Dosen Pengampu :
Mugiati, SKM, M.Kes
Disusun oleh:
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
konsep kebidanan komunitas tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen pada mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Asuhan
kebidanan komunitas dalam PelayananKebidanan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telahmembagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunakan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebidanan Komunitas............................................................3
2.2 Filosofi Kebidanan Komunitas............................................................7
2.3 Sejarah Kebidanam Komunitas...........................................................9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bidan lahir dan dibesarkan di suatu komunitas yang memiliki suatu sistem
kepercayaan dan pola budaya tersendiri. Oleh karena itu bidan berperan
sebagai pemberi asuhan secara komprehensif dan profesional yang berfokus
pada keunikan perempuan untuk mencapai reproduksi sehat, pencapaian peran
ibu, dan kualitas pengasuhan anak.Seorang bidan komunitas mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan
diwilayah kerjanya sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan
kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.Kehamilan
dan persalinan adalah proses alami kodrati, tetapi jelas merupakan beban fisik
mental dan ekonomi bagi ibu, suami, dan keluarga. Setiap ibu hamil ada risiko
terjadi komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan
kesakitan/kecacatan/kematian ibu atau bayi. Kematian pada ibu kebanyakan
terjadi pada keluarga dengan sosial budaya, ekonomi, pendidikan yang rendah,
dan keluarga tidak mampu (keluarga miskin/ gakin).Diperburuk dengan
kendala akses rujukan pada ibu-ibu yang tinggal di desa terpencil, di pulau–
pulau/pegunungan/dekat sungai besar dengan rawan banjir, dimana persalinan
dirumah masih tinggi 60-80%. Kematian ibu/bayi merupakan kegagalan
kesehatan dan kegagalan sosial. Oleh karena itu, pola pelayanan kesehatan ibu
yang relevan dengan kondisi geografis, status keluarga, tingkat pendidikan,
dan budaya masyarakat sangat dibutuhkan.Bidan sebagai pendamping
perempuan, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang bersifat
individual maupun kelompok dengan menggunakan strategi untuk mengatasi
kendala terkait sosial budaya, kemiskinan, fasilitas kesehatan, dan lingkungan.
1
1) Apa Konsep Kebidanan Komunitas?
2) Bagaimana Filosofi Kebidanan Komunitas?
3) Bagaimana Sejarah Kebidanam Komunitas?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Berdasarkan kesepakatan antara ICM, FIGO, WHO pada tahun 1933
menyatakan bahwa bidan adalah seorang telah mengikuti pendidikan
kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan
pendidikan dan lulus serta terdaftar atau mendapatkan izin melakukan
praktik kebidanan. Menurut IBI, Bidan adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi
profesi diwilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi
untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan. Komunitas Berasal dari bahasa latin:
- comunicans : kesamaan
- communis : sama, public, banyak
- community : masyarakat setempat
Menurut J.H Syahlan bidan komunitas adalah bidan yang berkerja
melayani keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu.Menurut United
Kingdom Central Council for Nursing Midwifery Health para praktisi
bidan yang berbasis komunitas harus dapat memberikan supervise yang
dibutuhkan oleh perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas,
dan BBL secara komprehensif. Kebidanan Komunitas adalah pelayanan
kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
3
perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan
Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga
di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah
sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian
atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit dalam
upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan
komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek
dalam kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama
perempuan sebagai partner untuk menerima secara positif pengalaman
proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat
mengambil keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan
informasi yang telah diberikan.
Tujuan khusus:
1. Mengidentifikasi masalah kebidanan komunitas
2. Melakukan upaya promotif dan preventif pelayanan kesehatan
3. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
4. Mengidentifikasi struktur masyarakat daerah setempat
5. Meningkatkan kemampuan individu/keluarga/masyarakat untuk
melaksanakan askeb dalam rangka mengatasi masalah
6. Tertanganinya kelainan resiko tinggi/rawan yang perlu
pembinaan dan pelayanan kebidanan
7. Tertanganinya kasus kebidanan dirumah
4
8. Tertanganinya tidak lanjut kasus kebidanan dan rujukan
9. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
10. Pelayanan KIA/KB/imunisasi
11. Menggambarkan keadaan wilayah kerja dengan daerah
12. Mengidentifikasi faktor penunjang KIA/KB diwilayah
13. Bimbingan pada kader posyandu/kesehatan/dukun bayi
14. Mengidentifikasikan kerjasama LP/LS
15. Kunjungan rumah
16. Penyuluhan laporan dan seminar dan evaluasi
17. Askeb pada sasaran KIA
18. Menolong persalinan rumah
19. Melakukan tindakan kegawatdaruratan kebidanan sesuai
kewenangan
5
informasi tentang tanda bahaya kehamilan
ASI eksklusif
2. Preventif (pencegahan penyakit)
imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
pemberian tablet Fe
pemeriksaan kehamilan, nifas, dll
Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan
balita
3. Kuratif (pemeliharaan dan pengobatan)
perawatan payudara yang mengalami masalah
perawatan bayi, balita, dan anak sakit dirumah
rujukan bila diperlukan
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
latihan fisik pasca ibu bersalin
pemberian gizi ibu nifas
mobilisasi dini pada ibu pasca salin
Resosiantitatif (mengfungsikan kembali individu, keluarga,
kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya)
menggerakkan individu–masyarakat kelingkungan
masyarakatnya seperti dasawisma, desa siaga, tabulia
membuat masyarakat untuk melakukan suatu program dalam
bidang kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut.
