Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus

KANKER TESTIS

Oleh:

Syahla Livia Redina

NIM. 1708114081

Pembimbing :

dr. Indra Jaya, Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Karsinoma Testis”.

Penulis menyusun laporan kasus ini sebagai sarana untuk memahami bagaimana

permasalahan yang berkaitan dengan karsinoma testis agar dapat melakukan

diagnosa dan penanganan yang tepat pada kasus ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Indra

Jaya, Sp.U selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyusun

dan menyempurnakan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, dan

masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu saran dan kritik

yang membangun sangat diharapkan penulis dari dokter pembimbing serta rekan-

rekan dokter muda demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus

ini membawa manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 22 Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker testis merupakan keganasan tersering yang ditemukan pada pria

dengan kelompok usia 15-40 tahun. Kanker testis memiliki insiden sebesar 1-2 %

dari seluruh jenis neoplasma pada pria dan 5% dari seluruh jenis tumor

urogenital.1,2 Insidensi kanker testis di seluruh dunia telah meningkat secara

signifikan selama 30-40 tahun terakhir.3 Angka kejadian kanker testis tiap

tahunnya diperkirakan 2-3 kasus baru dari 100.000 pria di Amerika Serikat,

sedangkan di Asia angka insidensinya lebih rendah yaitu 0,4 per 100.000

populasi.2

Tumor sel germinal adalah jenis kanker testis yang paling umum terjadi

yaitu sebanyak 95%. Terdapat 10-30% kasus dari tumor sel germinal disertai

dengan metastasis. Tumor sel germinal diklasifikasikan menjadi seminoma dan

non-seminoma berdasarkan patologinya dan cara pengobatannya. Tumor

seminoma merupakan jenis yang lebih tinggi angka kejadiannya yaitu 40% dari

jenis tumor sel germinal. Puncak kejadian tumor seminoma terjadi pada dekade

keempat kehidupan, sedangkan tumor non-seminoma pada dekade ketiga

kehidupan.2,3

Faktor terjadinya kanker testis masih belum jelas namun terdapat

beberapa faktor yang memiliki kaitan erat dengan peningkatan kejadian tumor

testis, antara lain: 1) maldensensus testis, 2) trauma testis, 3) atrofi atau infeksi

testis, dan 4) pengaruh hormone. Selain itu, partus premature, berat badan lahir
rendah, reaksi gravid hebat dan perdarahan abnormal sewaktu kehamilan memiliki

kaitan tertentu dengan tuor testis. Terdapat pula faktor herediter yaitu delesi

lengan pendek kromosom nomor 21 yang dilaporkan berkaitan dengan kejadian

tumor testis.3,4

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, ditemukan pula sarana

diagnosis tumor testis yang lebih baik, regimen kemoterapi dan radiasi, serta

teknik pembedahan yang lebih baik, sehingga dapat memperbaiki usia harapan

hidup dari pasien.

1.2 Batasan Masalah

Laporan kasus ini akan membahas mengenai anatomi, histologi, dan

fisiologi dari testis serta definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi

klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis pada kasus tumor ganas

testis.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami dan menambah wawasan mengenai Tumor Testis.

2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran

khususnya di bagian Ilmu Bedah Urologi

3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Rumah Sakit Umum

Daerah Arifin Achmad

1.4 Metode Penulisan

Penulisan laporan kasus ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan

mengacu beberapa literatur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi & Histologi

2.1.1 Anatomi Testis5,6

Testis adalah organ genitalia pria yang pada kondisi normal berjumlah dua

dan terletak di dalam skrotum. Testis memiliki bentuk ovoid dengan ukuran 4 x 3

x 2,5 cm, dan volume 15-25 ml. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan

tunika albuginea yang melekat secara langsung pada testis. Bagian luar dari tunika

albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas tunika viseralis dan parietalis,

serta tunika dartos. Otot kremaster merupakan otot menyerupai kantong yang

mengelilingi testis, otot kremaster memungkinkan pergerakan testis mendekati

dan menjauhi rongga abdomen yang bertujuan untuk mempertahankan suhu ideal

testis.

