Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH JENIS-JENIS PERILAKU SOSIAL DAN BUDAYA PADA IBU HAMIL

YANG TERJADI DI MASYARAKAT

untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah "Kesehatan Masyarakat"

Dosen Pengajar : Bapak Suhrawardi, S.KM,. M.PH

Oleh :

Kelompok 1

Anna Mutia Rakhman P07124121006 Kiren Sabina P07124121042


Devi Kumalasari P07124121017 Putri Kurniyawati P07124121062
Dina Aulia Safitri P07124121021 Rusmia Azizah P07124121073
Farah Azizah Gustiani P07124121028 Siti Norhasanah P07124121083
Febri Kaslia P07124121029 Safitri Mashuri P07124121074
Haliza P07124121032 Vivin Octi Lesta S P07124121089

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA SEMESTER IV A
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Esa karena berka
t rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kesehatan Masyarakat yang berjudul
“Jenis-Jenis Perilaku Sosial Dan Budaya Pada Ibu Hamil Yang Terjadi Di
Masyarakat”, dimana makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Kesehatan Masyarakat.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, namun berkat bantuan,
bimbingan dan arahan dari dosen, makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami berhar
ap makalah ini dapat menjadi inspirasi yang dapat menambah wawasan dan dapat membant
u proses pembuatan makalah bagi generasi penerus selanjutnya.

Proses pendalaman materi ini, kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan sa
ran. Untuk rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada dosen, Bapak
Suhrawardi, S.KM,. M.PH.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pe
mbaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 12 Maret 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................................2
C. Manfaat...................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................3
A. Kesehatan Ibu Hamil Dari Perspektif Sosial Culture / Budaya.....................................3
B. Persepsi Kesehatan Terhadap Budaya Kehamilan.............................................................5
C. Perilaku Sosial Dan Budaya Pada Ibu Hamil Di Masyarakat Indonesia.........................6
D. Pendekatan Melalui Budaya Dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya Dengan Peran
Seorang Bidan.................................................................................................................................9
BAB III..............................................................................................................................................12
PENUTUP.........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................................12
B. Saran......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dari upaya penin
gkatan kesehatan ibu. Budaya dan sistem sosial yang ada di masyarakat merupakan
bagian yang menyumbang angka kematian ibu selain fasilitas dan pelayanan kesehat
an. Selama ini intervensi dilakukan belum sepenuhnya mempertimbangkan faktor so
sial budaya. (perempuan jurnal, 2019)

Kepekaan, persepsi masyarakat,mempertimbangkan kearifan lokal termasuk


aturan dan keyakinan yang ada di masyarakat, sebagai faktor yang berpengaruh terh
adap kinerja pelayanan kesehatan secara keseluruhan dan mempengaruhi seseorang
dalam bertindak termasuk dalam upaya memanfaatkan pelayanan kesehatan. (Rahm
an, Sulthonie and Solihin, 2018)

Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahka
n, karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Keadaan lingkungan kel
uarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamil
annya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rum
ah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keterat
uran kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Masyarakat memiliki kehid
upan yang mencakup aturan-aturan, norma-norma, pandangan hidup yang dijadikan
acuan dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat. Tradisi budaya di Nusant
ara terkandung nilai-nilai adat istiadat yang merupakan warisan leluhur. Ada dampa
k positif dan negatifnya terutama terhadap kesehatan ibu dan anak (Aryastmani dan
Mubasyiroh, 2019).

1
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di
era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menunt
ut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah ya
ng kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan
pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya
dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, fa
ktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi- konsepsi menge
nai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-s
akit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupu
n negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.

B. Rumusan masalah
Untuk mengetahui apa itu
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KESEHATAN IBU HAMIL DARI PERSPEKTIF SOSIAL CULTURE /


