Anda di halaman 1dari 13

2.

2 Anatomi Fisiologi Alat Reproduksi Wanita

2.2.1 Anatomi Alat Reproduksi Wanita

Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan genitalia internal.
Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, glandula
vestibularis mayor, glandula vestibularis minor. Sedangkan genitalia internal terdiri dari
vagianhymen, tuba uterina, uterus, ovarium.

Genitalia Eksternal

1. Mons pubis

Mons pubis adalah penonjolan berlemak di sebelah ventral simfisis dan daerah
supra pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh lemak, jumlah jaringan lemak
bertambah pada pubertas dan berkurang setelah menopause. Setelah dewasa, mons pubis
tertutup oleh rambut kemaluan yang kasar.

2. Labia mayora
Labia mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang memanjang
berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya menutup rima pudendi
(pudendal cleft). Permukaan dalamnya licin dan tidak mengandung rambut. Kedua labia
mayora di bagian ventral menyatu dan terbentuk komisura anterior. Jika dilihat dari luar,
labia mayora dilapisi oleh kulit yang mengandung banyak kelenjar lemak dan tertutup
oleh rambut setelah pubertas.
3. Labia minora
Labia minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit kecil terletak di
antara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus vaginae. Kedua labium minus
membatasi suatu celah yang disebut sebagai vestibulum vaginae. Labia minora ke arah
dorsal berakhir dengan bergabung pada aspectus medialis labia mayora dan di sini pada
garis mereka berhubungan satu sama lain berupa lipatan transversal yang disebut
frenulum labii. Sementara itu, ke depan masing-masing minus terbagi menjadi bagian
lateral dan medial.Pars lateralis kiri dan kanan bertemu membentuk sebuah lipatan di
atas (menutup) glans klitoris disebut preputium klitoridis. Kedua pars medialis kiri dan
kanan bergabung di bagian kaudal klitoris membentuk frenulum klitoris. Labia minora
tidak mengandung lemak dan kulit yang menutupnya berciri halus, basah dan agak
kemerahan.
4. Klitoris

Terletak dorsal dari komisura anterior labia mayora dan hampir keseluruhannya
tertutup oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga bagian yaitu krura klitoris, korpus
klitoris dan glans klitoris.
5. Glandula vestibularis
mayor Sering disebut juga kelenjar Bartholini, merupakan kelenjar yang
bentuknya bulat/ovoid yang ada sepanjang dan terletak dorsal dari bulbus vestibule atau
tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli.
6. Glandula vestibularis
minor Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam vestibulum
vagina untuk melembapkan labia minora dan mayora serta vestibulum vagina. Organ ini
adalah daerah dengan peninggian di daerah dengan peninggian di daerah median
membulat terletak ventral dari simfisis pubis. Sebagian besar terisi oleh lemak. Setelah
pubertas, kulit diatas tertutup rambut kasar.

Genitalia Internal

1. Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan membentuk
sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun, posisi ini berubah
sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina yang ditembus serviks
panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior kurang lebih 9 cm. Dinding
anterior dan posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding lateralnya di bagian cranial
melekat pada ligament Cardinale, dan di bagian kaudal melekat pada diafragma pelvis
sehingga lebih rigid dan terfiksasi. Vagina ke bagian atas berhubungan dengan uterus,
sedangkan bagian kaudal membuka pada vestibulum vagina pada lubang yang disebut
introitus vaginae.
2. Himen
Adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina. Himen
tidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa bentuk himen
diantaranya : himen anular, himen septal, himen kribiformis, himen parous.
3. Tuba uterina
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba kurang lebih
10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rah ovarium) yaitu pars uterine tubae (pars
intramuralis), isthmus tubae, ampulla tubae, dan infundibulum tubae.
4. Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak di
dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan rectum. Ke arah
kaudal, kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk seperti buah pir
(pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah ke kauda dorsal, yang membentuk sudut
dengan vagina sedikit lebih 90 derajat uterus seluruhnya terletak di dalam pelvis
sehingga basisnya terletak kaudal dari aperture pelvis kranialis. Organ ini tidak selalu
terletak tepat di garis median, sering terletak lebih kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed)
bisa berubah tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi
rectum yang terletak dorso cranial. Panjand uterus kurang kebih 7,5 cm, lebarnya kurang
lebih 5 cm, tebalnya kurang lebih 2,5 cm, beratnya 30-40 gram. Uterus dibagi menjadi
tiga bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.
5. Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus menstruasi.
Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan licin dan berwarna
merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami ovulasi, maka permukaan
ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan parut (cicatrix) dan warnanya
berubahm menjadi abu-abu. Pada dewasa muda ovarium berbentuk ovoid pipih dengan
panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2 cm, tebal kurang lebih 1 cm dan
beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi ovarium tergantung pada posisi uterus karena
keduanya dihubungkan oleh ligamen-ligamen.

