Anda di halaman 1dari 20

A.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di
bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan
ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi
sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang
labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak).
a) Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak
dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut
yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah
muda dan basah.
b) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang
bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva.
Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat
saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan
penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi
dan meningkatkan ketegangan seksual
c) Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk
seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora,
klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
d) Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar
badan perinium.
e) Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang
bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks
pengeluaran lendir meningkat.
f) Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina
bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang
sehingga menjadi saluran dari lender yang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi.
g) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan
labia minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak
di antara fourchette dan himen.

3. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan
panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan
di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulo-
membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae
dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol
serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam
vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi
empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik
sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi
terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks
dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang
terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum.
Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan
teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu
bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi,
corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri
dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung
dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu peritoneum, miometrium/lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum
uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga
saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan
demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan
kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana
terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir
serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen
bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot
rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot
dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalah
ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum
infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas
sampai ke dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan
mengandung pembuluh darah limfe dan ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding
panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii
proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod
menuju os sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat
mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan
di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada
tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus
ovarika.
6) Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf
simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis
fronkenhouser yang terletak pada pertemuan ligamentum sakro
uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum
berjalan kearah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding
rahim. Panjang tuba fallopi 12 cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri
dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel
bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai
dari osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk
“s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai
yang disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormone-hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
(Bobak, Jansen, dan Zalar,2001)

ARTI OBSTETRI

Obstetri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan


persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford English
Dictionary, 1933). Obstetri terutama membahas tentang fenomena dan
penatalaksanaan kehamilan, persalinan puerperium baik pada keadaan normal
maupun abnormal. Nama lain obstetri adalah mid wifery.

Tujuan obstetri yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak
pada ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian
wanita dan bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik,
intelektual dan emosional yang diakibatkannya.

Statistik Vital Obs tetri


Statistik vital obstetri meliputi:
1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup
5. Lahir mati (still birth)
6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).

Kelahiran
Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa
memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih
berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir
adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20 minggu.

Angka Kelahiran
Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.

Angka Fertilitas
Angka fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 populasi wanita usia 15-44
tahun.

Kelahiran Hidup
Tanda utama kelahiran hidup adalah neonatus dapat bernapas. Tanda-tanda kehidupan
lainnya meliputi denyut jantung dan gerakan spontan yang jelas dari otot volunter.

Lahir Mati (Still Birth)


Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau
setelah kelahiran.

Kematian Neonatal
Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut.
Kematian neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7
hari setelah kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang
dilahirkan hidup lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.
Angka Lahir Mati
Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.

Angka Kematian Neonatal


Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Perinatal


Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal
per 1000 kelahiran total.

Berat Badan Lahir Rendah


Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.

Bayi Cukup Bulan


Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu
atau 260-294 hari.

Bayi Kurang Bulan (Prematur)


Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37
minggu.

Bayi Lewat Bulan


Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.

Abortus
Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama
paruh pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang
500 gram atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.

Kematian Ibu Langsung


Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan
atau puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.
Kematian Ibu Tak Langsung
Kematian ibu tak langsung disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan,
persalinan atau puerperium dan diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap
kehamilan. Misalnya kematian ibu karena komplikasi stenosis mitral.

Kematian Non Maternal


Kematian non maternal disebabkan oleh kecelakaan atau faktor kebetulan yang sama
sekali tidak berhubungan dengan kehamilan.

Angka Kematian Ibu


Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per
100.000 kelahiran hidup.

Sebab-sebab umum kematian ibu yaitu :


1. Perdarahan
2. Hipertensi
3. Infeksi

Perdarahan
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post
partum, perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik,
perdarahan akibat lokasi plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan
absupsio plasenta), dan perdarahan karena ruptur uteri.

Hipertensi
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang
diinduksi kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya
disertai edema dan proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-
kejang dan koma (eklamsia).

Infeksi
Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus
atau parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis,
tromboflebitis dan bakteriemia.
Alasan menurunnya angka kematian ibu :
- Transfusi darah
- Anti mikroba
- Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbangan asam-basa pada komplikasi-
komplikasi serius kehamilan dan persalinan.

Kematian reproduktif adalah kematian akibat kehamilan dan penggunaan teknik-


teknik untuk mencegah kehamilan (teknik kontrasepsi).

