Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP KEBIDANAN
REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Dosen Pengampu : Jundra Darwanty,SST,M.Pd

Kelompok 12 :

Feby Irawati

Maula Alfiani Rosyida

Niken Pramesti Arinta Mulya

Putri Azwari

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PRODI KEBIDANAN KARAWANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan kepada kami.
Sholawat serta salam tak lupa kami junjungkan kepada baginda nabi kita Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita, dan keluarga kita selalu mendapatkan syafaat beliau
di yaumul mahsyar kelak. Aamiin ya rabbal alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Konsep Kebidanan semester ganjil, dengan judul makalah “Reward dan
Punishment Dalam Praktik Kebidanan”

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Retno Dumillah selaku dosen mata
kuliah Konsep Kebidanan, dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam
penulisan makalah dari awal hingga selesai.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini,
dan kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah.

Karawang, 13 Agustus 2021

Penulis

i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
2.1 Praktik Kebidanan........................................................................................................2
2.1.1 Pengertian Praktik Kebidanan.....................................................................................2
2.1.2 Model Praktik Kebidanan............................................................................................3
2.2 Reward Dalam Praktik Kebidanan…………………………………………………………………………4

2.2.1 Sistem Penghargaan Bagi Bidan..................................................................................4


2.2.2 Reward........................................................................................................................5
2.2.3 Contoh reward dalam sistem penghargaan bagi bidan................................................6
2.3 Punishment Dalam Praktik Kebidanan.........................................................................6
2.3.1 Contoh Sanksi Dalam Sistem Penghargaan Bagi Bidan..............................................9
BAB III..................................................................................................................................12
KESIMPULAN......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

ii
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan merupakan profesi yang erat kaitannya dengan kesehatan
perempuan. Berbeda dengan perawat yang bisa aktif di berbagai bidang
spesialisasi medis, cakupan kerja bidan terbatas pada kesehatan perempuan,
khususnya yang terkait dengan reproduksi, kehamilan, proses melahirkan hingga
pasca-melahirkan.
Dulu definisi bidan hanyalah sebagai sebutan bagi orang yang belajar di
sekolah khusus untuk menolong perempuan saat melahirkan. Penyebutan
“menolong perempuan” bukan berarti seorang bidan dapat dipersepsikan
layaknya sebagai seorang pembantu. Penolong di sini dapat diartikan sebagai
orang yang memberikan pertolongan berupa layanan kesehatan yang memadai
kepada Ibu yang sedang melahirkan atau persalinan.
Bidan diakui sebagai tenaga profesional di dalam bidang kesehatan yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama masa hamil, masa persalinan
dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas tanggung jawab
sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian praktik kebidanan secara umum?
2. Apa saja reward dan punishment dalam praktik kebidanan?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan masalah yang dapat dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian praktik kebidanan secara umum
2. Untuk mengetahui reward dan punishment dalam praktik kebidanan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Praktik Kebidanan

2.1.1 Pengertian Praktik Kebidanan


Berdasarkan Undang – Undang No.4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, praktik
kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam
bentuk asuhan kebidanan. Bidan adalah seorang perempuan yang telah
menyelesaikan program pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar
negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan
untuk melakukan praktik Kebidanan. Serta pengertian dari asuhan Kebidanan adalah
rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat Kebidanan.

Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan

a) Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang


berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:

1) Bayi Baru Lahir (Neonatus).

2) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.

3) Remaja.

4) Masa Sebelum Hamil.

5) Masa Kehamilan.

6) Masa Persalinan.

7) Masa Pasca Keguguran.

2
8) Masa Nifas.

9) Masa Antara.

10) Masa Klimakterium.

11) Pelayanan Keluarga Berencana.

12) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.

b) Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan


situasi kegawatdaruratan dan sistem rujukan.

c) Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan


Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan.

2.1.2 Model Praktik Kebidanan


a) Primary Care

Bidan sebagai pemberi asuhan bertanggungjawab sendiri dalam


memberikan asuhan yang berkesinambungan sejak hamil, melahirkan dan post
partum sesuai kewenangan bidan.

b) Continuity of Care

Komitmen yang diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standar


praktik yang sama filosofi dan proses pelayanannya adalah partnership dengan
perempuan.

c) Collaborative Care

Bidan perlu berkolaborasi dengan professional lain untuk menjamin


kliennya menerima pelayanan yang baik bila terjadi sesuatu dalam asuhan.
Konfirmasi dilaksanakan dengan informasi demi keuntungan ibu dan bayi.