2.2.2 Fisiologi Alat Reproduksi Wanita

1. Genitalia eksternal
a. Glandula vestibularis mayor
Berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
b. Glandula vestibularis minor
Berfungsi mengeluarkan lendir untuk melembabkan vestibulum vagina dan
labium pudendi.
2. Genitalia internal
a. Vagina
Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius darah
menstruasi.
b. Tuba uterine
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan mengalirkan
spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya fertilisasi.
c. Uterus
Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan tempat
normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan sampai
bayi lahir.

Anatomi Dasar Panggul Wanita


Dasar panggul terdiri dari otot, ligamen, fasia, yang bertindak sebagai sling untuk menunjang
kandung kemih, organ reproduksi dan rektum. Sling ini dari jaringan lunak yang tertutup oleh
tulang panggul. (Eickmeyer, 2017).

1. Tulang Panggul

Tulang panggul terdiri dari dua buah tulang os coxae, os sacrum dan os coccygeus. Os
coxae atau tulang panggul dextra dan sinistra merupakan tulang yang berbentuk besar, irregular
dan masing-masing berkembang dari fusi tiga tulang ilium, ischium, dan pubis. Setelah pubertas
tiga tulang tersebut menyatu membentuk tulang panggul (Moore et al., 2013).
Ilium merupakan tulang yang paling besar mebentuk bagian atas dan belakang panggul.
Ditulang tersebut terdapat linea terminalis sebagai batas panggul mayor dan minor. Pinggir atas
paling tebal disebut crista iliaca. Bagian ujung depan crista iliaca disebut spina iliaca anterior
superior (SIAS). Di bagian ujung belakang crista iliaca adalah spina iliaca posterior superior
(SIPS) (Sumiasih & Budiani, 2016).
Ischium memiliki corpus ossis ischii yang membentuk acetabulum dan ramus ossis ischii
membentuk bagian foramen obturatorium. Tonjolan bawah tulang ilium disebut spina ischiadica.
Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan saat duduk disebut tuber
ischiadicum. Cekungan antara spina ischiadica dan tuber ischiadicum adalah incisura ischiadica
minor. Cekungan yang lebih besar, incisura ischiadica major, terletak di atas spina ischiadica
dan terbentuk oleh ilium. Pubis disebelah bawah dan depan tulang ilium. Pubis adalah suatu
tulang bersudut dengan ramus superior ossis pubis, yang membantu membentuk acetabulum,
dan ramus inferior ossis pubis, yang membantu membentuk foramen obturatorum. Suatu
penebalan pada bagian anterior corpus ossis pubis adalah crista pubica, yang berakhir dibagian
lateral sebagai knop yang menonjol, tuberculum pubicum. Os sacrum merupakan tulang yang
berbentuk segitiga, terdiri dari lima ruas tulang yang bersatu. Permukaan depan cekung, kiri dan
kanan dari garis tengah terdapat lubang disebut foramina sacralia anterior. Lubanglubang ini
sebagai tempat masuknya plexus sacralis. Os coccygeus yang berbentuk segitiga, terdiri dari 3-5
ruas tulang dan bersatu. Saat persalinan dapat ditolak ke belakang 1-2 cm untuk memperluas
jalan lahir (Moore et al., 2013; Sumiasih & Budiani, 2016).

