Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

“MIDWIFERY PARTNERSHIP”

Dosen Pembimbing: Ibu Syiska Atik, SST., M.Keb

Disusun Oleh:

1. LINDA MAWARNI (P17331221015)


2. SUFI YANI (P17331221004)
3. KANTI SYAFA INDRAYANI (P17331223041)
4. RADIFA AINUN W.M (P17331221020)
5. VIKE AYU PERMATA PUTRI (P17331221005)
6. NIA FITRYA (P17331221008)
7. ABELIA DWI LOLITA (P17331221003)
8. HUMAIROH FATHMA G (P17331221012)
9. KARTIKA MAHARANI DEWI (P17331223029)

PROGAM STUDI D-IV KEBIDANAN JEMBER

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG KAMPUS
JEMBER

2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-
hari. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah konsep kebidanan mengenai
“midwifery partnership” dengan lancar serta terkoordinir demi tercapainya nilai serta tugas
yang telah diberikan kepada kami.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu syiska Atik, SST., M.Keb selaku
dosen mata kuliah konsep kebidanan yang telah membimbing kami dan memberikan
kesempatan kami untuk belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua, dan semoga Bapak dapat
menerima tugas kami dengan nilai yang sesuai atas usaha dari kelompok kami, terimakasih.

Jember, 18 Juli 2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Pengertian Partnership......................................................................................................5
2.2 Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan..............................................................5
2.1.1 Woman Centred Care.................................................................................................5
2.1.2 Empowering (Pemberdayaan Perempuan)...............................................................11
2.1.3 Primery Care (Pelayanan Utama)............................................................................15
2.1.4 Trush (Kepercayaan)................................................................................................19
2.3 implemen........................................................................................................................20
BAB III PENUTUP................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perempuan adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial-Kultural dan Spiritual yang utuh
dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat
perkembangannya.Setiap perempuan merupakan pribadi yang mempunyai hak,
kebutuhan serta harapan (Sofie, 2011).
Perempuan mengambil tanggung jawab terhadap kesehatannya dan keluarganya
melalui pendidikan dan konseling dalam dalam membuat keputusan.Perempuan
mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan tentang siapa yang memberi asuhan dan
dimana tempat pemberian asuhan.Sehingga perempuan perlu pemberdayaan dan
pelayanan untuk memperoleh pendidikan dan informasi dalam menjalankan tugasnya
(Hidayat, dkk, 2009).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
kepada masyarakat khususnya perempuan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kurnia,
2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan partnership?
2. Apa saja Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan?
3. Bagaimana harapan perempuan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang partnership
2. Mengetahui tentang Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan
3. Mengetahui dan memahami tentang harapan perempuan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Partnership

Partnership menurut terjemahan Google adalah "kemitraan, persekutuan,


perseroan, perkongsian, kongsi, perekanan. Bidan adalah seorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui oleh Negara serta
memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri.

Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan


asuhan kebidanan pada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai dari kehamilan
sampai Keluarga Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.

Pemberdayaan adalah upaya mengembangkan dari keadaan kurang atau tidak


berdaya menjadi punya daya dengan tujuan dapat mencapai / memperoleh kehidupan
yang lebih baik (Satria, 2008).

2.2 Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan

Patnership dalam pelayanan kebidanan ada 4, yaitu:

2.2.1 Woman Centred Care


Women centred care adalah asuhan kesehatan yang berpusat pada wanita.
Dalam kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu konsep yang mencakup
hal-hal yang lebih memfokuskan pada kebutuhan, harapan dan aspirasi masing
masing wanita dengan memperhatikan lingkungan sosialnya daripada kebutuhan
institusi atau profesi terkait (Asri Hidayat, dkk, 2008:108). Women centred care
adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan maternitas yang memberi
prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, dan menekankan pentingnya
informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan pengguna, efektivitas klinis,
respon dan aksebilitas.
Women centred care adalah istilah yang menggambarkan kesehatan yang
menghormati nilai-nilai, budaya, pilihan, dan preferensi wanita dan keluarganya,
dalam konteks mempromosikan hasil kesehatan yang optimal. Perempuan

5
centredness dirancang untuk meningkatkan kepuasan dengan pengalaman
bersalin perawatan dan meningkatkan kesejahteraan bagi perempuan, bayi,
keluarga dan profesional kesehatan, yang merupakan komponen penting dari
peningkatan kualitas kesehatan.
Dalam praktik kebidanan, "Women centred care" adalah konsep yang
menyiratkan hal berikut:
A. Perawatan yang berfokus pada perawatan wanita yang unik, harapan dan
aspirasi wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi
yang terlibat.
B. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri
dalam hal pikiran, control dan kontinuitas perawatan dalam bidang
kebidanan. Meliputi kebutuhan janin, bayi atau keluarga wanita itu, orang
lain yang signifikan, seperti yang diidentifikasi dan dipercaya oleh wanita
tersebut.
C. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari
kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran bayi.
D. Melibatkan kolaborasi dengan professional kesehatan lainnya bila
diperlukan.
E. 'Holistik' dalam hal menangani masalah social wanita, emosional, fisik.
psikologis, kebutuhan spiritual dan budaya.

Women centred care untuk kehamilan harus cukup fleksibel untuk


mengatasi berbagai pengalaman perempuan di seluruh dunia, meliputi berbagai
kondisi medis. budaya dan struktur keluarga. Hal ini juga harus mencakup
perempuan yang memilih untuk tidak menginginkan kehamilan atau mengalami
keguguran.

 Prinsip-prinsip Woman Centred Care


A. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan
dan pemberian perawatan maternitas.
B. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
keinginan daripada orang-orang staf atau manajer
C. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang tersedia
selama kehamilan, persalinan dan periode pascanatal.

6
D. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu.
membentuk hubungan saling percaya dengan orang-orang yang peduli
pada mereka.
E. Memberikan control perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang
mempengaruhi isi dan kemajuan perawatan mereka.

Women centred care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International
Confederation Of Midwifery) yang tertuang dalam visi-nya, yaitu:

A. Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan asuhan


kebidanan
B. Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai
kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita
dan keluarga.
C. Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan di masa mendatang
termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita
dan keluarga.
D. Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan
harapan wanita.

Untuk dapat memberikan perawatan atau asuhan yang baik terhadap wanita,
bidan harus menerapkan hal-hal berikut ini:

A. Lakukan intervensi minimal


B. Memberikan asuhan yang komprehensif
C. Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
D. Melakukan segala tindakan yang sesuai dengan standar, wewenang,
otonomi dan kompetensi
E. Memberikan informed consent
F. Memberikan asuhan yang aman, nyaman, logis dan berkualitas
G. Menerapkan Asuhan Sayang Ibu. Yang dimaksud Asuhan Sayang Ibu
adalah:
 Asuhan yang tidak menimbulkan penderitaan bagi ibu
 Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan
 Asuhan yang berorintasi dengan kebutuhan ibu
 Memberdayakan ibu/wanita dan keluarga

7
Sasaran pelayanan kebidanan adalah masyarakat khususnya perempuan
yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan,
pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:
A. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung
jawab bidan.
B. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai
salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
C. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun
yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal
atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
D. Adapun pelayanan dan penyuluhan yang diberikan adalah masalah
kesehatan untuk bayi dan balita, kesehatan untuk ibu hamil, kesehatan
untuk ibu menyusui, kesehatan untuk keluarga, kesehatan reproduksi wanita
usia subur, kesehatan reproduksi wanita usia lanjut, dan kesehatan
reproduksi tingkat remaja. Kesadaran kaum perempuan yang semakin
meningkat tentu akan membuat mereka hidup lebih berkualitas.
E. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan
yang lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
 Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat,
terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan. ketakutan.
kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan
seksualitas
 Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan.

8
 Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga
ketika mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri
2.2.2 Empowering (Pemberdayaan Perempuan)
Pemberdayaan Pempuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Pemberdayaan perempuan" sebagai sumber daya insani, potensi yan
dimiliki perempuan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidak dibawah laki-laki.
Namun kenyataannya masih dijumpai bahwa status perempuan dan peranan
permpuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan belum sebagai mitra
sejajar dengan laki-laki".
 Tujuan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan:
A. Untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat
mencapai kemajuan yang setrara dengan laki-laki.
B. Untuk membangun anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan bertaqwa
serta terlindungi.

Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan


kesehatan perempuan dan laki-laki berhubungan dengan masalah seksualitas dan
penjarangan kehamilan. Tujuan dari program-program yang terkait serta
konfigurasi dan pelayanan tersebut harus menyeluruh, dan mengacu kepada
program Keluarga Berencana (KB) yang konvensional serta pelayanan kesehatan
ibu dan anak.

 Komponen yang termasuk di dalam kesehatan reproduksi adalah:


A. Konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi,
infertilitas, infeksi dan penyakit;
B. Pendidikan seksualitas dan jender. Pencegahan. skrining dan pengobatan
infeksi saluran reproduksi, penyakit menular seksual (PMS), termasuk
HIV/AIDS dan masalah kebidanan lainnya.
C. Pencegahan. skrining dan pengobatan infeksi saluran reproduksi. penyakit
menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan
lainnya.
D. Pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih alat
kontrasepsi yang ada.
E. Pencegahan dan pengobatan infertilitas,

9
F. Pelayanan aborsi yang aman;
G. Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca
kelahiran; dan
H. Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.

Kualitas pelayanan merupakan prioritas dan ini harus didukung dengan:


A. Menerapkan metode yang kompeten dengan standar yang tinggi
(maintaining high standards of technical competence);
B. Melayani klien dengan rasa hormat dan bersahabat:
C. Merancang pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan klien, dan
D. Menyediakan pelayanan lanjutan.

 Beberapa prinsip yang harus digaris bawahi adalah:


A. Program-program dan pelayanan harus dirancang sesuai dengan kondisi-
kondisi yang ada dan menjamin bahwa pelayanan ini dapat dimanfaatkan
dan dijangkau oleh seluruh perempuan.
B. Rancangan program dan penerapannya harus melibatkan perempuan dari
berbagai latar-belakang: dan
C. Program harus mendukung baik laki-laki maupun perempuan dalam hal
pembagian tanggung jawab dari tingkah laku seksual, masa subur, dan
kesehatannya serta keberadaan pasangan dan anak-anaknya,
D. Hak-hak Reproduksi dapat Terjamin.
E. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah
langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang
menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya
terpenuhi
F. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk
mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan
dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan
G. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta
membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan
advokasi.

10
2.2.3 Primery Care (Pelayanan Utama)

Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang


berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau
oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan
mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan nasib sendiri.
Primary Health Care:

A. Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik masyarakat


dan berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
B. Dimjukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan
upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
C. Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan cara
pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan peningkatan
gizi, penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan kesehatan ibu dan
anak termasuk keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit menular
utama dan penyegahan penyakit endemic, pengobatan penyakit umum dan
cedera serta penediaan obat esensial.
D. Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek
pembangunan nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan.
terutama pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan, penerangan,
agama, perumahan, pekerjaan umum, perhubungan dan sebagainya.
E. Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta masyarakat
dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian PHC
serta penggunaan sumberdaya yang ada.
F. Dinunjang oleh system rujukan upaya kesehatan secara terpadu fungsional
dan timbal balik guna memberikan pelayanan secara menyeluruh, dengan
memprioritaskan golongan masyarakat yang paling membutuhkan.
G. Didukung oleh tenaga kesehatan professional dan masyarakat, termasuk
tenaga kesehatan tradisonal yang terlatih di bidang teknis dan social untuk
bekerja sebagai tim kesehatan yang mampu bekerja bersama masyarakat
dan membangunkan peran serta masyarakat.

11
Dengan demikian, konsep pelayanan kesehatan primer (PHC) merupakan
pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal
oleh individu dan keluarga di masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer
luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan
kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana
konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta
mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.

 Tujuan
A. Tujuan Umum: Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan di masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
B. Tujuan Khusus
 Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
 Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat, untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dasar
dalam rangka mengatasi masalah kesehatan dasar.
 Tertanganinya keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan.
 Tertanganinya kelompok khusus yang memerlukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan
 Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut dan
pelayanan kesehatan
 Terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan pelayanan
kesehatan di Puskesmas maupun di rumah.
 Sasaran
A. Individu
B. Keluarga
C. Masyarakat
D. Kelompok khusus
 Kelompok yang mempunyai kebutuhan khusus: ibu hamil, BBL.
balita, usia sekolah dan usila

12
 Kelompok dengan kesehatan khusus: penderita penyakit menular
(AIDS, TBC, Lepra, dll), penderita penyakit tidak menular (DM,
jantung, gangguan mental).
 Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit. WTS,
pecandu narkoba, pekerja tertentu, dll
 Lembaga social, perawatan dan rehabilitasi (panti wreda, panti
asuhan, pusat-pusat rehabilitasi).
 Unsur Utama
Tiga (3) unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah:
A. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif)
B. Melibatkan peran serta masyarakat
C. Melibatkan kerja sama lintas sektora!
 Fungsi
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
A. Pemeliharaan kesehatan
B. Pencegahan penyakit
C. Diagnosis dan pengobatan
D. Pelayanan tindak lanjut
E. Pemberian sertifikat
F. Prinsip Dasar
 Lima prinsip dasar PHC adalah:
A. Pemerataan upaya kesehatan
B. Penekanan pada upaya preventif
C. Menggunakan teknologi tepat guna
D. Melibatkan peran serta masyarakat
E. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
F. Elemen Esensial/Ruang Lingkup PHC
 Dalam pelaksanaan PIIC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu:
A. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya.
B. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
C. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.

13
D. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
E. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
F. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
G. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
H. Penyediaan obat-obat essensial.
2.2.4 Trush (Kepercayaan)
Kepercayaan adalah suatu keadaan yang terjadi ketika seorang mitra
percaya atas keandalan serta kejujuran mitranya. Kepercayaan melibatkan
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa
mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang
umumnya dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain dapat
dipercaya (Barnes, 2003:148). Sheth (2004) mendefinisikan kepercayaan sebagai
berikut Trust is a willingness to rely on the ability, integrity and motivation of the
other party to act to serve the needs and interests as a agreed upon implicitly or
explicitly".
Pengertian kepercayaan tersebut memiliki beberapa hal penting sebagai
berikut:
A. Konsumen yang memiliki kepercayaan akan bersedia untuk bergantung
pada penyedia jasa dan juga bersedia untuk melakukan tindakan untuk
penyedia jasa.
B. Kepercayaan memiliki tiga aspek dari karakteristik penyedia jasa yaitu
ability, integrity, motivation. Pertama-tama konsumen akan menilai
apakan provider cukup kompeten untuk menjalankan kewajibannya dan
melayani konsumen. Kedua konsumen akan menilai apakah perusahaan
memiliki integritas, dimana konsumen dapat percaya pada pekerjaan
perusahaan. Terakhir konsumen mempercayai bahwa penyedia jasa
memiliki motivasi untuk tidak melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan harapan konsumen.
C. Pihak yang dipercaya akan menjaga pihak yang lain, memperlihatkan
kebutuhan dan harapan pihak lain tersebut bukan hanya memperlihatkan
kebutuhan dan harapannya sendiri.

14
2.3 Implementasi Partnership pelayanan kebidanan
 Partnership Bidan dengan Perempuan
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain
yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan jika tidak ada tidak ada
tenaga kesehatan lainnya.
A. Bidan
 Melaksanakan asuhan kebidanan sesui dengan standar pelayanan
kebidanan
 Memberikan informasi kesehatan dan memberikan pilihan kepada
perempuan dalam hal : pemilihan terhadap kehamilan, persalinan,
nifas, dll.
 Memberikan penyuluhan dan pelayanan kebidanan kepada perempuan
sehingga mereka mampu membentuk hubungan saling percaya antara
sesama.
B. Perempuan
 Melakukan segala bentuk anjuran dan informasi yang diberikan oleh
bidan baik selama tindakan asuhan kebidanan maupun penyuluhan
terhadap kebiasaan untuk meningkatkan derajat perempuan.
 Partnership Bidan dengan Dukun
Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan
dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan
kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan
bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong
persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta
melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada. Dalam pola kemitraan bidan
dengan dukun berbagai elemen masyarakat yang ada dilibatkan sebagai unsur yang

