Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

CA VULVA

I. KONSEP TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian
yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga
pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum
1. Alat reproduksi wanita bagian luar

Sumber : https://bocahradiography.files.wordpress.com/2012/05/genetelia-eksterna.jpg

a. Mons veneris / Mons pubis. Disebut juga gunung venus merupakan


bagian yang menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut
yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora). Merupakan kelanjutan dari mons
veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3
cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini

1
dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri
dari:
1) Bagian luar. Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan
dari rambut pada mons veneris.
2) Bagian dalam. Tanpa rambut merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak).
c. Bibir kecil (labia minora). Merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa
rambut yang memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris. Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang
bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
e. Vestibulum. Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk
seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris
dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
panas, dan friksi.
f. Perinium. Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan
perinium.
g. Kelenjar Bartholin Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina
yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks
pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara). Merupakan jaringan yang menutupi lubang
vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang

2
sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan
darah saat menstruasi.
i. Fourchette. Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia
minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu
cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette
dan himen.
2. Alat reproduksi wanita bagian dalam

Sumber : https://bocahradiography.files.wordpress.com/2012/05/genetalia-interna.jpg

a. Vagina. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan
panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada

3
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol
serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam
vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi
empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik
sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran
untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan
seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus. Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang
terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus
normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding
belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan
bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk
mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia
wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm,
dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu
peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

4
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti Kapmelengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum
uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga
saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan
demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan
kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir
serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen
bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot
rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot
dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalah
ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum
infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum. Merupakan lipatan peritoneum kanan dan
kiri uterus meluas sampai ke dinding panggul. Ruang antara
kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter. Ligamentum latum seolah-
olah tergantung pada tuba fallopi
b) Ligamentum rotundum (teres uteri). Mulai sedikit kaudal dari
insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai labia

5
mayus. Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya
menahan uterus dalam posisi antefleksi
c) Ligamentum infundibulo pelvikum. Terbentang dari
infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul.
Menggantung uterus ke dinding panggul. Antara tuba fallopi
dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
d) Ligamentum kardinale machenrod. Dari serviks setinggi
osteum uteri internum menuju panggul. Menghalangi
pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri. Tempat masuknya
pembuluh darah menuju uterus
e) Ligamentum sacro uterinum. Merupakan penebalan dari
ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum
f) Ligamentum vesika uterinum. Dari uterus menuju ke kandung
kemih. Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga
dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan
persalinan
5) Pembuluh darah uterus
Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di
dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus
ovarika.
6) Susunan saraf uterus. Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan
dikendalikan oleh saraf. simpatis dan parasimpatis melalui ganglion
servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan ligamentum
sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi. Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang
antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum
latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada
dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba

6
terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan
epitel bersilia. Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk s.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan
folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon hormon
steroid. Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.

B. DEFINISI
Kanker primer vulva mewakili 3% sampai 5% dari semua malignansi
ginekologi dan tampak hampir selalu pada wanita pascamenopause meski
angka kejadiannya pada wanita yang lebih muda meningkat. (Smeltzer,2002).
Karsinoma vulva adalah penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker genetalia
primer pada perempuan. (Price,2005).
Kanker vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area
vulva yang menyerang wanita berusia berkisar antara 50 70 tahun, umum
ditemukan pada penderita golongan social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat,
1997).

7
Kanker Vulva adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kanker
pada genitalia bagian luar wanita termasuk labia (bibir di sekeliling lubang
vagina), klitoris (jaringan kecil di atas lubang keluar vagina) dan bagian luar
dari vagina.
Klasifikasi
1. Kanker Vulva Epidermoid
Kanker epidermoid paling sering mengenai separuh anterior vulva
dan timbul di labia (mayor dan minor) pada 65 % pasien, dan di
klitoris pada 25 % pasien. Lebih dari sepertiga tumor terletak di garis
tengah atau bilateral. Tidak ada hubungan positif antara kekerapan
metastasis dengan tampilan umum tumor yang berbentuk eksofitik
(menyerupai kembang kol), lesi ulseratif, atau tumor merah seperti
beludru. Penentu utama metastasis dan hasil berikutnya adalah ukuran
tumor. Namun derajat histology berhubungan dengan kemungkinan
metastasis jika tumor berukuran < 2 cm.
Karsinoma Epidermoid vulva derajat I yang khas tersusun atas sel
sel lancip atau berduri sengan diferensiasi baik, banyak yang
membentuk mutiara keratin. Kadang kadang terlihat mitosis. Sel
sel ganas menginvasi jaringan sub epitel, leukosit dan limfosit
menginfiltrasi stroma dan jaringan berbatasan langsung dengan tumor.
Kanker epidermoid derajat II dan III tersusun atas sel sel dengan
diferensiasi semakin buruk. Karsinoma verukosa, suatu varian kanker
epidermoid secara umum menyerupai kondiloma akuminata.
Penyebaran local umum terjadi, tetapi metastasis limfatik pada pasien
usia lajut jarang terjadi.
2. Melanoma Maligna
Melanoma Maligna, meliputi 6 11 % dari seluruh kanker vulva,
merupakan tipe kanker vulva paling umum nomor dua. Melanoma
merupakan keganasan yang sangat agresif, biasanya berasal dari nevi
berpigmen pada vulva. Melanoma terutama menyerang wanita kulit
putih pascamenopause. Melanoma Maligna paling sering mengenai
labia minor atau klitoris. Biasanya melanoma maligna berupa lesi
tunggal, meninggi, tidak ada nyeri tekan, dengan hiperpigmentasi dan
ulserasi yang mudah berdarah. Semua Melanoma Maligna cepat