2. Persendian dan Ligamen

Sendi–sendi utama gelang panggul adalah articulatio sacroiliaca dan symphysis pubis.
Articulatio lumbosacralis dan sacrococcygea secara langsung dihubungkan dengan gelang
panggul. Ligamentum yang kuat menopang dan memperkuat sendi–sendi tersebut.

a. Symphysis Pubis

Merupakan artikulasi dari fibrocartilaginosa diantara dua tulang pubis. Pada


wanita umumunya, sendi ini lebih luas dan lebih pendek dari laki-laki. Ligamen-
ligamen yang menyatukan tulang tebal di tepi superior dan inferior, yang membentuk
ligamentum pubicum superius dan ligamentum pubicum inferius (arcuata). Secara
fungsional, untuk menahan ketegangan, pergeseran, kompresi, dan tergantung pada
besar stres mekanik seperti melebar pada saat kehamilan (Moore et al., 2013; Irion &
Irion, 2010).

b. Articulatio Sacroiliaca

Merupakan sendi sinovial yang kuat menahan berat badan, terdiri dari sendi
sinovial anterior dan syndesmosis posterior. Permukaan artikulasi ditutupi oleh
kartilago dan kapsul artikular fibrosa. Sendi ini mobilitasnya terbatas karena
perannya mentransmisi besar berat tubuh ke tulang panggul. Persendian ini diperkuat
oleh ligamen sacroiliaca anterior yang berfungsi menstabilkan sendi dengan menahan
gerakan sacrum ke atas dan gerakan ilium ke lateral. Ligamen sacroiliaca
interosseous merupakan struktur primer yang terlibat dalam memindahkan berat
tubuh bagian atas dari skeleton aksial ke dua ilium skeleton apendikular, dan ligamen
sacroiliaca posterior berfungsi menahan gerakan sacrum ke bawah dan ke atas dan
gerakan ke arah medial ilium. Selain itu terdapat ligamen aksesoris yaitu ligament
sacrospinosus dan sacrotuberus yang menghubungkan sacrum dan ischium (Moore et
al., 2013; Irion & Irion, 2010).

c. Articulatio Lumbosacralis

Vertebra L5 dan S1 berartikulasi pada articulatio intervertebralis (IV) anterior


yang terbentuk oleh discus IV di antara corpus-corpusnya dan facet joint diantara
processus articularis vertebra-vertebra tersebut. Persendian ini diperkuat oleh
ligamen iliolumbalis seperti kipas yang menjalar dari processus transversus vertebra
L5 ke ilia (Moore et al., 2013).

d. Articulatio Sacrococcygea

Merupakan suatu sendi kartilaginosa sekunder dengan discus IV. Diperkuat oleh
ligamentum sacrococcygeum anterior dan posterior (Moore et al., 2013).

3. Otot Dasar Panggul

Otot-otot dasar panggul mendukung visera: menghasilkan fungsi sfingter pada rektum
dan vagina serta membantu meningkatkan tekanan intraabdomen saat meengggeliat. Rektum,
uretra, dan vagina (pada wanita) melewati dasar panggul dan menuju ke luar. M. Levator ani dan
m.koksigeus membentuk dasar panggul, sedangkan m.piriformis menutupi bagian sakrum.
Koksigeus keluar dari spina iskiadika dan masuk ke bagian bawah sakrum dan koksigis. Levator
ani keluar dari aspek posterior pubis, fasia yang menutupi obturatorius internus di dinding dalam
pelvis dan spina iskiadika. Dari origo yang lebar ini serabut-serabut otot menyapu ke belakang
ke arah garis tengah sebagai berikut : serabut-serabut anterior (sfingter vagina atau m.levator
prostat)- serabut-serabut ini mengelilingi vagina pada (prostat pada pria) dan masuk ke korpus
perineum. Korpus perineum merupakan nodus fibromuskular yang terletak di anterior kanalis
analis. Serabut-serabut intermedia (puborektalis)- serabut-serabut ini mengelilingi sambungan
anorektalis dan juga masuk ke bagian dalam sfingter ani. Serabut ini memiliki fungsi sfingter
yang penting pada sambungan anorektalis. Serabut-serabut posterior (iliokoksigeus)-
serabutserabut ini masuk ke aspek lateral koksigis dan raphe fibrosa median (korpus
anokoksigeus) (Faiz & Moffat, 2002).