Kematian Perinatal
Kematian neonatus yang terbanyak adalah :
1. Berat badan lahir rendah
2. Cedera susunan saraf pusat akibat hipoksia in utero dan cedera traumatik
selama persalinan dan kelahiran
3. Malformasi kongenital

EMERGENCY TREATMENT OBSTETRI GYNEKOLOGI


Diseluruh dunia, satu wanita meninggal setiap menit akibat komplikasi
kehamilan. Di Negara Berkembang, kematian maternal memang jarang terjadi, namun
diperkirakan sekitar 2/3 pelayanan maternal diberikan dengan layanan substandard
dalam arti bahwa sebagian besar kasus kegawatdaruratan obstetrik merupakan kasus
yang jarang terjadi sehingga ketrampilan staf junior dalam mengatasi masalah
komplikasi kehamilan sangat kurang dan kasus kegawatdaruratan tersebut tidak
memperoleh penanganan yang baik.
Yang termasuk kegawatdaruratan obstetrik :
a. Perdarahan obstetrik
b. Eklampsia
c. Emboli paru
d. Emboli air ketuban
e. Prolapsus talipusat
f. Retensio plasenta
g. Distosia bahu
h. Inversio Uteri
i. Ruptura Uteri

1.PRINSIP DASAR
 Kegawatdaruratan merupakan bagian dari hak asasi manusia
 Antisipasi dan kesiapsiagaan adalah hal yang amat penting

2. PENILAIAN AWAL
JALAN NAFAS
Tanda bahaya :
- Perhatikan sianosis, gagal nafas
- Periksa kulit : pucatParu : suara nafas, ronchi
Masalah :
Anemia berat, gagal jantung, pneumonia, asma

SIRKULASI ( TANDA SYOK/ RENJATAN ) 


Tanda bahaya : Periksa
- Kulit : dingin dan basah, turgor
- Nadi : dcepat ( > 110 ) dan lemah
- Tensi : rendah ( sistolik < 90 mmHg )
Masalah : syok

PERDARAHAN PERVAGINA( KEHAMILAN MUDA ATAU LANJUT ATAU


SETELAH PERSALINAN ) 
Tanda bahaya :
Tanyakan : hamil, usia gestasi, post partum,plasenta sudah lahir
Periksa :
- Vulva : jumlah darah, sisa plasenta, luka jalan lahir
- Uterus : atonia
- Kandung kemih : penuh
JANGAN PERIKSA DALAM ( Bila kemungkinan plasenta previa )
Masalah : Abortus, Kehamilan ektopik terganggu, molahidatidosa, solusio plasenta,
ruptura uteri, plasenta previa, robekan jalan lahir : servik, vaginaatonia uteri, sisa
plasenta, inversio uteri.
3.PENILAIAN KLINIK LENGKAP
Pemeriksaan klinik lengkap secara sistematis meliputi sebagai berikut :
Anamnesis : diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya beberapa hal
berikut dan jawabannya dicatat dalam data medik.
a. Masalah/keluahan utama yang menjadi alasan pasien datang ke klinik
b. Riwayat penyakit/masalah tersebut
c. Tanggal hari pertama haid yang terakhir dan riwayat haid
d. Riwayat kehamilan sekarang
e.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu termasuk kondisi anaknya
f. Riwayat penyakit yang pernah diderita dan penyakit dalam keluarga
g. Riwayat alergi terhadap obat
Pemariksaan fisik umum :
a. pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran penderita
b. penilaian tanda vital (TD, nadi, suhu, pernapasan)
c. Pemeriksaan tubuh secara sistematis
d. pemeriksaan kepala dan leher
e. Pemeriksaan dada
f. Pemeriksaan perut (tanda abdomen akut, cairan bebas dalam rongga perut)
g. Pemeriksaan anggota gerak (edema tungkai bawah dan kaki)
Pemeriksaan obstetri :
a. Pemeriksaan vulva dan perineum
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan serviks
d. Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya)
e. Pemeriksaan adneksa
f. Pemeriksaan his (frekuensi, lama, kekuatan, relaksasi, simetri dan
dominasi fundus)
g. Pemeriksaan janin
1) Didalam atau diluar rahim
2) Jumlah janin
3) Letak janin
4) Presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh
5) Posisi janin, moulage, dan kaput suksedaneum
6) Bagian kecil janin disamping presentasi (tangan, tali pusat dan lain-lain)
7) Anomali kongenital pada janin
8) taksiran berat janin
9) janin mati atau hidup, gawat janin atau tidak
Pemeriksaan Panggul
a. Penilaian pintu atas panggul
1) Promontorium teraba atau tidak
2) Ukuran konjungata diagonalis dan konjungata vera
3) Penilaian linea innominata
b. Penilaian ruang tengah panggul
1) Penilaian tulang sakrum
2) Penilaian dinding samping
3) Penilaian spina askiadika (runcing atau tumpul)
4) Ukuran jarak antar spina iskiadika
c. Penilaian pintu bawah panggul
1) Arkus pubis
2) Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
d. Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan
pervaginam
e. Penilaian panggul patologik
f. Penilaian ambang feto-pelvik

4.PRINSIP UMUM PENANGANAN SYOK PERDARAHAN


1. Esensial Diagnosis
- Riwayat perdarahan akut atau excessive diuresis
-hipotensi, takikardia,tachipnea,oligouria, perubahan status
-Penurunan hematokrit yang tepat
- Sebagian besar untuk kasus obstetri penyebabnya perdarahan
2. Penanganan awal(umum):
- Mintalah bantuan
-Pemeriksaan secara cepat keadaan umum dan pastikan jalan nafas bebas
-Pantau tanda vital (N, T, RR, Temp)
-Baringkan dalam posisi miring → mencegah aspirasi dan membuka jalan
nafas
-Jaga agar tetap hangat

5.Penanganan kasus perdarahan dalam obstetri


3. Dalam kehamilan
Penanganannya berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up)
yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin
pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

Indikasi melakukan seksio sesar :


- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).
- Gawat janin
Dalam persalinan
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah
memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi
oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk
memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.

—Penanganan umum pada perdarahan post partum :10


Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya
pencegahan perdarahan pasca persalinan)
Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan)
dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi
Atasi syok
Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus,
berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40
tetesan permenit.
Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

Dalam masa nifas


Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya perdarahan. Perdarahan
pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh robekan/trauma jalan
lahir, adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri. Apabila penyebabnya adalah atoni
uteri, penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya. Jika perdarahan tidak
banyak, dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim),
mengurut rahim, dan memasang gurita. Bila perdarahan belum berhenti dan
bertambah banyak, selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah, lalu dokter akan
melakukan beberapa teknik (manufer). Dan bila belum tertolong juga maka usaha
terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat
pembuluh darah atau mengangkat rahim (histerektomi).
TREN DAN ISU
KELALAIAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga


2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan
fisik
5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya
6. perawat tidak menggunakan APD lengkap dalam menangani dan melakukan
tindakan awal pada pasien
Contoh kasus : Seorang perawat yang positif terkena difteri
perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan
awal pada pasien positif difteri tersebut, perawat yang terkena difteri bertugas
di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). diketahui merupakan perawat
pertama yang menangani pasien pertama difteri yang masuk rumah sakit
tersebut.
7. insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan berupa tertusuk jarum terjadi saat perawat
mencoba menutup jarum suntik terutama saat selesai melakukan tindakan
seperti setelah selesai melakukan pemberian obat atau pengambilan sampel
darah. Dengan metode penutupan yang salah dan kurang hati-hati, banyak
perawat yang akhirnya tertusuk jarum.
8. berkontak langsung dengan segala macam cairan klien tidak menggunakan
APD / tubuh sedang terjadi luka (lecet).
9. perawat yang mereka yang sudah bekerja bertahun-tahun. Keluhan yang biasa
muncul adalah nyeri punggung, nyeri leher dan bahkan bisa menyebabkan
cidera tulang belakang,akibat kesalahan dalam mobilisasi pasien.
10. Beban stres dan frustrasi perawat akibat pekerjaan pada layanan kesehatan.
11. perawat selalu mengalami nyeri otot dalam bekerja. Beberapa bagian tubuh
yang mengalami nyeri adalah 74% bagian pinggang dan 48.5% bagian lutut.
Sebuah penelitian yang dilakukan di belanda, sekitar 57% perawat selalu
mengalami cedera/nyeri otot pada beberapabagian tubuhnya. Ini semua
disebabkan karena pekerjaan perawat yang biasanya selalu mengandalkan
kekuatan otot/fisik untuk memindahkan bed pasien dan juga memindahkan
serta mengangkat pasien dari satu tempat ketempat yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Mac Donald, Gant. Obstetri Williams, ed. ke-18. dr. Joko Suyono & dr.
Andry Hartono (penerj.). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai