Anda di halaman 1dari 44

LI 1 MM Anatomi Genitalia Externa Wanita

LO 1.1 Makroskopis

Genitalia Eksterna :
a. Mons Pubis
 Daerah kulit yang menonjol di depan symphisis pubis
 Kulit berambut banyak jaringan lemak.
 Berisi jaringan lemak, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf-saraf
 Meluas ke bwah belakanaglabium mayora.
 Rambut kemaluan disebut pubes.
b. Labium Majus Pudendi
 Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain
membentuk comissura posterior labiorum majorum, sedang yang ke
ventrocrainal membentuk comissura anterior labiorum majora.
 Fascia lateralis memiliki rambut dan bnayka pigmen. Sedangkan, fascia
medialis mempunyai gld. Sebacea yang besar dan tidak mempunyai rambut.
 Terdapat jaringan pengikat, lemak dan jaringan menyerupai tunica dartos
scorti.
 Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.
c. Labium Minus Pudendi
 Labium minora ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain
membentuk frenulum labiorum minorum.
 Ke ventrocrainal berhubunan satu dengan yang lain membentuk preputium
clitoridis.
 Dari labio minora berjalan suatu lipatan kulit ke ventral cranial melekat pada
dataran dorsocaudal glans clitoridis kanan kiri dari linea mediana disebut
frenulum clitoridis.
 Tidak ada foliculi rambut dan jaringan lemak.
 Banyak pembuluh darah.
d. Vestibulum Vaginae
 Daerah yang terletak diantara kedua bulbi vestibuli.
 Batas-batasnya yaitu kanan dan kiri oleh labia minora, ventrocranial oleh
frenulum clitoris, dan dorsocaudal oleh frenulum labiorum minorum
(frenulum labiorum pudendi)
 Kedalam veestibulum vaginae bermuara urethra, vagina, gld. Paraurethralis,
gld. Vestibularis minor dan gld. Vestibularis major.
e. Ostium Vaginae
 Muara vagina disebut juga introitus vaginae.
 Diantara introitus vaginae dan frenulum labiorum minorum terdapat fossa
navicularis (fossa vestibuli vaginae).
 Di sebelah kanan dan kiri pada fossa naviculare terdapat saluran kedua
glandula Bartholini bermuara.
f. Clitoris
 Terdiri dari ujun poksimal corpus cavernosum clitoridis melekat di dataran
medial ramus inferior osis pubis dengan dataran lateralnya.
 Ke ventral kedua crura clitoridis bersatu membentuk corpus clitoridis.
Terdapat corpus cavernosum yang membentuk glans clitoridis.
g. Urethra Feminina
 Berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium urethrae eksternum yang
terletak diantara clitoris dengan vagina.
 Disebelah kanan dan kiri lubang kemih terdapat dua lubang kecil dari saluran
yang buntu ( ductus skene atau ductus parauretralis).
h. Perineum
 Merupakan area berbentuk belah ketupat
 Dibagi oleh ramus inferior ossis pubis dan ramus ossis ischii kanan dan kiri
dan kedua lig. Sacrotuberale.
 Terbagi menjadi regio urogenitalis di anterior (ventral) dan regio analis di
posterior (dorsal).

LO 1.2 Mikroskopis

Klitoris
Klitoris itu padan penis tetapi tidak sama benar. Ia terdiri atas dua bahan erektil yang berakhir
di dalam kepala klitoris atau glans klitoridis yang kecil. Di luarnya diliputi epitel berlapis
gepeng tipis yang dilengkapi dengan ujung saraf sensorik khusus.

Labium minus
Berupa lipatan mukosa yang membentuk dinding lateral vestibulum. Epitelnya berupa epitel
berlapis gepeng dan bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat yang berlimpah pembuluh
darah. Terdapat papila tinggi menjorok jauh ke dalam epitel. Kelenjar sebasea terdapat pada
kedua permukaannya dan tidak berlengkapan folikel rambut.

Labium mayus
Berwujud lipatan kulit yang menutupi labium minus. Permukaan dalamnya halus tidak
berambut. Permukaan luarnya diliputi epidermis dengan lapisan tanduk dan mempunyai
banyak rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Bagian tengah setiap bibir
mengandung cukup banyak jaringan lemak dan sedikit serat otot polos.

Vestibulum
Tempat bermuaranya vagina dan ureter, dilapisi epitel berlapis gepeng khusus yang banyak
mengandung banyak kelenjar kecil yaitu kelenjar vestibulum minor, yang terutama terletak
disekitar muara ureter dan di dekat klitoris. Mereka bersesuaian dengan kelenjar Littre.
Kelenjar vestibuler mayor (kelenjar Bartholin), beranalog dengan kelenjar bulbourenil pada
pria dan terletak di dalam dinding lateral vestibulum. Mereka berwujud kelenjar
tubuloalveolar yang menggetahkan lendir. Saluran keluarnya bermuara di dekat pangkal
himer.
Anatomi Genitalia Interna Wanita

LO 2.1 Makroskopis
1. Ovarium
 Terletak di dalam pelvis dan jumlahnya sepasang
 Berbentuk bulat memanjang, agak pipih
 Terdiri dari coretx dan medulla (berisi pembuluh darah, limfe dan saraf)
 Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum (berupa lipatan
peritoneum sebelah kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan
dasr panggul)
 Difiksasi oleh :
 Ligamentum suspensorium ovarii (Lig.infudibulopelvicum) :
Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul antara
sudut tuba
 Ligamentum ovarii propium : menfiksasi ovarium ke uterus.
 Ligamentum teres uteri (lig. Rotundum) : terdapat di bagian atas lateral
dari uterus, caudal dari tuba kedua ligamentum ini melalui canalis
inguinalis ke bagian cranial labium majus.
2. Tuba Uterina (salpinx)
 Jumlahnya sepasang kanan dan kiri dengan panjang 10 cm.
 Menjulur dari uterus kearah ovarium dengan ujung distal terbuka kedalam
rongga peritoneum disebut ostium abdominale.
 Terdiri dari :
 Infudibulum bangunan yang berbentuk seperti corong
 Ampula, bangunan yang membesar dan tempat terjadinya fertilisasi.
 Isthmus, bangunan ynag menyempit.
 Pars uterina tubae ialah bagian yang melalui dinding uterus.
 Ostium uterinum yaitu pintu muara tuba di dalam uterus.
3. Uterus
 Organ muscular, berbentuk peer, dibedakan menjadi :
 Fascia vesicalis, di dataran ventral menghadap ke vesica urinaria.
 Fascia intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus.
 Margo lateralis kanan dan kiri.
 Uterus dapat dibagi dalam :
 Undus uteri , yang terletak pada bagian atas (proksimal ) osteum tuba
uterina.
 Corpus uteri , terletak pada bagian tengah uterus yang berbentuk bulat
melebar. Batas antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh
isthmus. Sebelum memasuki cervix terdapat ostium uteri internum.
 Cervix uteri , bagian yang paling sempit dan menonjol kedalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix terdapat banguna ynag
menyempit disebut ostium uteri externum. Rongga di dalam cervix
uteri disebut canalis cervix.
4. Vagina
 Berbentuk tabung muskular.
 Panjangnya antara 8-12 cm.
 Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina, disebut portio
vaginalis cervicis uteri. Bagian cervix proksimalnya disebut portio
supravaginalis cervicis uteri.
 Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
terbagi menjadi :
 Fornix lateralis dextra dan sinistra
 Fornix anterior dan posterior
 Tunica mucosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral dan
dorsal disebut columna rugarum.
 Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh selaput disebut
hymen.
Bentuk hymen :
 Hymen anularis (cincin)
 Hymen seminularis (bulan sabit)
 Hymen cribriformis (berlubang-lubang seperti saringan)
 Hymen fimbriatus (dengan tepi seperti jari-jari)
 Hymen imperforatus (tidak berlubang)
5. Jaringan penunjang

 Ligamentum cardinale sinistra dan dekstra (Mackendrot)