BUDAYA

Kehamilan dan persalinan merupakan fase krisis dalam kehidupan seorang


wanita. Peristiwa ini memiliki dampak pada bagaimana seorang wanita melewati
fase transisi untuk menjadi ibu termasuk kesehatan fisik dan mentalnya dan juga
kesejahteraan keluarga secara keseluruhan (Beech and Phipps, 2004) . Van Gennep
(1960) dalam Winson (2006) menggambarkan status sosial seorang wanita pada saat
hamil berada pada status marginality di mana dia mulai berperilaku berbeda dari
biasanya misalnya dengan memperhatikan pola makan, aktifitas, dan lain-lain.
Masyarakat di berbagai budaya memberi perhatian pada fase krisis ini. Pada
masa kehamilan ada banyak ritual yang harus dilakukan yang menandakan bahwa
masyarakat di budaya mana pun menganggap kehamilan sebagai peristiwa yang luar
biasa, bukan hanya dalam kehidupan wanita hamil itu sendiri tetapi juga suami dan
keluarganya. Perhatian masyarakat terhadap ibu yang sedang hamil merupakan
bentuk dukungan sosial. Menurut McCourt (2006) ada tiga komponen kunci
dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan informasi dan dukungan
praktis. Dukungan emosional ditunjukkan dengan hubungan yang hangat,
persaudaraan, persahabatan dan keinginan untuk mendengar. Saran dan informasi
yang baik merupakan contoh dari dukungan informasi. Sedangkan dukungan
finansial pada ibu hamil, pijat untuk mengurangi ketidaknyamanan merupakan
bentuk nyata dukungan praktis.
Dukungan sosial selama kehamilan sangat penting untuk mengurangi stress.
Selama kehamilan dukungan dapat menimbulkan rasa percaya diri pada wanita
bahwa dia memiliki persiapan yang cukup untuk melahirkan. Menurut Oakley

3
(1990) dalam Mander (2001) dukungan sosial berperan positif pada kesehatan,
secara tidak langsung mengurangi bahaya yang disebabkan stress, mengurangi
resiko terpapar stress dan memudahkan penyembuhan dari kondisi stress seperti
sakit. Bukan hanya calon ibu, calon ayah pun berada pada periode transisi atau
marginalitas (Van Gennep, 1960) dalam Blackshaw (2003). Hal ini karena
meskipun kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang dialami perempuan,
secara fisik dan sosial, laki-laki terlibat secara mendalam pada kelahiran anak-
anaknya. Pada berbagai budaya calon ayah memiliki peranan untuk melakukan
ritual tertentu selama periode kehamilan. Tugas-tugas itu dilakukan untuk
melindungi ibu dan anaknya serta untuk mempermudah proses persalinan.
Heggenhougan (1980) dalam Helman (2002) menyebutnya sebagai ritual couvade
(couvade berasal dari bahasa Perancis, Basque yang artinya mengerami) yang mana
ayah diminta untuk mengikuti tabu atau pantangan tertentu. Menurut Heggenhougan
ritual couvade merupakan suatu keterlibatan yang disadari atau mungkin tidak
disadari. Seorang calon ayah akan melakukan berbagai ritual selama kehamilan
seperti perilaku, diet, spiritual dan sexual, fenomena psikosomatik, pendidikan
menjadi orangtua serta menghindari hal-hal yang bersifat polutan.
Budaya pada masa kehamilan dan persalinan di sebagian daerah telah terjadi
pergeseran namun di sebagian lain masih dipertahankan. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh O’Neil (2006) bahwa semua budaya yang diwariskan cenderung
untuk berubah tetapi ada kalanya juga dipertahankan. Ada proses dinamis yang
mendukung diterimanya hal-hal dan ide-ide baru dan ada juga yang mendukung
untuk mempertahankan kestabilan budaya yang ada. Hiller (2003) menyatakan
bahwa ketika perubahan terjadi, maka terjadi destruksi nilainilai tradisional,
kepercayaan, peran dan tanggungjawab, pendidikan, keluarga dan lain-lain yang
hampir simultan dengan proses konstruksi cara baru sebagai pengaruh dari
perubahan sosial. Nilai dan ritual yang baru ini menggantikan nilai dan ritual yang

4
lama. Namun di sebagian masyarakat adakalanya terjadi kompromi yang mana nilai
dan ritual baru dijalankan dengan tanpa menghilangkan nilai dan ritual lama.

B. PERSEPSI KESEHATAN TERHADAP BUDAYA KEHAMILAN

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor penting untuk


diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan,
disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami
perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui
dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Kenyataannya berbagai kalangan
masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan
sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu
memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.
Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan
persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw
Malinowski menjadi fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi, dan
moral dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Mereka menganggap
masa tersebut adalah masa kritis karena bisa membahayakan janin dan/atau ibunya.
Masa tersebut direspons oleh masyarakat dengan strategi-strategi, seperti dalam
berbagai upacara kehamilan, anjuran, dan larangan secara tradisional (Malinowski,
Bronislaw, 1927: 76).
Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah
masalah gizi. Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari
faktor budaya setempat. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-
kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Kepercayaan
bahwa ibu hamil dan post partum pantang mengkonsumsi makanan tertentu
menyebabkan kondisi ibu post partum kehilangan zat gizi yang berkualitas.

5
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janin. Kemiskinan masyarakat akan berdampak pada penurunan
pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini keluarga, khususnya ibu akan
mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan akan melahirkan bayi
berat badan lahir rendah. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita
hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil di daerah pedesaan
masih banyak yang termasuk kategori kurang. Ibu hamil yang mempunyai tingkat
pengetahuan kurang tentang anemia berarti pemahaman tentang pengertian anemia,
hal -hal yang menyebabkan anemia, tanda dan gejala anemia, hal-hal yang
diakibatkan apabila terjadi anemia, maupun tentang perilaku kesehatan untuk
mencegah terjadinya anemia menjadi kurang untuk dapat menghindari terjadinya
anemia kehamilan (Riny, 2014).

C. PERILAKU SOSIAL DAN BUDAYA PADA IBU HAMIL DI


MASYARAKAT INDONESIA
1. Suku Banjar
Wanita – wanita hamil disuku banjar biasanya mengkonsumsi dan
mengoleskan minyak bangsul ke perut. Minyak bangsul merupakan nama lain
dari minyak kelapa yaitu minyak yang dipercaya oleh suku banjar untuk
memudahkan persalinan. Mereka percaya bahwa jika mengoleskan minyak
bangsul ke perut persalinannya menjadi lancar meluncur seperti halnya
minyak. Wanita hamil disuku banjar dalam mengkonsumsi minyak bangsul
adalah dengan meminumnya setiap pagi dan ketika umur kehamilan mencapai
7 bulan mereka mengoleskan minyak bangsul ke perut. Dalam pandangan
medis mengkonsumsi minyak bangsul atau minyak kelapa saat hamil dapat

6
melindungi anak dari efek stress sebelum melahirkan, dan diyakini dapat
menyebabkan masalah perkembangan neurologis setelah melahirkan (Sari,
Husaini, and Ilmi 2017).
Wanita hamil suku banjar tidak diperkenankan untuk keluar dari rumah
maupun hutan saat menjelang waktu maghrib (Rofelawaty 2018). Karena
menurut kepercayaan masyarakat suku banjar ibu hamil memiliki aroma tubuh
yang sungguh harum, sehingga akan mudah terkena ganggu makhluk halus,
secara medis biologis ibu hamil tidak diperkenankan untuk keluar pada malam
hari hinga larut (Saputro 2017). Karena udara pada malam hari akan
mengancam kondisi ibu dan janin yang disebabkan karena udara malam hari
banyak mengandung karbondioksida (CO2).

2. Suku Baduy
Wanita hamil disuku baduy melakukan pemijatan pada perut ibu hamil.
Biasanya masyarakat baduy dalam melakukan pemijatan perutnya di dukun
beranak atau biasa disebut paraji. Masyarakat baduy dalam menyebut ritual
pemijatan perut pada ibu hamil itu dengan sebutan ngaragap beuteung. Mereka
menyakini bahwa hal tersebut dapat memudahkan ibu hamil dalam menjalani
persalinan. Akan menjadi baik kondisi ibu hamil apabila proses pemijatanya
dilakukan dengan benar. Lain halnya apabila dalam proses memijat para
memberikan terlalu banyak tekanan, maka dampaknya akan mengganggu janin
yang ada didalam perut ibu hamil tersebut. Secara medis tindakan memijat
perut ibu hamil pada saat hamil terutama pada masa trimester tiga tidak
dibenarkan aman (Majir 2018). Diperbolehkan melakukan pengurutan pada
perut ibu hamil jika posisi bayi sungsang, dan itupun tidak dilakukan secara
sembarangan.

7
Teknik pemijatan harus dilakukan dengan cara khusus dan dalam
pengawasan dokter spesialis kandungan, tidak semua ritual adat tersebut
dilakukan. Karena menurut masyarakat baduy itu sendiri mengungkapkan
bahwa perawatan kehamilan yang dianggap berbahaya bagi ibu maupun janin
sepertinya dapat membahayakan tali pusat (Anak, 2016). Selain ritual
pengurutan perut ibu hamil, wanita-wanita hamil disuku baduy juga dilarang
beraktifitas sehari- hari seperti sebelum hamil. Misalnya pergi ke ladang yang
jaraknya dari rumah jauh dan juga dengan jalanan yang tidak rata dan cukup
berbahaya. Menurut mereka perilaku tersebut sangat beresiko tidak baik untuk
kehamilannya.

3. Suku Dayak
Lain halnya dengan suku baduy. Menurut masyarakat suku dayak sangau
wanita yang sedang hamil harus tetap melakukan aktifitas seperti biasanya
seperti saat sebelum wanita itu hamil. Yang sebagian besar pekerjaan
masyarakat suku dayak adalah sebagai petani.