2
d) Informed Choice

Bidan di Indonesia menghargai hak perempuan untuk memilih tentang


semua aspek dalam asuhan kebidanan. Bidan secara aktif memberikan informasi
dengan lengkap,relevan dan objektif.

e) Kesejahteraan Ibu dan Anak

Pelayanan kebidanan di Indonesia bedasar pada penghargaan bahwa


kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis. Bidan meningkatkan
kesejahteraan ibu, bayi dan keluarga dengan mendukung aspek sosial, emosional,
budaya dan aspek fisik.

f) Pemilihan tempat persalinan

Bidan menghormati hak setiap perempuan untuk memilih tempat


persalinan. Bidan harus terampil menolong persalinan di berbagai tempat
pelayanan kesehatan.

g) Evidence Based Practice

Bidan di Indonesia diharapkan untuk selalu memperbaharui ilmunya


berdasarkan hasil penelitian tentang kesejahteraan ibu dan anak.

2.2 Reward Dalam Praktik Kebidanan

2.2.1 Sistem Penghargaan Bagi Bidan


Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk
imbalan jasa, tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan / hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam
pelayanan maternal dan perinatal. Dengan jumlah sekitar 73.000 orang yang
tersebar di selruh Indonesia, profesi bidan tentu berada dekat dengan masyarakat
yang sewaktu-waktu memerlukan pertolongnnya. Salah satu tantangan yang
harus di hadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas.
Tantangan ini memang bukan tanggung jawab bidan semata, namun juga
menyangkut peran profesi lain. Keberadaan bidan memiliki posisi
strategis,mengingat sebagian besar persoalan bidan di tuntut untuk memiliki
ketrampilan yang lebih baik, disertai kemampuan untuk menjalin kerja sama

4
dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan reproduksi di masyarakat
Reward atau sanksi bertujuan untuk menignkatkan kualitas bidan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.2.2 Reward
Penghargaan yang di berikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk
imbalan jasa, tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang
di miliki.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3, hak adalah kewenangan
untuk berbuat sesuatu yang telah di tentukan oleh undang-undang atau aturan
tertentu. Bidan di Indonesia memiliki organisasi profesi, yaitu ikatan bidan atau
IBI, yang mengatur hak dan kewajibn serta penghargaan dan sanksi bagi bidan.
Setiap bidan yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib
menjadi anggota IBI.
Hak bidan antara lain:
1) Bidan berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya.
2) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan.
3) Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan kelurga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
4) Bidan berhak atas prifasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya di
cemarkan, baik oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain.
5) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri, baik melalui
pendidikan maupun pelatihan .
6) Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier
dan jabatan yang sesuai.
7) Bidan berhak mendapatkan kompetensi dan kesejahteraan yang sesuai.

Wewenang bidan antara lain:


1) Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan
pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal.
2) Bidan harus melaksanakan tugas kewenangan sesuai standar profesi, memiliki
kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan,mematuhi dan melaksanakan
protap yang berlaku di wilayahnya serta bertanggun jawab atas pelayanan
yang di berikan dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.

5
3) Pelayanan kebidanan kepada perempuan oleh bidan meliputi pelayanan pada
masa pranikah, termasuk remaja putri, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui,
dan masa antara kehamilan.

Dalam lingkup IBI, anggota mempunyai hak tertentu sesuai dengan


kedudukannya, yaitu :
1) Anggota biasa:
(a) Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
(b) Berhak mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk
kepentingan organisasi
(c) Berhak memilih dan dipilih

2) Anggota luar biasa:


(a) Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.
(b) Dapat mengemukakan pendapat, saran dan usul untuk kepentingan
organisasi

3) Anggota kehormatan:
(a) Dapat mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan
organisasi

2.2.3 Contoh reward dalam sistem penghargaan bagi bidan


1) BIDAN BINTANG
2) BIDAN DELIMA
3) Beasiswa mahasiswa AKBID jalur khusus yang berprestasi diberikan
oleh IBI
4) Penghargaan bagi bidan yang menyiapkan desa siaga di Kab. Cirebondan
Kab. Kuningan diberikan oleh DEPKES
5) Penganugerahan Damandiri Award yang diselenggarakan Yayasan
Damandiri
6) Penghargaan hasil belajar diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (STT PP).
7) Satuan Kredit Perolehan (SKP) bidan.

2.3 Punishment Dalam Praktik Kebidanan


Sanksi merupakan imbalan negatif yang berupa pembebanan atau
penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.

6
Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak atau
kewajban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi, karena kode etik bidan
merupakan norma yang berlaku bagi anggota IBI dalam menjalankan praktik
profesinya yang telah disepakati dalam Kongres Nasional IBI.
Kode etik bidan :
a) Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatanya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
2) Setiap bidan, dalam menjalankan tugas profesinya, menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara
citra bidan.
3) Setiap bidan, dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
4) Setiap bidan, dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien, dan nilai- nilai yang
dianut oleh klien.
5) Setiap bidan, dalam menjalankan tugasnya senantisa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatanya secara
optimal.

b) Kewajiban bidan terhadap tugasnya.


1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga, dan
masyarakat.
2) Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan
kewenangan dalam mengambil keputusan, termasuk mengadakan
konsultasi dan/atau rujukan.

7
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat
dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh
pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

c) Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya


1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptkan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan, dalam melaksanakan tugasnya, harus saling
menghormati, baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan
lainya.

d) Kewajiban bidan terhadap profesinya


1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesi, dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian
dan kegiatan sejenisnya dang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.

e) Kewajiban bidan terhadap diri sendiri


1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatanya agar mampu
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

f) Kewajian bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa, dan tanah air.


1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan,
khususnya dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi, Keluarga
Berencana, dan Kesehatan Keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan

8
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA atau KB
dan kesehatan keluarga.

A. UU Perlindungan Konsumen

UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dapat


digunakan sebagai salah satu instrumen perlindungan hukum terhadap pasien
yang menjadi korban kesalahan medik atau malpraktek. Dalam UU
Perlindungan Konsumen ini, melalui Penjelasan, Bagian 1 Umum,
menentukan adanya beberapa UU yang materinya dapat melindungi
kepentingan konsumen, yang salah satunya adalah UU No. 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan, sehingga mau tidak mau hubungan bidan-pasien dapat
dikategorikan sebagai hubungan produsen-konsumen.

Pembentukan undang undang tentang perlindungan konsumen ini,


didasari pada pernikiran bahwa kedudukan konsumen yang lemah
dibandingkan dengan kedudukan pelaku usaha, disamping itu konsumen yang
pada dasarnya sering tidak mengetahui hak-haknya karena pendidikan yang
rendah dan UU ini juga dapat memberikan landasan bagi pemberdayaan
konsumen. Selain itu tujuan diberlakukannya UU ini adalah untuk
mewujudkan keseimbangan perlindungan konsumen dan pelaku usaha
sehingga tercipta perekonomian yang sehat. Begitu juga untuk meningkatkan
harkat dan martabat konsumen, menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha
yang bertanggung jawab serta meningkatkan kualitas barang dan jasa yang
dihasilkan. Dalam kaitannya dengan jasa, maka disebutkan dalam pasal 1 ayat
(1) UU No. 8 Tahun 1999, bahwa konsumen jasa adalah apa yang dimaksud
oleh pasal 1 ayat (2) sebagai konsumen akhir. Hal ini sesuai dengan pasien
sebagai konsumen akhir dari suatau produk pelayanan kesehatan, karena
sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatan, pasien tidak mungkin
menggunakannya sebagai bagian dari proses produksi atau produksi lainnya.

2.3.1 Contoh Sanksi Dalam Sistem Penghargaan Bagi Bidan


Seperti yang terlampir dalam Undang – Undang No. 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan serta Permenkes No.28 Tahun 2017 pada Bab VI
Pembinaan dan Pengawasan, berikut sanksi bagi Bidan guna meningkatkan
mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarkat terhadap
segala kemungkinan bahaya bagi kesehatan :

9
Undang – Undang No. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan :

Bidan yang menjalankan Praktik Kebidanan di tempat praktik yang tidak sesuai
dengan SIPB dikenai sanksi administratif berupa:

a) teguran tertulis;
b) penghentian sementara kegiatan; atau
c) pencabutan izin.
Bidan yang tidak memasang papan nama praktik dan tidak melengkapi sarana dan
prasarana pelayanan dikenai sanksi administratif berupa:
a) teguran lisan;

b) peringatan tertulis;

c) denda administratif; dan/atau

d) pencabutan izin.

Bidan yang menjalankan Praktik Kebidanan di tempat praktik yang tidak sesuai
dengan SIPB dikenai sanksi administratif berupa:

a) teguran tertulis;

b) penghentian sementara kegiatan; atau

c) pencabutan izin.

Permenkes No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik


Kebidanan

Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Menteri, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat

9
memberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik.

Tindakan administratif dilakukan melalui:

a) teguran lisan;

b) teguran tertulis;

c) pencabutan SIP untuk sementara paling lama 1

(satu) tahun; atau

D) pencabutan SIPB selamanya

9
BAB III

KESIMPULAN

Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk


imbalan jasa, tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan, atau hak, untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki

Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak atu kewajiban
bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi.

Dalam upaya mendorong profesi kebidanan agar dapat diterima dan


dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus
memanfaatkan nilai-nilai kebidanan dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian
bidan yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan
atau kebidanan secara etis professional

12
12
DAFTAR PUSTAKA

Novi, Ferra. 2010. “Sistem Penghargaan Bagi Bidan”,


http://ferranovidetaviani.blogspot.com/2010/12/sistem-penghargaan-bagi-
bidan.html, diakses pada 12 Agustus 2021 pukul 21.44.

Undang – Undang No.4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.

Permenkes No.28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Kepmenkes 320 Tahun 2020 tentang Standar Profesi Bidan.

13

Anda mungkin juga menyukai