Oleh :
Kelompok 1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Esa karena berka
t rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kesehatan Masyarakat yang berjudul
“Jenis-Jenis Perilaku Sosial Dan Budaya Pada Ibu Hamil Yang Terjadi Di
Masyarakat”, dimana makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Kesehatan Masyarakat.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, namun berkat bantuan,
bimbingan dan arahan dari dosen, makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami berhar
ap makalah ini dapat menjadi inspirasi yang dapat menambah wawasan dan dapat membant
u proses pembuatan makalah bagi generasi penerus selanjutnya.
Proses pendalaman materi ini, kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan sa
ran. Untuk rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada dosen, Bapak
Suhrawardi, S.KM,. M.PH.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pe
mbaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................................2
C. Manfaat...................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................3
A. Kesehatan Ibu Hamil Dari Perspektif Sosial Culture / Budaya.....................................3
B. Persepsi Kesehatan Terhadap Budaya Kehamilan.............................................................5
C. Perilaku Sosial Dan Budaya Pada Ibu Hamil Di Masyarakat Indonesia.........................6
D. Pendekatan Melalui Budaya Dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya Dengan Peran
Seorang Bidan.................................................................................................................................9
BAB III..............................................................................................................................................12
PENUTUP.........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................................12
B. Saran......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dari upaya penin
gkatan kesehatan ibu. Budaya dan sistem sosial yang ada di masyarakat merupakan
bagian yang menyumbang angka kematian ibu selain fasilitas dan pelayanan kesehat
an. Selama ini intervensi dilakukan belum sepenuhnya mempertimbangkan faktor so
sial budaya. (perempuan jurnal, 2019)
Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahka
n, karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Keadaan lingkungan kel
uarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamil
annya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rum
ah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keterat
uran kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Masyarakat memiliki kehid
upan yang mencakup aturan-aturan, norma-norma, pandangan hidup yang dijadikan
acuan dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat. Tradisi budaya di Nusant
ara terkandung nilai-nilai adat istiadat yang merupakan warisan leluhur. Ada dampa
k positif dan negatifnya terutama terhadap kesehatan ibu dan anak (Aryastmani dan
Mubasyiroh, 2019).
1
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di
era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menunt
ut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah ya
ng kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan
pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya
dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, fa
ktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi- konsepsi menge
nai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-s
akit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupu
n negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
B. Rumusan masalah
Untuk mengetahui apa itu
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
(1990) dalam Mander (2001) dukungan sosial berperan positif pada kesehatan,
secara tidak langsung mengurangi bahaya yang disebabkan stress, mengurangi
resiko terpapar stress dan memudahkan penyembuhan dari kondisi stress seperti
sakit. Bukan hanya calon ibu, calon ayah pun berada pada periode transisi atau
marginalitas (Van Gennep, 1960) dalam Blackshaw (2003). Hal ini karena
meskipun kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang dialami perempuan,
secara fisik dan sosial, laki-laki terlibat secara mendalam pada kelahiran anak-
anaknya. Pada berbagai budaya calon ayah memiliki peranan untuk melakukan
ritual tertentu selama periode kehamilan. Tugas-tugas itu dilakukan untuk
melindungi ibu dan anaknya serta untuk mempermudah proses persalinan.
Heggenhougan (1980) dalam Helman (2002) menyebutnya sebagai ritual couvade
(couvade berasal dari bahasa Perancis, Basque yang artinya mengerami) yang mana
ayah diminta untuk mengikuti tabu atau pantangan tertentu. Menurut Heggenhougan
ritual couvade merupakan suatu keterlibatan yang disadari atau mungkin tidak
disadari. Seorang calon ayah akan melakukan berbagai ritual selama kehamilan
seperti perilaku, diet, spiritual dan sexual, fenomena psikosomatik, pendidikan
menjadi orangtua serta menghindari hal-hal yang bersifat polutan.
