Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRAKTIK KEBIDANAN YANG SENSITIF TERHADAP BUDAYA

“PERAN BIDAN DALAM MENGHADAPI BUDAYA PANGGANG


DAN TATOBI IBU NIFAS PADA SUKU TIMOR DI KECAMATAN
MOLLO TENGAH KABUPATEN TTS”

(Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan)

Dosen Pembimbing: Yuni Handayani, SST., M.M., M.Kes

Disusun Oleh:

Ikvina Nurfaidza Putri

(21104026)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER

2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB 1.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
2.1 Definisi...............................................................................................................5
2.1.1 Praktik Kebidanan......................................................................................5
2.1.2 Budaya........................................................................................................5
2.1.3 Sensitivitas Budaya....................................................................................5
2.2 Aspek Budaya dalam Praktik Kebidanan............................................................5
2.3 Budaya dalam Praktik Kebidanan.......................................................................6
2.4 Tradisi Budaya Suku Timor, dalam menghadapi dudaya panggang dan tatobi
ibu nifas di kecamatan Mollo Tengah kabupaten TTS........................................7
2.5 Pembahasan Mengenai Tradisi Budaya Suku Timor...........................................8
2.6 Peran Bidan dalam Menghadapi Tradisi Budaya Suku Timor..........................10
BAB III..........................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah, SWT. Serta
shalawat dan salam kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW. Selaku
penunjuk dari jalan kegelapan ke jalan terang benerang yang memberi hikmah
bermanfaat bagi seluruh umat manusia dan seluruh pengikutnya, sehingga kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “Praktik Kebidanan yang Sensitif
terhadap Budaya” dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan semester genap tahun ajaran
2021/2022.

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami menjumpai berbagai


hambatan, namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya
proposal ini dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada : Ibu Yuni Handayani,
SST., M.M., M.Kes selaku dosen mata kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan,
orang tua, teman- teman, serta pihak-pihak yang membantu lainnya yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Saya menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada, sehingga saya
dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan pada tugas berikutnya. Harapan
saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua..

Jember, 11 Juli 2022

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 43,2 % persalinan masih


dilakukan di rumah. Keadaan ini mengakibatkan risiko keterlambatan
memperoleh pelayanan apabila terjadi komplikasi obstetri maupun neonatal.
Menurut data WHO, sekitar 15-20% kehamilan memiliki risiko terjadinya
komplikasi yang perlu mendapatkan pelayanan kegawatdaruratan yang adekuat.
Oleh karena itu, kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan di Poskesdes maupun di
Bidan Praktik Mandiri (BPM) sangat dibutuhkan. Budaya masyarakat Suku Timor
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) adalah ibu diharuskan melahirkan di
rumah bulat dan mendapatkan perawatan selama 40 hari oleh seorang dukun atau
seseorang yang dipercaya mempunyai pengalaman merawat ibu melahirkan.
Perawatan kepada ibu nifas ini biasanya berupa pantangan makanan
tertentu, panggang api dan tatobi. Ketentuan atau pantangan yang harus diikuti
oleh ibu nifas tersebut adalah tidak boleh keluar selama 40 hari kecuali ke kamar
mandi. Kompetensi bidan ke – 8 pada kebidanan komunitas adalah Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Sebagai bidan di
komunitas bidan harus mampu mengenali budayabudaya yang ada di masyarakat
dan harus mampu menentukan budaya mana yang masih bisa diterapkan pada ibu
dan budaya yang merugikan bagi ibu dan bayi, selain itu bidan dituntut untuk
berperan aktif dalam menghadapi budaya sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan ibu dan bayi yang sesuai dengan tujuan 4 dan 5 MDG’s.
Budaya panggang api pada ibu bertujuan untuk mengembalikan kekuatan
tubuh ibu setelah melahirkan dan mencegah ibu menjadi gila. Selain tradisi
panggang api, ibu nifas juga harus menjalani tradisi kompres air panas/tatobi yaitu
mengompres air panas mendidih pada seluruh bagian tubuh ibu. Menurut
Swasono (1997), di lingkungan masyarakat yang menganut keyakinan mengenai
dikotomi panas-dingin, kondisi ibu melahirkan dianggap mempunyai kualitas
dingin karena itu dilarang mengkonsumsi bahan makanan yang berkualitas dingin.
Dalam sejumlah kebudayaan, wanita dalam periode pasca persalinan diharuskan

3
menjalani masa berdiang dekat tungku atau bara api yang terusmenerus menyala
selama beberapa hari agar ibu dan bayinya berada dalam keadaan hangat. Jelas
budaya ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan pneumonia, ISPA sampai
terjadinya luka bakar yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi
(Sandra, 2012, Bau Mali, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari praktik kebidanan, budaya, dan sensitivitas budaya?
2. Apa saja aspek budaya dalam praktik kebidanan?
3. Bagaimana budaya dalam Praktik Kebidanan?
4. Bagaimana tradisi budaya Suku Timor, dalam menghadapi dudaya
panggang dan tatobi ibu nifas di kecamatan Mollo Tengah kabupaten
TTS?
5. Bagaimana pembahasan mengenai tradisi budaya Suku Timor tersebut?
6. Bagaimana peran bidan dalam menghadapi tradisi budaya Suku Timor?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana di komunitas dalam
menghadapi budaya panggang dan tatobi pada ibu nifas tahun 2016.

2. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pendidik di komunitas dalam menghadapi


budaya panggang dan tatobi pada ibu nifas tahun 2016.

3. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pengelola di komunitas dalam


menghadapi budaya panggang dan tatobi pada ibu nifas tahun 2016.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan
mengenai materi “Praktik Asuhan Kebidanan yang Sensitif terhadap Budaya”
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan untuk mendukung mahasiswa
kebidanan khususnya dalam mata kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
2.1.1 Praktik Kebidanan
Adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri baik pada
perempuan yang menyangkut proses reproduksi, kesejahteraan ibu dan
janin atau bayinya yang didasari etika dan kode etik bidan.

2.1.2 Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok atau
masyarakat yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam
berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan.

Adalah suatu gaya hidup yang berkembang dalam suatu kelompok


atau masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke
genarasi berikutnya.

2.1.3 Sensitivitas Budaya


Lebih dikenal dengan empati budaya (cultural empathy) adalah suatu
kesadaran serta perhatian tulus atas budaya lain. Sensitivitas semacam
itu membutuhkan suatu kemampuan untuk memahami perspektif dan
sudut pandang orang lain yang hidup dalam sistem masyarakat yang
juga berbeda.

2.2 Aspek Budaya dalam Praktik Kebidanan


Beberapa perilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi pelayanan
kebidanan, di antaranya:

1. Health Believe
Adalah tradisi yang diberlakukan secara turun temurun dalam kesehatan.
Contohnya: Budaya panggang api pada ibu bertujuan untuk
mengembalikan kekuatan tubuh ibu setelah melahirkan dan mencegah ibu
menjadi gila. Selain tradisi panggang api, ibu nifas juga harus menjalani
tradisi kompres air panas/tatobi yaitu mengompres air panas mendidih
pada seluruh bagian tubuh ibu.
5
2. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya:
3. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila
seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan akan tetapi membeli obat
di warung atau mendatangi dukun.

2.3 Budaya dalam Praktik Kebidanan


Normality
Adalah bidan memahami sosial budaya di masyarakat dan memastikan budaya
tersebut aman untuk kesehatan klien dan tidak menyebabkan ketidaknormalan.

Safety

Adalah:

- Keamanan budaya adalah konsep penting dalam perawatan kesehatan


untuk mengatasi ketidakpuasan klien terhadap perawatan.
- Di dunia internasional, bidan sekarang diharapkan memberikan
perawatan kebidanan yang aman secara budaya bagi semua wanita.
- Bagaimana bidan dapat menerapkan konsep keselamatan budaya untuk
memastikan asuhan yang aman dan berpusat pada perempuan.

Empowering

Adalah:

- Bidan mengoptimalkan perannya agar perempuan dapat lebih berdaya


atau mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan untuk dirinya
terutama terkait hak-hak reproduksi.
- Penguatan peran bidan dilakukan melalui pengetahuan dan keterampilan
yang baik mengenai situasi masyarakat sekitar dan keragaman budaya di
masyarakat.

6
Caring

Adalah bagaimana bidan merawat perempuan dari berbagai latar belakang


budaya.

Contohnya adalah bidan memelihara dan mengakomodasi preferensi budaya


perempuan dari latar belakang Cina dengan memasukkan kekuatan yin-yang
ke dalam perawatan, memperhatikan hierarki ibu dan sikap tabah perempuan;
dan bagi perempuan berlatar belakang Islam dengan mengindahkan
kesopanan dan preferensi gender (hijrah), tempat sholat dalam kehidupan
sehari-hari (sholat), dan keharusan untuk dikunjungi oleh orang lain (hadist).
Oleh karena itu, bidang menegosiasikan asuhan yang secara budaya nyaman
bagi wanita dan keluarganya.

Respect

Adalah:

- Bidan dalam memberikan asuhan harus menghormati keragaman budaya


yang ada di masyarakat.
- Memberikan asuhan yang tidak berlawanan dengan budaya di
masyarakat setempat.

2.4 Tradisi budaya masyarakat Suku Timor Kabupaten Timor Tengah Selatan
(TTS)
Tradisi budaya masyarakat Suku Timor Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS) adalah ibu diharuskan melahirkan di rumah bulat dan
mendapatkan perawatan selama 40 hari oleh seorang dukun atau seseorang
yang dipercaya mempunyai pengalaman merawat ibu melahirkan. Perawatan
kepada ibu nifas ini biasanya berupa pantangan makanan tertentu, panggang
api dan tatobi. Ketentuan atau pantangan yang harus diikuti oleh ibu nifas
tersebut adalah tidak boleh keluar selama 40 hari kecuali ke kamar mandi.
Kompetensi bidan ke – 8 pada kebidanan komunitas adalah Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Sebagai bidan di
komunitas bidan harus mampu mengenali budaya-budaya yang ada di
masyarakat dan harus mampu menentukan budaya mana yang masih bisa

7
diterapkan pada ibu dan budaya yang merugikan bagi ibu dan bayi, selain itu
bidan dituntut untuk berperan aktif dalam menghadapi budaya sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi yang sesuai dengan tujuan 4 dan 5
MDG’s.

