Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dan Perimenopause


Dosen Pengampu : Nurul Hidayatun Jalilah, S. SiT., M.Keb

DISUSUN OLEH:

1. Ain Syahrani (2140704041)


2. Fadira (2140704045)
3. Nur Diana (2140704047)
4. Nur Aisyah (2140704050)
5. Fitra Amelia (2140704052)
6. Martina Matius (2140704053)
7. Windy Gusryani (2140704055)
8. Shela Kurnia S.W (2140704056)
9. Frisya Pujastira D. (2140704066)
10. Anggraini Saputri (2140704068)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata Asuhan
Kebidanan Pada Remaja Dan Perimenopause dengan dosen pengampu Nurul Hidayatun
Jalilah, S. SiT., M.Keb dengan judul “Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan serta kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca

Tarakan, 05 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
2.1 Kesehatan Reproduksi .................................................................................................................. 6
2.2 Hak Yang Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi ....................................................................... 6
2.3 Perilaku Seksual Remaja dan Kesehatan Reproduksi ................................................................... 8
BAB III................................................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan populasi terbesar didunia yaitu sebesar 1,2 milyar. Setengah dari
remaja tersebut terdapat di Asia dan seperempat atau 282 juta remaja terdapat di Asia
Tenggara. Di Indonesia juga didominasi oleh usia remaja, berdasarkan hasil sensus
penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa dari 237,6 juta jumlah penduduk Indonesia
63,4 juta diantaranya adalah remaja. Jumlah remaja yang mendominasi tersebut haruslah
mendapat perhatian, karena remaja merupakan aset negara dan generasi penerus bangsa,
dimana masa depan bangsa diletakkan.

Kesehatan reproduksi pada remaja merupakan hal yang krusial dalam skala global
maupun nasional. Menurut WHO terdapat 1.21 miliar remaja (individu usia 10-19 tahun)
di seluruh dunia yang mana jumlah ini merupakan yang terbesar dalam sejarah manusia.
Masalah-masalah kesehatan reproduksi di negara maju, seperti Amerika Serikat antara
lain 41% siswa sekolah menengah atas telah melakukan hubungan seksual, 22% kasus
baru HIV ditemukan pada penderita usia 13-24 tahun, setengah dari 20 juta penderita IMS
setiap tahunnya adalah orang-orang muda berusia 15-24 tahun, dan sekitar 250.000 bayi
lahir dari ibu berusia 15-19 tahun.

Permasalahan kesehatan reproduksi di negara-negara Asia juga memiliki proporsi


yang tidak sedikit. Permasalahan tersebut antara lain 13% dari 1139 remaja usia 15-20
tahun yang disurvei pada tahun 2010 di Malaysia dan 41% dari 1500 anak muda usia 18-
24 yang disurvei pada tahun 2014 di Iran sudah pernah berhubungan seksual, sekitar
210.000 remaja usia 10-19 tahun pada tahun 2013 diseluruh Asia dan Pasifik menderita
HIV, hampir 1 dari 10 perempuan di Asia Selatan dan Oseania melahirkan sebelum usia
18 tahun, dan 34% dari 11 juta aborsi pada tahun 2008 di Asia terjadi pada wanita usia
dibawah 25 tahun dengan mayoritas kasus dilakukan oleh tenaga-non medis.

Oleh karena itu, hal yang paling membahayakan adalah bila informasi yang diterima
remaja berasal dari sumber yang kurang tepat sehingga menimbulkan kekurang pahaman
remaja terhadap masalah seputar seksual. Hal tersebut amat merugikan bagi remaja
sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan
yang penting yaitu fisik, kognitif, psikologis maupun sosial. Secara fisik, remaja
mengalami kematangan organ reproduksinya, seperti menstruasi, hamil dan melahirkan.
Secara kognitif, keterampilan dan intelektual semakin berkembang dan secara psikososial
remaja cenderung untuk membentuk peer group(kelompok bermain) serta mulai adanya
ketertarikan terhadap lawan jenis. Apabila pada masa remaja tidak mendapatkan
bimbingan dan informasi yang tepat, maka keadaan ini dapat membawa remaja pada
perilaku-perilaku yang merusak seperti seks bebas dan kehamilan diluar nikah yang dapat
mengarah pada tingkat aborsi dan terjadinya Penyakit Menular Seksual (PMS)
(Soetjiningsih, 2004:133). Perilaku seksual meliputi semua perasaan dan perilaku yang
berkaitan dengan seks baik melalui biologi maupun belajar sosial (Horton dan Hunt,
1984:149). Bentuk- bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan
tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya
bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2013:174).

Hasil Survei yang dilakukan oleh Pilar PKBI Jawa Tengah pada tahun 2012 terhadap
remaja berusia 18-24 tahun menunjukan bahwa remaja memiliki perilaku seks yang
beresiko, yaitu terdapat 1.624 remaja atau 75,2% dari 2.159 responden. Artinya, pacaran
yang mereka lakukan disertai ciuman, necking, petting, bahkan sudah melakukan
hubungan seks di luar nikah. Sisanya menggambarkan hubungan pacaran yang tidak
beresiko

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar berlakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah
pada makalah ini adalah bagaimana konsep kesehatan reproduksi remaja ?.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
konsep kesehatan reproduksi remaja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Reproduksi


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dn ekonomis. Definisi ini sesuai dengan WHO,
kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan
sosial, ditambah lagi dengan syarat baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup
produktif , baik secara ekonomis maupun sosial.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang
memuaskan dan aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan
kebebasan untuk menentukan keinginannya, kapan dan frekuensinya.

2.2 Hak Yang Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi

Membicarakan kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak reproduksi,


kesehatan seksual dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang
meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki
informasi dan cara untuk melakukannya.

1. Kesehatan Seksual

Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi


yang mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan
secara memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan
lainnya. Terkait dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi
manusia untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua hal
yang berhubungan dengan seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan
reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi
yang mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan
secara memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan
lainnya. Terkait dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi
manusia untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua hal
yang berhubungan dengan seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan
reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan.

2. Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi

a. Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan
kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan,
kelahiran dan kenikmatan seks aman.

b. Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan
pengambilan keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai
subyek dalam kebijakan terkait.

c. Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan
itu sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan
kelas melainkan juga menjamin adanya keadilan sosial dan kondisi yang
menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi.

d. Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang


dimiliki oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai
dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota masyarakat tertentu.

e. Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup berbagai aspek,
tidak hanya aspek biologis dan permasalahannya bukan hanya bersifat klinis, akan
tetapi non klinis dan memasuki aspek ekonomi, politik, dan sosial-budaya.
Oleh karena aitu diintroduksi pendekatan interdisipliner (meminjam pendekatan
psikologi, antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan, hukum dan sebagainya) dan
ingin dipadukan secara integratif sebagai pendekatan transdisiplin.
2.3 Perilaku Seksual Remaja dan Kesehatan Reproduksi

Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian
yang sangat berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons
organisme atau respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada
(Notoatmojdo,1993). Sedangakan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau
dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah
tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik
dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.

Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara
seksual lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih
rendah atau tidak beresiko sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual,
semakin mendorong remaja memenuhi memenuhi dorongan seksualnya pada saat
sebelum menikah. Persepsi seperti ini di sebut youth uulnerability oleh Quadrel et. aL.
(1993) juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakuakan underestimate
terhadap uulnerability dirinya. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan
terjadi pada intercourse (sanggama) yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah
terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.

Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan


reproduksi, namun dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja.
(ICPD) dan sai dan Nassim). Batasan kesehatan reproduksi menurut International
Conference on Population and Development (ICPD) hampir berdekatan dengan
batasan ‘sehat’ dari WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat
jasmani, rohani,dan buakan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit atau
kecacatan semata, yang berhubungan sistem fungsi, dan proses
reproduksi(ICPD,1994).

Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi kesehatan


reproduksi mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan hubungan
seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila
kehamilandiinginkan, wanita di mungkinkan menjalani kehamilan dengan aman,
melahirkan anak yang sehat serta di dalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan
(Iskandar, 1995).
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor
sosial ,ekonomi,budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya
fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan
tidak adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi
kesehatan reproduksi.

Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja
ICPD Kairo dicantumkam definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak
reproduksi. Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada
pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara
bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak , penjarangan anak (birth spacing ),
dan menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan mempunyai informasi dan cara
untuk memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar tertinggi kesehatan seksual
dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk memperoleh seks
yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang tentu
saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan
reproduksi seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya. Hak
reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran
anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

3.2 Saran
Untuk itu wawasan tentang kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk bisa
dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga supaya
kesejahteraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna. Oleh karena itu kami memberi
saran kepada pihak terkait khusunya Pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan
pengetahuan dan wawasan kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi.

.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, N., Kebidanan, S. P. P. D. I., & Unissula, F. I. K. (2010). Kesehatan Reproduksi


Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung. Universitas Sultan Agung.

Djama, N. T. (2017). Kesehatan reproduksi remaja. Jurnal Kesehatan, 10(1), 30-34.

Emilia, O., & Prabandari, Y. S. (2019). Promosi kesehatan dalam lingkup kesehatan
reproduksi. Ugm Press.

Handayani, R., Hutomo, C. S., Kartikasari, M. N. D., Sinaga, L. R. V., Suyati, S., Saragih, H.
S., ... & Humaira, W. (2022). Dasar Kesehatan Reproduksi. Yayasan Kita Menulis.

Rima Wirenviona, S. S. T., Riris, A. A. I. D. C., & ST, S. (2020). Edukasi kesehatan
reproduksi remaja. Airlangga University Press.

Situmorang, A. (2016). Pelayanan kesehatan reproduksi remaja di puskesmas: Isu dan


tantangan. Jurnal Kependudukan Indonesia, 6(2), 21-32.

Anda mungkin juga menyukai