Anda di halaman 1dari 17

SEKSUALITAS REMAJA DAN KEHAMILAN PADA REMAJA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

BKI Kesehatan Reproduksi dan KB

Disusun Oleh:
Juli Arya Mustika (2030502090)
Rose Anggraini (2030502082)

Suci ayu andini (2030502108)

Uswatun hasana (2030502111)

Addis Al Furqon (2020502053)

Dosen Pengampu: Syeilla Amrina Rosyada S.sos., M.A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023

1
2
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur kita panjatakan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami Nikmat
kesehatan dan kesempatan, sehingga Makalah kami yang berjudul “SEKSUALITAS REMAJA
DAN KEHAMILAN PADA REMAJA” dapat terselesaikan padaMwaktu yang telah
ditentukan oleh Dosen BKI Kesehatan Reproduksi dan KB.

Tak lupa pula kita kirimkan salawat serta salam Kepada junjungan kita
NabiullahMuhammad SAW, yang telah membawa kita Umat Manusia Utamanya umat Islam
dari Alamyang Gelap-gulita ke Alam yang terang-Benderang, sehingga kami dapat
menikmatikehidupan pada zaman sekarang ini.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan.

Hal ini disebabkanketerbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Sehubungan dengan


ini, kritik dan sarandari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk pengembangan makalah ini
selanjutnya.Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing serta teman-
temanmahasiswi yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah
inidapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

3
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .............................................................................................................................................. 5
A. Latar Belakang ................................................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................. 7
C. Tujuan ................................................................................................................................................ 7
D. Manfaat .............................................................................................................................................. 7
BAB II ........................................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................ 8
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi ..................................................................................................... 8
2. Ruang Lingkup Dari Kesehatan Reproduksi ..................................................................................... 9
3. Pandangan Islam Terhadap Kesehatan Reproduksi ........................................................................... 9
4. Konseling Kesehatan Reproduksi ....................................................................................................10
5. Tujuan Dari Konseling Reproduksi .................................................................................................11
6. Pengertian Seksualitas Dan Kb ........................................................................................................11
7. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Seksualitas Pada Remaja.......................................12
8. Pandangan Islam tentang Seksualitas ..............................................................................................12
9. Pengertian Bimbingan Dan Konseling ............................................................................................13
10. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ...............................................................................14
BAB III ........................................................................................................................................................16
PENUTUP ...................................................................................................................................................16
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................16

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah masa kehidupan individu di mana didalamnya terjadi eksplorasi
psikologis untuk menemukan identitas diri. 1Usia remaja merupakan masa transisi, saat
seseorang mengalami perubahan baik secara fisik dan perubahan secara psikologis.
Selama periode masa peralihan ini, remaja dapat dilihat dari dua bagian yang berbeda, di
segi yang berbeda remaja ingin bebas tanpa adanya perlindungan dari orang tua lagi
namun disisi lain remaja masih membutuhkan dukungan dari orang tua. Dalam periode
ini ditandai dengan berbagai perubahan yang terjadi yaitu meliputi perubahan ranah
kognitif, sosial, maupun emosional. 2
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja biasa disebut dengan
pencarian jati diri. Ditunjukan dengan munculnya banyak tekanan maupun tuntutan yang
diterima oleh remaja, karena adanya perpindahan dari masa kanak-kanak mengarah ke
masa dewasa. Tekanan dari rekan sebaya dapat dikatakan sebagai fenomena sosial
dimana tekanan diberikan oleh anggota masyarakat serta kelompok sosial yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang, meski tidak selalu negatif terutama terhadap
perilaku sosial yang tidak diinginkan. Banyak remaja yang rentan mendapatkan tekanan
oleh teman sebaya karena dari segi usia yang belum mapan sehingga mudah tertipu
karena mereka belum matang dengan baik dan masih dalam tahap pengembangan. 3
Fenomena sosial yang merebak dikalangan remaja saat ini adalah hamil terlebih
dulu baru menikah. Fenomena remaja cenderung menikah di usia dini karena rata- rata
mereka memiliki anak saat usia 15-19 tahun.4
Hamil di usia dini merupakan masalah yang tidak asing lagi di dunia pendidikan
akhir-akhir ini. Tidak sedikit siswi SMA dan SMP bahkan SD yang belum lulus dan
belum menikah namun sudah hamil. Hal ini sungguh sangat disayangkan, usia yang

1
Santrock, J. W. (2004). Adolescence Perkembangan Remaja. jakarta: Erlangga
2
Sarouphim, K., & Issa, N. (2017). Investigating Identity Statuses Among Lebanese Youth: Relation With Gender
and Academic Achievement. Youth & Society , Vol 8 No 2 1-20.
3
Gulati, S. (2017, June). Impact Of Peer Pressure On Buying Behaviour. International Journal of Research, Vol 5
No 6, 1-12
4 Huriyati, & Hidayah, N. (2016). Krisis Identitas Pada Remaja, Vol 10 No 1, 49-62

5
tergolong masih sangat muda di mana seharusnya masih belajar di sekolah serta bermain
bersama teman-temannya malah harus dipusingkan dengan masalah yang begitu berat.
Masa remaja yang merupakan masa perkembangan dan seharusnya mereka gunakan
untuk menuntut ilmu dan mempelajari banyak hal malah mereka hancurkan sendiri
dengan melakukan halhal yang merugikan masa depan mereka sendiri. 5
Minimnya pengetahuan ini akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seksual
pada remaja sehingga pada akhirnya akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja.
Masalah-masalah yang dapat timbul karena kurangnya pengetahuan tentang seks bebas
adalah kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan
berdosa.6
Kehamilan dan komplikasi persalinan merupakan penyebab kematian remaja yang
berusia antara 15 – 19 tahun. Cara aborsi tidak aman yang berlangsung setiap tahun di
kalangan remaja berusia 15 – 19 tahun menjadi salah satu faktor penyebab kematian ibu
dan masalah kesehatan yang berterusan. Hamil pada usia muda meningkatkan risiko pada
ibu dan anaknya. Bayi yang lahir pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun
mempunyai 50% risiko lebih tinggi untuk mati dalam beberapa minggu pertama dari bayi
yang lahir pada ibu yang berumur lebih dari 20 tahun. Bayi yang lahir pada ibu remaja
lebih cenderung mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) dengan risiko efek jangka
panjang.
Kehamilan remaja menimbulkan masalah sangat komplek baik masalah fisik,
psikologis, ekonomi maupun sosial. Masalah fisik yang muncul akibat kehamilan pada
remaja adalah anemia, gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan, resiko partus
prematur, resiko abortus maupun terjadinya preeklampsia. Semua masalah tersebut
beresiko menyebabkan kematian ibu. Sedangkan masalah psikologis karena usia masih
remaja belum matang, maka muncul ketidakstabilan emosi yang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Anak-anak yang lahir dari ibu remaja sering
mengalami gangguan perkembangan dan perilaku.7

5 Huriyati, & Hidayah, N. (2016). Krisis Identitas Pada Remaja, Vol 10 No 1, 49-62
6 Sarwono, S., & Meinarno, E. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
7 Rachmawati, F. (2013). Hubungan Kematangan Emosi Dengan Konformitas Pada Remaja. EMPATHY Jurnal

Fakultas Psikologi,Vol 2 No 1, 1-16

6
Perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan seseorang,
dimana pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk kembali kejadian
yang pernah dialami baik sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesehatan reproduksi ?
2. Apa saja ruang lingkup dari kesehatan reproduksi ?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap kesehatan reproduksi?
4. Apa pengertian dari konseling kesehatan reproduksi?
5. Apa tujuan dari konseling reproduksi?
6. Apa pengertian dari seksualitas dan kb?
7. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya seksualitas pada remaja?
8. Bagaimana pandangan islam tentang seksualitas dan kb pada remaja ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap kesehatan reproduksi
4. Untuk mengetahui pengertian dari konseling kesehatan dan reproduksi
5. Untuk mengetahui tujuan dari konseling reproduksi
6. Untuk mengetahui pengertian seksualitas dan kb
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seksualitas pada
remaja
8. Untuk mengetahui pandangan islam tentang seksualitas dan kb pada remaja

D. Manfaat
Secara lebih kompleks makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis. Sebagai acuan dalam penulisan makalah berikutnya dan menambah
pengetahuan tentang pendidikan itu sendiri.

7
2. Pembaca, sebagai media informasi dalam pembelajaran mengenai peranan
pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi


Konferensi Internasional tentang wanita dilaksanakan di Beijing tahun 1995, di
Haque tahun 1999, di New York tahun 2000, menyepakati definisi kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya 8
Kesehatan reproduksi secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari
sistem, fungsi dan proses alat reproduksi. Pengertian tersebut tidak semata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-
kultural.
Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan definisi kesehatan reproduksi
adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial-kultural secara utuh, yang tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya

8Gulati, S. (2017, June). Impact Of Peer Pressure On Buying Behaviour. International Journal of Research, Vol 5 No
6, 1-12

8
2. Ruang Lingkup Dari Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi:
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Pencegahan dan penanggulangan pada penyimpangan seksual dan napza yang
dapat berakibat pada HIV/AIDS
d. Kesehatan reproduksi pada usia lanjut
Uraian ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja berdasarkan pada
pendekatan siklus kehidupan, yakni memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan
antar fase kehidupan tersebut. Ini dikarenakan masalah kesehatan reproduksi pada
setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, maka apabila tidak ditangani dengan
baik maka akan berakibat buruk bagi masa kehidupan selanjutnya.
Salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan
adalah kesehatan reproduksi remaja. Tujuan dari program kesehatan reproduksi
remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami kesehatan reproduksi,
sehingga remaja memiliki sikap dan perilaku sehat serta bertanggung jawab
kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi

3. Pandangan Islam Terhadap Kesehatan Reproduksi


Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya,
yang mempunyai keutamaan dibanding makhluk lain. Keutamaan tersebut adalah
akal, nafsu dan agama. Akal membedakan manusia dari binatang, nafsu membedakan
manusia dengan benda dan agama membedakan manusia sebagai insan mulia.
Apresiasi Islam pada seks salah satunya terdapat pada surat Arrum: 21
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir” (Depag, 1971: 366)

9
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa manusia diciptakan berpasangpasangan untuk
kemudian terjalin dalam ikatan pernikahan. Pernikahan mempunyai tujuan sebagai
proses kelangsungan generasi umat manusia di dunia.
Allah SWT menciptakan hasrat seksual (syahwat) pada manusia. Syahwat sama
normalnya dengan nafsu makan dan minum. Seperti hasrat- hasrat lain yang Allah
ciptakan pada manusia, hasrat seksual sangatlah kuat dan dapat menguasai manusia
yang lemah. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Ali Imran: 14
Artinya: ”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(Depag,
1971: 47)
Hasrat seksual, sebagaimana nafsu makan dan minum, dapat dipenuhi dengan
cara yang halal maupun yang haram. Adalah haram untuk memuaskan hasrat seksual
diluar ikatan perkawinan, sesama jenis, dengan hewan ataupun dengan orang mati .
Firman Allah SWT surat al-A’raf: 81
Artinya: ”Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu
(kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang
melampaui batas.”(Depag, 1971: 146)

4. Konseling Kesehatan Reproduksi


Konseling kesehatan reproduksi adalah proses pemberian bantuan dari kepada
seorang individu atau sekelompok orang yang memiliki masalah kesehatan
reproduksi. Isi percakapan konseling disesuaikan dengan umur dan permasalahan,
perkembangan fisik dan mentalnya, misalnya masalah pacaran, perilaku seksual,
penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Menurut BKKBN. konseling kesehatan reproduksi merupakan suatu bentuk
komunikasi dua arah yang dilakukan antara dua pihak. Pihak pertama adalah
konselor, membantu pihak lainnya yaitu klien dalam memecahkan masalah kesehatan
reproduksi yang dihadapinya.
Konseling kesehatan reproduksi berorientasi pada klien atau yang lebih dikenal
dengan client centered. Hal ini menekankan peran klien sendiri dalam proses

10
konseling sampai pengambilan keputusan. Teori ini berpijak pada keyakinan dasar
martabat manusia bahwa bila klien mengalami masalah maka yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut adalah inidividu tersebut.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat penulis simpulkan bahwa konseling
kesehatan reproduksi remaja adalah komunikasi dua arah antara konselor dan klien
tentang masalah kesehatan reproduksi.

5. Tujuan Dari Konseling Reproduksi


Secara umum tujuan konseling kesehatan reproduksi ialah memberikan informasi
tentang kesehatan reproduksi secara benar dan proposional. Konseling kesehatan
reproduksi juga membantu klien memperoleh identitas dirinya dalam pilihan perilaku
dan orientasi seks, meningkatkan pengetahuan seksualitas yang benar serta
mengurangi kecemasan yang dialami klien berkaitan dengan perilaku dan orientasi
seksnya. Selain itu, konseling kesehatan reproduksi menghasilkan perubahan
kebiasaan dan perilaku yang bertanggung jawab dan mengajarkan keterampilan
membuat keputusan.

6. Pengertian Seksualitas Dan Kb


Definisi seksuaalitas menurut Kartono (2009: 231) adalah hubungan seksual yang
dilakukan diluar sistem regulasi seks yang ada dalam masyarakat, yaitu dilakukan
diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi. Sementara
itu menurut Hawari (1998: 91) seks bebas merupakan kebebasan bergaul, dimana
hubungan seks tanpa didahului pernikahan.
Menurut WHO seks bebas yang dimaksud adalah bukan hanya koitus saja tetapi
juga termasuk berciuman, berpelukan serta berduaan di tempat sepi dengan lawan
jenis diluar hubungan pernikahan, karena perilaku tersebut dapat mengarahkan
pelakunya kepada hubungan seksual (www.wikipedia.co.id diunduh pada 22 Juni
2012).
Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa lakilaki dan
perempuan yang melakukan kissing, necking, petting dan intercourse atau yang lebih
dikenal dengan berciuman, berpelukan, saling meraba bagian tubuh lawan jenis dan
berhubungan seksual diluar pernikahan adalah pelaku seks bebas.

11
7. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Seksualitas Pada Remaja
Menurut ketua Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyatakan
bahwa pada tahun 2011 15% remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun telah
melakukan hubungan sexual diluar nikah. Sementara itu United Nation Population
Fund (UNPF) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mensinyalir jumlah kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,3 juta pertahunnya, dengan
20% diantaranya dilakukan oleh para remaja (Jusuf, 2006: 14).
Menurut (Surbakti, 2009: 133) ada beberapa faktor penyebab perilaku seks bebas
pada remaja adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh negatif media massa
b. Lemahnya keimanan
c. Tidak adanya pendidikan seks yang benar, tepat dan dilandasi nilai-nilai agama
d. Lemahnya pengawasan orang tua.
e. Salah dalam memilih teman

8. Pandangan Islam tentang Seksualitas


Dalam masyarakat masa kini interaksi antara laki-laki dan wanita yang bukan
muhrim sulit dihindari. Kedua jenis kelamin dalam penampilan dan tingkah lakunya
dapat merangsang nafsu seksual. Hal ini dapat menggiring kepada perilaku seks
bebas.
Dalam penerapan konsep Islam, tentang menutup aurat, larangan berdua-duan
antara pria dan wanita selain muhrim, menggunakan parfum yang menyengat,
percampuran dalam pemandian umum merupakan beberapa hal yang harus
dilaksanakan dalam sistem pendidikan Islam sebagai langkah preventif dalam
menghindari seks bebas. Hal ini mengacu pada firman Allah surat Al-Isra’: 32
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Depag, 1971: 258)

Zina adalah hubungan seksual antara pria dengan wanita yang tidak terikat oleh
perkawinan yang sah yang dilakukan secara sengaja (Abdul Aziz Dahlan, 1996:
2026). Tetapi segala perbuatan yang mendekati zina merupakan hal mutlak yang
harus dipahami umat Islam agar tidak terperangkap dalam pemahaman yang salah

12
mengenai seksualitas manusia yang menyimpang dari ajaran Islam. Dengan ungkapan
janganlah berbuat zina, yang berarti pelarangan zina bukan sekedar koitus yang tidak
sah tetapi segala hal yang mendekatinya juga dilarang. Hal ini dipertegas pada surat
al-Ahzab: 59.
“Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(Depag, 1971: 285)

Dari beberapa ayat diatas mengindikasikan bahwa perlunya langkah preventif untuk
menghindari seks bebas. Hal ini sejalan dengan kaidah fiqih:
“kemadlaratan itu harus dihindarkan sedapat mungkin.”
Yang dimaksud dari kaidah ini adalah kewajiban menghindarkan terjadinya suatu
kemadlaratan, atau dengan kata lain, kewajiban melakukan usaha-usaha preventif
agar jangan terjadi suatu kemadlaratan dengan segala daya upaya yang mungkin
dapat diusahakan. Dalam hal ini segala hal yang mendekati seks bebas harus di
hindari.

9. Pengertian Bimbingan Dan Konseling


Bimbingan dan konseling secara bahasa memiliki akar kata yang berbeda. Istilah
bimbingan berasal dari kata guidance yang berasal dari kata kerja to guide, yang
berarti “membimbing” atau “menunjukkan”. Sementara istilah konseling menurut
asal kata dari bahasa latinnya, berasal dari kata consilium yang berarti “dengan” atau
“bersama yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”9
Secara terminologi bimbingan mempunyai beberapa pengertian di antaranya,
menurut Shretzer dan Stone bimbingan diartikan sebagai the process of helping
individuals to understand themselves and their world. Menurut Prayitno dan Erman
Amti,istilah tersebut diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang ahli terhadap seseorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja,

9 Batubara, J. (2016). Bimbingan dan konseling Sari Pediatri, Vol 12, No 1, 21-29.

13
maupun dewasa, agar orang yang dibimbing tersebut dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri secara mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu
dan sarana yang ada serta dapat mengembangkannya berdasarkan norma-norma yang
berlaku.10
Djumhur dan Surya juga berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individuu untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Adapun konseling menurut Shretzer dan
Stone adalah an interaction prosess which facilitate meaningful understanding of self
and environment and result in the establishment, and or clarification of goals dan
values for future behaviour.11
Menurut Prayitno dan Erman Amti istilah konseling tersebut diartikan sebagai
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang sedang mengalami masalah (klien), yang bermuara teratasinya masalah
yang dihadapi oleh klien tersebut. Menurut Winkel mendefinisikan konseling sebagai
serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan untuk membantu klien secara tatap
muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan. Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling yang
dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat penulis kemukakan bahwa bimbingan dan
konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
oleh seorang konselor, dengan tujuan agar individu memahami dirinya,
lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk
kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. 12

10. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam


Hakekat bimbingan dan konseling Islam adalah upaya membantu individu belajar
mengembangkan fitrah atau kembali kepada fitrah, dengan cara memberdayakan
iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan oleh Allah (Sutoyo, 2007: 24). Dengan

10 Dameshghi, S., & Kalantarkousheh, S. M. (2016). The Relationship between Identity Crisis and Responsibility of
Adolescents in Nazarabad. The International Journal of Indian Psychology, Vol 3 No 1, 1-11
11 Istiana. (2017). The Conformity Differences Viewed from Gender at Teenagers of Islamic School of Tsanawiyah

Irsyadul Islamiyah, Bagan Sinembah. IOSR Journal Of Humanities And Social Science, Vol 22 No 10, 50-58.
12 Soetijiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

14
demikian bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah aktifitas yang bersifat
membantu, dikatakan membantu karena pada hakekatnya individu sendirilah yang
perlu hidup sesuai dengan tuntunan Allah agar mereka selamat dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, karena konselor bersifat membantu maka konsekuensinya individu
sendirilah yang harus aktif belajar dan memahami sekaligus menjalankan tuntunan
Allah (Al-Qur’an dan Assunah-Nya)13
Menurut Amin (2010: 23) bimbingan dan konseling Islam adalah proses
pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis kepada setiap individu agar ia
dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimiliki secara optimal,
dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan
hadits Rasulullah SAW kedalam diri klien, sehingga dia dapat hidup selaras dan
sesuai dengan tuntunan AlQur’an dan Hadits.14
Bimbingan di dalam agama Islam merupakan kegiatan dari dakwah Islamiah,
karena dakwah yang terarah ialah memberikan bimbingan kepada umat Islam untuk
betul-betul mencapai dan melaksanakan keseimbangan hidup dunia dan akhirat.
Adapun konseling dalam Islam merupakan salah satu dari berbagai tugas manusia
dalam membina dan membentuk manusia ideal. Bisa dikatakan bahwa konseling
merupakan amanat yang diberikan Allah kepada semua rasul dan Nabi-Nya. Dengan
adanya amanat konseling, maka mereka menjadi demikian berharga dan bermanfaat
bagi umat manusia, baik dalam urusan agama, dunia, pemenuhan kebutuhan,
pemecahan masalah, dan lain sebagainya. Konseling akhirnya menjadi satu kewajiban
bagi individu muslim, khususnya para alim ulama (Zahrani, 2005: 16). 15
Dari beberapa pengertian dapat penulis kemukakan bahwa bimbingan dan
konseling Islam adalah proses komunikasi dua arah antara 32 konselor dan klien yang
bertujuan klien dapat hidup selaras dan sesuai dengan petunjuk Allah untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.

13 Sunarni. (2015). Pengaruh Celebrity Worship Terhadap Identitas Diri Remaja Usia SMA Di Kota Yogyakarta.
Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta
14 Gulati, S. (2017, June). Impact Of Peer Pressure On Buying Behaviour. International Journal of Research, Vol 5 No

6, 1-12.
15 Baron, R., & Byrne, D. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun
baikmelalui proses pranikah atau nikah.Dari jumlah remaja yang hamil pada pranikah
dapat disimpulkan bahwa banyak remajamasih minim pengetahuannya akan hubungan
seksual.Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja diantaranya adalah masalah
kesehatanreproduksi, masalah psikologi pada kehamilan remaja,Bila remaja memilih
untuk mengasuh ananknya sendiri,masyarakat nelum siap menerimakelahiran tanpa
pernikahan berbeda halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakatsudah dapat
menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersamaAbortus dengan konsekuensi
psikososial seperti rasa bersalah yang berlebihan, ancamanhukuman pidana dan saksi adat
masyarakat , PMS, gangguan dan tekanan psikososial dimasalanjut yang timbul akibat
hubungan seks remaja pra nikah

16
DAFTAR PUSTAKA

Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. APLIKASIA:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. 17, No. 1, 1-8.

Ardyanti, P. V., & Tobing, D. H. (2017). Hubungan Konsep Diri dengan Konformitas pada
Remaja Laki-Laki yang Mengkonsumsi Minuman Keras Arak di Gianyar Bali. Jurnal
Psikologi Udayana, Vol. 4, No.1, 30-40.

Santrock, J. W. (2004). Adolescence Perkembangan Remaja. jakarta: Erlangga

Sarouphim, K., & Issa, N. (2017). Investigating Identity Statuses Among Lebanese Youth:
Relation With Gender and Academic Achievement. Youth & Society , Vol 8 No 2 1-20.

Gulati, S. (2017, June). Impact Of Peer Pressure On Buying Behaviour. International Journal of
Research, Vol 5 No 6, 1-12

Huriyati, & Hidayah, N. (2016). Krisis Identitas Pada Remaja, Vol 10 No 1, 49-62

Huriyati, & Hidayah, N. (2016). Krisis Identitas Pada Remaja, Vol 10 No 1, 49-62

Sarwono, S., & Meinarno, E. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Dameshghi, S., & Kalantarkousheh, S. M. (2016). The Relationship between Identity Crisis
andResponsibility of Adolescents in Nazarabad. The International Journal of Indian
Psychology, Vol 3 No 1, 1-11.

Gulati, S. (2017, June). Impact Of Peer Pressure On Buying Behaviour. International Journal of
Research, Vol 5 No 6, 1-12.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivatiate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gumelar, O. S. (2015, Agustus 7). Menuju
Indonesia Sejahtera dengan GenRe. Dipetik Mei 30, 2018, dari Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/ujangkosim/menuju-indonesia-sejahteradengan-
genre_55c45e9d6f7a619820afa487

Hammer, J., & Hartati, S. (2014). Hubungan Antara Konformitas Dengan Intensi Membeli
Smartphone Pada Remaja Sma Karangturi Semarang Jurnal Empati, Vol 3 No 4 :1-10.

Huriyati, & Hidayah, N. (2016). Krisis Identitas Pada Remaja, Vol 10 No 1, 49-62.

Indriati, Susanti, Y., & PH, L. (2016, September). Hubungan Perilaku Terhadap Harga Diri
Remaja Putus Sekolah Dalam Pembentukan Identitas Diri. Jurnal Keperawatan, Vol 8
No 2, 1-7.

17

Anda mungkin juga menyukai