4. Fasia Pelvis

Fasia pelvis adalah istilah untuk menyebut jaringan ikat yang membatasi panggul,
melapisi m. Levator ani dan m. Obturatorius internus. Fasia ini menyatu dengan lapisan fasia
dinding abdomen di atas dan perineum di bawah. Fasia endopelvis adalah istilah untuk
menyebut jaringan ikat longgar yang melapisi visera pelvis. Fasia endopelvis memadat menjadi
ligamentum fasialis yang fungsinya menunjang serviks dan vagina. Ligamentum-ligamentum ini
di antaranya: ligamentum kardinale yang melewati sebelah lateral serviks dan bagian atas vagina
ke dinding pelvis, ligamentum utero-sakrale yang melewati bagian belakang serviks dan forniks
vagina ke fasia yang melapisi sendi sakroiliaka, ligamentum puboservikale yang meluas ke
anterior dari ligamentum kardinale ke pubis (puboprostatika pada pria), dan ligamentum
pubovesikale dari belakang simfisis pubis menuju leher kandung kemih (Faiz & Moffat, 2002).

2.3 Siklus Hormonal (Menstruasi)

2.3.1 Pengertian Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-menerus dan mengarah
pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan dinding jika kehamilan tidak terjadi.
Setiap bulan, sel telur harus dipilih kemudian dirangsang agar menjadi matang. Endometrium
pun harus dipersiapkan untuk berjaga-jaga jika telur yang sudah dibuahi (embrio) muncul
kemudian melekat dan berkembang disana. Pendarahan menstruasi dimulai menjelang akhir
pubertas. Saat itu anak gadis mulai melepaskan sel telur sebagai bagian dari periode bulanan
yang disebut dengan siklus reproduksi wanita atau siklus menstruasi (Verawaty & Rahayu,
2011).

Pendarahan menstruasi menandakan bahwa wanita yang mengalaminya tidak hamil.


Namun, pendarahan ini tidak bisa dijadikan patokan pasti bahwa kehamilan tidak terjadi, karena
ada beberapa wanita yang mengalami pendarahan di awal kehamilannya. Selama usia
reproduksi, ketiadaan menstruasi bisa menjadi indikasi pertama bahwa si wanita itu
kemungkinan hamil (Verawaty & Rahayu, 2011).
2.3.2 Proses terjadinya menstruasi

Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH) dan Follicle
Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis, mencetuskan ovulasi dan
menstimulasi ovarium untuk memproduksi estrogen dan 8 progesteron. Estrogen dan
progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk
memungkinkan terjadinya pembuahan (Sinaga et al., 2017).

Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum telur dilepaskan), fase
ovulasi (pelepasan telur) dan fase luteal (setelah sel telur dilepaskan). Menstruasi sangat
berhubungan dengan faktor-faktor yang memengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur maka
siklus menstruasi akan teratur.

Fase-fase yang terjadi selama siklus menstruasi:

a. Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi. Berikut ini hal-hal yang
terjadi selama fase folikuler:

1) Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan luteinizing hormone
(LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju ke ovarium untuk merangsang
perkembangan sekitar 15-20 sel telur di dalam ovarium. Telur-telur itu berada di dalam
kantungnya masing-masing yang disebut folikel.

2) Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.

3) Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan hormon ini membuat
tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang.