8
menyebar melalui system vena. Juga sering terjadi kekambuhan
setempat. Pengobatan serupa dengan pengobatan serupa dengan
pengobatan karsinoma sel skuamosa.
3. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma Sel Basal adalah lesi ulseratif yang terdiri atas sel ganas
basofilik, bulat, kecil berasal dari lapisan epidermis paling dalam. Sel
sel ini tersusun dalam kelompok yang tidak beraturan dan
seringkalai menembus jaringan penghubung yang mendasari. Kadang
kadang terlihat mitosis, tetapi tidak ada keratinisasi,. Tidak seperti
karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi, metastasis karsinoma sel
basal jarang dan lambat. Namun kekambuhan setempat umum terjadi.
Karsinoma sel basal mencakup 2 % - 3 % kanker vulva, dan hamper
selalu muncul pada kulit labia mayor. Pengobatan biasanya dengan
eksisi luas local karena tumor belum metastasis. Namun kira kira 20
% mengalami kekambuhan. Satu pengecualian terapi ini adalah tumor
tipe sel skuamose-basal yang memerlukan pengobatan serupa dengan
karsinoma sel skuamosa invasif.
4. Karsinoma Kelenjar Bartolini
Meskipun angka kesembuhan Karsinoma Kelenjar Bartolini dan
karsinoma sel skuamosa sama, untuk semua stadium, ada dua faktor
yang membuat karsinoma kelenjar bartolin lebih berbahaya. Biasanya
diagnosis kanker kelenjar Bartolin terlambat karena letaknya yang
agak lebih sulit dicapai dibanding kanker serviks, dan mungkin diduga
sebagai kista bartolin. Disamping itu, karena tumor mempunyai jalan
masuk ke saluran limfa yang mengalir ke rectum, mereka dapat
metastasis langsung ke nodus limfatikus pelvis dalam. Namun terapi
karsinoma kelenjar bartolin serupa dengan karsinoma sel skuamosa.
5. Sarkoma Vuva
Mencakup < 2 % kanker vulva. Kanker sel stroma yang paling
umum adalah leimiosarkoma dan histiositoma fibrosa.
Adenokarsinoma vulva (kecuali yang berasal dari bartolin) sangat
jarang. Metastasis kanker ke vulva dapat berasal dari tumor traktus
genitalis lain atau dari ginjal atau uretra.
(Ralph C.Benson)
Adapun klasifikasi dari kanker vulva (Price, 2005) adalah :

9
1. Karsinoma in situ (karsinoma dengan lesi intraepitel vulva)
2. Karsinoma vulva invasif
Menurut sistem FIGO, kanker vulva dapat dibedakan menurut stadium
yaitu:
STADIUM MANIFESTASI
0 Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
I Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum (daerah
antara rektum dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm
atau kurang dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai kedalaman
kurang dari 1 mm
IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1
mm
II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan
ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke
kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum serta
telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra,
vagina, anus) dan / atau telah menyebar ke kelenjar getah
bening selangkangan terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke
uretra bagian atas, kandung kemih, rektum atau tulang
panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah bening kiri
dan kanan
IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam
panggul dan / atau ke organ tubuh yang jauh.

C. ETIOLOGI
Tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya faktor iritasi ekstern
dan kronik atau pada kasus-kasus seperti:
1. Penyakit kelamin (granuloma inguinal) yang menyebabkan vulvitis kronik.
2. Lesi-lesi kronik menimbulkan gatal, kadang-kadang multifokal dari vulva
(leukoplakia dan kraurosis).
Faktor resiko terjadinya kanker vulva:
1. Usia

10
Sekitar 50% penderita karsinoma skuamosa adalah wanita berusia 60
tahun keatas.
Sebagian besar kasus kanker vagina ditemukan pada wanita yang berusia
50-70 tahun.
2. DES (dietilstilbestrol)
DES adalah suatu obat hormonal yang banyak digunakan pada tahun
1940-1970 untuk mencegah keguguran pada wanita hamil.
Sebanyak 1 diantar 1000 wanita yang ibunya mengkonsumsi DES,
menderita adenokarsinoma sel bersih pada vagina maupun serviks. Resiko
tertinggi terjadi jika ibu mengkonsumsi DES pada usia kehamilan 16
minggu.
3. Adenosis vagina
Dalam keadaan normal vagina dilapisi oleh sel gepeng yang disebut sel
skuamosa.
Pada sekitar 40% wanita yang telah mengalami menstruasi, pada vagina
bisa ditemukan daerah-daerah tertentu yang dilapisi oleh sel-sel yang
serupa dengan sel-sel yang ditemukan di dalam kelenjar rahim bagian
bawah dan lapisan rahim. Keadaan ini disebut adenosis.
Hal tersebut terjadi pada hampir semua wanita yang terpapar oleh DES
selama perkembangan janin.
4. Infeksi HPV (human papiloma virus)
HPV adalah virus penyebab kutil kelamin yang ditularkan melalui
hubungan seksual.