 Ligamentum terpenting untuk menahan uterus agar tidak turun.
 Berjalan dari cerviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis.
 Ligamentum sakrouterinum sinistra dan dextra
 Menahan uterus agar tidak banyak bergerak
 Berjalan melengkung dari dorsal cerviks melalui dinding rectum ke
arah os sakrum.
 Ligamentum rotundum sinistra dan dextra
 Menahan uterus dalam antefleksi
 Ligamentum pubivesikale sinistra dan dextra
 Berjalan dari os pubis melalui kandung kemih dan seterusnya sebagai
ligamentum vesikouterinum ke cerviks.
 Ligamentum latum sinistra dan dextra
 Berjalan dari uterus ke arah lateral dan tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
 Merupakan bagian dari peritoneum viscerale yang meliputi uterus dan
kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan.
 Ligamentum infundibulopelvikum
 Menahan tuba falopi.
 Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
 Ligamentum ovarii proprium sinistra dan dextra
 Berjalan dari sudut kiri dan kanan fundus uteri ke ovarium.
DIAPHRAGMA PELVIS
1. Pelvis mayor : berisi saluran cerna, VU, ureter, sistem genitalis
2. Pelvis minor
- PAP (aditus pelvis)
Dibentuk oleh : promontorium, linea terminalis, ala osis sacralis, dan supra
pubis.
a. Conjugate vera : ukuran antero posterior
Jarak antara pinggir atas pubis sampai promontorium, penting untuk
menentukan dapat todaknya bayi melewati sehingga dapat menentukan
tindak lanjut persalinan pervaginam atau section secaria.
Dengan bantuan conjugate diagonalis (diukur dengan vaginal touché)
sampai promontorium. Conjugate diagonalis(12,5 cm) – 1,5 = 11-13cm
b. Conjugate transversa : diukur dari titik terjauh linea terminalis kiri dan
kanan tegak lurus dengan conjugate vera. 13-14,5 cm.
c. Conjugate obstetrica : jarak antara promontorium ke pinggir tengah
simpisis pubis. Bagian aditus pelvis yang paling sempit, 10,6 cm.

- Mid pelvis
Dibentuk oleh : apex arcus pubis, spina ischiadica, ujung os.sacrum.
Paling sempit, bentuk oval, sering terjadi kemacetan pada persalinan.
Ukuran yang penting :
a. Anteroposterior : tepi bawah simp.pubis sampai pertengahan os.sacrum 4.
11,5-12 cm.
b. Transversa : spina ischiadica kanan kiri. 10-10,5 cm
c. Sagittal : anteroposterior dengan potongan transversa

- PBP (exitus pelvis)


a. Anteroposterior : 9,5-11,5 cm
b. Transversa : tuber ischiadicum kanan kiri. 10,5-11 cm
c. Sagitalis posterior : ujung os sacrum dengan perpotongan antara
anteroposterior dengantransversa.10,5-11cm.

Bidang Hodge : untuk menentukan petunjuk turunnya bagian bawah fetus.


- Hodge I : bidang yang sama dengan PAP
- Hodge II : sejajar H I setinggi pinggir bawah sim.pubis
- Hodge III : sejajar H I melalui spina ischiadica
- Hodge IV : sejajar H I setinggi ujung
os.sacrum

Perdarahan :
Arteri iliaca interna -> arteri uterina -> arteri
vaginalis. Arteri vaginalis ke arah fundus kemudian bercabang menjadi :
 R.ovaricus melalui ligamentum ovarii proprium menuju ovarium
 A. Ligamenti teretis uteri, mengikuti lig. Teres uteri
 R. Tubarius mengikuti tuba uterina.
Persarafan :
N.pudendus untuk persarafan genitalia eksterna , n.pudendus masuk ke foramen ischiadicum
sebagai n. Clitoridis. Cabang yang lain: n.hemorrhoidalis inferior utnuk m.spinchter ani
externus dan ke kulit regio analis. N. Perianalis berkahir sebagai n.labialis untuk labium
majus. Plexus hypogastricus superior dan inferior untuk persarafan genitalia interna.
Pembuluh lympe:
 Bagaian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a. Uternae ke lnn. Illiaci interni.
 Bagian medial mengikuti kembali r.Vaginali a.Vesicalis inferior ke Inn sepanjang
a.Vesicalis inferior ke Inn. Illiaca interni.
 Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vaginae, labia minora, labia major.

LO 2.2 Mikroskopis

Ovarium

Sel germinal terdapat pada folikel ovarium. Masing-masing folikel berada dalam keadaan
istirtahat dan mengandung oosit primordial  ( primitif ) yang dikelilingi satu lapis sel yaitu
sel granulosa. Disekitar sel granulosa terdapat sekelompok sel yaitu sel teka. Sel teka
memproduksi androgen yang oleh sel granulosa di konversi menjadi estrogen. Hormon
steroid dari ovarium bekerja dalam folikel untuk menujang perkembangan oosit dan di luar
ovarium, hormon steroid bekerja pada jaringan target.
  
Pada neonatus, ovarium manusia mengandung sekitar 2 juta oosit . pada saat pubertas tersisa
sekitar 100.000 oosit. Jumlah oosit semakin berkurang selama masa reproduksi akibat proses
mitosis oogonium primitif pada masa janin berhenti dan tidak berlanjut. Saat proses mitosis
berhenti, oosit yang baru terbentuk masuk ke tahap profase dari pembelahan meiosis pertama.
Oosit akan tetap berada pada tahap profase meiosis sampai mereka di stimulasi dan menjadi
matang untuk proses ovulasi atau mengalami degerasi menjadi folikel atresia.

Folikel primer berada dibagian superfisial sehingga memungkinkan untuk terjadinya ovulasi
pada saat folikel sudah matang ( folikel d’graaf ) dimana terdapat area sekeliling oosit yang
disebut zona pellucida

Ovulasi adalah ekspulsi sel telur melalui daerah tipis (stigma ). Setelah pelepasan oosit,
folikel mengempis (collaps)  dan terbentuk corpus luteum
Tuba Uterus

Lumen Tuba Falopii dilapisi epitel kolumnar dengan silia


panjang pada permukaan selnya. Silia bergerak konsisten ke
arah uterus untuk memfasilitasi pergerakan zygote ke dalam
uterus agar mengadakan implantasi pada endometrium.

Uterus

Sebagian besar dinding uterus terdiri dari otot polos yang


dinamakan miometrium. Uterus harus mampu untuk
membesar selama kehamilan. Pembesaran uterus terjadi akibat
hipertrofi sel otot polos miometrium (miosit) dan penambahan
miosit baru dari stem sel yang terdapat dalam jaringan ikat
miometrium.
Rongga uterus dilapisi oleh endometrium. Endometrium
merupakan organ target dan kelenjar endokrin. Dibawah pengaruh produksi siklis hormon
ovarium endometrium mengalami perubahan mikroskopik pada struktur dan fungsi kelenjar.

Selama fase pra ovulasi siklus menstruasi, sel epitel permukaan endometrium mengadakan
proliferasi di bawah pengaruh estrogen. Kelenjar endometrium mengalami proliferasi dan
masuk kedalam lapisan subepitelial atau stroma. Arteri muskular kecil (arteria spiralis )
tumbuh kedlam lapisan basal endometrium.

Setelah ovulasi, suasana hormonal uterus berubah dari dominan estrogen menjadi dominan
progesteron sehingga mitosis epitel kelenjar berhenti. Endometrium pasca ovulasi disebut
endometrium sekretorik.

Pasca ovulasi, sel stroma endometrium membesar dan tampak berbuih yang menadakan
adanya peningkatan metabolisme. Sel-sel tersebut menjadi eosinofilik dan disebut sebagai sel
desidua. Desidualisasi endometrium diawali sekitar arteri spiralis yang kemudian menyebar
dibawah epitel permukaan dan kelenjar saat 10 hari pasca ovulasi.

Jika tidak terjadi kehamilan, produksi progesteron corpus luteum berhenti pada hari ke 13 –
14 pasca ovulasi. Endometrium mengalami nekrosis iskemik dan meluruh sebagai debris
menstruasi.

Bila terjadi kehamilan, masa hidup corpus luteum memanjang dan memperpanjang produksi
progesteron dan desidualisasi stroma berlanjut.

Perubahan histologis dalamk endometrium akiabt pengaruh hormon dapat digunakan untuk
menentukan ovulasi.

Cervix

Cervix uterus merupakan bagian yang menghubungkan vagina dengan tuba uterina melalui os
external canalis cervicalis yang dilapisi oleh membran mucosa yang disebut endocervix.
Bagian ini mengandung mucus yang disekresikan oleh kelenjar tubular yang dilapisi oleh
epitel kolumner dan dipenuhi oleh sel silia.

