Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRATIK KEBIDANAN

OLEH KELOMPOK 3 :

Inayatul Munawaroh (15201.02.21164)


Junierna (15201.02.21165)
Lilis Sugiarti (15201.02.21166)
Lina Zahrotul Firdaus (15201.02.21167)
Mastufatul Fariah (15201.02.21168)
Maudy Agustin (15201.02.21169)
Melda Agustin Rahayu (15201.02.21170)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN


GENGGONG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa saya panjatkan puji syukur atas keharidat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRATIK KEBIDANAN sesuai dengan waktu
yang di tentukan.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktik
Kebidanan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasiter terhadap pembaca.

Jember, 13 NOVEMBER 2021

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…...........................................................................................i

DAFTAR ISI…........................................................................................................1

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…........................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah…....................................................................................2
C. Tujuan…......................................................................................................2

BAB II : TINJAUAN KASUS

A. Cara-Cara Pendekatan Social Budaya Daam Praktek Kebidanan….............3

BAB III :PEMBAHASAN

A. Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan kehamilan…..........................4


B. Pendekatan Melalui Budaya Dengan Peran Seorang Bidan…....................5

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan….............................................................................................8
B. Saran….......................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era
globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim menuntut semua
manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak
merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak
yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa
dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat
perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan
norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan?
2. Bagaimana pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan
Peran Seorang Bidan?

C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan peran seorang bidan.
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Cara-Cara Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan


Dalam sebuah praktek kebidanan tidak sedikit hambatan dalam melaksanakanya
terutama pada masyarakat pelosok desa dan yang masih menjunjung tinggi budaya dan
mitos mereka. Kita sebagai tenaga kesehatan bidan, harus bisa melakukan pendekatan
kepada masyarakatnya agar tidak salah pengertian tentang mitos-mitos yang di percayai
oleh mereka. Banyak akses untuk melakukan pendekatan sosial budaya dalam praktek
kebidanan terhadap orang awam, sehingga yang di inginkan orang-orang awam lebih
mengetahui tentang masalah lingkup kehatan, terutama kesehatan untuk dirinya sendiri,
yang di harapkan bisa mencegah atau mengobati penyakit pada dirinya sendiri untuk
penyakit tipe ringan, seperti demam.
Dalam pendekatan ini di harapkan bisa menunjang tujuan bangsa indonesia, salah
satunya “mensejahterakan kehidupan bangsa” dalam bidang kesehatan, karena “jika
bangsanya sehat,maka negara kuat,dan sebaliknya jika bangsa sakit,maka negara lemah”.
jadi kita sebagai tenaga kesehatan bidan harus bisa dan wajib melaksanakan pendekatan
sosial budaya dalam masyarakat dan di harapkan bisa meningkatkan kondisi atau derajat
kesehatan dan gizi dalam masyarakat sehingga tercapainya kesejahteraan sosial.
Contoh-Contoh Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan
 Pendekatan melalui masing-masing keluarga, jadi setiap keluarga dilakukan
pendekatan
 Pendekatan melalui langsung pada setiap individunya sendiri, mungkin cara ini
lebih efektif
 Sering melakukan penyuluhan di setiap PKK atau RT tentang masalah dan
penanggulangan kesehatan
 Mengikuti arus sosial budaya yang ada dalam masyarakat tersebut, kemudian
kalau sudah memahami, kita mulai melakukan pendekatan secara perlahan-
lahan
BAB III

PEMBAHASAN

A. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan


Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan
kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan
si ibu sendiri.
Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa
tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya
ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh
mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya
sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan
kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga
oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan.
Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya
pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut
dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat
melahirkan.
Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak
berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang
sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif
terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita
hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Di Jawa Timur khususnya didaerah Jember pedesaan, ada kepercayaan bahwa ibu
hamil pantang makan telur karena akan mengakibatkan rasa gatal pada area kemaluannya
serta akan menimbulkan bintik-bintik merah pada kulit bayinya dan pantang makan
daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak dan berbau amis. Sementara
sebagian masyarakat juga berpedoman bahwa ibu yang kehamilannya memasuki 8-9
bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan
mudah dilahirkan.
Di masyarakat pedalaman juga berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut,
udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat
mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Kepercayaan masyarakat pedesaan
tentang bayi perempuan untuk disunat tentunya hal ini sangat bertentangan dengan
kesehatan.

B. Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan Peran Seorang
Bidan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, anak remaja
dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan
dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan
pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan
khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk
meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,
mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis
kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan,
dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan
kesehatan setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya
masyarakat.
6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan
lainnya.
7. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi
serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan
kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek
sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.
363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan
komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian
wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan
tentang penduduk dari masing-masing RT.
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh
masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Mata pencaharian
d. Pendidikan
e. Agama
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan
hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus
dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh
masyarakat setempat.

Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut,


yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal- hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan


social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi
pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk
menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif
dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan
terhadap kesenian atau kebudayaan seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat
mata. Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya
bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui
kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk
melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan
kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya:
Dengan Kesenian wayang kulit melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan
yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja
dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan
dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan
aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan
penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.
B. Saran
Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu
mengadakan komunkasi efektif.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980

Anda mungkin juga menyukai