruk 3 (30%) 7 (70%)
Pada table 12 menunjukan distribusi frekuensi responden terhadap penyimpangan perilaku
pada remaja putra dan putri sebanyak 3 responden (30%) mengaku bahwa mereka pernah
merokok dan 3 responden (30%) lagi pernah tinggal di lingkungan yang mana kedua poin ini
turut berpengaruh pada penyimpangan perilaku remaja.

3.2 Pembahasan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, secara umum tingkat pengetahuan
pada remaja putra dan putri tentang Kesehatan reproduksi adalah cukup baik. Hal ini
dikarenakan remaja-remaja putra dan putri telah mendapatkan informasi mengenai kesehatan
reproduksi. Salah satu sumber informasi yang banyak didapatkan oleh remaja putra dan putri
yaitu dengan penggunaan internet. Internet adalah media massa yang merupakan bagian dari
sumber informasi yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan individu. Faktor lain yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yaitu dikerenakan
keseluruhan responden merupakan siswa dan siswi SMA/SMK sehingga mereka telah
mendapatkan pembelajaran terkait reproduksi di sekolah.

Pada distribusi terkait pengetahuan kesehatan reproduksi secara umum responden


dapat menjawab dengan baik. Kelompok berpendapat hal ini diperoleh dikarenakan remaja
putra dan putri sudah mengalami perubahan fisik pada tubuh dan sudah mendapatkan
informasi tersebut dari internet, guru, petugas kesehatan dan lainnya. Hal tersebut didukung
dengan data yang telah diperoleh bahwa Sebagian besar remaja putra dan putri mendapatkan
sumber informasi dari internet (90%), guru (80%) dan petugas kesehatan (10%).

14
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan yang telah dijelaskan diatas mengenai
“Studi Kasus : Pengaruh Media Informasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Kesehatan Reproduksi, kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara tersebut yaitu tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putra dan putri adalah cukup baik. Dibuktikan
dengan keseluruhan remaja putra dan putri (10 responden) pernah menerima informasi terkait
kesehatan reproduksi dari berbagai sumber infomasi. Dari beberapa sumber informasi yang
ada, internet merupakan media informasi yang paling banyak diakses oleh remaja putra dan
putri dalam menerima informasi mengenai kesehatan reproduksi

15
DAFTAR PUSTAKA

Berliana, N., Hilal, T. S., & Minuria, R. (2021). SUMBER INFORMASI,


PENGETAHUAN DAN SIKAPPENCEGAHAN REMAJA TERHADAP PENCEGAHAN
KEHAMILAN BAGI REMAJA DI KOTA JAMBI TAHUN 2021. Journal of Innovation
Research and Knowledge, 1(6), 213-218.

Hidayangsih, P. S. (2014). Perilaku berisiko dan permasalahan kesehatan reproduksi


pada remaja. Indonesian Journal of Reproductive Health, 5(2), 89-101.

Kemenkes RI. (2015). Kesehatan Reproduksi. Kemenkes. Jakarta.

Purnama Diana Septi. (2020). Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja. [Skripsi
Ilmiah]. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Romlah, S. N., Nurullah, R., & Nurazizah, F. (2021). Kesehatan Reproduksi


Remaja. Jam: Jurnal Abdi Masyarakat, 2(1), 44-49.

http://etheses.uin-malang.ac.id/2179/6/07410048_Bab_2.pdf
http://eprints.uny.ac.id/19257/3/09413244039%20Sos%20BAB%20II%20ANITA
%20INDAH%20SARI.pdf

16
Lampiran

Kuisioner

KUISIONER

Data Responden

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Kelas :

Remaja Putra Remaja Putri


Mimpi Basah : sudah / belum Menstruasi : sudah / belum

No Pertanyaan Ya Tidak
Karakteristik
1 Apakah teman-teman mengikuti kegiatan organisasi disekolah
2 Apakah anda pernah mendapatkan informasi mengenai Kesehatan
reproduksi
3 Jika pernah, darimana sumber informasi didapatkan
Internet
Guru
Petugas Kesehatan
4 Apakah anda memiliki Riwayat penyakit
5 Apakah anda mampu memenuhi kebutuhan nutrisi, istirahat, personal
hygiene yang diperlukan oleh tubuh
6 Apakah anda mengalami masalah kesehatan pada saat melakukan
aktivitas sehari-hari
7 Apakah anda berperilaku cukup baik di sekolah
8 Apakah anda mengalami kesulitan Dalam memahami pembelajaran
di sekolah?
9 Apakah perubahan reproduksi yang anda alami pertama kali

17
dirasakan pada rentang umur 10-16 tahun?
Pengetahuan Reproduksi
10 Payudara membesar, pinggul melebar dan datangnya haid adalah ciri-
ciri perubahan pada perempuan
11 Membesarnya jakun, dada melebar, dan mengalamin mimpi basah
adalah ciri-ciri perubahan pada laki-laki
12 Mengeringkan alat reproduksi sesudah buang air kecil dan besar
menggunakan tisu dan handuk pribadi dapat mencegah penularan dan
pertumbuhan bakteri didaerah kelamin
13 Vagina, rahim, ovarium dan tuba fallopi adalah organ reproduksi
wanita
14 Penis, testis merupakan organ reproduksi laki-laki?
15 Apakah teman-teman mengetahui penyakit apa saja yang timbul jika
tidak merawat organ reproduksi?
Penyimpangan Perilaku
16 Apakah teman-teman pernah merokok?
17 Apakah teman-teman seorang perokok?
18 Apakah anda pernah minum-minuman keras?
19 Apakah anda termasuk pecandu minum-minuman keras?
20 Apakah anda tinggal di lingkungan yang buruk?

18

Anda mungkin juga menyukai