Servik terutama terdiri dari jaringan ikat.  Struktur ini dilapisi satu lapis epitel kelenjar
penghasil mukus dibagian dalam servik (canalis endoservicalis) dan epitel skuamosa
berlapis pada ektoservik.
Transisi epitel kelenjar dan skuamosa dikenal sebagai zona transformasi yang penting oleh
karena sering mengalami perubahan displastik yang dapat menjadi keganasan.

Vagina

Organ vagina memiliki 3 lapisan yakni lapisan mukosa, muskularis dan adventisia.Lapisan
dalam vagina merupakan saluran yang berlipat-lipat yang disebut rugae vaginae.

Epitel Yang terdapat pada vagina adalah epitel squamosa tidak bertanduk. Setelah masa
pubertas, epitel pada vagina mengalami penebalan dan kaya akan glikogen. Tidak seperti
mamalia lain, epitel vagina pada manusia tidak mengalami perubahan secara signifikan
selama siklus menstruasi. Tapi yang mengalami perubahan hanyalah kadar glikogen yang
meningkat pada masa setelah ovulasi dan berkurang pada saat akhir masa siklus.

Produksi glikogen pada epitel vagina dipengaruhi oleh estrogen. Hormon ini menstimulasi
epitel vagina sehingga dapat memproduksi dan menyimpan glikogen dalam jumlah yang
besar, yang kemudian dilepaskan pada lumen vagina untuk membasahi daerah sekitarnya.
Secara alami, flora normal vagina akan memetabolisme glikogen membentuk asam laktat
yang bertanggung jawab dalam merendahkan suasana pH vagina, terutama saat pertengahan
siklus menstruasi. Suasana asa ini sangat berperan dalam mencegah invasi bakteri patologis.
LI 2 MM Leukorea

LO 2.1 Definisi

 Leukorea adalah sekret berwarna putih dan kental dari vagina dan rongga uterus
(dorland, 2010). Vagina yang normal selalu berada dalam kondisi lembab dan
permukaannya basah oleh cairan/lendir. Sekret diproduksi oleh kelenjar pada leher
rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar bartholin dibibir kemaluan, menyatu
dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta bakteri normal didalam vagina, bersifat
asam.
 Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari
saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah.
Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar
dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata lekore yang sebenarnya adalah
sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya warna sekret bervariasi tergantung
penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang
sering dijumpai dalam ginekologi
Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir
seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit
dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis dan
lebih jarang pada indikasi servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan.
Leukorea penyebab terseringnya ialah 40-50% bakteri vaginosis. Penyebab lainnya
20-25% candidiasis yaitu 80-90% oleh candida albicans dan 15% oleh candida glabiata.
Trichomoniasis 5-20% dari kasus infeksi vagina.
LO 2.2 Etiologi

Leukorea fisiologi umumnya terjadi pada :


 Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, penyebabnya adalah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
 Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
 Wanita dewasa saat dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
peningkatan transudasi dari dinding vagina
 Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
 Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri pada saat menopause.
Leukorea patologis :
Infeksi :
 Bakteri
 Gardnerella Vaginalis
Menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai
bahan dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri batang
gram positif ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas
dan disebut sebagai clue cell. Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang diubah
menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak
berwarna keabu-abuan pH.sekret vagina > 4,5 ( pH normal adalah < 4,5 ).
Secara klinik menurut Amsel (1983), untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial
harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
1) Sekret vagina homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina. Sekret vagina
bakterial vaginosis ini biasanya tipis, putih keabu-abuan, homogen, dan melekat pada dinding
vagina
2) pH vagina > 4,5. pH vagina mudah ditentukan dengan menggunakan kertas
lakmus ( interval 4,0 – 7,0 ). Biasanya pH vagina pada kasus bakterial vaginosis > 4,5
3) Bau amis dari vagina setelah penambahan KOH 10 %.
Whiff test dinyatakan positif: bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan penambahan
KOH 10 % pada sekret vagina. Bau disebabkan pelepasan amin terutama putresin dan
kadaverin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob.
4) Adanya clue cell ( lebih dari 20 % )
Identifikasi clue cell pada preparat basah saline :
- clue cell yang merupakan epitel vagina yang terlepas dimana pada permukaan sel-sel ini
terdapat bintik-bintik keabuan, penuh dengan Gardnerella vaginalis merupakan gejala
patognomonis dari vaginosis bakterial.
- Untuk diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan patokan jumlah clue cell ≥ 20% dari
seluruh jumlah sel epitel vagina per lapangan pandang. Jumlahnya dihitung berdasarkan
jumlah rata-rata dari 5 area pada satu lapang pandang.
- clue cell memiliki tepi yang ireguler dan sitoplasmanya dipenuhi dengan bakteri,
memberikan gambaran granuler.

 Chlamydia trachomatis
Chlamydia merupakan bakteri kokus gram negatif. Chlamydia tidak mempunyai
mekanisme utnuk menghasilkan energi metabolik dan tidak dapat menyintesis ATP. C.
Trachomatis memiliki badan inklusi yang mengandung glikogen. Antigennya yaitu
lipopolisakarida yang stabil pada suhu panas. Chlamydia trachomatis merupakan sferoid
berukuran kecil, tidak aktif secara metabolis, dan mengandung DNA dan RNA serta di sebut
badan elementer.Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis
dan setelah berada didalam berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif yang
bersaing dengan sel penjamu memperebutkan nutrien. Chlamydia trachomatis memiliki
afinitas terhadap epitel uretra, serviks, dan konjungtiva mata. Pada laki-laki
uretritis,epididimitis dan prostatitis adalah manifestasi infeksi tersering. Pada perempuan
yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh uretritis, bartolinitis dan akhirnya penyakit
radang panggul.dapat juga menginfeksi faring dan
rektum orang yang melakukan hubungan seks oral
atau anal reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu
dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan
pneumonia.
 Mobilunkus
Genus ini terdiri dari bakteri motil, berbentuk
lengkung, gram negatif batang anaerob.
 Neisseria gonorrhoeae
Gonokokus adalah bakteri yang umumnya menginfeksi karena kontak seksual.
Biasanya pada wanita mengenai membrane mukosa uretra dan endoserviks, selanjutnya
infeksi akan menyebar ke jaringan yang lainnya. Neisseria gonorrhoeae ini merupakan
bakteri gram negatif, diplokokkus, berdiameter 0,6 – 1,0 μm, koloni berbentuk cembung,
berkilau, sifat mukoid, transparan, tidak berpigmen. Bersifat fakultatif aerobik. Bakteri ini
dapat ditemukan ekstraseluler dan intraseluler dalam leukosit polimorfonuklear ( neutrofil ).
Gonokokus mempunyai koloni kecil yang khas mengandung bakteri yang berpili. Pili
merupakan struktur antigen yang berbentuk seperti rambut menjulur keluar dari permukaan
gonokokus. Struktur ini berfungsi untuk menempel pada sel pejamu dan resisten terhadap
fagositosis.

 Protozoa
 Trichomonas vaginalis
Trichomonas merupakan protozoa yang bergerak dengan flagel. Protozoa ini
berbentuk oval, panjang 4-32 mikrometer dan lebar 2,4-14,4 mikrometer, memiliki flagella
dan undulating membran yang panjangnya hanya setengah panjang tubuhnya. Intinya
berbentuk oval dan terletak di bagian atas tubuhnya, di belakang inti terdapat blepharoblast
sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella. Flagella kelima melekat ke undulating membrane
dan menjuntai ke belakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini. Sitoplasma terdiri
dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang disebut axostyle. Trichomonas
vaginalis tidak memiliki bentuk kista. Perkembang biakannya dengan cara membelah diri.