4) Saat fase folikuler berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu ovarim menjadi
dominan dan terus matang. Folikel dominan ini menekan seluruh folikel lain kelompoknya
sehingga yang lain berhenti tumbuh dan mati. Folikel dominan akan terus memproduksi
estrogen.

b. Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler. Fase ini adalah titik
tengah dari siklus menstruasi, dengan periode menstruasi berikutnya akan dimulai sekitar 2
minggu kemudian. Peristiwa di bawah ini terjadi di fase ovulasi:

1) Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH yang diproduksi oleh
otak sehingga memyebabkan folikel dominan melepaskan sel telur dari dalam ovarium.

2) Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap oleh ujung-ujung tuba
fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria). Fimbria kemudian menyapu telur masuk ke dalam
tuba fallopi. Sel telur akan melewati tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi.
3) Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir serviks. Jika seorang
wanita melakukan hubungan intim pada masa ini, lendir yang kental akan menangkap sperma
pria, memeliharanya, dan membantunya bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan
fertilisasi.

c. Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses di bawah ini:

1) Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi struktur baru yang
disebut dengan corpus luteum.

2) Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang mempersiapkan


uterus agar siap ditempati oleh embrio.

3) Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang telah dibuahi
(embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk melakukan proses
implantasi. Pada tahap ini, si wanita sudah dianggap hamil.

4) Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering, dan meninggalkan
tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh karena dinding uterus tidak dibutuhkan
untuk menopang kehamilan, maka lapisannya rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari dinding
uterus pun (endometrium) bergabung untuk memebentuk aliran menstruasi yang umumnya
berlangsung selama 4-7 hari (Sinaga et al., 2017).

Selama menstruasi, arteri yang memasok dinding uterus mengerut dan kapilernya
melemah. Darah mengalir dari pembuluh yang rusak, melepaskan lapisan-lapisan dinding
uterus. Pelepasan bagian-bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara acak. Lendir
endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan (Sinaga et al., 2017).

2.2.3 Hormon-hormon yang memengaruhi siklus menstruasi

Ada empat hormon yang menegendalikan siklus menstruasi yakni estrogen, progesteron,
FSH, dan SH. Berikut adalah penjelasan masing-masing hormon tersebut:

a. Estrogen adalah hormon yang secara terus menerus meningkat sepanjang dua minggu pertama
siklus menstruasi. Estrogen mendorong penebalan dinding rahim atau endometrium. Estrogen
juga menyebabkan perubahan sifat dan jumlah lendir serviks.

b. Progensteron adalah hormon yang diproduksi selama pertengahan akhir siklus menstruasi.
Progesteron menyiapkan uterus sehingga memungkinkan telur yang telah dibuahi untuk melekat
dan berkembang. Jika kehamilan tidak terjadi, level progesteron akan turun dan uterus akan
meluruhkan dindingnya, menyebabkan terjadinya pendarahan menstruasi.

c. Follicle stimulating hormone (FSH) terutama berfungsi untuk merangsang pertumbuhan


folikel ovarium, sebuah kista kecil di dalam ovarium yang mencengkram sel telur. d. Luteinizing
hormone (LH) adalah hormon yang dilepaskan oleh otak dan bertanggung jawab atas pelepasan
sel telur dari ovarium, atau ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi sekitar 36 jam setelah peningkatan
LH. Alat prediksi-ovulasi mengetes peningkatan level LH (Sinaga et al., 2017).

2.4.1 Proses Konsepsi

Disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan. Pengertian konsepsi adalah peristiwa


bertemunya sel telur (ovum) dan sperma. Peristiwa konsepsi terjadi di ampula tuba. Pada hari ke
11-14 terjadi ovulasi dari siklus menstruasi normal. Ovulasi adalah peristiwa matangnya sel
telur sehingga siap untuk dibuahi.

Pada saat coitus, 3-5 cc semen yang ditumpahkan ke dalam forniks posterior, dengan jumlah
spermatozoon sekitar 200-500 juta. Gerakan sperma dari serviks terus
melintasi uterus menuju tuba falopi. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami
kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika
terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami serangkaian
pembelahan dan tumbuh menjadi bakal janin (embrio). Gerakan sperma di dalam
rongga uterus dan tuba disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut.