6
memberikan asuhan kebidanan.
Menurut KEPMENKES 369/MENKES/SK/II/2007
1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin
merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
2. Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang
unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh
sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang
diterimanya.
3. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan
adalah mengupayakan kesejahteraan ibu & bayinya, proses fisiologis
harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat
menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk
memastikan kesejahteraan perempuan & janin/bayinya.
4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan.
Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang
kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan
tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga & pemberi
asuhan.
5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan
untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan
kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada pencegahan, promosi
kesehatan yang bersifat holistik,diberikan dengan cara yang kreatif &
fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat
pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan & tidak
otoriter serta menghormati pilihan perempuan.
6. Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan. Praktik kebidanan
dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan
pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik,
psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman
reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7
7. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang
bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan didalam dirinya
bahwa semua manusia adalah mahkluk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang
utuh dan tidak ada individu yang sama.
8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak
menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan
untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.
9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka
setia wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak
mendapat pelayanan berkualitas. 10.Pengalaman melahirkan anak
merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan
persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja. Keluarga-
keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat
kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan
bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara
manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis
mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.
8
3. Lingkungan
4. Kebidanan
9
bidan (KTB), yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian
pemerintah mengakui bahwa peran bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan
di rumah sakit tetapi juga meluas pada pelayanan masyarakat, yang berbasis
di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat kecamatan. Ruang lingkup
pelayanan BKIA meliputi pelayanan antenatal (pemberian pendidikan
kesehatan, nasehat perkawinan, perencanaan keluarga); intranatal; postnatal
(kunjungan rumah, termasuk pemeriksaan dan imunisasi bayi, balita, dan
remaja);penyuluhan gizi, pemberdayaan masyarakat; serta pemberian
makanan tambahan.Pengakuan ini secara formal dalam bentuk adanya bidan
koordinator yang secara struktural tercatat di jenjang inspektorat kesehatan,
mulai daerah tingkat I (Propinsi) sampai dengan II (Kabupaten).Ketika
konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967, pelayanan BKIA menjadi
bagian dari pelayanan Puskesmas. Secara tidak langsung, hal ini
menyebabkan penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di Puskesmas
tetap memberikan pelayanan KIA dan KB diluar gedung maupun di dalam
gedung, namun hanya sebagai staf pelaksana pelayanan KIA,KB, Posyandu,
UKS dan bukan sebagai perencana dan pengambil keputusan pelayanan
dimasyarakat. Tanpa disadari, bidan kehilangan keterampilan menggerakkan
masyarakat,karena hanya sebagai pelaksana. Pada tahun 1990-1996 konsep
bidan di desa dilaksanakan untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu.
Pemerintah (BKKBN) menjalankan program pendidikan bidan secara massal
(SPK + 1 tahun). SPK merupakan Sekolah Perawat Kesehatan, yaitu dari
lulusan SMP ditambah menempuh pendidikan 3 tahun. Bidan di desa (BDD)
merupakan staf dari puskesmas yang ditempatkan di desa sebagai
penanggung jawab Polindes. Ruang lingkup tugas BDD mencakup peran
sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja, dan narasumber
berbagai hal. Sayangnya materi dan masa pendidikan BDD tidak memberikan
bekal yang cukup untuk bisa berperan maksimal. Gerakan Sayang Ibu (GSI)
saat Departemen Kesehatan menerapkan inisiatif safe motherhood malah
diprakarsai oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan tahun 1996
dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan AKI.
Pada tahun yang sama (1996), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melakukan
10
advokasi pada pemerintah yang melahirkan program pendidikan Diploma III
Kebidanan (setingkat akademi). Program baru ini memasukkan lebih banyak
materi yang dapat membekali bidan untuk bisa menjadi agen pembaharu di
masyarakat, tidak hanya di fasilitas klinis (IBI, 2005).
BAB III
PENUTUP
11
3.1 Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang
menekankan pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di
komunitas (masyarakat sekitar). Seorang bidan dituntut mampu
memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun
kelompok.Pelayanan Kebidanan komunitas merupakan bentuk
pelayanan kebidanan yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan
kesehatan perempuan dengan lebih komprehensif. Seorang bidan
komunitas diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khusunya kesehatan perempuan di wilayah kerjanya,
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta
mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.
3.2 Saran
Saran Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan makadari itu kami mengharapkan saran
dan keritiknya, agar menjadi lebih baik lagi, dan kamiharap pembuatan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
pengetahuan wawasan yang lebih luas mengenai "ASUHAN
KEBIDANAN KOMUNITAS"
DAFTAR PUSTAKA
12
Lusiana EB, Aldina A, dkk, 2017. KEBIDANAN KOMUNITAS. Padang :
CV Rumah kayu Pustaka Utama . Diakses Pada 19 Juli 2022.
Intan Sari, Ana Sapitri, Maria Septiana, 2022. Buku Ajar Kebidanan
Komunitas. Pekalongan : CV Nasya Expanding Management. Diakses Pada 19
Juli 2022.
13
b. Willem Bosch
c. Varney
d. Jean Ball
e. Soranus
JAWABAN : B
3. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil, termasuk kedalam
ruang ingkup kebidanan dalam fungsi …
a. Promotif
b. Kuratif
c. Preventif
d. Inisiatif
e. Rehabilitatif
JAWABAN : C
4. GVGHVJ
14