Sistem perdarahan testis berasal dari beberapa cabang arteri, yaitu (1)

arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta, (2) arteri

deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior, dan (3) arteri kremasterika yang

merupakan cabang dari arteri epigastrika. Pembuluh vena yang meninggalkan

testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis.

Innervasi testis berupa anyaman saraf yang berjalan bersamaan dengan

arteri testikularis. System saraf tersebut berupa system saraf otonom terdiri dari

system saraf parasimpatis, berasal dari system saraf simpatis yang berasal dari

segmen T7 medulla spinalis.


Gambar 2.1 Anatomi Testis

2.1.2 Histologi Testis7

Testis terdiri atas + 250 lobuli dan tiap lobules terdiri atas tubuli

seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel sprematogonia dan sel

Sertoli, sedangkan di antara tubuli seminifri terdapat sel Leydig atau yang disebut

juga sebagai sel interstisial testis. Proses spermatogenesis merupakan sebuah

proses pembentukan sel spermatogonium menjadi sel spermatozoa di dalam testis.

Sel Sertoli berfungsi memberi nutrisi untuk pertumbuhan sel sperma, sedangkan

sel Leydig berfungsi sebagai penghasil hormon testosteron.

Sel spermatozoa yang diproduksi di tubulus seminiferus akan disimpan di

epididymis untuk melalui proses pematangan/maturasi sehingga menjadi motil

(dapat bergerak). Sel spermatozoa yang sudah matang/mature selanjutnya

disalurkan bersamaan dengan cairan dari epididimis dan vas deferens menuju ke

ampula deferens, kemudian bercampur dengan cairan dari vesikula seminalis dan

cairan prostat membentuk cairan semen atau mani.


Gambar 2.2 Histologi Testis

2.2 Kanker Testis

2.2.1 Definisi

Kanker testis merupakan pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah

zakar), yang dapat menyebabkan pembesaran atau benjolan pada testis.5

2.2.2 Etiologi

Penyebab kanker testis belum diketahui secara pasti, namun terdapat

beberapa faktor yang terbukti memiliki kaitan yang erat dengan kejadian tumor

testis, yaitu :3
1. Maldesensus testis, testis yang tidak turun ke dalam skrotum. Dikatakan

bahwa 7-10% pasien karsinoma testis menderita kriptokismus

2. Perkembangan testis yang abnormal

3. Sindroma klinefelter, suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan

rendahnya kadar kormon pria, kemandulan, pembesaran

payudara/ginekomastia, dan testis yang kecil

4. Riwayat kanker testis dalam keluarga.

2.2.3 Klasifikasi

Tumor ganas testis secara umum terbagi menjadi dua yaitu :

a. Tumor ganas testis primer

b. Tumor ganas testis sekunder

Gambar 2.3 Klasifikasi Tumor Ganas Testis

Tumor testis primer memiliki angka kejadian lebih besar dibandingkan

tumor testis sekunder. Tumor ganas testis primer terdiri atas tumor sel germinal

dan tumor non-germinal. Sebanyak 95% dari tumor testis primer berasal dari sel

germinal sedangkan sisanya berasal dari non germinal. Jenis tumor sel germinal

terdiri dari seminoma dan nonseminoma. Sedangkan tumor non-germinal terdiri

atas tumor sel leydig, sel sertoli, dan gonadoblastoma. Terdapat perbedaan antara
tumor seminoma dan non seminoma yaitu antara lain dari sifat keganasannya,

respon terhadap radioterapi, dan prognosisnya.5

Tumor sel germinal juga bisa berada di luar testis yaitu sebagai

extragonadal germ cell tumor yang dapat berada di mediastinum,

retroperitoneum, daerah sakrokosigeus, atau glandula pineal.8

2.2.4 Stadium Tumor

Stadium tumor ditentukan berdasarkan sistem klasifikasi TNM setelah

orkidektomi dan pemeriksaan histopatologi. Stadium tumor menurut Boden dan

Gibb terdiri atas stadium A (I) untuk tumor testis yang masih terbatas lokasinya

pada testis, stadium B (II) untuk tumor yang telah menyebar ke kelenjar regional

(para aorta) dan stadium C (III) untuk tumor yang telah menyebar ke kelenjar

retroperitoneum hingga subdiafragma.9

Gambar 2.4 Stadium Tumor

2.2.3 Patogenesis Tumor Testis

Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhirnya

mengenai seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudia menyebar ke rete testis,
epididymis, funikulus sprematikus, hingga bahkan ke skrotum. Tunika albuginea

merupakan barrier yang sangat kuat untuk mencegah penjalaran tumor testis ke

organ sekitarnya, namun jika barrier ini rusak maka sel-sel tumor dapat menyebar

keluar testis.10

Tumor testis dapat menyebar melalui pembuluh darah limfe atau secara

limfogen menuju ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) dan dapat

menyebar hingga ke kelenjar limfe mediastinal dan supraklavikula. Sedangkan

koriokarsinoma penyebarannya secara hematogen ke paru, hati, dan otak.5,10

2.2.4 Diagnosis

A. Anamnesis

Pasien umumnya mengeluhkan adanya pembesaran testis yang

seringkali tanpa disertai nyeri, sedangkan 30% pasien mengeluh nyeri

yang terasa berat pada kantung skrotum dan 10% mengeluh nyeri akut

pada skrotum. Pasien dapat mengeluhkan adanya massa di perut bagian

atas (10%) dikarenakan adanya pembesaran kelenjar para aorta, benjolan

pada leher, dan 5% dari pasien mengeluhkan ginekomastia. Ginekomastia

atau pembesaran payudara pada laki-laki merupakan manifestasi dari

beredarnya kadar β-HCG dalam sirkulasi sistemik yang banyak ditemukan

pada pasien koriokarsinoma.5,8

B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisis testis ditemukan benjolan padat keras, tidak

nyeri jika dipalpasi, dan tidak menunjukkan tanda transluminasi. Infiltrasi

tumor pada funikulus dan epididymis perlu diperhatikan, dan perlu dicari
kemungkinan adanya massa di abdomen, kelenjar supraklavikuler, ataupun

ginekomastia.4,5

C. Pemeriksaan Penunjang5,8

1) Penanda Tumor/Tumor Marker

Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat

dalam menentukan diagnosis, stadium tumor, monitor respons

pengobatan, dan sebagai indikator prognosis.

Penanda tumor yang dapat diperiksa yaitu :

a) AFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi

oleh karsinoma embrional, teratokarsinoma, tumor yolk sac, tetapi

tidak diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma murni.

Penanda tumor ini memiliki masa paruh yaitu 5-7 hari.

b) HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein

yang pada keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas.

Penanda tumor ini meningkat pada pasien koriokarsinoma, karsinoma

embrional, dan seminoma murni. HCG memiliki waktu paruh 24-36

jam.

2) Pencitraan11

a) Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG dapat membedakan dengan jelas lesi

intratestikuler dan lesi ekstratestikuler, serta massa padat dan massa

kistik. Pemeriksaan USG tidak dapat memperlihatkan tunika

albuginea, sehingga tidak dapat dipakai untuk menentukan derajat

tumor testis.
b) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan MRI dapat memperlihatkan tunika albuginea

sehingga dapat dipakai untuk menentukan derajat tumor testis.

c) Computerized Tomography (CT) scan

Pemeriksaan CT scan berguna dalam menentukan ada tidaknya

metastasis pada retroperitoneum, namun tidak mampu mendeteksi

mikrometastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.