5. Hubungan seksual pertama pada usia dini


6. Berganti-ganti pasangan
7. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sering berganti-ganti
pasangan
8. Kanker serviks
9. Iritasi vagina
10. Merokok.

D. MANIFESTASI KLINIS

Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan


ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang terbentuk
bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut

11
disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan
yang encer.
Gejala lain dari kanker vulva adalah :
1. Pruritus lama (gejala utama kanker vulva)
2. Perdarahan
3. Rabas berbau busuk
4. Nyeri juga terkadang dapat timbul
5. Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian dapat
ditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan menjadi keras,
mengalami ulserasi seperti bunga kol.
Bagian yang paling sering terkena karsinoma adalah labia, dimana labia
mayora tiga kali lebih sering terkena daripada labia minora dan klitoris.
Gambaran keseluruhan lesi kanker vulva adalah datar atau timbul dan
berbentuk makulopapular atau verukosa. Lesi dapat hiperpigmentasi (coklat),
merah atau putih.
E. EPIDEMIOLOGI

Usia rata rata perempuan dengan karsinoma in situ adalah 44 tahun;


untuk karsinoma mikroinvasif adalah 58 tahun dan untuk karsinoma invasif
yang sebenarnya adalah 61 tahun. (Price, 2005:1299). Wanita kulit putih lebih
banyak yang terserang dibanding wanita nonkulit putih. Karsinoma sel
skuamosa menyebabkan sebagian besar tumor vulva. Angka kejadiannya lebih
tinggi pada wanita hipertensi, obesitas dan diabetes. (Smeltzer, 2002: 1565).
Karsinoma vulva jarang ditemukan pada golongan umur < 45 tahun dan jauh
lebih jarang lagi pada wanita hamil. Umumnya ditemukanpada golongan social
ekonomi rendah dengan hygiene seksual yang kurang mendapat perhatian,
obesitas, dan hipertensi (>50%). Paritas dan suku/ ras tidak mempunyai peran.
Iritasi menahun seperti pada limfogranuloma inguinale, kondiloma akuminata,
kondiloma lata, kondisi distrophia kulit vulva seperti pada lichen sclerosus et
atrophicus, leukoplakia, dan kraurosis diduga sebagai pemicu timbulnya
karsinoma vulva (lesi pra-neoplastik). (Sarwono Prawirohardjo, 2008: 367)

F. PATOFISIOLOGI

1. Narasi

12
Lesi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif (ulcero-
granulating) atau sebagai tumbuhan eksofitik (wart/ kutil) dengan tempat
predileksi terutama di labia mayora, labia minora, klitoris, dan komisura
posterior. Lesi bilateral tidaklah jarang, bahkan kedua labia mayora dapat
simetris terkena (kissing). Histologik lebih dari 80 % adalah epidermoid
dengan diferensiasi baik, sedang sisanya yang 10 % karsinoma basoselulare,
adenokarsinoma, fibrosarkoma, atau miosarkoma, tumor campuran
(silindroma dan melanoblastoma) yang merupakan 1 2 % dari semua
karsinoma vulva. (Sarwono, 2008: 368)

2. Pathway

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan. Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan:
Kolposkopi (pemeriksaan dinding vagina dengan bantuan kaca
pembesar)
Biopsi (pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan vagina).
2. Staging
Staging merupakan proses penentuan penyebaran kanker, yang
penting dilakukan untuk menentukan jenis pengobatan dan prognosis
penyakit. Penilaian penyebaran kanker vagina melibatkan beberapa
pemeriksaan berikut:
Pemeriksaan fisik menyeluruh
Pielogram intravena
Barium enema
Rontgen dada
Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
CT scan
Skening tulang.

13
I. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan :
a. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
b. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.
Keadaan prekanker bisa ditemukan dengan menjalani
pemeriksaan sistem reproduksi secara teratur dan memeriksakan
setiap ruam, tahi lalat, benjolan atau kelainan vulva lainnya yang
sifatnya menetap. Pengobatan NIV bisa mencegah sejumlah kasus
kanker invasif. Melanoma bisa dicegah dengan mengangkat tahi
lalat atipik.
Setiap wanita hendaknya mewaspadai setiap perubahan yang
terjadi pada kulit vulva dengan melakukan pemeriksaan sendiri
(dengan bantuan sebuah cermin) setiap bulan.
2. Pengobatan
a. Pengobatan untuk keadaan prekanker (NIVA)
- Untuk menentukan lokasi NIVA yang pasti, dilakukan
pemeriksaan kolposkopi. Untuk memperkuat diagnosis
dilakukan biopsi. Pilihan pengobatan untuk NIVA:
- Bedah laser untuk menguapkan jaringan yang abnormal.
- LEEP (loop electroexcision procedure) : digunakan kauter
panas untuk membuang lesi pada vagina. Efektif untuk lesi
yang kecil.
- Kemoterapi topikal : digunakan kemoterapi
(5FU/fluorouracil) yang dioleskan langsung ke vagina
setiap malam selama 1-2 minggu atau setiap minggu selama
10 minggu. Obat ini bisa menyebabkan iritasi vagina dan
vulva.
- NIVA tingkat rendah seringkali menghilang dengan
sendirinya, karena itu pengobatan biasanya hanya
dilakukan pada NIVA tingkat menengah atau tinggi.
b. Pengobatan untuk kanker vagina
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:
1) Pembedahan
Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan
sejumlah jaringan normal di sekitar kanker
Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker
dan sejumlah besar jaringan normal di sekitar kanker,