Spermatozoa yang dapat melintasi zona pellusida dan masuk ke dalam vitellus pada
saat fertilisasi hanya satu. Pada keadaan normal, sel tubuh mempunyai 46 buah kromosom,
masing-masing ovum dan sperma memiliki 23 kromosom terdiri dari 22 kromosom tubuh
(autosom) dan 1 kromosom seks. Kedua inti akan menyatu pada saat fertilisasi, sehingga ovum
memiliki 46 kromosom, bersatunya sel sperma dan sel telur membentuk zigote.

Zigot akan mengalami pembelahan sekitar 30 jam pasca konsepsi. Proses pembelahan menjadi 2
sel disebut blastomer. Blastomer akan berjalan menuju uterus dan terus melakukan pembelahan
menjadi 4 sel, kemudian membelah lagi menjadi 8 sel dan akhirnya zigot menjadi 12-16
blastomer yang menyerupai buah murbai yang disebut morula. Perjalanan zigot hingga
memasuki kavum uteri memerlukan waktu sekitar 3 hari.

2.5 Pertumbuhan Dan Perkembangan Hasil Konsepsi

2.5.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Embrio

a) Perkembangan awal embrio

Segera setelah fertilisasi, zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis, yang
disebut pembelahan atau cleavage . Melalui serangkaian tahapan massa sel yang membelah
disebut morula . Setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan yang masuk kedalam sel, morula
menjadi blastosit. Saat proses implantasi berakhir pada hari ke 10 atau ke 11 setelah fertilisasi,
periode embrionik telah dimulai.
b) Perkembangan embrio lebih lanjut .

1) 14 hari pertama . Blastula diberi makan oleh sitoplasma. Pembuluh darah primitive
untuk embrio mulai berkembang pada mesoderm .

2) Hari ke 14 – 28. Pembuluh darah embrio berhubungan dengan pembuluh darah pada
villi korion plasenta primitif. Sirkulasi embrio dengan demikian telah terbentuk dan
darah dapat beredar .perkembangan yang terjadi pada janin. Perkambangan yang terjadi
pada janin :

(a) Kepala embrio dapat dibedakan dati badannya .

(b) Tunas – tunas tungkai dan lengan sudah tampak

(c) Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut.

3) Hari ke 28 – 42 . Panjang embrio kira – kira 12 mm pada akhir minggu ke enam.


Perkembangan Janin :

(a) Dengan mulai memanjang dan tangan mendapatkan bentuknya ,

(b) Telinga tampak, dan terletak lebih rendah .

(c) Gerakan pertama dapat dideteksi dengan ultrasound

2.5.2 Fungsi Amnion (Cairan Ketuban)

Cairan amnion/air ketuban berfungsi sebagai berikut:

a) Melindungi fetus terhadap trauma dari luar


b) Memungkinkan fetus bergerak dengan bebas
c) Memungkinkan anggota badan fetus berkembang dan bergerak tanpa menekan
satu sama lain.
d) Menyeimbangkan tekanan intrauteri dan bekerja sebagai peredam goncangan.
e) Menstabilkan suhu intrauteri.

2.5.3 Sirkulasi Tali Pusat

Tali pusat terletak antara pusat janin dan permukaan fetal plasenta. Tali pusat diliputi
amnion yang sangat erat melekat. Terdiri dari 2 arteri dan 1 vena. Diliputi oleh zat seperti agar –
agar yang disebut slewharton yang mencegah kompresi pembuluh darah, sehingga pemeberian
makanan yang kontinyu untuk embrio janin dapat dijamin. Kompresi dapat terjadi jika terletak
antara kepala janin dan pelvis atau terpelintir disekitar tubuh janin. Insersi tali pusat pada
plasenta terdiri atas :
a) Insersio sentralis
b) Insersio para sentralis
c) Insersio lateralis
d) Insersio marginalis
e) Insersio velamentosa

2.5.4 Sirkulasi Plasenta


Sirkulasi plasenta pada hari ke 17, saat jantung embrio mulai berdenyut. Pada minggu ke
3, darah embrio bersirkulasi diantara embrio dan villi korion.Darah fenosa (tanpa oksigen)
meninggalkan janin melalui arteri umbilikalis dan masuk ke dalam plasenta. Darah arteri masuk
ke dalam janin melalui vena umbilikalis. Karena perbedaan tekanan yang tinggi antara tempat
masuknya darah (60–70 mmHg) dengan tekanan villi (20 mmHg) maka darah sempat berputar-
putar disekitar villi. Pada saat inilah pertukaran gas dan nutrient antara janin dan ibu terjadi.
Selanjutnya darah maternal masuk kembali melalui vena dalam endometrium. Kecepatan aliran
darah uteroplasenta naik selama kehamilan, dari kira – kira 50 ml/menit pada minggu ke 10
sampai 500 – 600 ml/ menit pada saat aterm.

2.5.5 Sirkulasi Darah Fetus

Darah yang sudah teroksigenasi meninggalkan plasenta melalui satu - satunya vena
umbilikala, vena umbilikala berjaln dalam tali pusar ke umbilicus dan dari sana ada vena kecil
yang berjalan ke porta hepatis. Hampir tidak ada darah yang masuk ke dalam hati sebab vena
umbilika langsung bersambung dengan vena kava inverior melalui sebuah pembuluh besar, yang
disebut duktus venosus, sebuah struktur yang hanya ada pada masa fetus.

Kemudian darah dalam aorta diserbarkan ke visera dalam abdomen melalui cabang – cabang
bawah aorta. Tetapi didalam fetus sebgaian besar darah yang mencapai bifurkasi aorta, berjalan
bukan ke visera pelvis dan anggota bawah. Di dalam plasenta ini terjadi pertukaran dengan
darah ibu di sebrang plasenta. Sesudah tali pusar dipotong dan diikiat darah berhenti mengalir
dalam arteri dan vena umbilika dan dalam saluran
duktus venosus. Semua struktur mengerut dan diganti oleh benang dari jaringan
fibrus.

2.5 Menentukan Usia Kehamilan

2.5.1 Tinggi Fundus Uteri

Menentukan usia kehamilan dengan tinggi fundus uteri dilakukan dengan palpasi
fundus.

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

12 minggu 1/3 diatas simpisis

16 minggu ½ simpisis pusat

20 minggu 2/3 diatas simpisis

24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 1/3 diatas pusat

34 minggu ½pusat-prosessus xipoideus

36 minggu Setinggi prosessus xipoideus

40 minggu 2 jari di bawah prosessus

xipoideus

2.5.2 Tafsiran Berat Janin

Tafsiran berat janin merupakan pemantauan terhadap pertumbuhan janin


apakah normal atau tidak. Untuk mengukur TBJ dalam gram mengetahui kepala
sudah masuk pintu atas panggul atau belum rumusnya :

TBJ = (TFU dalam cm – n) x 155 = …..gram

n: posisi kepala masih diatas spina ischiadika atau bawah. Bila diatas (-12) dan
bila dibawah (-11). (Jannah,2012:95)
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom LS, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD.
(2009). Williams Obstetrics 22nd Edition. United States of America:McGraw-Hill
Companies. Inc.
Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC.Mashudi,Sugeng. (2011). Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta :
SalembaMedika.
Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.
Cetakan Ke III. Jakarta.
Dias. 2010. Konsepsi. triadias.blog.com/2010/02/20/konsepsi/ unduh 17 Maret
2011 09.03 AM
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta:
Fitramaya.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat.
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika
Masroh, Lailatul (2019) ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA
NY.D MASA HAMIL SAMPAI DENGAN KELUARGA BERENCANA DI
PRAKTIK MANDIRI BIDAN T. WIJAYANTI S.ST.,Keb. Tugas Akhir (D3) thesis,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai