KELOMPOK 1
9. Noor ainah
(2040704044)
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, yang
telah memberikan hikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
dengan judul "Infeksi menular seksual" Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah masalah kesehatan reproduksi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.3 Indonesia termasuk Negara dengan penyakit IMS yang perlu diperhatikan..........6
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................62
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................64
BAB 1
PENDAHULUAN
b. Berganti-ganti pasangan
Semakin banyak pasangan yang Anda miliki tentu saja risiko penularan
PMS makin tinggi. Ketahuilah, pelaku yang berganti-ganti pasangan
mempunyai kecenderungan yang mungkin tak disadari oleh mereka bahwa
pasangan yang biasa mereka pilih adalah yang juga suka berganti-ganti.
Para remaja maupun dewasa muda lebih rentan terkena PMS dibandingkan
yang sudah cukup umur ? Hal ini karena secara biologis para perempuan
muda cenderung mempunyai badan yang cenderung lebih kecil sehingga
mudah terjadi robekan sewaktu melakukan intercourse. Serviks mereka pun
belum berkembang dengan sempurna sehingga lebih rentan terkena
chlamydia, gonorea dan PMS lainnya. Perlu diingat, para usia muda jarang
menggunakan kondom dan lebih cenderung mengambil risiko dalam hal
seksual, apalagi kalau mereka dalam pengaruh alkohol.
d. Pemakaian alkohol berlebihan
Khawatiran terbesar para pelaku seksual adalah kehamilan. Oleh sebab itu,
mereka sering meminum pil KB sebagai upaya pencegahan. Banyak yang
mengira pil KB juga melindungi dari PMS, padahal pendapat itu salah sekali
dan patut diluruskan. Memang benar pil KB bisa melindungi Anda dari risiko
kehamilan, akan tetapi tidak dapat melindungi Anda dari PMS.
2.3 Indonesia salah satu negara dengan penyakit PMS yang perlu
diperhatikan?
Di Indonesia, jumlah kasus IMS pada tahun 2014 terjadi sebanyak 5608
kasus. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa sekitar 12% wanita usia 15-49 tahun yang pernah melakukan
hubungan seksual secara aktif dilaporkan mengalami IMS dan atau gejalanya.
WHO memperkirakan setiap tahun terdapat kurang lebih 350 juta penderita baru
IMS di negara berkembang termasuk Indonesia, prevalensi gonorrhea menempati
tempat teratas dari semua jenis IMS yaitu 32,4%, sifilis sebesar 21,7%. Penderita
IMS sebagian besarberada di Asia Selatan dan Asia Tenggara yaitu sebanyak 151
juta, diikuti Afrika sekitar 70 juta, dan yang terendah adalah Australia dan
Selandia Baru sebanyak 1 juta. Semakin lama jumlah penderita IMS semakin
meningkat dan penyebarannya semakin merata di seluruh dunia. WHO
memperkirakan morbiditas IMS di dunia sebesar ± 250 juta orang setiap
tahunnya. Peningkatan insidensi IMS ini terkait juga dengan perilaku berisiko
tinggi yang ada di masyarakat dewasa ini (Widoyono, 2011). Mayoritas Penyakit
Menular Seksual (PMS) hadir tanpa gejala. Beberapa Penyakit Menular Seksual
(PMS) dapat meningkatkan risiko penularan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) tiga kali lipat atau lebih (WHO, 2013).
a. Sifilia
1) Pengertian
2) Penyebab
Sifilis sendiri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum dan dapat menular. Umumnya, penyebaran akan
penyakit sifilis melalui hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi. Bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui cairan
tubuh pengidapnya, yaitu darah selain dari hubungan intim. Sifilis
disebabkan oleh infeksi bakteri, yang menyebar melalui hubungan
seksual dengan penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab
sifilis juga bisa menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka
yang ada di penderita. Melihat penularannya, sifilis rentan tertular
pada seseorang yang sering bergonta-ganti pasangan seksual.
3) Gejala
Gejala sipilis atau sifilis digolongkan sesuai dengan tahap
perkembangan penyakitnya. Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang
berbeda-beda. Berikut adalah penjelasannya:
Sifilis primer : Sifilis jenis ini ditandai dengan luka
(chancre) di tempat bakteri masuk.
Sifilis sekunder : Sifilis jenis ini ditandai dengan
munculnya ruam pada tubuh.
Sifilis laten : Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi
bakteri ada di dalam tubuh penderita.
Sifilis tersier : Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan
organ lainnya otak, saraf, atau jantung.
4) Komplikasi
Jika tidak diobati, sifilis bisa merusak kesehatan tubuh Anda, bahkan
dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Sementara itu, bagi para
perempuan, sipilis bisa menyebabkan komplikasi kehamilan.
Pengobatan sipilis bisa membantu mencegah kerusakan pada tubuh
Anda di kemudian hari. Namun, pengobatan penyakit raja singa
tersebut tidak dapat memperbaiki atau mengembalikan kerusakan
yang telah terjadi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada orang
dengan sipilis adalah sebagai berikut:
a) Benjolan kecil atau tumor
Benjolan kecil atau tumor yang disebut gumma dapat
berkembang pada kulit, tulang, hati, atau organ lain pada tahap
akhir sifilis. Gumma biasanya hilang setelah perawatan dengan
antibiotik.
b) Masalah saraf
Sipilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada sistem saraf
Anda, termasuk:
- Sakit kepala
- Stroke
- Meningitis
- Kehilangan pendengaran
- Masalah kelihatan, termasuk kebutaan
- Demensia
- Disfungsi seksual pada pria (impotensi)
- Inkontinensia kandung kemih
c) Masalah kardiovaskular
Masalah akibat sipilis ini mungkin termasuk penonjolan
(aneurisma) dan radang aorta. Aorta adalah arteri utama pada
tubuh. Sifilis juga dapat merusak katup jantung.