4. Suku Bugis
Ma’cerra wettang merupakan ritual budaya yang dilakukan oleh masyarakat
bugis pada ibu hamil. Ritual ini dilaksanakan ketika umur ibu hamil (Nasruddi
n 2017). Memasuki bulan ketujuh atau saat awal masuk masa trimester tiga. M
enurut masyarakat bugis ritual ini dapat memperlancar persalinan, dapat memb
uat posisi janin menjadi sempurna dan dijauhkan dari segala gangguan dari ma
khluk halus. Prosesi ma’cerra wettang dilakukan oleh dukun beranak atau paraj
i. Prosesnya yaitu dengan mengurut perut ibu hamil dengan menggunakan min
yak goreng yang dicampur dengan bawang merah. Hal itu dapat dipercaya bah
wa akan memudahkan ibu dalam melahirkan dan anaknya akan lahir dengan se
lamat.

8
5. Suku Jawa
Masyarakat Jawa percaya bahwa wanita yang sedang mengandung tidak dip
erbolehkan untuk mengkonsumsi telur, mereka percaya jika wanita hamil men
gkonsumsi telur maka akan susah saat melakukan persalinan (Intan 2018). Ibu
hamil juga dilarang untuk mengkonsumsi daging karena mereka percaya bahw
a jika wanita yang sedang hamil mengkonsumsi daging akan menimbulkan pen
darahan. Secara medis budaya pantangan makan malah justru akan merugikan
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya (Wijaya 2017). Contohnya seperi
dilarang mengkonsumsi telur dan daging. Sebenarnya ibu hamil sangat perlu u
ntuk mengkonsumsi telur dan daging gunanya untuk memenuhi kebutuhan gizi
ibu hamil dan janin yang dikandungnya juga perlu nutrisi. karena pantangan ter
sebut ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan gizinya menjadi kurang yang pada
akhirnya akan menyebabakan ibu menjadi anemia dan kurang energi. Dari hal t
ersebut saat melakukan persalinan ibu hamil dapat mengalami pendarahan dan
berat badan bayi baru lahir rendah.

D. PENDEKATAN MELALUI BUDAYA DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN


KAITANNYA DENGAN PERAN SEORANG BIDAN
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak
remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup
berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan
diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai

9
tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar
masyarakat sadar pentingnya kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi
bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,
mengenai persalinan. pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis
kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan,
dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan
kesehatan setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya
masyarakat.
6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan
lainnya.
7. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi
serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan
kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.
363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan
komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari
keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.

10
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna,
tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi: Jenis kelamin, Umur, Mata
pencaharian, Pendidikan, Agama.
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan
harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci
keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang
pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari
bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat
istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa,
kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui
pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan
yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan
prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan
kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk,


mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu individu suatu kelomp
ok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua pra
ktek/perilaku masyaiakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dir
inya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan.Bida
n sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, m
empunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan mas
yarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan haru
s mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan keseh
atan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seor
ang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, pera
n serta tanggung jawabnya. Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyara
kat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, a
dat istiadat dan kebiasaan sehari-hari. pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, k
esenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Melalui kegiatan-
kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakuk
an promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan
di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Dapat lebih menguasai lagi pembahasan tentang jenis jenis perilaku sosial dan b
udaya guna meningkatkan kesehatan masyarakat
2. Bagi Institusi

12
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan pe
nyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompeten
si mahasiswa dalam mengetahui dan menguasai program pendukung kesehatan
masyarakat
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan terutama bidan perlu meningkatkan kualitas menguasai pr
ogram yang menunjang peningkatan kesehatan masyarakat

13
DAFTAR PUSTAKA

Aryastmani dan Mubasyiroh. 2019. Peran Budaya Dalam Pemanfaatn Layanan Kesehatan
Ibu Hamil. Kemenkes.
Rahman, M.T., Sulthonie, A.A. and Solihin, S., 2018. “Sosiologi Informasi Pengobatan
Tradisional Religius” Kajian di Masyarakat Perdesaan Jawa Barat. Jurnal Studi
Agama dan Masyarakat, 14(2), pp.100-111.
Sari, Lia Susvita, Husaini Husaini, and Bahrul Ilmi. 2017. "Kajian Budaya Dan Makna
Simbolis Perilaku Ibu Hamil Dan Ibu Nifas." Jurnal Berkala Kesehatan 1(2): 78-87.

14

Anda mungkin juga menyukai