8
2.5 Pembahasan Mengenai Tradisi Budaya Suku Timor
Dari tradisi Suku Timor tersebut, Ibu-ibu dimasyarakat desa Mollo
Tengah juga masih memegang teguh tradisi panggang. Panggang mereka
lakukan di rumah bulat. Proses panggang di rumah bulat juga dipercaya oleh
masyarakat setempat untuk penangkal terhadap sakit berat terlebih pada
wanita setelah proses persalinan. Alasan lain yang yang mendasari dilakukan
panggang api atau tatobi adalah kekhawatiran orang tua apabila kondisi badan
anak menjadi lemas dan tak kuat, bahkan akan menimbulkan kegilaan pada si
ibu bersalin tersebut. Namun pada kenyataannya hal ini akan berakibat buruk,
bukan hanya kemungkinan ibu dan bayi akan terbakar tubuhnya dan
berpengaruh kepada kesembuhan luka setelah melahirkan. Selain itu, akibat
lingkungan rumah yang kurang bersih karena semua aktifitas untuk perawatan
dilakukan di dalam rumah tersebut, seperti memasak dan panggang sehingga
ibu maupun bayi berisiko mengalami ISPA . Kompres panas/Tatobi
dilakukan dengan cara seorang ibu yang telah melahirkan di kompres dengan
menggunakan air mendidih atau air panas. Dikompres dengan cara menekan-
nekan pada daerah perut dan bagian luka yang ada setelah melahirkan. Seperti
halnya di panggang, hal ini bisa menimbulkan infeksi pada organ tubuh yang
luka, terlebih organ reproduksi (perineum). Namun pada kenyataannya hal ini
akan berakibat buruk, bukan hanya kemungkinan ibu dan bayi akan terbakar
tubuhnya dan berpengaruh kepada kesembuhan luka setelah melahirkan.
Selain itu, akibat lingkungan rumah yang kurang bersih karena semua
aktifitas untuk perawatan dilakukan di dalam rumah tersebut, seperti
memasak dan panggang sehingga ibu maupun bayi berisiko mengalami ISPA.
Resiko panggang/sei dan tatobi adalah ISPA, anemia, luka bakar dan
dehidrasi dan bisa terjadi luka bakar dan kebakaran. Panggang juga sangat
berisiko timbulnya anemia pada ibu nifas dikarenakan banyaknya keluar
darah dari jalan lahir karena panggang yang terus menerus dan terjadi
pelebaran pembuluh darah sehingga perdarahan yang banyak dan susah
terkontrol karena darah langsung menetes dikain dan jatuh ke bara api.
Perdarahan yang keluar banyak menyebabkan ibu anemia, yang ditandai
dengan pusing, penglihatan kabur.

9
2.6 Peran Bidan dalam Menghadapi Tradisi Budaya Suku Timor

Dari tradisi budaya Suku Timor, beberapa tugas bidan pelaksana


dikomunitas adalah menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan,
memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra nikah dengan
melibatkan klien, memberikan asuhan kebidanan pada klien selama
kehamilan normal, memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien atau keluarga, memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir, memberikan askeb kepada klien dalam masa
nifas dengan melibatkan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada
wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan KB, memberikan askeb pada
wanita usia reproduksi dan wanita menopause, memberikan askeb pada bayi
dan balita dengan melibatkan keluarga.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan praktik
kebidanan tetap harus menghormati dan menghargai budaya setempat. Akan
tetapi peran sebagai seorang bidan yaitu memastikan apakah budaya/tradisi
yang ada di masyarakat tersebut aman untuk kesehatan, seorang bidan juga
tetap memberikan asuhan yang aman, nyaman, dan tepat bagi klien. Dan dari
budaya/tradisi Suku Timor tersebut dapat disimpulkan bahwa Ibu-ibu
dimasyarakat desa Mollo Tengah juga masih memegang teguh tradisi
panggang dan tatobi ibu-ibu yang ada di masyarakat desa Mollo Tengah
Panggang mereka lakukan di rumah bulat. Oleh karena itu, dilakukan
panggang api atau tatobi adalah kekhawatiran orang tua apabila kondisi badan
anak menjadi lemas dan tak kuat, bahkan akan menimbulkan kegilaan pada si
ibu bersalin tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hanifah, Astin Nur. 2016. PERAN BIDAN DALAM MENGHADAPI BUDAYA


PANGGANG DAN TATOBI IBU NIFAS PADA SUKU TIMOR DI
KECAMATAN MOLLO TENGAH KABUPATEN TTS.
https://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes/article/download/
102/99. Diakses pada 11 Juli 2022 pukul 10.14.

12

Anda mungkin juga menyukai