“MIDWIFERY PARTNERSHIP”
Disusun Oleh:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG KAMPUS
JEMBER
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-
hari. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah konsep kebidanan mengenai
“midwifery partnership” dengan lancar serta terkoordinir demi tercapainya nilai serta tugas
yang telah diberikan kepada kami.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu syiska Atik, SST., M.Keb selaku
dosen mata kuliah konsep kebidanan yang telah membimbing kami dan memberikan
kesempatan kami untuk belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua, dan semoga Bapak dapat
menerima tugas kami dengan nilai yang sesuai atas usaha dari kelompok kami, terimakasih.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Pengertian Partnership......................................................................................................5
2.2 Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan..............................................................5
2.1.1 Woman Centred Care.................................................................................................5
2.1.2 Empowering (Pemberdayaan Perempuan)...............................................................11
2.1.3 Primery Care (Pelayanan Utama)............................................................................15
2.1.4 Trush (Kepercayaan)................................................................................................19
2.3 implemen........................................................................................................................20
BAB III PENUTUP................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
centredness dirancang untuk meningkatkan kepuasan dengan pengalaman
bersalin perawatan dan meningkatkan kesejahteraan bagi perempuan, bayi,
keluarga dan profesional kesehatan, yang merupakan komponen penting dari
peningkatan kualitas kesehatan.
Dalam praktik kebidanan, "Women centred care" adalah konsep yang
menyiratkan hal berikut:
A. Perawatan yang berfokus pada perawatan wanita yang unik, harapan dan
aspirasi wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi
yang terlibat.
B. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri
dalam hal pikiran, control dan kontinuitas perawatan dalam bidang
kebidanan. Meliputi kebutuhan janin, bayi atau keluarga wanita itu, orang
lain yang signifikan, seperti yang diidentifikasi dan dipercaya oleh wanita
tersebut.
C. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari
kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran bayi.
D. Melibatkan kolaborasi dengan professional kesehatan lainnya bila
diperlukan.
E. 'Holistik' dalam hal menangani masalah social wanita, emosional, fisik.
psikologis, kebutuhan spiritual dan budaya.
6
D. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu.
membentuk hubungan saling percaya dengan orang-orang yang peduli
pada mereka.
E. Memberikan control perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang
mempengaruhi isi dan kemajuan perawatan mereka.
Women centred care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International
Confederation Of Midwifery) yang tertuang dalam visi-nya, yaitu:
Untuk dapat memberikan perawatan atau asuhan yang baik terhadap wanita,
bidan harus menerapkan hal-hal berikut ini:
7
Sasaran pelayanan kebidanan adalah masyarakat khususnya perempuan
yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan,
pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:
A. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung
jawab bidan.
B. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai
salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
C. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun
yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal
atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
D. Adapun pelayanan dan penyuluhan yang diberikan adalah masalah
kesehatan untuk bayi dan balita, kesehatan untuk ibu hamil, kesehatan
untuk ibu menyusui, kesehatan untuk keluarga, kesehatan reproduksi wanita
usia subur, kesehatan reproduksi wanita usia lanjut, dan kesehatan
reproduksi tingkat remaja. Kesadaran kaum perempuan yang semakin
meningkat tentu akan membuat mereka hidup lebih berkualitas.
E. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan
yang lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat,
terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan. ketakutan.
kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan
seksualitas
Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan.
8
Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga
ketika mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri
2.2.2 Empowering (Pemberdayaan Perempuan)
Pemberdayaan Pempuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Pemberdayaan perempuan" sebagai sumber daya insani, potensi yan
dimiliki perempuan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidak dibawah laki-laki.
Namun kenyataannya masih dijumpai bahwa status perempuan dan peranan
permpuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan belum sebagai mitra
sejajar dengan laki-laki".
Tujuan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan:
A. Untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat
mencapai kemajuan yang setrara dengan laki-laki.
B. Untuk membangun anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan bertaqwa
serta terlindungi.
9
F. Pelayanan aborsi yang aman;
G. Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca
kelahiran; dan
H. Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.
10
2.2.3 Primery Care (Pelayanan Utama)
11
Dengan demikian, konsep pelayanan kesehatan primer (PHC) merupakan
pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal
oleh individu dan keluarga di masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer
luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan
kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana
konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta
mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.
Tujuan
A. Tujuan Umum: Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan di masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
B. Tujuan Khusus
Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat, untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dasar
dalam rangka mengatasi masalah kesehatan dasar.
Tertanganinya keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan.
Tertanganinya kelompok khusus yang memerlukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan
Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut dan
pelayanan kesehatan
Terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan pelayanan
kesehatan di Puskesmas maupun di rumah.
Sasaran
A. Individu
B. Keluarga
C. Masyarakat
D. Kelompok khusus
Kelompok yang mempunyai kebutuhan khusus: ibu hamil, BBL.
balita, usia sekolah dan usila
12
Kelompok dengan kesehatan khusus: penderita penyakit menular
(AIDS, TBC, Lepra, dll), penderita penyakit tidak menular (DM,
jantung, gangguan mental).
Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit. WTS,
pecandu narkoba, pekerja tertentu, dll
Lembaga social, perawatan dan rehabilitasi (panti wreda, panti
asuhan, pusat-pusat rehabilitasi).
Unsur Utama
Tiga (3) unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah:
A. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif)
B. Melibatkan peran serta masyarakat
C. Melibatkan kerja sama lintas sektora!
Fungsi
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
A. Pemeliharaan kesehatan
B. Pencegahan penyakit
C. Diagnosis dan pengobatan
D. Pelayanan tindak lanjut
E. Pemberian sertifikat
F. Prinsip Dasar
Lima prinsip dasar PHC adalah:
A. Pemerataan upaya kesehatan
B. Penekanan pada upaya preventif
C. Menggunakan teknologi tepat guna
D. Melibatkan peran serta masyarakat
E. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
F. Elemen Esensial/Ruang Lingkup PHC
Dalam pelaksanaan PIIC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu:
A. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya.
B. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
C. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
13
D. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
E. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
F. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
G. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
H. Penyediaan obat-obat essensial.
2.2.4 Trush (Kepercayaan)
Kepercayaan adalah suatu keadaan yang terjadi ketika seorang mitra
percaya atas keandalan serta kejujuran mitranya. Kepercayaan melibatkan
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa
mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang
umumnya dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain dapat
dipercaya (Barnes, 2003:148). Sheth (2004) mendefinisikan kepercayaan sebagai
berikut Trust is a willingness to rely on the ability, integrity and motivation of the
other party to act to serve the needs and interests as a agreed upon implicitly or
explicitly".
Pengertian kepercayaan tersebut memiliki beberapa hal penting sebagai
berikut:
A. Konsumen yang memiliki kepercayaan akan bersedia untuk bergantung
pada penyedia jasa dan juga bersedia untuk melakukan tindakan untuk
penyedia jasa.
B. Kepercayaan memiliki tiga aspek dari karakteristik penyedia jasa yaitu
ability, integrity, motivation. Pertama-tama konsumen akan menilai
apakan provider cukup kompeten untuk menjalankan kewajibannya dan
melayani konsumen. Kedua konsumen akan menilai apakah perusahaan
memiliki integritas, dimana konsumen dapat percaya pada pekerjaan
perusahaan. Terakhir konsumen mempercayai bahwa penyedia jasa
memiliki motivasi untuk tidak melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan harapan konsumen.
C. Pihak yang dipercaya akan menjaga pihak yang lain, memperlihatkan
kebutuhan dan harapan pihak lain tersebut bukan hanya memperlihatkan
kebutuhan dan harapannya sendiri.
14
2.3 Implementasi Partnership pelayanan kebidanan
Partnership Bidan dengan Perempuan
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain
yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan jika tidak ada tidak ada
tenaga kesehatan lainnya.
A. Bidan
Melaksanakan asuhan kebidanan sesui dengan standar pelayanan
kebidanan
Memberikan informasi kesehatan dan memberikan pilihan kepada
perempuan dalam hal : pemilihan terhadap kehamilan, persalinan,
nifas, dll.
Memberikan penyuluhan dan pelayanan kebidanan kepada perempuan
sehingga mereka mampu membentuk hubungan saling percaya antara
sesama.
B. Perempuan
Melakukan segala bentuk anjuran dan informasi yang diberikan oleh
bidan baik selama tindakan asuhan kebidanan maupun penyuluhan
terhadap kebiasaan untuk meningkatkan derajat perempuan.
Partnership Bidan dengan Dukun
Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan
dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan
kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan
bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong
persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta
melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada. Dalam pola kemitraan bidan
dengan dukun berbagai elemen masyarakat yang ada dilibatkan sebagai unsur yang
15
dapat memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini. Berikut
adalah peran bidan dan dukun bayi dalam pelaksanaan kemitraannya:
A. Periode Kehamilan
1) Bidan yaitu Melakukan Pemeriksaan fisik ibu hamil
Memberikan Imunisasi TT, obat dan tindakan lain apabila ada
komplikasi
Melakukan rujukan apabila diperlukan
2) Dukun yaitu Memotivasi ibu untuk memeriksakan kehamilan ibu ke Bidan
Mengantar ibu hamil yang tidak mau memeriksa kehamilannya ke
Bidan
Membantu bidan dalam melakukan pemeriksaan
B. Periode Persalinan
1) Bidan
Mempersiapka sarana dan prasarana persalinan aman dan alat resusitasi
bayi baru lahir, termasuk pencegahan infeksi.
Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partogram
Melakukan asuhan persalinan
2) Dukun
Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan.
Mempersiapkan sarana prasaran persalinan aman seperti :Air
bersih,Kain bersih.
Mendampingi ibu pada saat persalinan
C. Periode Nifas
1) Bidan
Melakukan Kunjungan Neonatal dan sekaligus pelayanan nifas (KN1,
KN2 dan KN3)
Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga
mengenai : Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, Tanda-tanda
bayi sakit,
2) Dukun
Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan.
