DISUSUN OLEH
SEMESTER :1
KHUSUSNYA KEBIDANAN
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wata’ala yang
telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul makalah ilmiah ini yang penulis
ambil adalah “Pengaruh Sosial Budaya dalam lingkup kesehatan khususnya
kebidanan”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi Mahasiswa/i (Akademik Kebidanan Betang Asi Raya) dalam
memenuhi tugas (Mata Kuliah Sosial Budaya Dasar).
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran budaya khususnya dalam segi
teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu budaya serta akan
menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
DIYA ANDRIANI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan peran
seorang bidan
BAB II
PEMBAHASAN
b). Perkawinan
Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri.
Perkawinan memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang
dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan. !egiatan
pembinaan yang dilakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan
kesehatan agar peran serta ibu dalam upaya kesehatan ibu, anak dan
keluarga meningkat. Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibunifas, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut
diyakinimemerlukan pengetahuan aspek sosial budaya dalam penerapannya
kemudian melakukan pendekatan-pendekatan untuk melakukan perubahan-
perubahan terhadap kebiasaan-kebiasaa yang tidak mendukung peningkatan
kesehatan ibu dan anak.
C. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas dan Bayi
Baru Lahir
Berdasarkan survei rumah tangga (SKRT) pada tahun 1986, angka
kematian ibu maternal berkisar 450 per 100.000 kelahiran hidup atau
lebih dari 20.000 kematian pertahunnya. Angka kematian ibu merupakan
salah satu indikator kesehatan ibu yang meliputi ibu dalam masa
kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka tersebut dikatakan tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Dari hasil penelitian di 12
rumah sakit, dikatakan bahwa kehamilan merupakan penyebab utama
kematian ibu maternal, yaitu sebesar 94,4% dengan penyebabnya, yaitu
pendarahan, infeksi, dan taxaemia . Selain menimbulkan kematian, ada
penyebab lain yang dapat menambah resiko terjadinya kematian yaitu
Anemia gizi pada ibu hamil, dengan Hb kurang dari 11gr %. Angka
kematian balita masih didapatkan sebesar 10,6 per 1000 anak balita.
Seperti halnya dengan bayi sekitar 31% penyebab kematian balita adalah
penyakit yang dapat dicegahdengan imunisasi, yaitu infeksi saluran
pernafasan, polio, dan lain-lain.Masih tingginya angka kematian ibu dan
anak di Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial budaya masyarakat,
seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang
masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat
kepercayaan masyarakatterhadap pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan
kesehatan dari rumah-rumah penduduk kebiasaan-kebiasaan dan adat
istiadatdan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain
sebagainya. Tingkat pendidikan terutama pada wanita dewasa yang masih
rendah, mempunyai pengaruh besar terhadap masih tingginya angka
kematian bayi.
Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali
merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di
masyarakat. Perilaku, kebiasaan,dan adat istiadat yang merugikan seperti
misalnya:
1. Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit
melahirkan,
2. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin misalnya: ikan asin,
telur asin karena bisamembuat ASI jadi asin
3. Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang
4. Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar
mekoniumnya cepat keluar,
5. Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
karena takut darah kotor naik ke mata.
6. Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya harus
diuraikan dan persalinanyang dilakukan di lantai, diharapkan ibu dapat
dengan mudah melahirkan.
7. Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda
tajam.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa
wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena
kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih
senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun. Didaerah
pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data
Survei kesehatan rumah tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65%
persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek
persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu.
Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan olehdukun
beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu.
Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke
posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan
kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darahdan cairan
yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).Ini adalah sedikit gambaran
tentang aspek sosial budaya masyarakat yang berkaitandengan persalinan
dan pasca persalinan, yang tentunya masih banyak terdapat aspek sosial
budaya yang mempengaruhi persalinan dan pasca persalinan sesuai
dengan keanekaragamanmasyarakat di Indonesia.
D. Pendekatan Melalui Budaya Dan Kebudayaan Kaitannya Dengan Peran
Seorang Bidan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat,mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat,khususnya kesehatan ibu dan
anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitandengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi
baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peransertatanggung
jawabnya.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan
diperlukan pendekatan-pendekata khususnya sosial budaya, untuk itu
sebagai tenaga kesehatan khususnyacalon bidan agar mengetahui dan
mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif
masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan.
Menurut Departemen kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah
sebagai berikut:
1) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,
mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman
medis kontrasepsi.
2) Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan, denganmelakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan setempat.
3) Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4) Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
5) Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya
masyarakat.
6) Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan
lainnya.
7) Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi
serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan
kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diper
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek soail-budaya, telah diuraikan dalam peraturan mentri kesehatan
No.363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan
dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta
mencari keterangan tentag penduduk darimasing-masing RT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruang lingkup praktik kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan
dalam menjalankan praktiknya yang berkaitan dengan upaya pelayanan
kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan. Dimana semua layanan yang
diberikan oleh seorang bidandidasarkan pada pengetahuan, keterampilan, dan
kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
B. Saran
Marilah kita sebagai tenaga kesehatan melakukan pelayanan kebidanan
dalam ruang lingkup praktik kebidanan atau sesuai dengan kewenangan kita
serta pengetahuan dan keterampilan, demi memberikan pelayanan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Hakimi & Suhadi. (2010). Peran Bidan di Desa dan Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin
A pada Ibu Nifas. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No.2, Juni 2010. Dikutip dari
Lailiyana, dkk. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Machfoedz, Ircham. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan,
Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya
Maryunani, Anik & Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada
Neonatus. Jakarta : CV. Trans Info Media
Nurlaila, Rochana & Rachma. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan
Motivasi Ibu dalam Memijat Bayi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, volume 4, No 2,
Juni 2008. Dikutip dari tanggal 23 Mei 2014)
Pantiawati, Ika. (2010). Bayi dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha
Medika