Budaya pada masa kehamilan dan persalinan di sebagian daerah telah terjadi
pergeseran namun di sebagian lain masih dipertahankan. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh O’Neil (2006) bahwa semua budaya yang diwariskan cenderung
untuk berubah tetapi ada kalanya juga dipertahankan. Ada proses dinamis yang
mendukung diterimanya hal-hal dan ide-ide baru dan ada juga yang mendukung
untuk mempertahankan kestabilan budaya yang ada. Hiller (2003) menyatakan
bahwa ketika perubahan terjadi, maka terjadi destruksi nilainilai tradisional,
kepercayaan, peran dan tanggungjawab, pendidikan, keluarga dan lain-lain yang
hampir simultan dengan proses konstruksi cara baru sebagai pengaruh dari
perubahan sosial. Nilai dan ritual yang baru ini menggantikan nilai dan ritual yang
4
lama. Namun di sebagian masyarakat adakalanya terjadi kompromi yang mana nilai
dan ritual baru dijalankan dengan tanpa menghilangkan nilai dan ritual lama.
5
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janin. Kemiskinan masyarakat akan berdampak pada penurunan
pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini keluarga, khususnya ibu akan
mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan akan melahirkan bayi
berat badan lahir rendah. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita
hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil di daerah pedesaan
masih banyak yang termasuk kategori kurang. Ibu hamil yang mempunyai tingkat
pengetahuan kurang tentang anemia berarti pemahaman tentang pengertian anemia,
hal -hal yang menyebabkan anemia, tanda dan gejala anemia, hal-hal yang
diakibatkan apabila terjadi anemia, maupun tentang perilaku kesehatan untuk
mencegah terjadinya anemia menjadi kurang untuk dapat menghindari terjadinya
anemia kehamilan (Riny, 2014).
6
melindungi anak dari efek stress sebelum melahirkan, dan diyakini dapat
menyebabkan masalah perkembangan neurologis setelah melahirkan (Sari,
Husaini, and Ilmi 2017).
Wanita hamil suku banjar tidak diperkenankan untuk keluar dari rumah
maupun hutan saat menjelang waktu maghrib (Rofelawaty 2018). Karena
menurut kepercayaan masyarakat suku banjar ibu hamil memiliki aroma tubuh
yang sungguh harum, sehingga akan mudah terkena ganggu makhluk halus,
secara medis biologis ibu hamil tidak diperkenankan untuk keluar pada malam
hari hinga larut (Saputro 2017). Karena udara pada malam hari akan
mengancam kondisi ibu dan janin yang disebabkan karena udara malam hari
banyak mengandung karbondioksida (CO2).
2. Suku Baduy
Wanita hamil disuku baduy melakukan pemijatan pada perut ibu hamil.
Biasanya masyarakat baduy dalam melakukan pemijatan perutnya di dukun
beranak atau biasa disebut paraji. Masyarakat baduy dalam menyebut ritual
pemijatan perut pada ibu hamil itu dengan sebutan ngaragap beuteung. Mereka
menyakini bahwa hal tersebut dapat memudahkan ibu hamil dalam menjalani
persalinan. Akan menjadi baik kondisi ibu hamil apabila proses pemijatanya
dilakukan dengan benar. Lain halnya apabila dalam proses memijat para
memberikan terlalu banyak tekanan, maka dampaknya akan mengganggu janin
yang ada didalam perut ibu hamil tersebut. Secara medis tindakan memijat
perut ibu hamil pada saat hamil terutama pada masa trimester tiga tidak
dibenarkan aman (Majir 2018). Diperbolehkan melakukan pengurutan pada
perut ibu hamil jika posisi bayi sungsang, dan itupun tidak dilakukan secara
sembarangan.
7
Teknik pemijatan harus dilakukan dengan cara khusus dan dalam
pengawasan dokter spesialis kandungan, tidak semua ritual adat tersebut
dilakukan. Karena menurut masyarakat baduy itu sendiri mengungkapkan
bahwa perawatan kehamilan yang dianggap berbahaya bagi ibu maupun janin
sepertinya dapat membahayakan tali pusat (Anak, 2016). Selain ritual
pengurutan perut ibu hamil, wanita-wanita hamil disuku baduy juga dilarang
beraktifitas sehari- hari seperti sebelum hamil. Misalnya pergi ke ladang yang
jaraknya dari rumah jauh dan juga dengan jalanan yang tidak rata dan cukup
berbahaya. Menurut mereka perilaku tersebut sangat beresiko tidak baik untuk
kehamilannya.