Melakukan ritual keagamaan / tradisional yang sehat sesuai tradisi
setempat.
16
Partnership Bidan dengan Masyarakat
Pola kemitraan bidan dengan berbagai elemen masyarakat dilibatkan sebagai
unsur yang dapat memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini.
Berikut adalah peran bidan dan masyarakat dalam pelaksanaan kemitraannya:
1. Bidan melatih dan membimbing masyarakat untuk menjadi Kader
A. Bidan
Bidan melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan
Kebidanan sesuai dengan kebutuhan pasien
Bidan melakukan tindakan pemeriksaan fisik, menolong
persalinan, pemantauan nifas,bayi dan program KB
B. Kader
Membantu Bidan dalam menjangkau segala masyarakat untuk mau
da rutin memeriksakan kesehatannya ke bidan
Kader memberikan motivasi dan menemani ibu untuk
memeriksakan kehamilan, persalinan, dan nifas.
2. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat
A. Bidan Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk membantu
dalam hal memperbaharui perilaku yang sudah menjadi kebiasaan
masyarakat. Seperti : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
B. Tokoh Masyarakat Membantu Bidan dalam menyampaikan segala bentuk
informasi dan anjuran yang diberikan oleh bidan untuk merubah kebiasaan
masyarakat.
Partnership Bidan dengan Teman Sejawat (Tenaga Kesehatan Lain)
A. Bidan
Bidan mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi atau
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dan rujukan.
Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tnggi dan memberi
pertolongan pertama.
17
Melaksanakan upaya Preventif dan Promotif.
B. Tenaga Kesehatan (Dokter)
Menegakkan diagnosa, melakukan tindak lanjut untuk menangani resiko
tinggi dan kegawatdaruratan.
Melaksanakan upaya Kuratif dan Rehabilitatif.
Partnertship Bidan dengan Pemerintah
A. Bidan melakukakan Advokasi atau lintas sektoral kepada pemerintah dalam
hal penyediaan sarana dan prasarana kesehatan seperti penyediaan air bersih,
Jaminan Kesehatan, Peralatan dan Obat-obatan serta bantuan berupa dana
untuk kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan derajat kesehatan.
B. Pemerintah memberikan sarana dan prasaranan sesuai dengan kebutuhan suatu
daerah untuk membantu bidan dan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan sehingga tercipta masyarakat yang Sehat.
2.4Keuntungan dan Hambatan Bidan dalam melakukan Kemitraan
Keuntungan
Bidan sebagai tenaga kesehatan terdidik memberi pengaruh optimal kepada
masyarakat terutama pengaruh kesehatan yaitu : Ibu hamil, bersalin, nifas, bayi dan
balita.
1. Membantu mengurangi angka kesakitan dan kematian
2. Menjadi dan terlatih sebagai konselor kesehatan dan inovator agent dalam
perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat
3. Berpotensi menjadi pemimpin informal untuk mengerakkan masyarakat di
bidang kesehatan
4. Sebagai mata rantai dalam sistem kesehatan nasional dengan bermitra dengan
dukun,masyarakat dan tenaga kesehatan laiinnya.
5. Bersama dengan dukun, masyarakat dan Tenaga Kesehatan lainnya bidan
mampu mempercepat tercapainya Health For All.
Hambatan
1. Kesulitan dalam beradaptasi dikarenakan usia yang relatif masih muda, bukan
desa tempat tinggal bidan berasal, dan kesulitan dalam bahasa.
2. Kesulitan dalam mengubah perilaku masyarakat atas budaya tradisional yang
masih dijunjung tinggi.
18
3. Geografis suatu wilayah khususnya desa yang tidak mendukung yang
merupakan salah satu pencetus keterlambatan dalam mencapai fasilitas
rujukan yang memadai.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Partnership atau kemitraan adalah perihal hubungan (jalinan kerja sama dsb)
sebagai mitra (artikata.com). Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan
Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan
oleh kewenangannya bidan sesuai dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga
maupun di masyarakat.
Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan
kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di
masyarakat. Adapun kegiatan yang berhubungan dengan partnership bidan dalam pelayanan
kebidanan di antaranya melakukan kemitraan dan kerjasama dengan Perempuan, Dukun,
Masyarakata, Tenaga Kesehatan, dan Pemerintah untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dian, Hardianti. 2016." Konsep Kebidanan Lanjut (Partnership Bidan dan Perempuan).
http://dianhardiantimidwife.blogspot.com/2016/10/kata-pengantar-
bismillahirahmanirahim.html?m=1. Diakses pada 18 Oktober 2022.
Jaya, Irha. 2018. " Ilmu Kebidanan Women Center dan Partnership Midwifery".
https://id.scribd.com/document/517486209/Kel-3-Paper-Woman-Centre-Midwifery-
Partnership-1. Diakses pada 18 Oktober 2022.
Husin, Farid. 2015. " Pengembangan Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia". Buku
Studi Magister Kebidanan Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Diakses pada 19 Oktober 2022.
21