15
dapat memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini. Berikut
adalah peran bidan dan dukun bayi dalam pelaksanaan kemitraannya:
A. Periode Kehamilan
1) Bidan yaitu Melakukan Pemeriksaan fisik ibu hamil
 Memberikan Imunisasi TT, obat dan tindakan lain apabila ada
komplikasi
 Melakukan rujukan apabila diperlukan
2) Dukun yaitu Memotivasi ibu untuk memeriksakan kehamilan ibu ke Bidan
 Mengantar ibu hamil yang tidak mau memeriksa kehamilannya ke
Bidan
 Membantu bidan dalam melakukan pemeriksaan
B. Periode Persalinan
1) Bidan
 Mempersiapka sarana dan prasarana persalinan aman dan alat resusitasi
bayi baru lahir, termasuk pencegahan infeksi.
 Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partogram
 Melakukan asuhan persalinan
2) Dukun
 Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan.
 Mempersiapkan sarana prasaran persalinan aman seperti :Air
bersih,Kain bersih.
 Mendampingi ibu pada saat persalinan
C. Periode Nifas
1) Bidan
 Melakukan Kunjungan Neonatal dan sekaligus pelayanan nifas (KN1,
KN2 dan KN3)
 Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga
mengenai : Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, Tanda-tanda
bayi sakit,
2) Dukun
 Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan.
 Melakukan ritual keagamaan / tradisional yang sehat sesuai tradisi
setempat.

16
 Partnership Bidan dengan Masyarakat
Pola kemitraan bidan dengan berbagai elemen masyarakat dilibatkan sebagai
unsur yang dapat memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini.
Berikut adalah peran bidan dan masyarakat dalam pelaksanaan kemitraannya:
1. Bidan melatih dan membimbing masyarakat untuk menjadi Kader
A. Bidan
 Bidan melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan
Kebidanan sesuai dengan kebutuhan pasien
 Bidan melakukan tindakan pemeriksaan fisik, menolong
persalinan, pemantauan nifas,bayi dan program KB
B. Kader
 Membantu Bidan dalam menjangkau segala masyarakat untuk mau
da rutin memeriksakan kesehatannya ke bidan
 Kader memberikan motivasi dan menemani ibu untuk
memeriksakan kehamilan, persalinan, dan nifas.
2. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat
A. Bidan Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk membantu
dalam hal memperbaharui perilaku yang sudah menjadi kebiasaan
masyarakat. Seperti : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
B. Tokoh Masyarakat Membantu Bidan dalam menyampaikan segala bentuk
informasi dan anjuran yang diberikan oleh bidan untuk merubah kebiasaan
masyarakat.
 Partnership Bidan dengan Teman Sejawat (Tenaga Kesehatan Lain)

Bidan melakukan kerjasama (bermitra) dengan tenaga kesehatan lainnya untuk


menunjang segala bentuk pemeriksaan,menegakkan diagnosa dan memberi
pengobatan terhadap pasien yang memiliki resiko tinggi dan kegawatdaruratan.

A. Bidan
 Bidan mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi atau
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dan rujukan.
 Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tnggi dan memberi
pertolongan pertama.

17
 Melaksanakan upaya Preventif dan Promotif.
B. Tenaga Kesehatan (Dokter)
 Menegakkan diagnosa, melakukan tindak lanjut untuk menangani resiko
tinggi dan kegawatdaruratan.
 Melaksanakan upaya Kuratif dan Rehabilitatif.
 Partnertship Bidan dengan Pemerintah
A. Bidan melakukakan Advokasi atau lintas sektoral kepada pemerintah dalam
hal penyediaan sarana dan prasarana kesehatan seperti penyediaan air bersih,
Jaminan Kesehatan, Peralatan dan Obat-obatan serta bantuan berupa dana
untuk kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan derajat kesehatan.
B. Pemerintah memberikan sarana dan prasaranan sesuai dengan kebutuhan suatu
daerah untuk membantu bidan dan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan sehingga tercipta masyarakat yang Sehat.
2.4Keuntungan dan Hambatan Bidan dalam melakukan Kemitraan
 Keuntungan
Bidan sebagai tenaga kesehatan terdidik memberi pengaruh optimal kepada
masyarakat terutama pengaruh kesehatan yaitu : Ibu hamil, bersalin, nifas, bayi dan
balita.
1. Membantu mengurangi angka kesakitan dan kematian
2. Menjadi dan terlatih sebagai konselor kesehatan dan inovator agent dalam
perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat
3. Berpotensi menjadi pemimpin informal untuk mengerakkan masyarakat di
bidang kesehatan
4. Sebagai mata rantai dalam sistem kesehatan nasional dengan bermitra dengan
dukun,masyarakat dan tenaga kesehatan laiinnya.
5. Bersama dengan dukun, masyarakat dan Tenaga Kesehatan lainnya bidan
mampu mempercepat tercapainya Health For All.
 Hambatan
1. Kesulitan dalam beradaptasi dikarenakan usia yang relatif masih muda, bukan
desa tempat tinggal bidan berasal, dan kesulitan dalam bahasa.
2. Kesulitan dalam mengubah perilaku masyarakat atas budaya tradisional yang
masih dijunjung tinggi.

18
3. Geografis suatu wilayah khususnya desa yang tidak mendukung yang
merupakan salah satu pencetus keterlambatan dalam mencapai fasilitas
rujukan yang memadai.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Partnership atau kemitraan adalah perihal hubungan (jalinan kerja sama dsb)
sebagai mitra (artikata.com). Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan
Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan
oleh kewenangannya bidan sesuai dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga
maupun di masyarakat.

Adapun kegiatan yang berhubungan dengan partnership bidan dengan wanita


dalam pelayanan kebidanan di antaranya Women Cared Centre, Empowering (Pemberdayaan
Perempuan), Primery Care (Pelayanan Utama), trush (kepercayaan).

Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan
kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di
masyarakat. Adapun kegiatan yang berhubungan dengan partnership bidan dalam pelayanan
kebidanan di antaranya melakukan kemitraan dan kerjasama dengan Perempuan, Dukun,
Masyarakata, Tenaga Kesehatan, dan Pemerintah untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.

Dalam melakukan kemitraan bidan mendapatkan berbagai keuntungan dan


hambatan sehingga bidan diharapkan untuk belajar meningkatkan kemampuan dan
mempersiapkan diri untuk mencapai tujun yang diinginkan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Dian, Hardianti. 2016." Konsep Kebidanan Lanjut (Partnership Bidan dan Perempuan).
http://dianhardiantimidwife.blogspot.com/2016/10/kata-pengantar-
bismillahirahmanirahim.html?m=1. Diakses pada 18 Oktober 2022.

Dian. 2014. "Midwifery". http://uchylvs.blogspot.com/2014/12/?m=1. Diakses pada 19


Oktober 2022.

Jaya, Irha. 2018. " Ilmu Kebidanan Women Center dan Partnership Midwifery".
https://id.scribd.com/document/517486209/Kel-3-Paper-Woman-Centre-Midwifery-
Partnership-1. Diakses pada 18 Oktober 2022.

Nurullia, Ana. 2020. " Makalah Model Praktik Kebidanan Partnership".


https://id.scribd.com/document/456220634/MAKALAH-MODEL-PRAKTIK-
KEBIDANAN-PARTNERSHIP. Diakses pada 19 Oktober 2022.

Husin, Farid. 2015. " Pengembangan Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia". Buku
Studi Magister Kebidanan Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Diakses pada 19 Oktober 2022.

21

Anda mungkin juga menyukai