 Jamur
 Candida albicans
Candida termasuk spora aseksual yaitu spora yang dibentuk dari hifa reproduktif,
termasuk blastospora. Candida albicans bersifat dismorfik yaitu memiliki bentuk kapang (sel-
sel yang memanjang dan bercabang) dan bentuk khamir (sel berbentuk bulat, lonjong atau
memanjang yang berkembang biak dengan membentuk tunas dan koloni yang basah atau
berlendir). Selain ragi dan pseudohifa, juga dapat menghasilkan hifa sejati. Pada medium
agar atau dalam 24 jam pada suhu 37 oC atau suhu ruangan, kandida menghasilkan koloni
lunak berwarna krem dengan bau seperti ragi. Kandidiasis kutan atau mukosa terjadi melalui
peningkatan jumlah kandida lokal dan adanya kerusakan pada kulit atau epitel yang
memungkinkan invasi lokal oleh ragi dan pseudohifa.
sumber : http://www.ppdictionary.com/mycology/albicans.htm

 Virus
 Virus herpes simpleks
Herpes simpleks genitalis dapat ditularkan melalui kontak seksual tetapi tidak dapat
ditularkan melalui udara atau melalui air, misalnya jika seseorang berenang di kolam renang.
Herpes simpleks disebabkan oleh Herpes Virus Hominis atau Herpes Simpleks virus
merupakan salah satu infeksi yang tersering pada manusia .Struktur virus terdiri atas genom
DNA untai ganda linier berbentuk toroid, kapsid, dan selubung. Herpes simpleks termasuk
alfaherpesvirus yaitu virus sitolitik yang tumbuh cepat, cenderung menyebabkan infeksi laten
di neuron. Siklus pertumbuhan HSV berlangsung cepat, selesai dalam waktu 8-16 jam.
Genom HSV besar dan dapat menyandikan 70 polipeptida.
Infeksi dapat berupa kelainan pada daerah orolabial serta daerah genital, dengan
gejala khas adanya vesikel berkelompok di atas dasar yang eritema .Ada 2 tipe mayor
antigenik dimana Herpes Simpleks virus tipe I berhubungan dengan infeksi pada wajah dan
Herpes Simpleks virus tipe II berhubungan dengan infeksi genital. Infeksi herpes genital
primer dapat berat yang berlangsung sekitar 3 minggu. Herpes genital ditandai dengan lesi
vesikuloulseratif pada penis atau serviks, vulva,vagina dan perineum pada perempuan. Lesi
sangat nyeri dan disertai demam, malaise, disuria dan limfadenopati inguinal.

sumber : http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v4/v4c019.html
 Human papilloma virus
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus DNA famili Papovaviridae.
Terdiri dari double strand DNA dan sirkular dengan 5-8 gen dan virus ini tidak
berselubung. Virus ini menginfeksi sel pipih epitelium dan menyebabakn kaedaan
hiperplasia epitel. . Yang paling sering di temukan HPV-16 atau HPV-18, walaupun
beberapa kanker mengandung DNA dari HPV tipe 31 atau tipe 45

 Molluscum contagiosum
Molluscum contagiosum adalah virus yang autoinokulasi (masuknya virus dari
tubuh pasien sendiri) dengan masa tunas 1-4 minggu. Umumnya timbul tumor kulit epitel
berwarna merah muda hingga abu-abu, tanpa gejal, menyebar, dan berukuran kurang dari 1
cm di vulva. Gambaran histologik menunjukan sejumlah badan inklusi dalam sitoplasma sel

Molluscum contagiosum

 Benda asing.
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai
pada waktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri
dapat merangsang pengeluaran cairan vagina yang berlebihan. Jika rangsangan ini
menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang
berada di dalam vagina sehingga timbul leukorea.
 Neoplasma/ keganasan.
Kanker akan menyebabkan leukorea patologis akibat gangguan pertumbuhan sel
normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal
dan mudah rusak, akibat terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh
darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut.
Pada keadaan ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat
terjadinya proses pembusukan dan disertai oleh adanya darah yang tidak segar.
 Keputihan akibat sering dibersihkan
Kebiasaan yang sebetulnya tidak sehat dalam memperlakukan vagina. Terlalu sering
membersihkan vagina dengan bahan dengan bahan antisepsis tidaklah menyehatkan. Kuman
– kuman yang bermukim disekitar saluran vagina ikut terbunuh oleh bahan antisepsis yang
sering digunakan (Handrawan, 2008).
 Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obat imunosupresan seperti kortikosteroid dan penggunaan
antiseptik genital secara berlebihan dapat menurunkan kemampuan imunitas organ genital
dan juga menyebabkan kematian flora normal organ genital. Hal ini menyebabkan mudahnya
terjadi infeksi daerah vagina yang dapat menimbulkan keputihan.

LO 2.3 Patofisiologi dan Patogenesis

Pada keadaan normal, cairan/sekret yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum
menopause terdiri dari sel epitel vagina (terutama yang paling luar/superfisial yang terkelupas
dan dilepaskan ke dalam rongga vagina), beberapa sel darah putih (leukosit), cairan
transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi darri saluran
yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai organisme terutama
Lactobasilus Doderlein (batang gram positif, flora vagina terbanyak); beberapa jenis bakteri
lain kokus seperti Streptokokus dan Stapilokokus, dan Eschericia coli.

Peranan basil doderlein dianggap menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena


basil Doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas
menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3,0-4,5 pada
wanita dalam masa reproduksi. Suasana asam inilah yang mencegah tumbuhnya
mirkoorganisme patologis.
Bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh beberapa
faktor maka terjadi penurunan fungsi basil Doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen
karena fungsi proteksi basil Doderlein berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme
patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina. Progresifitas mikroorganisme
patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem
imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari basil Doderlein sehingga terjadi pengeluaran
lekosit PMN maka terjadilah fluor albus.

Patofisiologi menurut Etiologi

A. Infeksi bakteri
o Gonorea
Gonorea disebabkan oleh invasi di bakteri diplokokus gram-negative, Neisseria gonorrhoeae.
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi berwarna kekuningan yang sebetulnya
merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhoeae
berbentuk pasangan dua-dua pada sitoplasma sel. Bakteri ini melekat dan menghancurkan
membaran epitel yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis
endoserfiks dan uretra. Infeksi ekstragenetalial di faring, anus, rectum, dapat di jumpai pada
wanita dan pria.
Untuk dapat menular harus ada kontak langsung mukosa ke mukosa. Namun tidak semua
yang terpajan gonorea terjadi penyakit. Resiko penularan dari pria ke wanita lebih tinggi
kerena luasnya selaput lendir yang terpajan dan cairan eksudat yang terdiam lama di vagina.
Setelah terinokulasi, infeksi dapat tersebar ke prostat, vas deferent, vesikula seminalis,
epididymis dan testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar skene, kelenjar bartolin,
endometrium, tuba fallopi, merupakan penyebab penyakit radang panggul (PID) yang
merupakan penyebab utama infertilitas pada perempuan.
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan bakterimia
gonokokus. Bakterimia lebih sering terjadi pada perempuan.Perempuan juga beresiko tinggi
mengalami penyebaran infeksi saat haid, penularan perinatal kepada bayi saat lahir melalui os
serviks yang terinfeksi, dapat mneyebabkan konjungtifitis dan akhirnya dan kebutaan pada
bayi apabila tidak di ketahui dan di obati.
Setelah infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae, tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi
dapat terjadi lebih dari satu kali. Angka infeksi tertinggi pada usia muda dengan teringgi
wanita umur 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun dan pada laki-laki yang
berhubungan seks dengan sesama jenis.

o Sifilis
Adalah infeksi yang sangat menular yang di sebabkan oleh bakteri berbentuk spiral,
Treponema pallidum. Kecuali penularan neonates, sifilis hampir selalu di tularkan melalui
kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Namun, spiroketa T.pallidum dapat
menembus sawar plasenta dan menginfeksi neonates.
Spiroketa memperoleh akses melalui kontak langsung antara lesi basah terinfeksi dengan
setiap kerusakan, walaupun mikroskopik di kulit atau mukosa penjamu. Sifilis dapat di
sembuhkan pada tahap-tahap awal infeksi. Tetapi apabila di biarkan penyakit ini dapat
menjadi infeksi yang sistemik dan kronik. Infeksi penyakit sifillis dapat di bagi menjadi ,
sifillis primer, sekunder (sifilis laten, dini dan lanjut) dan tersier. Pada perkembangan
penyakit dapat terlihat kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata.
Bakteri kadang dapat terlihat pada pemeriksaan pap smear, tetapi biasanya bakteri ini
diketahui pada pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram.

o Clamidia trachomatis
Clamidia trachomatis adalah infeksi bakteri menular seksual yang paling banyak di jumpai di
amerika. Bakteri ini terdpat dalam 2 bentuk (dimorfik). Dalam bentuk infeksiosa C.
trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil, tidak aktif secara metabolis dan mengandung
DNA dan RNA sehingga disebut badan elementer (EB). Sferoid-sferoid ini memperoleh
akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah berada di dalam berubah menjadi
organisme yang secara metabolis aktif dan bersaing dengan sel pejamu memperebutkan
nutrient. Organisme ini memicu timbulnya siklus replikasi dan setelah kembali memadat
menjadi EB untuk menginfeksi sel-sel di sekitarnya.
C.trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, servix dan konjungtiva mata. Pada
laki-laki, urethritis, epididymis dan prostatitis adalah infeksi bakteri yang tersering.Pada
perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh urethritis, bartolinitis dan akhirnya
penyakit radang panggul (PID).
C.trachomatisdapat menginfeksi faring, dan rectum orang yang melakukan hubungan seksual
oral atau anal-reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan dan mengalami konjungtivitis
dan pneumonia. Terinfeksi bakteri ini tidak menimbulkan imunitas terhadap infeksi di
kemudian hari.
Kaum muda yang berusia antara 15-19 tahun merupakan 40% kasus klamidia yang di
laporkan. Resiko tertinggi tertularnya bekteri ini adalah wanita karena konsentrasi ejakulat
yang terinfeksi tertahan di vagina sehingga pemajanan memanjang.
Bakteri ini dapat ditemukan pada cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop setelah
diwarnai pewarnaan Giemsa; sulit ditemukan pada pemeriksaan pap smear akibat siklus
hidupnya yang tak mudah dilacak.

o Gardnerella vaginalis
Menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian
dari mikroorganisme normal dalam vagina karena sering ditemukan. Bakteri ini biasanya
mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan siebut dengan clue
cell. Gardnerella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang
menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak warna keabu-abuan.

B. Infeksi virus
o Virus Herpes Simpleks (HSV)
Adalah penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit, selaput lendir dan system
syaraf.Macamnya ada HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 menyerang daerah orofaring, menyebabkan
lesi di wajah, mulut dan bibir.Walaupun virus ini dapat juga menyebabkan harpes genitalis
primer. HSV-2 pterdapat di daerah genital. HSV tidak dapat di sembuhkan.Pada orang yang
imunokompeten.Infeksi biasanya ringan dan swasirna.
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan
di kulit.Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab. HSV mempunyai
kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membrane sel.
Untuk dpat masuk ke dalam sel, tidak memerlukan proses endositosis.
HSV-1 dan HSV-2 menanyebabkan infeksi kronik yang di tandai dengan masa-masa infeksi
aktif dan latensi. Pada infeksi primer aktif, virus menginvasi sel penjamu dan cepat
berkembang biak menghancurkan sel penjamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk
menginfeksi sel-sel di sekitarnya. Dan virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe
regional dan menyebabkan limfadenopati.Tubuh melakukan imunitas seluler dan humoral
yang menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif.
Setelah infeksi awal, timbul masa laten. Selama masa ini, virus masuk ke dalam sel-sel
sensorik yang mensyarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi di sepanjang akson untuk
bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan
sitotosisitas atau gejala pada manusia pejamunya. Virion dapat menular baik, dalam fase aktif
maupun masa laten.
HSV lebih sering di jumpai pada wanita, mungkin karena luas permukaan mukosa saluran
genitalia perempuan yang lebih luas dan terjandinya kerusakan mikro di mukosa selama
hubungan kelamin.Dibandingkan dengan populasi umum, orang yang terinfeksi HIV lebih
rentan terhadap infeksi HSV dan menularkan penyakit ini. Karena infeksi HSV tidak
mengancam jiwa dan sering ringan atau asimtomatik, sehingga banyak orang yang tidak
menyadari akan besarnya penyakit ini.
Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepert melepuh terkena air panas yang kemudian
pecah dan menimbulkan luka seperti borok, dan pasien merasa sakit.

o Virus Papiloma Manusia (HPV)


Adalah suatu pathogen DNA yang menyebabkan timbulnya berbagai tumor jinak, (kutil), dan
beberapa lesi pramaligna dan maligna. Ditandai dengan kutil-kutil yang kadang sangat
banyak dan dapat bersatu membentuk jengger ayam yang berukuran besar. Cairan di vagina
sering berbau tanpa rasa gatal.
Virus ini mampu berikatan dengan beragam sel dan subtype-subtipe tertentu, memperlihatkan
preferensi untuk tempat-tempat anatomis tertentu. Infeksi HPV dapat menyebabkan kanker
serviks, penis dan anus. HPV tipe-6 dan 11 merupakan penyebab utama kutil genital dan
tidak berkaitan dengan keganasan.
HPV sangat menular yang sering terjadi di amerika. Penularan HPV genital hanya semata-
mata melalui hubungan kelamin, walaupun autoinokulasi dan penularan melalui fomite juga
dapat terjadi. Infeksi dapat di tularkan kepada neonates saat persalinan. Factor resiko terbesar
untuk timbulnya HPV adalah jumlah pasangan seks, merokok, pemakaian kontrasepsi oral
(KO) dan kehamilan dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV. Sebagian besar
infeksi HPV akan sembuh dan tidak terdeteksi setelah 2 tahun. Imunitas yang terbentuk
bersifat spesifik-tipe, sehingga individu masih rentan terhadap infeksi oleh HPV tipe lain.

C. Infeksi Jamur
o Candida albicans
C.albicans merupakan spesies penyebab infeksi candida pada genitalia lebih dari 80% yaitu
vaginitis dan vulvovaginitis. Secara ketat, kandidiasis tidak dianggap di tularkan secara
seksual.
Infeksi simtomatik timbul apabila terjadi perubahan pada resistensi pejamu atau flora bakteri
local. Faktor predisposisi pada wanita adalah kehamilan, haid, diabetes mellitus, pada
pemakaian kontrasepsi dan terapi antibiotic. Baju dalan yang ketat, konstriktif dan sintetik,
sehingga menimbulkan lingkungan yang hangat dan lembab untuk kolonisasi dapat
menyebabkan infeksi rekurent.
Pada sebagian perempuan, reaksi hipersensitifitas terhadap produk-produk, misalnya pencuci
vagina, semprotan deodorant dan kertas toilet dapat berperan menimbulkan kolonisasi.
Perempuan umumnya mengalami infeksi akibat salah satu factor diatas sedangkan pada laki-
laki umunya terjangkit infeksi melalui kontak seksual dengan perempuan yang mengidap
kandidiasis vulvovagina. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan suami istri ini
desebut femoma ping pong.

D. Infeksi parasit

o Trikomoniasis Vaginalis
Adalah organisme oral berflagel.Trikomonad mengikat dan akhirnya mematikan sel-sel
pejamu, memicu respon imun humoral dan selular yang tidak bersifat protektif terhadap
infeksi berikutnya.Agar dapat bertahan hidup trikomonad harus berkontak langsung dengan
eritrosit, dan dalam hal ini dapat menjelaskan mengapa perempuan lebih rentan terhadap
infeksi dari pada laki-laki.
T.vaginalis paling subur pada pH antara 4,9-7,5. Keadaan yang meningkatkan pH vagina,
misalnya haid, kehamilan, pemakaina kontrasepsi oral, dan tindakan sering mencuci vagina
merupakan predisposisi timbulnya trikomoniasis.
Bayi perempuan yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat menularkan infeksinya.Bayi
perempuan rentan karena pengaruh hormone ibu pada epitel vagina bayi.
Infeksi T.vaginalis di tularkan hampir secara eksklusif melalui hubungan kelamin. Walaupun
trikomonad di ketahui dapat hidup sampai 45 menit pada fomite, namun cara penularan
melalui fomite ini sangat jarang terjadi.
Walaupun jarang dapat ditularkan melalui perlengkapan mandi seperti hsnduk dan bibir
kloset. Flour albus tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan nyeri ditekan, dan
perih berkemih. Cairan vagina biasanya banyak, berbuih, menyerupai air sabun dan berbau.

E. Benda asing
Menimbulkan rangsangan pengeluaran cairan vagina yang jika berlebihan menimbulkan luka
akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal dalam vagina.

F. Neoplasia/Keganasan
Terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat pembusukansel abnormal,
seringkali disertai darah yang tidak segar.

G. Menopause
Estrogen turun → vagina menjadi kering dan lapisan sel tipis, kadar glikogen berkurang, dan
basil doderlein berkurang → memudahkan infeksi karena lapisan sel epitel tipis, mudah
menimbulkan luka → flour albus

H. Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks terkelupas,
mudah terjadi infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul fluor albus.

I. Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan glukokortikoid
dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin.
Hipotalamus bereaksi mengontrol sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang berhubungan
dengan sekresi hormon peptida termasuk vasopresin, oksitosin, dan Corticotropin Releasing
Factor (CRF). Hormon peptida ini berperan mengatur fungsi imun. Dalam keadaan stres,
sekresi Growth Hormone (GH) juga meningkat, stress yang lama dapat menekan fungsi
gonad. Reseptor spesifik yang terdapat pada neuroendokrin dapat mempengaruhi aktifitas sel.
Sel makrofag yang telah aktif akan melepaskan suatu mediator yaitu interleukin 1 (IL-1).
Mediator ini sangat bermanfaat bagi limfosit lain sehingga dapat membunuh sel-sel asing.

Hubungan
stresor, sistem
saraf, dan sistem
imun

Penelitian dari
Dasgupta (2003) melaporkan
bahwa ada impuls langsung
dari stressor yang mengenai
hipokampus yang diteruskan ke
resptor estrogen di vagina melalu Nerve Pathway khusus sehingga terjadi supresi estrogen
yang berakibat pergeseran pH vagina.
LO 2.4 Manifestasi Klinis

Penyebab Penemuan Klinis Pendekatan Diagnostik*


Anak-anak
Benda asing (biasanya Keluar cairan dari vagina, biasanya Evaluasi Klinis
kertas tissue) dengan bau busuk dan bercak vagina
Infeksi (misalnya, Pruritus, dan cairan vagina (keputihan) Pemeriksaan mikroskopik dari
Candida, cacing dengan eritema dan pembengkakan cairan vagina untuk ragi dan
kremi, streptokokus, vulva, seringkali dengan disuria hifa dan kultur untuk
stafilokokus) Memburuknya pruritus pada malam mengkonfirmasi
hari (menunjukkan infeksi cacing Pemeriksaan vulva dan anus
kremi) untuk cacing kremi.
Signifikan eritema dan edema vulva
dengan discharge (menunjukkan infeksi
streptokokus atau stafilokokus)
Pelecehan seksual Nyeri vulvovagina, vagina berdarah evaluasi klinis
atau cairan vagina berbau busuk Kultur seksual
Seringkali, keluhan medis samar-samar Langkah-langkah untuk
dan nonspesifik (misalnya, kelelahan, memastikan keselamatan anak
nyeri perut) atau perubahan perilaku dan laporan ke pihak yang
(misalnya, amarah) berwenang jika kekerasan
diduga
Wanita usia reproduktif
Vaginosis Bakterial Berbau busuk (amis), discharge vagina Kriteria untuk diagnosis (3
abu-abu tipis dengan pruritus dan iritasi dari 4):
Eritema dan edema tidak biasa  discharge vagina abu-abu
 pH sekresi vagina> 4,5
 Bau amis
 Clue cell terlihat selama
pemeriksaan mikroskopis
Infeksi Kandidiasis Infeksi candida vulva dan iritasi vagina, Evaluasi klinis ditambah
edema, pruritus  pH vagina <4,5
Discharge yang menyerupai keju  Ragi atau hifa
cottage dan melekat pada dinding diidentifikasi pada
vagina. preparat basah atau KOH
Kadang-kadang memburuknya gejala  kadang-kadang kultur
setelah hubungan seksual dan sebelum
mens
Infeksi Trikomonas Cairan kuning-hijau, vagina berbusa, Organisme motil, berbentuk
sering dengan nyeri, eritema, dan buah pir memiliki flagrel,
edema dari vulva dan vagina dilihat selama pemeriksaan
Kadang-kadang disuria dan dispareunia mikroskopis
Kadang-kadang belang-belang, bintik- Uji diagnostik cepat untuk
bintik merah "strawberry" di dinding Trichomonas, jika tersedia
vagina atau serviks
Benda asing Cairan sangat berbau busuk, dan sering Evaluasi klinis
berlimpah, eritema vagina, disuria, dan
kadang-kadang dispareunia
Obyek terlihat selama pemeriksaan
Semua umur
Reaksi Vulvovaginal eritema, edema, pruritus Evaluasi klinis dan hindari
hipersensitifitas (sering intens), keputihan penyebab
Riwayat penggunaan semprotan
kebersihan atau parfum, air mandi
aditif, pengobatan topikal untuk infeksi
kandida, pelembut kain, pemutih, atau
sabun cuci
Inflamasi (misalnya, Keputihan purulen, dispareunia, disuria, Diagnosis eksklusi
radiasi pelvis, iritasi berdasarkan faktor-faktor
ooforektomi, Kadang-kadang pruritus, eritema, nyeri riwayat dan risiko
kemoterapi) † terbakar, perdarahan ringan pH vagina> 6
Jaringan vagina tipis, kering Uji Whiff Negatif
Granulosit dan sel parabasal
dilihat selama pemeriksaan
mikroskopis

Fistula enterik Vagina cairan berbau busuk dengan Visualisasi langsung atau
(komplikasi berlalunya feses dari vagina palpasi fistula di bagian
persalinan, operasi bawah vagina
panggul, atau penyakit
inflamasi usus)
* Jika ada keputihan, pemeriksaan mikroskopis dari preparat basah garam dan preparat KOH
dan kultura bagi organisme menular seksual dilakukan (kecuali satu penyebab tidak menular
seperti alergi atau badan asing jelas)

† kondisi inflamasi seperti ini merupakan penyebab umum vaginitis.

KOH = K hidroksida

Keputihan Fisiologis
 cairan vagina jernih
 tidak berwarna
 tidak gatal
 sekret bisa sedikit atau cukup banyak

Keputihan Patologis
1. Bakteri
a. Chlamydia trachomatis
 sekret serviks mukopulen dan ektopi
 edema
 rapuhnya serviks
b. Gardnerella vaginalis
 banyak sekali discharge berwarna abu-abu
 berbau amis
 rasa gatal atau terbakar biasanya minimal
c. Neisseria gonorheae
 infeksi daerah serviks (pada dewasa)
 vaginitis (pada masa pubertas)
2. Jamur
a. Candida Albicans
 seperti keju lembut, tidak berbau
 pengumpulan eksudat seperti dadih berwarna keputihan dan sebagian agak
melekat pada serviks dan mukosa vagina
 eritema dan edema vulva dan vagina

3. Protozoa
a. Trichomonas vaginalis
 lendir tipis
 warna hijau kuning
 kadang berbusa dan berbau busuk
4. Virus
a. HPV (human papiloma virus)
 lesi papilomatosa yang meninggi
 mudah dilihat pada vulva
 lesi jauh lebih merah pada: diabetes, hamil, kontrasepsi oral, imunosupresi
b. herpes simplex virus
 leukore disertai dengan demam, malaise, anorexia
 nyeri pada genitalia
 disuria
 perdarahan pervaginaan

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu
tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian
besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:

- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

- Sekret vagina yang bertambah banyak

- Rasa panas saat kencing

- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Vaginosis bacterial

Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk
atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual.

Trikomoniasis

Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis.

Kandidiasis

Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar
kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius

Infeksi klamidia

Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing
dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal

LO 2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Anamnesis
Tanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB, kontak seksual,
perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan
obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.

Pemeriksaan Fisik dan Genital


Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan palpasi
genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual
pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.

Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH. Keadaan
pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis.Tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga
dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas
objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan
diperiksa dibawah mikroskop. Trichoma vaginalis atau clue cells ( sel epitel dengan batas
yang gelap oleh bakteri kecil ), biasanya mudah diindentifikasi pada preparat saline yang
mana merupakan karakteristik dari vaginosis bakteri. Leukosit yang meningkat tanpa
trikomonas atau ragi biasanya mengarahkan terjadinya cervisitis. Sel ragi atau pseudohyphae
dari candida lebih mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih
sensitif dibandingpemeriksaanmikroskopik.

Pemeriksaan Vaginosis Bakterial:


Gejala klinik saja tidak cukup untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial. Disarankan
diagnosis berdasarkanadanya 3 dari 4 tanda berikut
 Pemeriksaan inspekulo didapatkan sekret vagina pada BV berwarnaputih,
melekatpadadinding vagina, jumlahnyameningkatsedikit dan homogen.
 PHcairan vagina ≥4,5
 Uji whiff positif adanya fishy odor daricairan vagina yang ditetesi KOH 10%-20%
 Padapemeriksaanmikroskopikditemukan Clue Cells pada usapan basah (>20%). Sel
clue ialah sel epitel vagina dengan kerumunan bakteri menempel pada membran sel.
Tampak juga sel radang atau laktobasili
PemeriksaanTrikomoniasis:

 Pemeriksaan organisme penyebab dengan spesimen yang diambil dari vagina fornik
anterior dan posterior menggunakan lidi kapas, lalu diletakkan di objek glass yang
ditetesi garam fisiologis (NaCl 0.9%)  tampak protozoon fusiformis uniseluler yang
sedikit lebih besar dibandingkan sel leukosit (mempunyai flagel dan dapat dilihat
gerakannya) dan terdapat banyak sel radang
 Cairan vagina pH 5.0-7.0
 Pasien yang terinfeksi tapi tidak ada keluhan mungkin diketahui terinfeksi dengan
diketemukannnya Trichomonas pada PAP smear
 Rapid Strip Test misalnyaXenostrip-Tv test.
 Kultur diamonddengan media Feinberg-Whittington sebagaistandarbaku (gold
standard).

Pemeriksaan Kandida Vulvovaginalis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan gejala klinis. Selain itu dilakukan
pemeriksaan mikroskopis sekre vagina sebagai berikut :
 Pewarnaan gram atau sediaan basah( saline / KOH 10 % ) terhadap hapusan dari
dinding vulva / vagina memperlihatkaan sel budding yeast (kuncup) dan pseudohifa.
 KOH (-) tidak mengenyampingkan infeksi,px dapat dinilai dari gambaran klinis dan
kultur. KOH 10%-20% menyebabkan lisis eritrosit dan leukosit sehingga
mempermudah deteksi jamur
 Pemeriksaan gram bentukragi Candida bersifat gram positif.
 Pemeriksaan pH vagina 4 - 4,5
 Kultur(biakan)pada media Sabouraud dapat diperoleh hasil 24-72 jam

Kriteria SINDROMA
Diagnostik Normal Vaginosis Bakterialis Vaginosis Trikomonas Vulvovaginitis
Candida
pH vagina 3.8-4.2 >4.5 >4.5 >4.5
Cairan Putih,jernih,halu Tipis,homogen,putih Kuning- Putih,seperti
Vagina s abu- hijau,berbuih keju,kadang-kadang
abu,lengket,seringkal ,lengket,tambah tambah banyak
i tambah banyak banyak
Bau amis - Ada Mungkin ada Tidak ada
(KOH)
Uji Whiff
Keluhan - Keputihan,bau busuk Keputihan,berbuih,bau Gatal/panas,keputihan
utama (mungkin tambah busuk,pruritus
pasien tidak enak setelah vulva,disuria
koitus),kemungkinan
gatal
Mikroskopi Laktobasili,sel- Sel-sel clue dengan Trikomonas leukosit Kuncup
k sel epitel. bakteri kokoid yang >10 lapangan pandang jamur,hife,pseudoifa
1 laktobasili melekat,tidak ada kuat (preparat basah KOH)
2 epitel leukosit 4 trikomonas 6 kuncup jamur
3 sel clue 5 leukosit 7 pseudohife

Neisseria gonorrhoeae
Biasainya menyerang saluran urogenitalis (karena epitel yang selapis toraks)
.Keputihandisebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dari endocervicitis adalah purulen, tipis
dan agak bau. Dengan keluhan tambahn fluor albus,infeksi ada beberapa kali disertai dengan
keluhan disuria, dispareunia dan bawah perut nyeri, demam, mual dan muntah.
Chlamydia trachomatis
Keputihan disebabkan oleh Chlamydiatrachomatis ditandai dengan purulen atau eksudat
mukopurulen terlihat di endoserviks dan serviks rapuh dan berdarah mudah menjadi
pendarahan postcoitus atau perdarahan intermenstruasi.
Herpes genital
Disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang mengakibatkan ulkus genital. Gejalan
klinis dapat sistemik atau lokal (gatal dan panas lokal). Pasien mengalami sindroma
menyerupai virus (demam,rasa tak enak badan,parestesia vulva dan pembentukan vesikula).
Vesikula banyak dapat menyebabkan ulkus dangkal,nyeri dan dapat bergabung jadi satu
Sifilis
Diakibatkan Treponema pallidum,dibagi menjadi beberapa macam
- Sifilis primer : ulkus keras dan tidak nyeri,soliter dan timbul di vulva,vagina dan
serviks. Dapat terjadi ulkus ekstragenital
- Sifilis sekunder : sistemik yaitu ruam makulopapular di telapak tangan dan kaki,bercak
mukosa dan kondiloma lata,lesi putih abu-abu yang meninggi dan besar. Tidak nyeri
dan adenopati
- Sifilis tersier : mengenai CVS,CNS dan muskuloskeletal

Uretoritis nonspesifik
Manifestasi klinis pada wanita sering tidak khas, asimptomatis atau sangat ringan.
Jika ada, keluhan berupa fluor albus kekuninhan ( mukopurulen ). Klamidiosis sering
ditemukan pada wanita dengan pasangan seksual yang menderita uretrotis nonspesifik. Pada
pemeriksaan klinis dapat ditemukan eksudat serviks mukopurulen, atau erosi serviks.

Protokol Penanganan Leukorrhea di Bagian Obgyn RSHS/FKUP


LEKORE

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN SPEKULUM DAN


PEMERIKSAAN DALAM

ENCER, PUTIH BERNANAH, KELOMPOK


BERBUSA, KENTAL, SUSU
SERVIKS KHUSUS
BERBAU, BASI, PURULENT PUTIH-ABU
KUNING YOGHURT
KEHIJAUAN
SUSPEK:
SUSPEK:
SUSPEK: GONORE
TRIKOMONIASIS KANDIDIASIS KLAMIDIASIS
VAGINOSIS
BAKTERI

LABORATORIUM: MIKROSKOPIK PREPARAT BASAH


NaCl 0,9%-----KOH-----PENGECATAN GRAM
PEMERIKSAAN TAMBAHAN: TES PAP, BIAKAN, SEROLOGIS

PENGOBATAN: -PASIEN DAN PASANGANNYA


-PENYULUHAN DAN KONSELING

KUNJUNGAN ULANG 7-14 HARI KEMUDIAN

LEKORE MASIH ADA


Pikirkan:cara pengobatan
LEKORE TIDAK ADA
reinfeksi, sebab lain

Diagnosis Banding
 Ca Cervix
 infeksi Chlamydia
 atropik vaginitis
 gonorrhea
LO 2.6 Tatalaksana

Apabila keputihan yang dialami adalah yang fisiologik tidak perlu pengobatan, cukup
hanya menjaga kebersihan pada bagian kemaluan.Apabila keputihan yang patologik,
sebaiknya segera memeriksakan kedokter, tujuannya menentukan letak bagian yang sakit dan
dari mana keputihan itu berasal. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu
akan lebih memperjelas. Kemudian merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang
ditemukan.Keputihan yang patologik yang paling sering dijumpai yaitu keputihan yang
disebabkan Vaginitis, Candidiasis, dan Trichomoniasis.Penatalaksanaan yang adekuat dengan
menggabungkan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi.
Tujuan pengobatan:
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabrnya
- Mencegah terjadinya infeksi ulang- Pasangan diikutkan dalam pengobatan
a. Terapi farmakologi
Antiseptik :
 Povidone Iodin
Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan
alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi yang disebabkan
jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai pembersih.
Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau sensitif
pemakaian harus dihentikan.
Anti biotik
 Clotrimazole
Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis
yang disebabkan oleh Candida albicans.
Efek samping: pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal dan
urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali
sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.
 Tinidazole
Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas infeksi
Protozoa, Amuba.
Efek samping : obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu
minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa
dikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah
vaginal tablet.

