Kelompok II:
Indah Afrillia
Yasrida Fitria
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Selama penyusunan Makalah ini tidak lepas dari peran dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada bapak/ibu dosen pengampuh mata kuliah dan teman – teman
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................. 2
3. Faktor Psikologis................................................................... 4
4. Faktor Biologis...................................................................... 4
ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan fisik yang lengkap, mental dan
kesejahteraan sosial dan bukan hanya karena tidak adanya kelemahan atau
penyakit, tetapi mencakup semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,
fungsi reproduksi dan proses reproduksi.
Data dari Unicef tahun 2013, masih terdapat banyak anak gadis atau
lebih tepatnya anak-anak perempuan yang menikah sebelum mencapai umur 18
tahun. Prevalensi tersebut di tentukan berdasarkan pada prosentase perempuan
berumur 20-24 tahun yang sudah menikah sebelum mereka berumur 18 tahun.
Pernikahan anak hingga saat ini masih menjadi persoalan serius secara
global. Data UNICEF menyebut di tahun 2010, 60% anak perempuan di dunia
menikah di usia kurang dari 18 tahun. Sementara di Indonesia, sebanyak 34,5%
anak perempuan menikah dibawah usia 19 tahun. Selain belum selarasnya satu
peraturan dengan peraturan lain, UU Perlindungan Anak, UU Perkawinan juga
Konvensi Hak Anak dan Konvensi Anti Diskriminasi terhadap Perempuan
yang telah dirativikasi Pemerintah Indonesia, faktor ekonomi, interprestasi
terhadap ajaran agama dan masih kuatnya budaya patriarkhi menjadi penyebab
terjadi dan tingginya praktik pernikahan anak. Disamping pada putusnya akses
pendidikan, pernikahan anak juga berdampak secara psikologis, ekonomi dan
kesehatan reproduksi.
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab perkawinan anak. Anak
perempuan perdesaan dari keluarga miskin yang tidak mendapat pendidikan
kesehatan reproduksi, rentan menjadi korban perkawinan anak dan melahirkan
anak stunting.
Sedangkan dampak stunting bagi pertumbuhan penduduk tidak langsung
terjadi dalam jangka pendek melainkan jangka panjang. Subandi menjelaskan
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Kesehatan Reproduksi
2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
3. Bagaimana hubungan kemiskinan dengan kesehatan reproduksi
4. Bagaimana pelayanan kesehatan pada ibu hamil
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui faktor yang mempenfaruhi kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan ibu hamil
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus
kehidupan perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan kesehatan
reproduksi dilakukan sejak dari janin sampai liang kubur (from womb to tomb)
atau biasa juga disebut dengan “Continuum of care women cycle“. Kesehatan
reproduksi menggunakan pendekatan sepanjang siklus kehidupan perempuan
hal ini disebabkan status kesehatan perempuan semasa kanak kanak dan remaja
mempengaruhi kondisi kesehatan saat memasuki masa reproduksi yaitu saat
hamil, bersalin, dan masa nifas. Hambatan sosial, budaya, dan ekonomi yang
dialami sepanjang hidup perempuan merupakan akar masalah yang mendasar
yang menyebabkan buruknya kesehatan perempuan saat hamil, bersalin, dan
masa nifas. Tingkat pendidikan, kualitas dan kuantitas makanan, nilai dan
sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa diakses, situasi ekonomi, serta
kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan
masa reproduksinya.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-
faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat
golongan yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:
1. Faktor Demografis - Ekonomi
Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan
faktor demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah
akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah ,
lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
4
atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada akhir
trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat
kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan
adanya gawat janin.
6. Tentukan presentasi janin Menentukan presentasi janin dilakukan pada
akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal.Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika,
pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin
belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau
ada masalah lain.
7. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak
pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.
8. Beri tablet tambah darah (tablet besi), Untuk mencegah anemia gizi besi,
setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium
dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah, Pemeriksaan golongan darah pada ibu
hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu
melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawat daruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester
pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamiltersebut menderita anemia atau tidak
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab perkawinan anak. Anak
perempuan perdesaan dari keluarga miskin yang tidak mendapat pendidikan
kesehatan reproduksi, rentan menjadi korban perkawinan anak dan
melahirkan anak stunting. Sedangkan dampak stunting bagi pertumbuhan
penduduk tidak langsung terjadi dalam jangka pendek melainkan jangka
panjang. Subandi menjelaskan bahwa Balita dengan stunting menurunkan
produktivitas sumber daya manusia ketika berada pada usia produktif.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hana Ike Dameria Purba, DKK. Studi Kebijakan, Perencanaan Dan Pelaksanaan
Umum (Rsu) Mitra Sejati Medan Tahun 2018 Jurnal Mutiara Kesehatan
2019
file:///D:/S2%20KESMAS/kesling%20&%20kesker/Infodatin-K3.pdf
file:///D:/S2%20KESMAS/kesling%20&%20kesker/Kesehatan-dan-Keselamatan-
Kerja-Komprehensif.pdf
Link : file:///D:/S2%20KESMAS/kesling%20&%20kesker/kmk-no-1087-
2010-ttg-standar-k3rs(1).pdf
file:///D:/S2%20KESMAS/kesling%20&%20kesker/Permenkes
%20Nomor%2066%20Tahun%202016.pdf
12