3. Suku Dayak
Lain halnya dengan suku baduy. Menurut masyarakat suku dayak sangau
wanita yang sedang hamil harus tetap melakukan aktifitas seperti biasanya
seperti saat sebelum wanita itu hamil. Yang sebagian besar pekerjaan
masyarakat suku dayak adalah sebagai petani.
4. Suku Bugis
Ma’cerra wettang merupakan ritual budaya yang dilakukan oleh masyarakat
bugis pada ibu hamil. Ritual ini dilaksanakan ketika umur ibu hamil (Nasruddi
n 2017). Memasuki bulan ketujuh atau saat awal masuk masa trimester tiga. M
enurut masyarakat bugis ritual ini dapat memperlancar persalinan, dapat memb
uat posisi janin menjadi sempurna dan dijauhkan dari segala gangguan dari ma
khluk halus. Prosesi ma’cerra wettang dilakukan oleh dukun beranak atau paraj
i. Prosesnya yaitu dengan mengurut perut ibu hamil dengan menggunakan min
yak goreng yang dicampur dengan bawang merah. Hal itu dapat dipercaya bah
wa akan memudahkan ibu dalam melahirkan dan anaknya akan lahir dengan se
lamat.
8
5. Suku Jawa
Masyarakat Jawa percaya bahwa wanita yang sedang mengandung tidak dip
erbolehkan untuk mengkonsumsi telur, mereka percaya jika wanita hamil men
gkonsumsi telur maka akan susah saat melakukan persalinan (Intan 2018). Ibu
hamil juga dilarang untuk mengkonsumsi daging karena mereka percaya bahw
a jika wanita yang sedang hamil mengkonsumsi daging akan menimbulkan pen
darahan. Secara medis budaya pantangan makan malah justru akan merugikan
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya (Wijaya 2017). Contohnya seperi
dilarang mengkonsumsi telur dan daging. Sebenarnya ibu hamil sangat perlu u
ntuk mengkonsumsi telur dan daging gunanya untuk memenuhi kebutuhan gizi
ibu hamil dan janin yang dikandungnya juga perlu nutrisi. karena pantangan ter
sebut ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan gizinya menjadi kurang yang pada
akhirnya akan menyebabakan ibu menjadi anemia dan kurang energi. Dari hal t
ersebut saat melakukan persalinan ibu hamil dapat mengalami pendarahan dan
berat badan bayi baru lahir rendah.
9
tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar
masyarakat sadar pentingnya kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi
bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,
mengenai persalinan. pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis
kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan,
dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan
kesehatan setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya
masyarakat.
6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan
lainnya.
7. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi
serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan
kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.
363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan
komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari
keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.
10
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna,
tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi: Jenis kelamin, Umur, Mata
pencaharian, Pendidikan, Agama.
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan
harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci
keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang
pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari
bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat
istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa,
kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui
pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan
yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan
prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan
kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Penulis
Dapat lebih menguasai lagi pembahasan tentang jenis jenis perilaku sosial dan b
udaya guna meningkatkan kesehatan masyarakat
2. Bagi Institusi
12
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan pe
nyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompeten
si mahasiswa dalam mengetahui dan menguasai program pendukung kesehatan
masyarakat
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan terutama bidan perlu meningkatkan kualitas menguasai pr
ogram yang menunjang peningkatan kesehatan masyarakat
13
DAFTAR PUSTAKA
Aryastmani dan Mubasyiroh. 2019. Peran Budaya Dalam Pemanfaatn Layanan Kesehatan
Ibu Hamil. Kemenkes.
Rahman, M.T., Sulthonie, A.A. and Solihin, S., 2018. “Sosiologi Informasi Pengobatan
Tradisional Religius” Kajian di Masyarakat Perdesaan Jawa Barat. Jurnal Studi
Agama dan Masyarakat, 14(2), pp.100-111.
Sari, Lia Susvita, Husaini Husaini, and Bahrul Ilmi. 2017. "Kajian Budaya Dan Makna
Simbolis Perilaku Ibu Hamil Dan Ibu Nifas." Jurnal Berkala Kesehatan 1(2): 78-87.
14