 Metronidazole
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg
3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis.
Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual. Untuk
infeksi Gardnerella vaginalis
Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi terhadap
alkohol.
Kontra indikasi : pada trimester pertama kehamilan.
 Nimorazole
Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam
sediaan tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya
(Chloramphenicol dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.
 Penisilin
1. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan
dalam saluran cerna
2. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat
makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin terhadap
susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis besar
Sediaan dan posologi :
Ampisilin :
- Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial
Amoksisilin :
Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan sirup125mg/5mL dosis
diberikan 3 kali 250-500 mg sehari
Anti jamur :
 Nystatin
Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap
obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi dengan
sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk digunakan sebagai obat
pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus hati-hati jangan digunakan pada
luka terbuka.

Anti Virus :
 Asiklovir
Bekerja menghambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan
krim untuk mengobati herpes dilabia.
Efek samping :
Oral : pusing, mual, diare,sakit kepala
Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu hamil.
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
Sistemik
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

2. Chlamidia trachomatis
Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3. Gardnerella vaginalis
Metronidazole 2 x 500 mg
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Neisseria gonorhoeae
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
Amoksisiklin 3 gr im
Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Kanamisin 2 gram im
Ofloksasin 400 mg/oral

5. Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase


Seftriaxon 250 mg im atau
Spektinomisin 2 mg im atau
Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
6. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
b. Terapi Nonfarmakologi
1) Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di
lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga
kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari
katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005). Keputihan bisa
ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu
sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.
2) Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat membantu
penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau
produk panty liner harus betul-betul steril.Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan.
Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas
bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty
liner atau tisu basah tersebut sudah terkontaminasi.Memperhatikan kebersihan setelah
buang air besar atau kecil.Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk
khusus.Alat kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.
3) Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan.Tidak jarang keputihan yang
mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di laboratorium gagal menunjukkan
infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi hasilnya negatif namun masalah atau
keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena
gangguan fsikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yangburuk, atau beberapa
masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan
yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi.Selain itu perlu dukungan keluarga agar
tidak terjadi depresi.

LO 2.7 Komplikasi

Infertilitas/masalah kesuburan atau gangguan haid dan penyakit radang panggul,


pelvic inflamatori disease, eczema dan condylomata acuminata sekitar vulva, vulvovaginitis,
uretritis, pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi prematur, gangguan perkembangan dan
berat badan lahir rendah (BBLR) terutama akibat bacterial vaginosis dan infeksi
Trichomonas, serta dapat memfasilitasi terjadinya HIV.
Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga terjadi
penyakit yang dikenal dengan radang panggul.
Komplikasi jangka panjang yang lebih mengerikan, yaitu kemungkinan wanita
tersebut akan mandul akibat rusak dan lengketnya organ-organ dalam kemaluan terutama
tuba falopi dan juga dapat menyebabkan infertilitas. Komplikasi juga dapat terdapat pada pria
yaitu komplikasi non spesifikndapat menjalar ke prostat dan menimbulkan infeksi buah zakar
dan saluran kemih.
Terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut harus disedot
keluar karena tidak dapat disembukan dengan obat. Komplikasi pada wanitasering
menimbulkan radang saluran telur. Infeksi nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan
maupun gejala

LO 2.8 Prognosis

Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap


pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan
kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif
• Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata – rata 70 – 80% dengan regimen
pengobatan
• Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %
• Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata – rata 95 %

LO 2.9 Pencegahan

Tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan . Hindari promiskuitas atau gunakankondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yangmenyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina .Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang- barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

LI 3 MM Pemeriksaan Pap Smear

Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya
perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal
keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).

Manfaat Pap Smear


Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker
dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium,
keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat
kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi,
menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil
muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan
jamur.

Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear


American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya
memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear dilakukan
setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal
sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko
tinggi harus melakukan tes setiap tahun. Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi.
Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid
terakhir. Pada pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai
pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau
menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan hubungan
seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear (Bhambhani, 1996).

Prosedur Pemeriksaan Pap Smear


Menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005), dan Rasjidi (2008), prosedur
pemeriksaan Pap Smear adalah:
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek), spatula
Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks
uterus, dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12
dan diputar 360˚ searah jarum jam.
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda
dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi
anatomi.

Alat yang dibutuhkan:

 Formulir konsultasi sitologi


 Spatula Ayre yang dimodifikasi atau cytobrush
 Kaca benda atau gelas objek yang pada satu sisinya telah diberikan label
 Speculum cocor bebek kering
 Tabung berisi larutan fiksasi sediaan di kaca benda yaitu alkohol 95%

Cara pengambilan sediaan


 Tuliskanlah data klinis pasien yang jelas pada lembar pemintaan konsultasi
 Pasang speculum cocor bebek agar dapat melihat kedalam vagina sehingga tampak
terlihat serviks
 Spatula dengan ujung pendek diusap 360 derajat pada permukaan serviks
 Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pinsil gelas
pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar
tidak terjadi kerusakan sel.
 Spatula Ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai
sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap 360 derajat pada permukaan
endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah bagian sisanya.
 Masukan dalam larutan fiksasi alhokol 95%, lalu dikeringkan.

Interpretasi Hasil Pap Smear


Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear, sistem
Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:
a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.
c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.
d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
e. Kelas V : keganasan.

Menurut sistem CIN pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari
sepertiga lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan
sampai ke basement membrane dari epitelium.

Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui beberapa
kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda
2001 adalah sebagai berikut (Marquardt, 2002):
1. Sel skuamosa
a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
d. Squamous Cells Carcinoma

2. Sel glandular
a. Atypical Endocervical Cells
b. Atypical Endometrial Cells
c. Atypical Glandular Cells
d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ
e. Adenokarsinoma Endoserviks
f. Adenokarsinoma Endometrium
g. Adenokarsinoma Ekstrauterin
h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

Alasan Harus melakukan Pap smear : 

 Menikah pada usia muda (dibawah 20 tahun)


 Pernah melakukan senggama sebelum usia 20 tahun
 Pernah melahirkan lebih dari 3 kali
 Pemakaian alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun, terutama IUD atau kontrsepsi hormonal
 Mengalami perdarahan setiap hubungan seksual
 Mengalami keputihan atau gatal pada vagina
 Sudah menopause dan mengeluarkan darah pervagina
 Berganti-ganti pasangan dalam senggama

Persiapan PAP'smear :

1. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi


dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.
2. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita
3. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
4. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam
24 jam sebelumnya.
5. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
6. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan,
karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel.
(Republika. C, 2007).
Alur Penatalaksanaan Hasil Pap Smear

LI 4 MM Thaharah dalam Keputihan

Keputihan ini umum dialami oleh wanita. Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan, suatu
ketika ada beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah radhiallahu‘anha
tentang batasan berakhirnya haidh. Beliau menjawab :

َ ‫صةَ ْالبَي‬
‫ْضا َء‬ َّ َ‫ْج ْلنَ َحتَّى ت ََر ْينَ ْالق‬
َ ‫اَل تَع‬

“Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat cairan
putih”
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan putih
sebagaimana di sebut hadits di atas menjadi salah satu tanda akhir masa haidh.
Selain jenis keputihan di atas, ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan tidak
normal, yang umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi.Akibatnya,
timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi
kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket, berbau tidak sedap, terasa
sangat gatal atau panas.Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan
cairan putih kekuningan (sufrah ‫ )صفرة‬atau cairan putih kekeruhan (kudrah ‫)كدرة‬. Terkait
dengan kedua hal ini, di kitab shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu
‘Athiyyah radhiallahu‘anhaberkata

‫ُكنَّا اَل نَ ُع ُّد ْال ُك ْد َرةَ َوالصُّ ْف َرةَ َشيْئ‬


“Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan)
sama dengan haidh”

Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan :

1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang
mengalami menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai
kewajibanmelaksanakan shalat dan puasa, serta tidak wajib mandi.

2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh
karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak
(cebok), dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih
dahulu.

Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang


mengalaminya dihukumi dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib
melaksanakan shalat walaupun salah satu syarat sahnya shalat tidak terpenuhi, yakni
sucinya badan dan pakaian dari najis. Menurut ulama Syafi’iyah, ketentuan tersebut bisa
dilaksanakan dengan syarat diawali dengan proses membersihkan, istinjak, wudhu dan
kemudian shalat dilakukan secara simultan setelah waktu shalat masuk.

Anda mungkin juga menyukai