14
mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar
getah bening
Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk
mengangkat sel-sel kanker
Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit
vulva yang mengandung kanker
Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh
vulva
Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian
vulva
Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh
vulva dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar
keluar vulva dan organ wanita lainnya, maka dilakukan
pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon,
rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan
pengangkatan leher rahim, rahim dan vagina. Untuk
membuat vulva atau vagina buatan setelah
pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian
tubuh lainnya dan bedah plastik.
2) Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar
berenergi tinggi lainnya utnuk membunuh sel-sel kanker dan
memperkecil ukuran tumor. Pada radiasi eksternal digunakan
suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada
radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu
kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan
radioaktif.
3) Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh
sel-sel kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau
suntikan (melalui pembuluh darah atau otot). Kemoterapi
merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam
aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa
membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh.

15
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan
jenis penyakit serta usia dan keadaan umum penderita.
a) Kanker vulva stadium 0
Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi
keduanya
Vulvektomi skinning
Salep yang mengandung obat kemoterapi
b) Kanker vulva stadium I
Eksisi lokal luas
Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh
kelenjar getah bening selangkangan dan paha bagian
atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker
Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah
bening selangkangan pada salah satu atau kedua sisi
tubuh
Terapi penyinaran saja.
c) Kanker vulva stadium II
Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah
bening selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker
ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka
dilakukan setelah pembedahan dilakukan penyinaran
yang diarahkan ke panggul
Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).
d) Kanker vulva stadium III
Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah
bening selangkangan dan kelenjar getah bening paha
bagian atas kiri dan kanan.
Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-
sel kanker atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan
di dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum
menyebar, setelah pembedahan dilakukan terapi
penyinaran pada panggul dan selangkangan
Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh
vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah
bening kiri dan kanan
Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan
atau tanpa kemoterapi.
e) Kanker vulva stadium IV

16
Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian
bawah, rektum atau kandung kemih ( tergantung
kepada lokasi penyebaran kanker) disertai
pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina
(eksenterasi panggul)
Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal
Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan
atau tanpa kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh
pembedahan.
f) Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)
Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum
atau kandung kemih (tergantung kepada lokasi
penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan
rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi
dengan atau tanpa pembedahn
Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau
untuk mengurangi gejala nyeri, mual atau kelainan
fungsi tubuh.
4) Terapi
a. Karsinoma in situ: eksisi local atau vulvektomi
sederhana, penanganan dengan terapi laser dan salep 5-
FU dapat digunakan.
b. Tumor invasive (stadium I-III): vulvektomi radikal
dengan ikut mengambil klitoris, labia, otot-otot
superficial dan fascia, dilakukan ekstirpasi kelenjar
limfe bilateral dengan reseksi en bloc semua jaringan
lemak.
c. Pada stadium IV umumnya tidak dilakukan
pembedahan, terapi paliatif lebih banyak digunakan
dengan penyinaran megavolt (radioterapi).

J. KOMPLIKASI
1. Infeksi luka dan sepsis

17
2. Trombosis vena profunda
3. Hemoragi

K. PENCEGAHAN

Adapun cara pencegahan terkena kanker vulva adalah :


1. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
2. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggung jawab berisi tentang : Nama, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, ,
Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian
2. Keluhan utama :
Pasien biasanya datang dengan keluhan adanya pertumbuhan massa pada
vulva dan pruritus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan .

4. Riwayat penyakit sebelumnya :


Riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang
menderita kanker.
5. Pola fungsi kesehatan Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau
dapat disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan
hubungan seksual terlalu dini
b. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola
tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita.
c. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta hematuria.
d. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak
karena dapat terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa

18
dimakan oleh wanita serta pantau berat badan karena wanita dengan
kanker vulva juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
e. Pola kognitif perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada
pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan, pengecap.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai
penyakit kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari
masyarakat.Dimana salah satu etiologi dari kanker vulva adalah akibat
dari sering berganti ganti pasangan seksual.
g. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain
dan alat, 4= tergantung total).
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan
nutrisi yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu
akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah
dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari
progresivitas kanker vulva sehingga harus beristirahat total.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien
akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat
melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan
setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang
berbau busuk dari vagina.
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit. Wanita dengan kanker vulva biasanya mengalami
gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas
yang berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan dirinya sendiri.
j. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola

19
peran dan hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus
mendapatkan dukungan dari suami serta orang orang terdekatnya
karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatannya. Biasanya koping
keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang
menderita penyakit kanker vulva.
k. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini.

6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klien, BB atau TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
b. Head To Toe
1) Rambut
Warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet.
2) Mata
Kaji sklera klien apakah ikterik atau tidak, kaji konjungtiva apakah
pucat atau tidak, apakah palpebra terdapat oedema atau tidak,
bagaimana fungsi penglihatan klien apakah klien menggunakan alat
bantu penglihatan atau tidak.
3) Telinga
Apakah terdapat kesimetrisan bentuk antara telinga kanan dan kiri,
apakah terdapat serumen atau tidak, apakah klien menggunakan alat
bantu pendengaran atau tidak.
4) Hidung
Apakah klien bernafas dengan cuping hidung atau tidak, apakah
terdapat serumen atau tidak, apakah fungsi penciuman/pembauan
klien masih berfungsi dengan baik atau tidak.
5) Mulut dan gigi
Bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering.
Bagaimana keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan
pendarahan, apakah ada karies gigi atau tidak, keadaan lidah klien
bersih atau tidak, apakah keadaan mulut klien berbau atau tidak.
6) Leher
Apakah klien mengalami pembengkakan tyroid.
7) Thorax dan paru paru
I : apakah pengembangan dada klien simetris antara kiri dan
kanan, apakah terdapat luka memar atau lecet, Kaji frekuensi
pernafasan klien.

20
P : Apakah teraba adanya massa atau tidak pada dada, apakah
teraba pembengkakan pada dada atau tidak, apakah getaran
dinding dada simetris atau tidak antara kiri dan kanan.
P : Bunyi Paru
A : Suara nafas
8) Jantung
I : apakah terlihat ictus cordis atau tidak.
P : Hitung frekuensi jantung, apakah teraba ictus cordis pada
ICS5 Midclavikula sinistra.
P : bunyi perkusi jantung
A : apakah ada suara tambahan atau tidak pada jantung klien
9) Abdomen
I : kesimetrisan perut, warna kulit perut,distensi perut, apakah
ada lesi dan lecet atau tidak.
A : bising usus
10) Ekstremitas
Atas : apakah ada luka lesi atau memar, apakah ada oedema
atau tidak
Bawah : apakah ada luka memar atau tidak , apakah terdapat
oedema atau tidak
11) Genitalia: Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe,
bagaimana bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau
tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula
maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan
pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat
dan konsistensinya.
12) Intergumen
Warna kulit, keadaan kulit apakah kulit kering atau lembab, dan
apakah turgor kulit <2 detik atau >2 detik.
B. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara
aktif akibat pendarahan
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat
penyakit kanker vulva
3. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
kanker vulva
4. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
5. Ansietas b/d krisis situasional
6. Defisit perawatan diri b/d kelemahan
7. Kerusakan integritas kulit b/d kemoterapi
8. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit
9. Risiko cedera b/d kelemahan
10. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)

21
C. Intervensi

Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
akibat pendarahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil : 1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
-Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
-Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
- Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90
mmHg)
- Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
2. Membran mukosa lembab
3. Turgor kulit baik (elastis)
4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam 2-3 detik setelah
ditekan )
5. Wajah pasien tidak pucat
INTERVENSI RASIONALISASI
Awasi masukan dan haluaran. Ukur Memberikan pedoman untuk
volume darah yang keluar melalui penggantian cairan yang perlu diberikan
pendarahan sehingga dapat mempertahankan volume
sirkulasi yang adekuat untuk transport
oksigen pada ibu dan janin.
Hindari trauma dan pemberian tekanan Mengurangi potensial terjadinya
berlebihan pada daerah yang peningkatan pendarahan dan trauma
mengalami pendarahan mekanis pada janin
Pantau status sirkulasi dan volume Kejadian perdarahan potensial
darah ibu kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia
Ukur TTV. Evaluasi nadi perifer, dan Menunjukkan keadekuatan volume
pengisian kapiler sirkulasi
Catat respon fisiologis individual Simtomatologi dapat berguna untuk
pasien terhadap pendarahan, misalnya mengukur berat / lamanya episode
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, pendarahan. Memburuknya gejala dapat
berkeringat / penurunan kesadaran menunjukkan berlanjutnya pendarahan /
tidak adekuatnya penggantian cairan
Kaji turgor kulit, kelembaban Merupakan indikator dari status hidrasi /
membran mukosa, dan perhatikan derajat kekurangan cairan
keluhan haus pada pasien
Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada
Berikan cairan IV sesuai indikasi derajat hipovolemia dan lamanya
pendarahan (akut / kronis). Cairan IV
juga digunakan untuk mengencerkan

22
obat antineoplastik pada penderita
kanker.
Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan memperbaiki jumlah darah dalm tubuh
trombosit sesuai indikasi ibu dan mencegah manifestasi anemia
yang sering terjadi pada penderita
kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme pembekuan
darah sehingga pendarahan lanjutan
dapat diminimalisir.
Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan
Awasi pemeriksaan laboratorium, kebutuhan resusitasi cairan dan
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah mengawasi keefektifan terapi

Gangguan rasa nyaman nyeri b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit
kanker vulva
Kriteria hasil:
Melaporkan keluhan nyeri berkurang ,
klien tampak tenang dan tidak meningkatkan.
klien dapat tidur/istirahat yang cukup.
Skala nyeri: 0-3
Pasien tidak mengeluh kesakitan.

Intervensi Rasional
Kaji ulang keluhan nyeri Mengetahui apa yang diraskan klien
Pengetahuan klien dengan penyebab
Jelaskan penyebab nyeri dan nyeri dapat membantu meningkatkan
pentingnya mengidentifikasi koping klien dan dapat menurunkan
perubahan terjadinya karakteristik kecemasan.
nyeri Meningkatkan relaksasi, mengurangi
Berikan tindakan untuk kenyamanan ketegangan otot, dan meningkatkan
seperti membatasi pengunjung, koping
lingkungan yang tenang.
Anjurkan teknik napas dalam sebagai Mengalihkan perhatian sebagai upaya
upaya dalam merelaksasi otot. dalam merelaksasi otot.
Anjurkan/Bantu klien melakukan
ambulasi secara teratur sesuai Hidrasi meningkatkan jalan keluarnya
dengan indikasi dan meningkatkan batu mencegah urine statis dan
intake cairan minimal 3-4 liter/hari mencegah pembentukan batu.
sesuai toleransi jantung
Catat keluhan meningkatnya nyeri Obstruksi sempurna pada ureter/vesika
abdomen. urinaria dapat menyebabkan perforasi
dan ekstra vasasi didalam daerah

23
perineal yang memerlukan
pembedahan segera.
Menghilangkan ketegangan otot dan
Berikan kompres hangat pada menurunkan reflek spasme sehingga
punggung. rasa nyeri hilang.
Mencegah urine statis/retensi
Pertahankan posisi kateter mengurangi vesiko meningkatnya
tekanan renal dan infeksi.
Biasanya diberikan pada fase akut
Laksanakan advise dokter dalam
untuk menurunkan kolik dan
pemberian obat sesuai indikasi
meningkatkan relaksasi otot/mental,
menurunkan reflek spasme yang dapat
menurunkan kolik dan nyeri, untuk
meningkatkan edema jaringan, untuk
memfasilitasi gerakan batu.

Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker
vulva
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai
dengan kondisi fisiologis tubuhnya
Kriteria Hasil :
1. Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker vulva
yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya
2. Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan
fungsi seksual dan hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya

INTERVENSI RASIONALISASI
Dengarkan pernyataan pasien / orang Masalah seksualitas seringkali menjadi
terdekat masalah yang tersembunyi, yang
seringkali diungkapkan sebagai humor /
melalui pernyataan yang tidak gamblang
Informasikan pada pasien tentang efek Pedoman antisipasi dapat membantu
dari proses penyakit kanker serviks pasien dan orang terdekat untuk
yang dialaminya terhadap fungsi memulai proses adaptasi pada keadaan
seksualitasnya (termasuk di dalamnya yang baru
efek samping dari pengobatan kanker
yang akan dijalani)
Bantu pasien untuk menyadari / Mengakui proses kehilangan /
menerima tahap kehilangan tersebut perubahan pada fungsi seksual secara
nyata dapat meningkatkan koping pasien
Dorong pasien untuk berbagi pikiran Komunikasi terbuka dapat membantu
dengan orang terdekat dalam identifikasi masalah dan

24
meningkatkan diskusi untuk
menemukan pemecahan masalah

Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas
pasien dapat meningkat secara optimum / fungsi tercapai
Kriteria Hasil :
1. Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan
perawat / orang terdekat
2. Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas

INTERVENSI RASIONALISASI
Pantau respon fisiologis terhadap Toleransi sangat bervariasi tergantung
aktivitas, misalnya perubahan tekanan pada tahap proses penyakit, status
darah dan frekuensi jantung serta nutrisi, keseimbangan cairan, serta
pernafasan oksigenasi.
Berikan tindakan kenyamanan seperti Menurunkan tegangan otot dan
gosokan punggung, perubahan posisi, kelelahan serta meningkatkan rasa
atau penurunan stimulus dalam ruangan nyaman
(misalnya lampu redup)
Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan Menentukan derajat dari
kemampuan tidur / istirahat dengan ketidakmampuan pasien
tepat
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi Mengidentifikasi kebutuhan individual
pada aktivitas yang diinginkan / dan membantu dalam pemilihan
dibutuhkan intervensi
Identifikasi faktor stres / psikologis Mungkin mempunyai efek kumulatif
yang dapat memperberat terhadap kondisi fisik yang dapat terus
berlangsung bila masalah tersebut
belum diatasi
Buat tujuan aktivitas realistis dengan Memberikan rasa kontrol dan perasaan
pasien mampu menyelesaikan
Dorong pasien untuk melakukan Meningkatkan rasa membaik dan
aktivitas ringan, bila mungkin. mencegah terjadinya frustasi pada
Tingkatkan tingkat partisipasi pasien pasien
sesuai toleransi pasien
Rencanakan periode istirahat adekuat Mencegah kelelahan berlebihan dan
menghemat energi untuk proses
penyembuhan
Berikan bantuan dalam aktivitas sehari- Memungkinkan berlanjutnya aktivitas
hari sesuai dengan derajat yang dibutuhkan pasien
ketidakmampuan pasien
Dorong masukan nutrisi Masukan nutrisi adekuat perlu untuk
memenuhi kebutuhan energi ibu untuk
beraktivitas dan pertumbuhan serta
perkembangan janin

25
Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,
ansietas pasien dapat berkurang / teratasi
Kriteria Hasil : 1. TTV dalam batas normal
Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90
mmHg)
Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
2. Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutanyang
dirasakannya menurun sampai tingkat yang dapat
ditangani / dikontrol
3. Pasien tampak lebih tenang

INTERVENSI RASIONALISASI
Observasi perubahan TTV, misalnya Perubahan pada TTV dapat
denyut nadi, frekuensi pernafasan menunjukkan tingkat ansietas /
gangguan psikologis yang dialami
pasien
Obervasi respon verbal dan nonverbal Kecemasan dapat ditutupi oleh pasien
pasien yang menunjukkan adanya dengan komentar/ kemarahan yang
kecemasan ditunjukkan pasien kepada pemberi
perawatan
Tinjau ulang pengalaman pasien / Membantu dalam identifikasi rasa takut
orang terdekat sebelumnya dengan dan kesalahan interpretasi konsep pada
kanker pengalaman kanker sebelumnya
Dorong pasien untuk mengungkapkan Memberikan kesempatan untuk
pikiran dan perasaannya mengidentifikasi rasa takut yang
dialami serta kesalahan konsep tentang
diagnosis
Dengarkan keluhan pasien dengan Menunjukkan rasa menghargai dan
penuh perhatian menerima pasien, dan dapat membantu
meningkatkan rasa percaya pasien
kepada pemberi perawatan.
Pertahankan kontak sering dengan Memberikan keyakinan bahwa pasien
pasien. Berikan sentuhan terapeutik tidak sendiri atau ditolak.
bila perlu
Instruksikan pasien menggunakan Meningkatkan pelepasan endorfinpada
teknik relaksasi sistem saraf sehingga menimbulkan
rasa tenang pada pasien dan
dapat mengurangi ansietas yang
dirasakan pasien
Berikan informasi yang akurat dan Pengetahuan / informasi yang diberikan
sesuai mengenai diagnosa, pengobatan, diharapkan dapat menurunkan ansietas,

26
dan konsistensi prognosis penyakit memperbaiki kesalahan konsep, dan
pasien meningkatkan kerjasama pasien dengan
pemberi perawatan
Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan Memudahkan pasien beristirahat,
yang tenang menghemat energi, dan meningkatkan
kemampuan koping pasien
Dorong dan kembangkan interaksi Mengurangi perasaan isolasi. Bila
pasien dengan sistem pendukung sumber pendukung keluarga tidak
adekuat, sumber luar dapat
diberdayakan misalnya kelompok
penderita kanker
Libatkan orang terdekat bila keputusan Menjamin sistem pendukung untuk
mayor akan dibuat pasien dan memungkinkan orang
terdekat terlibat dengan tepat

27
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/document/234710046/LP-CA-Vulva, diakses pada


tanggal 12 November 2017
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, H, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Edisi revisi, Jilid
1. Media Action : Yogyakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi
6, Volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta: EGC

Manifestasi ca vulva

28
Tedapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian dapat
ditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan menjadi keras,
mengalami ulserassi seperti bunga kol

PIELOGRAM INTRAVENA
Pyelogram intravena adalah sebuah tes yang memeriksa sistem saluran
kemih menggunakan media kontras yang dapat dilihat pada sinar-x untuk melihat
kemungkinan penghalang, tumor, kista, batu, dan kelainan lainnya.
Pyelografi intravenous (IVP) adalah serangkaian foto ronsen dari saluran
kemih, cairan khusus sebagai indicator (yang akan muncul dalam pemeriksaan
sinar x) disuntikkan ke dalam darah. Cairan tersebut mengalir ke saluran tubuh
sampai ke ginjal dan dibuang sebagai sisa makanan melalui saluran kemih ke
kandung kemih . selama proses ini berlangsung yaitu selama beberapa jam,
diambil beberapa foto IVP setiap selang waktu tertentu, yang menunjukkan
lintasan cairan indikator tersebut memasuki ginjal, lalu turun melalui saluran
kemih, dan memasuki kandung kemih. An x-ray (sinar rentgen) adalah ujian non-
invasive medis yang membantu dokter mendiagnosa dan mengobati penyakit.
Menggambarkan nya dengan foto sinar-x exposing melibatkan salah satu bagian
tubuh yang kecil dosis ionizing radiasi untuk menghasilkan gambar dari bagian
dalam tubuh.
Pyelografi intravenous (IVP) adalah pemeriksaan dengan menggunakan x-
ray terhadap ginjal, ureter, air kencing dan kandung kemih yang menggunakan
bahan kontras yang disuntikkan ke veins.Bila bahan kontras disuntikkan ke dalam
pembuluh darah di lengan pasien, maka perjalanan melalui aliran darah dan
dikumpulkan di ginjal dan urinary tract, kembali daerah-daerah terang putih.

29
IVP memungkinkan untuk melihat dan menilai anatomi dan fungsi ginjal, ureters
dan kandung kemih.

BARIUM ENEMA
Apa itu Barium Enema ?
Barium Enema adalah jenis pemeriksaan radiologi untuk memeriksa kelainan di
usus besar. Prosedur ini memeriksa dengan cara memasukkan campuran Barium
dan udara ke dalam dubur. Sesudahnya, diambil foto xray.
Bagaimana caranya?
Pasien akan diminta untuk memakai baju rumah sakit. Suster akan memasukkan
pipa enema ke dalam dubur. Kemudian campuran barium akan mengalir ke dalam
dubur, memenuhi seluruh usus besar. Dalam banyak kasus, udara akan digunakan
untuk mendorong barium dan menggelembungkan lambung. Foto sinar x-ray akan
diambil dan dokter radiologi akan melaporkan hasilnya.
Kenapa ini dilakukan?
Ini adalah pemeriksaan untuk mencari kelainan pada usus besar seperti tumor,
kanker, atau kerusakan pada usus besar, dst.
Risiko & komplikasI
Risiko dari barium enema adalah sebagai berikut :
Setelah pemeriksaan, pasien mungkin akan merasa sembelit. Karena itu,
setelah pemeriksaan, sangat direkomendasikan untuk mengkonsumsi air
dan sayur-sayuran dalam jumlah besar. Dalam kasus di mana pasien
pernah memiliki sejarah sembelit, obat pencahar bisa digunakan untuk
mencegah sembelit. Dokter radiologi akan memutuskan sesuai dengan
kasusnya.
Dalam kasus yang langka, beberapa pasien mungkin memiliki reaksi alergi
terhadap beberapa merek barium sulfat. Karena itu, jika ada sejarah reaksi
alergi, pasien harus konsultasi dulu dengan dokter radiologi.
Karena pemeriksaan ini menggunakan x-ray, tidak direkomendasikan
kepada pasien yang sedang mengandung.
Dalam kasus yang langka, terdapat risiko perforasi usus. Barium sulfat
mungkin saja bocor dari usus besar dan masuk ke dalam rongga perut dan

30
bisa menyebabkan infeksi. Dalam kasus yang beresiko tinggi, dokter akan
mempertimbangkan menggunakan media lain (yang larut dalam air) atau
prosedur lain.

Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengobati kanker vulva


termasuk cisplatin dengan atau tanpa fluorouracil (5-FU).

Vulva kanker juga dapat menggunakan aplikasi obat langsung ke kanker. Ini
sangat berguna dalam vulva intraepithelial neoplasia (VIN).

Salah satu pilihan adalah untuk menerapkan obat kemoterapi, fluorouracil (5-FU)
dan yang lain adalah imiquimod. Ini diterapkan sebagai krim atau salep

PEMERIKSAAN LAB
Pap smear serviks
FNAB
Darah lengkap (tes fungsi ginjal, tes fungsi liver, tes gula darah)
Antigen karsinoembrionik (Carcinoembryonik Antigen, CEA) adalah antigen
tumor yang ditemukan dalam darah penderita kanker usus besar, payudara,
pankreas, kandung kemih, indung telur atau leher rahim. Kadar antigen yang
tinggi juga bisa ditemukan pada perokok sigaret berat dan penderita sirosis hati
atau kolitis ulserativa. Karena itu kadar CEA yang tinggi tidak selalu
menunjukkan adanya kanker. Pengukuran kadar CEA pada seseorang yang telah
menjalani pengobatan untuk kanker, akan membantu mengetahui kekambuhan
dari kanker.
Alfa-fetoprotein (AFP) yang dalam keadaan normal dihasilkan oleh sel-sel hati,
ditemukan dalam darah penderita kanker hati (hepatoma). AFP sering ditemukan
pada penderita kanker indung telur tertentu atau kanker buah zakar dan pada anak-
anak dan dewasa muda yang menderita tumor kelenjar hipofisa.
Beta-human chorionic gonadotropin (?-HCG) adalah hormon yang dihasilkan
selama kehamilan, yang merupakan dasar bagi pemeriksaan kehamilan.
Hormon ini juga ditemukan pada wanita yang memiliki kanker yang berasal dari
plasenta dan pada pria yang menderita kanker buah zakar. ?-HCG merupakan
petanda tumor yang sangat sensitif. Penggunaanya dalam memantau efek

31
pengobatan telah membantu memperbaiki angka kesembuhan kanker ini sampai
lebih dari 95%.
Kadar prostate-specific antigen (PSA) tinggi pada pria dengan pembesaran
prostat jinak dan sangat tinggi pada pria penderita kanker prostat. Apa yang
menyebabkan tingginya kadar antigen ini, masih belum jelas, tetapi pria dengan
kadar PSA yang meninggi harus menjalani pemeriksaan lanjutan untuk kanker
prostat. Pemantauan kadar PSA setelah suatu pengobatan kanker dapat
menjelaskan apakah kanker telah kembali atau tidak.
Kadar CA-125 dalam darah meningkat pada wanita dengan berbagai penyakit
indung telur, termasuk kanker. Karena kanker indung telur sering sulit
didiagnosis, beberapa ahli kanker menganjurkan untuk melakukan tes penyaringan
terhadap CA-125 pada wanita diatas 40 tahun. Tetapi tes penyaringan ini kurang
dapat dipercaya karena kurang peka dan kurang spesifik.
Pada kanker payudara, kadar CA 15-3 meningkat; pada kanker pankreas kadar CA
19-5 meningkat; pada multipel mieloma kadar dan beta2;-mikroglobulin
meningkat dan pada kanker buah zakar, kadar laktat dehidrogenase meningkat.
Tetapi tidak satupun yang dapat dipakai untuk penyaringan kanker. Pemeriksaan
ini digunakan untuk memantau respon terhadap pengobatan pada penderita
kanker.

32

Anda mungkin juga menyukai