d) Infeksi HIV
Orang dewasa dengan sipilis yang ditularkan secara seksual
diperkirakan memiliki 2-5 kali lipat risiko tertular HIV. Luka
sifilis dapat berdarah dengan mudah sehingga memungkinkan
virus HIV masuk ke dalam aliran darah Anda selama melakukan
aktivitas seksual. Jika seseorang dengan HIV juga memiliki sipilis,
penyebaran virus akan meningkat, sekalipun mereka obat HIV
(antiretroviral). Diskusikan dengan dokter bagaimana hubungan
pengobatan sipilis dengan pengobatan HIV.
e) Komplikasi kehamilan dan kelahiran bayi
Jika sedang hamil, Anda mungkin akan menurunkan sipilis pada
bayi Anda yang belum lahir. Sifilis bawaan meningkatkan risiko
keguguran, stillbirth, atau kematian bayi setelah beberapa hari
setelah lahir.
5) Pencegahan
Penularan sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman,
yaitu setia pada 1 pasangan seksual atau menggunakan kondom.
Selain itu, pemeriksaan atau skrining terhadap penyakit sifilis juga
perlu dilakukan secara rutin pada orang-orang yang memiliki factor
resiko tinggi mengalami penyakit ini.
a) SKRINING SIFILIS
Mengingat banyaknya infeksi sifilis yang tidak bergejala dan
tingginya prevalensi sifilis, diperlukan skrining sifilis secara
rutin untuk mengendalikan sifilis di masyarakat. Skrining sifilis
dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan tes serologis sifilis.
Skrining sifilis terutama ditujukan bagi:
- Semua ibu hamil. Skrining sifilis harus dilakukan sedini
mungkin pada kunjungan antenatal yang pertama.
Skrining diulangi pada trimester ketiga dan saat
persalinan. Skrining dan terapi sifilis dapat mengurangi
angka kematian bayi dan kecacatan bayi. Untuk eliminasi
sifilis kongenital sangat penting untuk mencapai 100%
cakupan skrining sifilis pada ibu hamil. Jika fasilitas
pemeriksaan RPR dan TP Rapid tidak tersedia, demi
perlindungan terhadap janin, dapat digunakan tes
cepat/rapid test saja. Semua hasil rapid test positif, diobati
sebagai sifilis aktif.
- Ibu melahirkan harus diskrining sifilis, terutama apabila
selama masa kehamilan belum pernah diskrining sifilis.
Skrining pada saat persalinan dapat mendeteksi infeksi
sehingga dapat dilakukan penanganan dini terhadap ibu
dan bayinya. Jika fasilitas pemeriksaan RPR dan TPHA
tidak tersedia, demi perlindungan terhadap janin, dapat
digunakan rapid test saja. Semua hasil rapid test positif,
diobati sebagai sifilis aktif.
- Semua penjaja seks (perempuan, laki-laki, waria), karena
risiko pekerjaannya harus diskrining sifilis tiap 3-6 bulan
sekali.
- Semua LSL yang memiliki banyak pasangan seks
- Semua pasien IMS
- Perempuan yang mengalami riwayat keguguran atau bayi
lahir mati
Hasil skrining harus segera diberitahukan kepada
pasien.Pasien harus segera diterapi sesuai hasil
pemeriksaan.Pasangan seks harus diskrining dan diterapi juga.
Skrining sifilis penting untuk dilakukan karena penyakit ini
bisa bertahan di tubuh dalam waktu yang lama, tanpa
menimbulkan gejala. Jika tidak ditangani, sifilis dapat
menyebabkan kebutaan, kelumpuhan, bahkan kematian. Pada
ibu hamil, sifilis berisiko tinggi menyebabkan kematian pada
bayi. Skrining sifilis dapat membantu dokter untuk
mendiagnosis sifilis, terutama pada tahap awal. Dengan
begitu, pasien akan lebih mudah diobati dan komplikasi sifilis
juga dapat dihindari.
c) Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi penyakit sifilis
bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri penyebab
sifilis di dalam tubuh. Dalam mendeteksi bakteri tersebut,
dokter akan memeriksa keberadaan antibodi yang sudah
dihasilkan tubuh untuk melawan
6) Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan sifilis utamanya adalah menggunakan injeksi benzil
benzatin penicillin G secara intramuskular.
a) Antibiotik
Antibiotik pilihan untuk sifilis adalah benzil benzatin
penicillin G yang diberikan secara intramuskular. Rekomendasi
dosis oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia adalah :
- Stadium primer dan sekunder : 2,4 juta IU secara
intramuskular, dosis tunggal
- Stadium laten : 2,4 juta IU secara intramuskular, setiap
minggu pada hari ke-1, 8, dan 15.
1) Pengertian
2) Penyebab
4) Penyebab
5) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gonore dilakukan dengan pemberian salah satu
terapi antibiotik yang disebabkan oleh kuman gonokokus yaitu sefiksim,
levofloksasin, kanamisin, tiamfenikol, dan seftriakson yang
dikombinasikan dengan salah satu antibiotik untuk kuman non gonokokus
yaitu azitromisin, doksisiklin, dan eritromisin.
Pemberian kombinasi antibiotik tersebut diatur dalam Permenkes
No. 874 Tahun 2011cTentang Pedoman Penggunaan Antibiotik. Tujuan
pengobatan kombinasi pada penyakit gonore menurut Knodel (2008)
karena gonore merupakan penyakit koinfeksi dengan klamidia.
6) Komplikasi
Gonore dapat menyebabkan komplikasi jika tidak diobati, pada
pria, wanita, dan bayi. Komplikasi penyakit kencing nanah yang bisa
muncul pada pria antara lain:
- Epididimitis
- Cedera pada saluran kemih
- Ada nanah di penis
- Tandus.
1) pengertian
HPV merupakan virus DNA sirkuler rantai ganda, berukuran kecil,
tidak memiliki selubung (envelope) dan masuk dalam keluarga
Papillomaviridae. Saat ini, lebih dari 200 jenis HPV yang berbeda
telah dikarakterisasi dan sekitar 30 sampai.
HPV adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda
dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal
(displasia) dalam atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat
menyebabkan kanker leher rahim atau dubur. Kutil-kutil ini pada
umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab dan di daerah
sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit dan kutil kelamin.
Infeksi HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui hubungan
seks, sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat
terjadi tanpa hubungan seks (penularannya dapat melalui sentuhan
atau penggunaan barang secara bersama).
2) Penyebab
HPV biasanya ditularkan melalui kontak seksual secara langsung,
seperti seks oral. Namun, karena HPV dapat ditularkan melalui kontak
antara kulit dengan kulit, maka tanpa hubungan seksual pun, penyakit
ini dapat tetap ditularkan jika Anda berhubungan kulit dengan kulit
dengan individu yang terinfeksi. walaupun jarang, seorang ibu dengan
HPV dapat menginfeksi bayi selama persalinan.
3) Gejala
HPV bukan jenis virus baru namun, banyak orang tidak
menyadarinya karena virus ini jika menjangkiti manusia tidak
manimbulkan gejala dan tidak menyebabkan masalah kesehatan yang
serius sampai infeksi virusnya menjadi parah. Setiap saat HPV dapat
menginfeksi tanpa menunjukkan gejala. HPV tidak seperti virus
lainnya yang menunjukkan gejala fisik menurun apabila terjangkit
virus ini tetapi seseorang baik pria maupun wanita dapat terkena HPV
bertahun-tahun sebelum ia menyadarinya. Tanda-tanda terserang HPV
sering hanya ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil. Kutil yang tumbuh
mungkin berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat.
Awalnya hanya berupa bintil-bintil kecil yang kemudian bersatu
membentuk kutil yang lebih besar. Semakin lama kutil dapat menjadi
semakin besar. Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan banyak jika
tumbuh di kulit lembab akibat kebersihan kulit kurang dijaga.
Kutil-kutil ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal sehingga
membuat tidak nyaman dan sering kali baru disadari keberadaannya
saat jumlahnya sudah bertambah banyak dan besar. Kutil dapat
bertumbuh dengan cepat segera setelah terinfeksi atau pun beberapa
bulan bahkan beberapa tahun setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak
pernah tumbuh sampai dinyatakan kita terinfeksi HPV (atau sampai
kita menyadari bahwa kita terinfeksi HPV). Oleh karenanya, untuk
menjaga segala sesuatu yang tidak diinginkan maka dianjurkan untuk
rutin melakukan Pap smear/ tes Pap minimal setahun sekali bagi
wanita di atas usia 21 tahun. Umumnya dokter dapat menentukan
apakah kita mempunyai kutil kelamin dengan melihatnya. Kadang
kala alat yang disebut anoskop dipakai untuk memeriksa daerah
dubur. Jika perlu, contoh kutil dipotong dan diperiksa diperiksa
dengan mikroskop (biopsi) . HPV yang menyebabkan kutil kelamin
tidak sama dengan virus yang menyebabkan kanker. Tetapi jika kita
mempunyai kutil, maka kita mungkin terinfeksi jenis HPV lain yang
dapat menyebabkan kanker.
d. Infeksi HIV
1) Pengertian
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam
darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu
membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian, orang tersebut dapat
menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks
berisiko dan berbagi penggunaan alat suntik dengan orang lain
(KPAD Kab. Jember, 2015).
2) Penyebab
Virusnya disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan. Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan virusvirus sejenisnya umumnya ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau
aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta
bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
3) Tanda dan gejala
Menurunnya penyakit primer pada kebanyakan pasien diikuti
dengan masa asimtomatis yang lama namun selama masa tersebut
replikasi HIV terus berlanjut dan terjadi kerusakan sistem imun.
Partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien dalam tubuh Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA), bila seseorang terinfeksi HIV seumur
hidup ia akan tetap terinfeksi. Orang yang terinfeksi HIV, sebagian
berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50%
berkembang menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun dan sesudah 13
tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala
AIDS kemudian meninggal. Infeksi HIV tidak akan langsung
memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan
gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi.
Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut,
dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa
gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada
sekelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat cepat,
dapat hanya sekitar 2 tahun dan ada pula yang perjalanannya lambat
(non-progressor).
4) Pencegahan
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan berpantang
seks, hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi, seks
nonpenetratif dan penggunaan kondom pria atau kondom wanita
secara konsisten dan benar. Tidak ada seks yang 100% aman. Seks
yang lebih aman menyangkut upaya-upaya kewaspadaan untuk
menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual
termasuk HIV saat melakukan hubungan seks. Menggunakan kondom
secara tepat dan konsisten selama melakukan hubungan seks dianggap
sebagai seks yang lebih aman. Kondom yang kualitasnya terjamin
adalah satu-satunya produk yang saat ini tersedia untuk melindungi
pemakai dari infeksi seksual karena HIV dan infeksi menular seksual
lainnya. Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat
yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan dan
laki-laki. Walaupun begitu tidak ada metode perlindungan yang 100%
efektif dan penggunaan kondom tidak dapat menjamin secara mutlak
perlindungan terhadap segala infeksi menular seksual (IMS). Agar
perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus digunakan
secara benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang tepat dapat
mengakibatkan lepasnya atau bocornya kondom, sehingga menjadi
tidak efektif.
5) Penatalaksanaan
Sesuai kewenngan dalam undang-undang nomor 29 tahun 2014
tentang praktik kedokteran, pasal 35, maka setiap dokter akan
menegakkan diagnosis berdasarkan hasil wawancara anamnesis,
pemeriksaan fisik dan mental serta pemeriksaan penunjang yang
ditentukan, lalu akan ditindaklanjuti dengan penatalaksanaan dan
pengobatan pasien atau ibu hamil. Berdasarkan kompetensi
kemampuan penanganan maka stadium klinis 1 dan 2 serta stadium 2-
4 yang stabil dimasukkan sebagai SKDI 4A menurut keputusan
menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana HIV.
6) Komplikasi
Pada tahun 2007, World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa 33.200.000 orang hidup dengan HIV/AIDS.
Diperkirakan pada akhir tahun 2009, sudah 333.200 orang yang
terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia. Di provinsi Sulawesi Utara, kasus
HIV/AIDS yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1997 di Rumah
Sakit Bethesda. Selang empat tahun terakhir terjadi peningkatan kasus
yang cukup bermakna. Total kasus HIV/AIDS di provinsi Sulawesi
Utara sampai akhir tahun 2008 adalah 456 kasus. Khusus untuk kota
Manado 74 kasus HIV dan 103 kasus untuk penderita AIDS. Sebagian
besar dari penderita HIV merupakan pemakai obat terlarang dengan
jarum suntik. Keterlibatan sistem saraf pada infeksi HIV dapat terjadi
secara langsung karena virus tersebut dan tidak langsung akibat
infeksi oportunistik akibat imunokompromis. Studi di negara Barat
melaporkan komplikasi sistem saraf terjadi pada 30% - 70% penderita
HIV. HIV/AIDS dapat menyebabkan komplikasi intrakranial seperti
Toksoplasmosis Otak (TO), Meningitis Tuberkulosis, Meningitis
Kriptokokus, Demensia HIV, Leukoensefalopati multifokal progresif.
Menurut data WHO diketahui sekitar 300 juta orang menderita
toksoplasmosis. Penyakit ini dapat menyerang manusia dan berbagai
jenis mamalia dan juga merupakan penyakit infeksi parasit yang
paling sering terjadi pada manusia. Di Indonesia hampir 50% kasus
dalam stadium AIDS menderita tuberkulosis paru. Karena itu
Meningitis TB selalu ada dalam diferensial diagnosis pasien AIDS
dengan simptom susunan saraf pusat. Menurut WHO, data tahun
1997, diperkirakan TBC menyebabkan kematian lebih dari 1 juta
penduduk di negara-negara Asia. Meningitis TBC lebih sering pada
anak usia 0- 4 tahun yang tinggal di daerah dengan prevalensi TBC
tinggi. Sebaliknya di daerah dengan prevalensi TBC rendah,
meningitis TBC lebih sering di jumpai pada orang dewasa. Di
Indonesia, angka kejadian meningitis kriptokokus pada penderita HIV
belum diketahui. Penelitian di Thailand melaporkan prevalensi
kriptokokus pada penderita HIV sebesar 18,5%. 5 Meningkatnya
masalah pada sistem saraf yang terkait infeksi HIV/AIDS di negara
berkembang termasuk Indonesia, mendorong penulis untuk
melakukan penelitian mengenai angka kejadian komplikasi
intrakranial pada penderita HIV yang di rawat inap di Bagian
Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2012 –
Juni 2013.
e. Chalamydia
1) Pengertian
Chlamydia adalah penyakit kelamin yang banyak terjadi yang
disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis. Chlamydia
merupakan salah satu penyakit menular seksual yang paling umum
dijumpai dan dikenal sebagai penyebab utama penyakit peradangan
pada pelvis (panggul), sehingga menyebabkan infertilitas
(kemandulan) pada perempuan dan juga dapat merusak alat reproduksi
manusia dan penyakit mata.
Chlamydia trachomatis (CT) adalah salah satu penyebab infeksi
genital. tidak spesifik pada pria dan wanita. Infeksi CT adalah salah
satu bentuk paling umum dari infeksi menular seksual di dunia. World
Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sebanyak 89 juta
kasus baru terjadi pada tahun 2001. Prevalensi infeksi CT di Indonesia
di antara pekerja seks komersial cukup tinggi, berkisar antara 20-34%
(Karyadi, 1996).
Chlamydia trakomatis adalah mikroorganisme intraseluler obligat
yang memiliki dinding sel yang sama dengan bakteri gram negatif.
Chlamydia trakomatis diklasifikasikan sebagai bakteri yang
mengandung asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat
(RNA), mereka membelah dengan fusi biner, tetapi seperti virus,
mereka berkembang secara intraseluler. atau uretra ke atas, dan infeksi
klamidia dapat menyebabkan "cacat" yang serius, karena infeksi
klamidia yang meninggi pada saluran genital dapat menyebabkan
kolonisasi bakteri di mukosa endometrium dan tuba fallopia (Hendry,
dkk., 2013).
2) Penyebab
Penyakit tersebut dapat disebarkan melalui hubungan seks yang
bergonta – ganti pasangan. Bakteri yang akan dibahas dalam sistem
pakar ini adalah bakteri Chlamydia Trachomatis. Chlamydia
Trachomatis sebuah bakteri intraseluler yang menyebabkan saluran
genital infections. Hal ini disebabkan hubungan seksual dan penyakit
menular antara kelompok yang aktif secara seksual. Chlamydia dapat
ditularkan oleh hubungan seks vaginal, oral atau anal, pada pria
homoseksual juga beresiko. Infeksi Chlamydia juga dapat diturunkan
dari yang terinfeksi ibu kepada bayinya saat melahirkan .
3) Tanda dan gejala
Chlamydia Trachomatis merupakan bakteri yang menyebabkan
berbagai macam penyakit yang menular. Penyakit yang dapat
diakibatkan oleh bakteri ini diantaranya adalah uretritis nongonokokal
(radang uretra) , infeksi mulut rahim (serviks) dan radang selaput mata
(trachoma).
Sekitar 60% -80% infeksi Chlamydia trakomatis pada wanita tidak
menunjukkan gejala sehingga sulit untuk menilai penyebarannya,
pasien tidak menyadari infeksi ini dan tidak segera mendapatkan
perawatan (Baud, et. al., 2011).
Infeksi Chlamydia trakomatis sulit untuk didiagnosis, mudah
menjadi kronis dan residual, dan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi serius. Infeksi ini yang tidak diobati dapat menyebabkan
masalah kesehatan yang serius, baik pada pria dan wanita, serta untuk
bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (Lanjouw, et. al., 2015).
Kontak langsung dengan Chlamydia Trachomatis dalam keadaan
tertentu akan menyebabkan peradangan konjungtiva yang disebut
Trachoma. Infeksi pada tahap awal memberikan manifestasi yang
sangat bervariasi yang biasanya mirip dengan konjungtivitis kronis
pada umumnya, yaitu mata merah, gatal, eksudasi dan pembengkakan
pada kelopak mata. Di folikel tarsus atas dan hipertrofi papiler
diperoleh. Selama perjalanan penyakit, folikel akan pecah (folikel di
Trachoma memiliki sifat rapuh) dan menyebabkan terjadinya jadingan
parut (Frich, et. al., 2006).
Gejala tunggal pada infeksi chlamydia yaituterjadi perdarahan
setelah melakukan kontak seksual serta terjadi perdarahan pada siklus
menstruasi yang tidak sesuai dengan siklus yang seharusnya yaitu
terjadi perdarahan di pertengahan siklus menstruasi juga merupakan
gejala tunggal infeksi dari infeksi chlamydia. Infeksi tunggal ini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan venereologik serviks dimana
pemeriksaan venereologik dapat menyebabkan perdarahan saat
dilakukan kerokan atau apusan dengan spatula. Secara medis gejala
dan tanda yang dapat diketahui dari infeksi Chlamydia sangat sulit
dibedakan dengan infeksi genital lainnya (Miller, 2006).
Bakteri Chlamydia dapat menginfeksi leher rahim , tuba falopi ,
tenggorokan, anus dan uretra laki-laki. Infeksi sering tanpa gejala,
mungkin tidak dikenali dan orang-orang sering tidak menyadarinya
menyebar dengan melalui hubungan seks tanpa alat pelindung.
4) Pencegahaan
Dua hal penting dalam pencegahan adalah kontrol infeksi secara
adekuat dan edukasi pasien dengan jelas. Tindakan kontrol infeksi
yaitu pemeriksaan menggunakan sarung tangan dan pelindung,
didahului serta diakhiri dengan mencuci tangan, teknik disinfeksi
secara tepat, dan sterilisasi alat. Edukasi pasien yaitu higienitas
personal dan sanitasi lingkungan. Kebersihan menjadi aspek paling
penting untuk menurunkan transmisi Chlamydia dengan cara tidak
menggunakan satu handuk bersama-sama, memiliki akses air bersih
dan rajin membersihkan diri, menjaga lingkungan seraya menekan
populasi lalat.
5) Penatalaksanaan
Diagnosis infeksi CT pada saat ini dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis dengan menyingkirkan infeksi spesifik lain seperti
Neisseria gonnorhea. Kelemahan cara diagnosis ini adalah tidak dapat
ditemukan adanya penyebab infeksi yang spesifik. Untuk mendiagnosis
infeksi Chlamydia sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium yang
dapat mendeteksi adanya agen penyebab infeksi.
Pemeriksaaan dapat dilakukan dengan laboratorium sederhana
melalui pewarnaan Gram atau Giemsa. Deteksi antigen dapat dilakukan
dengan DFA, EIA, amplifikasi asam nukleat, dan pemeriksaan
serologis. Kultur masih merupakan pemeriksaan baku emas 5,6,7,12
namun sulit dilakukan secara klinis. Pengambilan spesimen dan
transportasi yang tepat memiliki peranan yang penting dalam
menentukan keakuratan hasil diagnosis pada infeksi CT. Sensitivitas
dan spesifisitas setiap uji diagnosis telah terbukti berhubungan langsung
5 dengan kecukupan spesimen. Pada infeksi oleh CT, yang merupakan
patogen bersifat obligat intraseluler maka pada pengambilan spesimen
harus termasuk pengambilan sel-sel pejamu yang mengandung
organisme penyebab. Cara pengambilan dan transportasi spesimen pada
pemeriksaan laboratorium akan berbeda dan tergantung pada jenis uji
yang akan dilakukan.
Diagnosis berdasarkan anamnesa, riwayat penyakit, dan
pemeriksaan fisik, infeksi klamidia sukar dibedakan dengan gonorrhea
karena gejala dari kedua penyakit ini sama dan penyakit ini dapat
timbul bersamaan meskipun jarang. Cara yang paling dipercaya untuk
mengetahui infeksi klamidia adalah melalui pemeriksaan laboratorium.
Pada prinsipnya, penegakan diagnosis infeksi klamidia trakomatis
sama seperti infeksi mikroorganisme lainnya, tetapi karena gejala serta
gambaran klinis infeksi ini tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan tes yang sekarang tersedia termasuk kultur sel,
deteksi antigen, deteksi asam nukleat, pemeriksaan serologi.
6) Komplikasi
Meskipun umumnya orang yang menderita klamidia tidak
menunjukkan gejala, manifestasi paling sering pada penyakit ini adalah
adanya suatu reaksi lokal peradangan pada mukosa yang dihubungkan
dengan keputihan, uretritis pada pria, vaginitis, servisitis pada wanita.
Pada wanita dengan infeksi klamidia yang tidak diobati dapat
menyebabkan penyakit radang panggul, dengan sequealae termasuk
infertilitas, kehamilan ektopik dan radang panggul kronik.
Klamidia merupakan satu dari beberapa penyebab infeksi radang
panggul dan infertilitas pada wanita. Setiap episode tunggal dari
penyakit radang panggul, risiko untuk terjadinya infertilitas faktor tuba
adalah 11%. Setiap episode berikut akan meningkatkan risiko 2 - 3 kali
lipat. Wanita yang memiliki riwayat penyakit radang panggul
mengalami peningkatan risiko untuk terjadinya kehamilan tuba sebesar
7 - l0 kali lipat. Pada l5% wanita yang menderita infeksi radang
panggul, nyeri abdomen yang kronik merupakan gejala klinik jangka
panjang yang banyak dihubungkan dengan adanya perlekatan pada
ovarium dan tuba falopii di rongga pelvis. Pada pasangan subfertil,
infeksi klamidia bertanggung jawab untuk terjadinya sekitar 50%
infertilitas faktor tuba. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
pada pasien - pasien dengan tes klamidia positif memiliki risiko untuk
terjadinya infertilitas faktor tuba, dan kehamilan ektopik lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien - pasien dengan tes Klamidia negatif.
Infertilitas merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi
akibat infeksi klamidia, dimana infertilitas adalah ketidak mampuan
menghasilkan pembuahan setelah selama satu tahun melakukan
hubungan seksual tanpa penghalang . Jika sebelumnya tidak pernah ada
kehamilan, maka dikategorikan sebagai infertilitas primer, sedangkan
jika sebelumnya telah terjadi kehamilan, maka dikategorikan sebagai
infertilitas sekunder. Bagi pasangan yang mencoba melalukan
pembuahan maka sekitar 50% wanita akan mengalami kehamilan dalam
3 bulan, dan 75% akan hamil dalam 6 bulan, dan 85% akan hamil
dalam satu tahun.
f. Trikomoniasis
1) Pengertian
2) Penyebab
4) Pencegahan
6) Komplikasi
g. Hepatitis B
1) Pengertian
2) Penyebab
4) Pencegahan
5) Penatalaksanaan
6) Komplikasi
1) Pengertian
Tinea kruris adalah mikosis superfisial atau disebut juga
Eczemamarginatum, Dobie itch, Jockey itch, Ringworm of the groin.
yang termasuk golongan dermatofitosis pada lipat paha, daerah
perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau
menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur
hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau
meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah,
atau bagian tubuh yang lain.
Tinea kruris (jock itch) merupakan dermatofitosis pada sela paha,
genitalia, daerah pubis, perineum dan perianal. Trichophyton rubrum
(T. Rubrum) merupakan penyebab utama, diikuti oleh Trichophyton
mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum (E. Floccosum)
Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan
Epidermophyon floccosum merupakan dermatofit yang menyukai
daerah yang hangat dan lembab pada intertriginosa dan kulit yang
mengalami oklusi seperti disela paha.
2) Penyebab
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi jamur ini adalah
iklim panas, lembab, higiene sanitasi, pakaian serba nilon, pengeluaran
keringat yang berlebihan, trauma kulit, dan lingkungan. Maserasi dan
oklusif pada regio kruris memberikan kontribusi terhadap kondisi
kelembaban sehingga menyebabkan perkembangan infeksi jamur.
Tinea kruris sangat menular dan epidemik minor dapat terjadi pada
lingkungan sekolah dan komunitas semacam yang lain. Tinea kruris
umumnya terjadi akibat infeksi dermatofitosis yang lain pada individu
yang sama melalui kontak langsung dengan penderita misalnya
berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Tetapi bisa juga
melalui kontak tidak langsung melalui benda yang terkontaminasi,”
pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain”. Obesitas, penggunaan
antibiotika, kortikosteroid serta obat-obat imunosupresan lain juga
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit jamur.
3) Tanda dan gejala
Gejala utama tinea cruris adalah rasa gatal di selangkangan yang
memburuk saat beraktivitas atau berolahraga, dan perubahan pada kulit
di area selangkangan yang berupa:
- Ruam kemerahan dengan bentuk melingkar seperti pulau, dan
bagian tepinya tampak lebih merah.
- Kulit pecah-pecah dan terkelupas.
- Warna kulit menjadi lebih terang atau lebih gelap.
- Selain gatal, kulit di daerah selangkangan juga terasa perih seperti
terbakar.
4) Pencegahan
Menjaga kebersihan diri adalah hal yang paling penting dalam
pencegahan tinea cruris. Di bawah ini adalah beberapa cara yang dapat
dilakukan:
- Cuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas di luar ruangan.
- Keringkan seluruh bagian tubuh dengan handuk setelah mandi.
- Segera ganti pakaian bila sudah terasa lembap atau basah.
- Jangan gunakan pakaian yang belum dicuci.
- Gunakan celana dalam berbahan katun.
- Hindari menggunakan pakaian yang terlalu sempit.
- Gunakan pakaian yang longgar, saat cuaca panas atau lembap.
- Jangan berbagi pakai barang-barang pribadi, seperti pakaian dan
handuk, dengan orang lain.
- Obati kutu air secepatnya untuk mencegah penyebaran infeksi
jamur.
5) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tinea kruris dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
higienis sanitasi dan terapi farmakologi. Melalui higienis sanitasi, tinea
kruris dapat dihindari dengan mencegah faktor risiko seperti celana
dalam yang digunakan, hendaknya dapat menyerap keringat dan
diganti setiap hari. Selangkangan atau daerah lipat paha harus bersih
dan kering. Hindari memakai celana sempit dan ketat, terutama yang
digunakan dalam waktu yang lama. Menjaga agar daerah selangkangan
atau lipat paha tetap kering dan tidak lembab adalah salah satu faktor
yang mencegah terjadinya infeksi pada tinea kruris.
Masa sekarang, Dermatofitisis pada umumnya dapat diatasi dengan
pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Bagan dosis
pengobatan griseofulvin berbeda-beda. Secara umum, griseofulvin
dalam bentuk fineparticle dapat di berikan denggan dosis 0,5-1 g untuk
orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak –anak sehari atau 10-25 mg
per kg berat badan. Lama pengobatan tergantung dari lokasi penyakit
dan keadaan imunitas penderita.
6) Komplikasi
Komplikasi pada tinea cruris umumnya terdapat pada pasien
immunocompromised. Komplikasi yang dimaksud adalah infeksi yang
lebih agresif seperti infeksi yang meluas, dan abses subkutan
(Majocchi’s Granuloma).
Majocchi’s granuloma merupakan infeksi dermatofit yang
melibatkan dermis dan subkutan, dengan T. rubrum sebagai patogen
penyebab tersering. Tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah eritem,
perofolikular papul atau nodul yang berukuran kecil, serta pustul.
Komplikasi ini juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan
steroid topikal secara berkepanjangan. Komplikasi lain yang bisa
timbul walaupun jarang adalah infeksi bakteri sekunder.
i) Herpes genetalia
1) Pengertian
2) Penyebab
5) Penatalaksanaan
6) Komplikasi
c) Meningitis
Aloe vera berasal dari bahasa latin yaitu “true aloe”, yang mana
nama ini diberikan karena spesies aloe ini diketahui memiliki banyak
manfaat kesehatan dan efek teraupetik (Gage, 1996). Penelitian terkait
uji kualitatif senyawa fitokimia pada ekstrak lidah buaya telah
dilakukan Parthasarathy et al. (2017), diketahui bahwa ekstrak lidah
buaya mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, antrakuinon,
fenol, tanin, dan karbohidrat. Senyawa-senyawa inilah yang
bertanggung jawab memberikan aktivitas farmakologi dari lidah buaya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Attah et al.(2016), gel lidah
buaya dapat digunakan untuk penyembuhan luka dan mengurangi efek
peradangan (inflamasi). Penelitian lain juga menyatakan bahwa lidah
buaya memiliki aktivitas antivirus yang diyakini berasal dari senyawa
antrakuinon. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu tanaman lidah
buaya yang berasal dari Bushehr memiliki potensi yang baik sebagai
sumber alami bahan obat untuk melawan virus herpes simplex tipe 2
(Zandi, 2007).
j) Candidiasis
1) Pengertian
Candidiasis adalah infeksi akibat jamur Candida, yaitu
jamur yang memiliki lebih dari 20 jenis. Namun jenis Candida
yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Candida
albicans.Kandidiasis juga merupakan salah satu infeksi jamur
yang banyak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara
beriklim tropis yang memiliki karakteristik berupa suhu udara
dan kelembaban yang cukup tinggi. Karakteristik iklim tropis,
kondisi kulit yang mudah berkeringat dan lembab, kebersihan
diri yang tidak terjaga, dan kurangnya pengetahuan tentang
kesehatan merupakan faktor risiko pertumbuhan jamur. Infeksi
jamur dapat terjadi pada kulit, rambut, dan kuku dan alat
kelamin.
Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) atau kandidosis
vulvovaginalis merupakan infeksi mukosa vagina dan atau vulva
(epitel tidak berkeratin) yang disebabkan oleh jamur spesies
Candida. Infeksi dapat terjadi secara akut, subakut, dan kronis,
didapat baik secara endogen maupun eksogen yang sering
menimbulkan keluhan berupa duh tubuh.
2) Penyebab
Penyebab utama candidiasis adalah jamur Candida atau
Candida albicans. Jamur ini ditemukan hampir di mana saja,
termasuk tubuh Anda. Jamur bertumbuh di area di mana
terdapat kelembapan dan panas, seperti area genital dan area
tertentu pada kulit. Jamur dapat bertumbuh pada orang dengan
sistem imun yang lemah, seperti wanita hamil, orang dengan
diabetes, atau HIV atau AIDS.
Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko
tumbuhnya jamur berlebih yang dapat menyebabkan seorang
wanita mengalami kandidiasis vagina, yakni:
- Kehamilan
- Penggunaan kontrasepsi oral (misalnya, pil KB) atau
terapi hormon yang meningkatkan kadar estrogen
- Diabetes yang tidak dikontrol
- Sistem kekebalan yang lemah, misalnya akibat infeksi
HIV atau obat-obatan yang menurunkan sistem kekebalan,
seperti steroid dan kemoterapi
- Penggunaan antibiotik yang dapat menurunkan jumlah
bakteri Lactobacillus di vagina dan mengubah pH vagina
- Penggunaan pembersih vagina, yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan pH dan bakteri pada vagina.
3) Tanda dan gejala
Gejala umum kandiasis vagina :
- Rasa nyeri atau tidak nyaman pada saat buang air kecil
- Rasa nyeri pada saat berhubungan seksual
- Keputihan yang tidak normal dengan warna
menyerupai susu
- Rasa gatal atau nyeri pada vagina
- Kemerahan, rasa panas, pembengkakan, dan luka di
dinding vagina pada infeksi yang berat
- Lendir atau cairan vagina yang kental dan berwarna
keputihan seperti keju
Gejala klinis Kandidiasis Vulvovaginitis terdiri dari gejala
subjektif dan gejala objektif yang bisa ringan sampai berat.
Gejala subjektif yang utama ialah gatal didaerah vulva, dan
pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah
miksi dan dispaneuria
Gejala objektif yang ringan dapat berupa lesi eritema dan
hiperemis dilabia mayora, introitus vagina dan vagina 1/3
bawah.Sedang pada yang berat labia mayora dan minora
edema dengan ulkus-ulkus kecil bewarna merah disertai
erosi serta sering bertambah buruk oleh garukan dan
terdapatnya infeksi sekunder.
4) Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya keputihan berulang maka
wanita harus selalu menjaga kebersihan alat kelamin luar.
Upaya ini sangat penting dalam mencegah timbulnya keputihan
dan juga mencegah PMS. Seperti diketahui kulit daerah alat
kelamin dan sekitarnya harus diusahakan agar tetap bersih dan
kering, karena kulit yang lembab/basah dapat menimbulkan
iritasi dan memudahkan tumbuhnya jamur dan kuman penyakit.
Jangan terlalu sering melakukan douche (mencuci/membilas
vagina) dengan larutan antiseptik karena akan menghilangkan
cairan vagina yang normal dan dapat mematikan bakteri alamiah
didalam vagina. Pencegahan infeksi ini dapat dimulai dengan
merawat diri sendiri, waktu istirahat yang cukup, menghindari
stres serta mengkonsumsi makanan yang sehat. Jika memiliki
penyakit tertentu seperti diabetes, agar tetap terkontrol di bawah
pengawasan dokter. Kebiasaan melakukan seks bebas dapat
memicu timbulnya Kandidiasisis sehingga upaya pencegahan
infeksi lebih dititikberatkan pada perilaku manusia, hanya
berhubungan seks dengan suami atau istri yang sah merupakan
salah satu alternatif pencegahan infeksi ini. Pada ibu rumah
tangga sebaiknya selalu memeriksakan diri secara periodik guna
mengetahui infeksi secara dini dan segera melakukan
pengobatan apabila ada gejala dan tanda infeksi. Dengan
demikian diharapkan dapat mengurangi penyebaran infeksi ini.
5) Penatalakasaan
Penatalaksanaan nya dengan pemberian antijamur topikal di
vulvovaginal. Nistatin efektif untuk kandidiasis; bentuk krim
efektif untuk infeksi di vulva atau di luarnya. Golongan
imidazol sama efektifnya, tetapi masa pengobatannya lebih
singkat antara 3-14 hari.Terapi oral untuk infeksi vagina dengan
flukonazol atau itrakonazol juga efektif. Pemberian ketokonazol
yang dikombinasikan dengan antihistamin
6) Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, kandidiasis vagina dapat
menyebabkan komplikasi berupa:
- Gatal, kemerahan dan peradangan di sekitar area vagina
- Infeksi kulit
- Luka terbuka akibat terlalu sering menggarung karena rasa
gatal
- Fatigue atau kelelahan yang hebat
- Sariawan di area mulut
- Masalah pencernaan
1) pengertian
2) Penyebab
6) Komplikasi
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Sifilis
2. Gonore
3. Human papillomavirus(HPV)
4. Infeksi HIV
5. Chlamydia
6. Trikomoniasis
7. Hepatitis B
8. Tinea cruris
9. Herpes genital
10. Candidiasis
11. Granuloma inguinale
Rowawi, Rasmia. (2018). Infeksi menular seksual: suatu kondisi dan tantangan
yang perlu dihadapi. Departemen Ik Kulit dan Kelamin FKUNPAD/RSU dr.
Hasan Sadikin, Bandung Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (PERDOSKI), 45(2).
Nurmala, dan Idawati. (2017). Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit Infeksi
Menular Seksual (Ims) Pada Ibu Rumah Tangga Di Puskesmas Tulang
Bawang Barat. Jurnal Keperawatan, 8(2), 186-187.
Tsimis ME, Sheffield JS. Update on syphilis in pregnancy. Birth Defect Research.
2017; 109: 347-52.
Santis MD, Luca CD, Mappa I, Spagnuolo T, Licameli A, Straface G, et al.
Syphilis infection during pregnancy: fetal risks and clinical management.
Inf Dis Obstet Gynecol. 2012; 5: 1-5.
Fitriany, N. N., Ibnusantosa, R. G., Respati, T., Hikmawati, D., & Djajakusumah,
T. S. (2019). Pengetahuan tentang Dampak Infeksi Gonore pada Pasien Pria
dengan Gonore. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 1(1).
Rafiqua,nurul.2021.trikomoniasis.https://www.sehatq.com/penyakit/
trikomoniasis/amp.diakses pada tanggal 1 februari 2022.
Irfan, I., Wawomeo, A., & Kambuno, N. T. (2019). Hepatitis B Virus Infection in
Hemodialisis patient at Prof. DR. WZ Johannes Kupang Hospital, East Nusa
Tenggara. Jurnal Kesehatan Primer, 4(1), 63-69.
Gozali, A. P. (2020). Diagnosis, Tatalaksana dan Pencegahan Hepatitis B
dalam Kehamilan. Cermin Dunia Kedokteran, 47(7), 354-358.
Farida, Y., Andayani, T. M., & Ratnasari, N. (2013). Analisis penggunaan
obat pada komplikasi sirosis hati. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
(Journal of Management and Pharmacy Practice), 4(2), 77-84.
Agustine R. Perbandingan sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan sediaan
langsung koh 20% dengan sentrifugasi dan tanpa sentrifugasi pada tinea
kruris. [Tesis]. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2012.
429. Rustam, Raihana. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes
Simpleks di RS. Dr. M. Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal
Kesehatan Andalas Vol 7. No 3. Hal 37-38.
Semon HCG. TINEA CRURIS. In: An Atlas of the Commoner Skin Diseases
[Internet]. Elsevier; 2013 [cited 2019 Jun 21]. p. 278–9. Available from:
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/B9781483229515501131