DISUSUN OLEH :
Kata pengantar
Segala Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Dan juga kami berterima kasih kepada dosen yang yang
telah mengampu dan memberikan tugas ini kepada kami.Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kesehatan reproduksi
anak.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.semoga makalah yang ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial secara utuh dan
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem,
fungsi dan proses reproduksi.Kesehatan reproduksi anak merupakan salah satu komponen dari
kesehatan reproduksi. Anak adalah suatu usia dimana individu menjadi terintergrasi ke dalam
masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang
yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar, anak juga sedang mengalami
perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Secara harfiah, remaja berada diantara anak dan orang
dewasa, oleh karena itu, anak seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” karena anak masih belum
mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.(3)Menurut WHO,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut peraturan Menteri Kesehatan RI no
5 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
(4)Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut sensus penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta
atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dan diperkirakan 18% jumlah penduduk dunia adalah remaja.(4)
Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan ikis pada periode yang dikenal sebagai masa
pubertas yang diiringi dengan perkembangan seksual.Jumlah remaja yang tidak sedikit merupakan
potensi yang sangat berartidalam melanjutkan pembangunan di indonesia.Seperti yang tercantum
dalamgaris-garis besar pembangunan indonesia bahwa pembinaan anak dan remajadilaksanakan
melalui peningkatan gizi,pembinaan perilaku kehidupan beragamadan budi pekerti luhur,penumbuhan
minat belajar,peningkatan daya cipta dandaya nalar serta kreatifitas,penumbuhan idealisme dan
patriotisme.Akan tetapiadanya ketidakseimbangan upaya pembangunan yang di lakukan
terutamaterhadap remaja,akhirnya menimbulkan masalah bagi pembangunan itu sendiri. Salah satu
dampak ketidakseimbangan pembangunan itu adalah terjadinya perubahan mendasar yang menyangkut
sikap dan prilaku seksual pranikahdikalangan remaja.Di amerika latin anak muda berusia 15-24 tahun
melakukanintercourse (hubungan seksual) rata-rata pada usia 15 tahun bagi laki-laki dan usia17 tahun
bagi perempuan,Sedangkan di indonesia satu dari lima anak pertamayang dilahirkan pada wanita
menikah pada usia 20-24 tahun merupakan anak hasilhubungan seksual sebelum menikah.Tidak tepat
dan tidak benarnya informasimengenai seksual dan reproduksi yang mereka terima semakin membuat
runyammasalah perilaku seksual remaja pranikah.
B.RumusanMasalah
a.Apa yang dimaksud dengan anak dalam konsep kesehatan masyarakat?
b.Apa saja faktor yang mempengarui kesehatan reproduksi pada anak ?
c.Dampak apa yang terjadi pada anak ketika melakukan hubungan seks pranikah?
d.Bagaimana solusi yang tepat mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada anak ?
C.Tujuan
Mampu memberikan pendidikan kesehatan demi tercapianya derajat kesehata pada semua anak baik
laki-laki maupun perempuan.
PEMBAHASAN
h. Hak-hak reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian yang cukup. Ada
beberapa kemungkinan mengapa hal itu terjadi:
1)Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan reproduksi, seperti juga masalah
kesehatan lainnya, semata-mata menjadi urusan kalangan medis,sementara pemahaman terhadap
kesehatan reproduksi (apalagi kesehatanreproduksi remaja) di kalangan medis sendiri juga masih
minimal. Meskipunsejak konperensi Kairo definisi mengenai kesehatan reproduksi sudah semakin jelas,
diseminasi pengertian tersebut di kalangan medis dan mahasiswa kedokteranagaknya belum memadai.
2)Banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan reproduksihanyalah masalah
kesehatan sebatas sekitar poses kehamilan dan melahirkan,sehingga dianggap bukan masalah kaum
remaja. Apalagi jika pengertian remajaadalah sebatas mereka yang belum menikah. Di sini sering terjadi
ketidakkonsistensian di antara para pakar sendiri karena di satu sisi mereka menggunakan istilah remaja
dengan batasan usia, tetapi di sisi lain dalam pembicaraanselanjutnya mereka hanya membatasi pada
mereka yang belum menikah.
3) Banyak yang masih mentabukan untuk membahas masalah kesehatan reproduksiremaja karena
membahas masalah tersebut juga akan juga berarti membahasmasalah hubungan seks dan pendidikan
seks.
Perilaku seksual anak terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang sangat berbeda satu
sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme atau responsseseorang terhadap
stimulus (rangsangan) yang ada.Sedangakan seksualadalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang
timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual anak adalah tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan dorongan seksualyang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong anak untuk aktif secara seksual lebihdini. Dan
adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih rendah atau tidak beresikosama sekali yang
berhubungan dengan perilaku seksualnya.
Aktivitas seksual tanpa penetrasi, seperti menyentuh bagian luar pakaian, mencium, masturbasi.
Menonton pornografi di depan anak atau meminta anak menonton tindakan tersebut. ... Memaksa atau
membujuk anak membuka pakaian. Menunjukkan alat kelamin seseorang pada anak. Pelecehan seksual
terhadap anak adalah suatu bentuk tindakan yang dilakukan orang dewasa atau orang yang lebih tua,
yang menggunakan anak untuk memuaskan kebutuhan seksualnya. Bentuk-bentuk pelecehan seksual
sebenarnya beragam. ... Maraknya kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur sangat
meresahkan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sekolah adalah perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak
selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan reproduksi
di sekolah sangatlah penting. Pendidikan kesehatan reproduksi, khususnya bagi murid utamanya untuk
menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi diri
dan lingkungan serta aktif di dalam usaha-usaha kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
tahap-tahap: a. Memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi b. Menimbulkan sikap dan
perilaku menjaga kesehatan reproduksi c. Membentuk kebiasaan hidup menjaga kesehatan reproduksi
3.2 Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan perilaku sehat kepada para
anak .
2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan keperawatan komunitas tentang
kesehatanreproduksi anak.
3. Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberi pendidikan kesehatan secara lebih