Gambar 2.5 (a) Pemeriksaan USG, (b) MRI dan


(c) CT scan Tumor testis
2.2.5 Tatalaksana Tumor Testis

Orkidektomi merupakan prosedur pengangkatan testis baik salah satu

ataupun kedua belah testis. Orkidektomi dilakukan pada pasien tumor testis

dengan pendekatan inguinal setelah mengangkat testis dan funikulus spermatikus

sampai anulus inuinalis internus. Biopsi atau pendekatan trans-skrotal tidak

dilakukan karena ditakutkan dapat membuka peluang sel-sel tumor untuk

menyebar.4,5

Hasil pemeriksaan histopatologi dapat dikategorikan antara seminoma dan

non seminoma. Jenis seminoma memberikan respon yang baik terhadap radiasi

sedangkan jenis non seminoma tidak sensitive terhadap radiasi.8

Gambar 2.6 Diagram Tatalaksana Tumor Testis

2.3 Tumor yolk sac

2.3.1 Definisi
Tumor yolk sac (juga dikenal sebagai tumor sinus endodermal) adalah

tumor sel germinal primitif yang ganas, dan secara histologis mirip dengan sel

mesenkim pada yolk sac primitif. Tumor yolk sac termasuk kedalam jenis tumor

sel germinal, tumor sel germinal biasanya muncul di gonad tetapi terkadang dapat

terjadi di luar gonad (ekstragonadal).12,13

Tumor yolk sac testis sering ditemukan pada anak-anak dengan usia

dibawah 3 tahun, yang dikenal sebagai karsinoma embrional infantil. Sedangka

pada usia dewasa, tumor yolk sac pada usia dewasa sering ditemukan jenis yang

tidak murni dan dalam kombinasi dengan tumor sel germinal lainnya seperti,

teratoma dan karsinoma embrional.14,15

2.3.2 Epidemiologi

Tumor yolk sac testis dapat terjadi pada kelompok usia anak-anak dibawah

3 tahun da pada orang dewasa pasca-pubertas. Tumor yolk sac testis pada anak-

anak merupakan jenis neoplasma yang paling umum ditemukan, dengan angka

kejadian sekitar 30% dari seluruh tumor sel germinal dan rata-rata didiagnosis

pada umur 18 bulan. Prognosis tumor yolk sac testis pada anak-anak adalah baik.

Pada dewasa, tumor yolk sac testis biasanya menunjukkan tumor sel germinal

campuran dan muncul pada usia dekade kedua hingga ketiga kehidupan.14,15

2.3.3 Etiologi

Penyebab tumor yolk sac pada dasarnya tidak diketahui. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa hipermetilasi gen RUNX3 dan ekspresi berlebih

GATA-4 mungkin terlibat dalam patogenesis tumor yolk sac.16,17

2.3.4 Histopatologi
Pemeriksaan makroskopik menunjukkan tumor yolk sac berupa massa

yang lunak, padat, dan berwarna cokelat hingga kuning atau abu-abu dengan

gambaran mukoid, nekrosis yang mencolok, perubahan kistik, dan disertai

perdarahan yang umum terjadi.

Gambar 2.7 Tumor yolk sac

Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan tumor yolk sac terdiri dari sel

tumor primitif dan memiliki banyak tipe histologis, antara lain

mikrokistik/reticular, papiler, solid, polyvesicular-vitelline, glandular, intestinal,

endometrioid, parietal, tubular dan, hepatoid. Pola mikrokistik retikuler adalah

tipe yang paling umum yang dibentuk oleh sitoplasma sel tumor yang bervakuol;

tampak seperti sarang lebah di bawah mikroskop.18

Badan Schiller-Duval adalah patognomonik untuk tumor kantung kuning

telur, dan tampak seperti struktur glomerulus dengan inti fibrovaskular. Namun,

badan Schiller-Duvall biasanya hanya ada pada dua hingga tiga perempat tumor

kantung kuning telur dan hanya terlihat pada tipe papiler.19


Gambar 2.8 Histologi Tumor Yolk sac

2.3.5 Staging Tumor Yolk Sac20

- Stage 0 = carcinoma in situ

- Stage 1 = tanpa metastasis dan keterlibatan kelenjar limfe. Terbagi

menjadi 1A dan 1B bergantung pada ukuran tumor, dan 1S jika

penanda tumor meningkat.

- Stage 2 = jika kelenjar limfe telah terlibat, namun tidak ada metastasis

ke organ tubuh lain. Terbagi menjadu 2A, 2B dan 2C bergantung pada

jumlah dan ukuran kelenjar limfe yang terlibat.

- Stage 3 = metastasis ke organ lain. Terbagi menjadi 3A, 3B, dan 3C

berdasarkan lakasi dari etastasi dan kadar penanda tumor.

2.3.6 Diagnosis

a) Anamnesis & Pemeriksaan Fisik

- Massa testis unilateral, seringkali tidak nyeri


- Tipe pascapubertas: Lebih agresif (dibandingkan dengan prapubertas),

sekitar 40% merupakan stadium I, tingkat metastasisnya yaitu sebesar 33%

- Tipe prepubertas: Kurang agresif (dibandingkan dengan pascapubertas),

80% merupakan stadium I; dari 6% kekambuhan.14,20


b) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ultrasound menunjukkan heterogenitas, sering dengan ruang

kistik, batas yang tidak jelas dan disertai kalsifikasi. Pemeriksaan CT scan dan

MRI menunjukkan gambaran massa kistik yang padat dan besar dengan

perdarahan intertumoral. Alpha-fetoprotein (AFP) spesifik pada tumor yolk sac,

tetapi tidak sensitif (sensitivitas keseluruhan serendah 60%) karena dapat dilihat

pada kanker lain seperti karsinoma hepatoseluler. Pewarnaan imunohistokimia

dapat mendukung diagnosis tumor yolk sac. Penanda tumor yang hasilnya positif

pada tumor yolk sac adalah AFP, Glypican 3, SALL4, Pancytokeratin dan Villin,

dan hasil negatif pada penanda tumor OCT3/4, CD30, CD117, PLAP dan

podoplanin.20

2.3.7 Tatalaksana

Pengobatan Tumor yolk sac Testis berdasarkan Stadium:21

- Stadium 1 = Penyakit stadium 1 dapat disembuhkan di hampir semua

kasus, dan orchiectomy inguinal radikal dilakukan pada semua pasien.

- Pilihan untuk Stadium 1A

 Pengamatan yang cermat: manajemen ini mencakup kunjungan setiap dua

bulan selama tahun pertama, dengan pemindaian CT scan setiap empat

hingga enam bulan, kemudian pada tahun kedua, janji temu akan

dilakukan setiap tiga bulan, dengan pemindaian CT scan setiap enam

sampai dua belas bulan. Jika kanker kambuh, kemoterapi diindikasikan

untuk mengobati pasien.

 Nerve-sparing retroperitoneal lymph node dissection (RPLND)


 Kemoterapi: pemberian regimen BEP (bleomycin, etoposide, dan

cisplatin) selama satu siklus. Kemoterapi menurunkan tingkat

kekambuhan.

- Stadium 1S

 Kemoterapi dengan tiga siklus BEP atau empat siklus EP (etoposide dan

cisplatin) diindikasikan jika alfa-fetoprotein masih meningkat setelah

operasi tanpa bukti massa pada CT scan.

- Stadium 2 = Pembedahan harus dilakukan terlebih dahulu untuk semua

kasus.

- Stadium 2A

 Nilai penanda tumor setelah melakukan operasi dan keterlibatan kelenjar

getah bening retroperitoneal akan menentukan langkah manajemen

selanjutnya pada pasien tersebut.

Jika kadar penanda tumornya normal:

 Diseksi kelenjar getah bening retroperitoneal (RPLND): Jika kelenjar

getah bening mengandung kanker, maka berikan dua siklus kemoterapi

(BEP atau EP). Jika tidak ada kelenjar getah bening yang terlibat, maka

perhatikan dan pantau dengan cermat tanda-tanda kekambuhan.

 Kemoterapi: 4 siklus EP (etoposide dan cisplatin) atau tiga siklus BEP

(bleomycin, etoposide, dan cisplatin).

 Penanda tumor yang tinggi setelah operasi harus diobati dengan

menggunakan kemoterapi (EP atau BEP). Jumlah siklus ditentukan setelah

stratifikasi risiko (baik, sedang, atau buruk).

- Stadium 2B
Jika kadar penanda tumornya normal:

 Kemoterapi: Empat siklus EP atau tiga siklus BEP harus diberikan untuk

mengobati pasien.

 Diseksi kelenjar getah bening retroperitoneal (RPLND)

 Penanda tumor yang tinggi setelah operasi harus diobati dengan

menggunakan kemoterapi (EP atau BEP). Jumlah siklus ditentukan

berdasarkan stratifikasi risiko (baik, sedang, atau buruk).

- Stadium 3

 Pasien dengan penyakit stadium 3 harus dirawat dengan orchiectomy

inguinal radikal, diikuti oleh 3 sampai 4 siklus dari regimen kemoterapi

berikut:

 EP 4 siklus

 BEP 3 atau 4 siklus

 VIP (etoposide, ifosfamide, dan cisplatin) 4 siklus

Kemoterapi dosis tinggi dan transplantasi sumsum tulang mungkin

diindikasikan pada resistensi kanker terhadap kemoterapi dosis biasa.

2.3.8 Diagnosis Banding20

a. Teratoma(dibandingkan dengan pola kelenjar glandular dari tumor yolk

sac):

- Mengelilingi lapisan otot polos, tidak ada bukti percabangan kelenjar.

b. Seminoma (dibandingkan dengan pola padat/solid tumor yolk sac):

- Kehadiran septa fibrovaskular diisi dengan infiltrat limfositik yang

menonjol prominent

- OCT3/4+, CD117 difus +; AFP-, glypican 3-; AE1/3- ke lemah/fokus


c. Karsinoma embrional (beberapa pola, seperti papiler atau kelenjar):

- Atipia sitologi yang lebih tinggi, nekrosis yang luas, aktivitas mitosis

yang cepat

- OCT3/4+, CD30 difus + (Patologi 2018;50:88); AFP-, glypican 3-

d. Rete testis hiperplasia dengan butiran hialin:

- Kurangnya atipia dan mitosis

- SALL4-, AFP-, glypican 3- (Am J Surg Pathol 1991;15:66)

e. Tumor sel Leydig mikrokistik:

- Tidak ada kekambuhan atau metastasis

- AFP-, glypican 3-; sitokeratin dan CAM 5.2 fokal

2.3.9 Prognosis & Komplikasi

Usia pada saat diagnosis bukan merupakan faktor prognostik, tetapi derajat

elevasi AFP memiliki nilai prognostik. Seperti semua keganasan, stadium/staging

sangat penting untuk prognosis. Tumor stadium awal lebih baik daripada

keganasan stadium akhir.21

Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu:

a) Pembedahan: Untuk semua pasien, orkiektomi mungkin diperumit dengan

ejakulasi retrograde; namun, infertilitas tidak terlihat pada semua pasien.

Jumlah sperma dapat meningkat setelah pengangkatan testis kanker.

b) Komplikasi terapi radiasi dan kemoterapi mungkin termasuk anemia, gangguan

kekebalan, dan rambut rontok.

c) Jika tidak diobati dengan sempurna, metastasis luas dapat diperumit oleh

perdarahan yang luas yang dapat berakibat fatal. Tempat metastasis yang

sering adalah paru-paru, kelenjar getah bening, hati, dan tulang.8,21


BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.LS

No. RM : 01061848

Status : Belum menikah

Umur : 27 tahun 10 bulan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen

Alamat : Tandun, Rokan Hulu

MRS : 4 Mei 2021

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Bengkak pada buah zakar kanan sejak 6 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan bengkak pada buah zakar sebelah kanan yang

dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya benjolan sebesar kelereng dan

semakin membesar hingga dua kali ukuran telur ayam. Benjolan menetap dan

tidak hilang timbul. Bengkak disertai dengan nyeri dan rasa berat pada testis yang

timbul terutama saat beraktivitas, dan semakin memberat sejak seminggu yang

lalu. Selain bengkak pada testis, pasien juga mengeluhkan benjolan

pada leher sebelah kanan sebesar koin yang teraba keras, tidak nyeri, tidak hilang
timbul dan dirasakan semakin membesar sejak satu minggu yang lalu. Pasien

mengatakan mengalami penurunan berat badan sekitar 1 kg dan penurunan nafsu

makan sejak sebulan yang lalu, disertai dengan mual, pusing dan lemas.

Pasien juga mengeluhkan nyeri pada kedua pinggang bagian belakang

sejak 6 bulan yang lalu, nyeri terasa tumpul dan tidak dipengaruhi oleh aktifitas.

Keluhan demam (-), pembesaran payudara (-), BAK keluar darah (-), BAK keluar

batu (-), nyeri saat BAK (-). Riwayat BAB normal.

Pasien pernah berobat ke RS Syafira dan di USG, kemudian dirujuk ke

RSUD Arifin Achmad untuk dilakukan operasi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat infeksi pada kelamin (-), riwayat trauma pada testis (-), riwayat

terpapar radiasi (-), Riwayat Operasi (-), riwayat testis tidak turun (-), Riwayat

ISK (-), Riwayat DM (-), Riwayat Hipertensi (-), Riwayat Penyakit Jantung (-),

dan Riwayat Penyakit Paru (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

- Riwayat keganasan pada keluarga pasien (-)

- Riwayat DM, Hipertensi pada keluarga (-)


PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran Umum : Komposmentis

Berat Badan : 59 kg

Tinggi Badan : 170 cm

IMT : 20,4 (normoweight)

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 68 x/menit

Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,8 oC

Pemeriksaan Kepala dan Leher

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : keluar cairan (-), epistaksis (-)

Telinga : keluar cairan (-), darah (-)

Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), gusi berdarah (-)

Leher : Pembesaran KGB (+/-). Massa pada supraklavikula dextra, teraba

keras dengan ukuran 6 x 4 cm, terfiksir, pinggir rata dan tidak nyeri pada palpasi.

Pemeriksaan Thoraks :

Inspeksi : bentuk normal, pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,

penggunaan otot bantu pernapasan (-)

Palpasi : vocal fremitus seimbang kiri dan kanan

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)


Pemeriksaan Abdomen :

Inspeksi : tampak datar, distensi (-),Tanda Trauma (-), Tanda Radang (-)

Auskultasi : Bising usus 10 x/menit

Palpasi : Tanda radang (-,) Massa (-), trauma (-).

Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen.

Pemeriksaan Ektremitas :

Ekstremitas Atas : akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-/-), edema (-/-)

Ekstremitas Bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-/-), edema (-/-),

hiperpigmentasi pada regio inguinalis bilateral.

Pemeriksaan Kelenjar Lympe :

- Pembesaran kelenjar limfe (+) pada supraklavikula dextra, teraba keras

dengan ukuran 4 x 3 x 1 cm, terfiksir, pinggir rata dan tidak nyeri pada

palpasi.

- Pembesaran kelenjar limfe pada regio inguinalis dextra dan sinistra

dengan ukuran 1-2 cm.

Pemeriksaan Genitourinarius :

Status lokalis

Pemeriksaaan Rectal Toucher :

Tidak dilakukan
STATUS UROLOGI

I. Flank Area

NO Flank Area Kanan Kiri


1 Tanda trauma - -

2 Tanda radang - -
3 Tanda massa - -

4 Ballotement - -
5 Nyeri tekan CVA - -
6 Nyeri ketok CVA - -

II. Suprapubis

Inspeksi : Tampak datar, tanda trauma (-), tanda radang (-)

Palpasi : Buli tidak teraba, tanda radang (-), tanda massa (-)

III. Genitalia Eksterna

Penis

Penis : Terkubur

Posisi : Lurus

Preputium : Disirkumsisi

Trauma : Tidak ada

Radang : Tidak ada

Massa : Tidak ada

MUE : Stenosis (-), duh tubuh (-), terpasang kateter uretra (-),

indurasi (striktura uretra) (-)

Skrotum

Tanda Trauma (-)


Tanda Radang (-)

Tanda Massa (+/-) : teraba keras, padat, terfiksir, pinggir berbenjol,

ukuran 10 x 8 x 9 cm.

Testis

Testis Kanan Kiri


Keberadaan + +
Ukuran Membesar Normal

(12 x 8 x 9 cm)
Konsistensi Keras Kenyal
Nyeri tekan - -
Transluminasi - -

Rectal Toucher

Tidak dilakukan

DIAGNOSIS KERJA:

CA Testis stadium III + metastasis supradiafragma

DIAGNOSIS BANDING :

Epidydymo-orchitis

Hidrokel

Torsio testis

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Pemeriksaan Labratorium (30 April 2021)

Darah Lengkap

HB : 14.8 g/dL
Leukosit : 11,49 x 10^3 /uL (H)

Trombosit : 238 x 10^3 /uL

Eritrosit : 5,06 x 10^6 /uL

Hematokrit : 42.0%

MCV : 83,0 fL

MCH : 29,2 pg

MCHC: 35,2 g/dL

Hitung Jenis Leukosit

Basofil : 0.3 %

Eosinofil : 1.0 %

Neutrofil : 78.0 % (H)

Limfosit : 12.3 % (L)

Monosit : 8.4 % (H)

Hemostasis

PT : 17.3 detik (H)

INR : 1.24 (H)

APTT : 31.7 detik

Kimia Klinik

Albumin : 4.2 g/Dl

AST : 42 U/L (H)

ALT : 73 U/L (H)

GDS : 98 mg/dL

Ureum : 11.0 mg/dL (L)

Kreatinin : 0.83 mg/dL


Imunologi

AFP : 1.49 IU/mL

Beta HCG : 17.0 mIU/mL (H)

CT SCAN Abdomen (04 Mei 2021)

Interpretasi :

- Testis dextra : Tampak massa hipodens heterogen dengan kalsifikasi,

bersepta, berukuran lk 8,7 x 8 x 10 cm pada testis dextra.

- Testis sinistra : Ukuran tidak membesar parenkim homogen.

- Tampak pembesaran kelenjar multiple pada inguinal bilateral.

- Hepar : ukuran nomal, struktur echo parenkim normal, vena porta, vena

hepatica, vena cava inferior tidak melebar, ductus biliaris intra dan ekstra

hepatal normal, nodul (-).

- Renal dextra : ukuran normal, struktur echo parenkim,PCS

normal,batu(-), cortex dan medulla normal.

- Ureter dextra tidak melebar, batu (-).

- Renal sinistra : ukuran normal, struktur echo parenkim, PCS normal, batu

(-), cortex dan medulla normal.

- Ureter sinistra tidak melebar, batu (-)

- Vesika urinaria : dinding normal, batu (-), massa (-).

- Thorak : tampak multiple nodul hipodens pada lapang bawah dextra.

Kesan :

- Massa campuran bersepta pada testis dextra = susp malignant.

- Multipel nodul hipodens pada lapang bawah dextra = susp metastasis


Foto Thorax (04 Mei 2021)

- Cor : besar dan bentuk normal

- Pulmo : corakan bronkovaskular normal, infitrat (-)

- Diafragma dan sinus kostofrenikus normal.

Kesan :

- Cor : dalam batas normal

- Pulmo : tidak tampak kelainan.

Histopatologi (19 Mei 2021)

- Klinis : Seminoma testis dextra.

- Makroskopik : 1 buah jaringan ukuran 12 x 8 x 5,5 cm warna putih

kecoklatan, kenyal. Pada lamelasi sebagian besar massa padat putih

kusam rapuh ukuran 9 x 7 cm dan sebagian tampak rongga berisi cairan

kuning kemerahan. Diameter rongga 1-3 cm.

- Mikroskopik : Massa tumor dinding kista sebagian dilapisi epitel gepeng

berlapis dan epitel torak. Inti sel dalam batas normal. Subepitelial terdiri

dari stroma jaringan ikat fibrokolagen bersebukan sel limfosit dan pmn.

Tampak struktur tulang rawan, sel adiposity matur dengan inti di tepi

dalam batas normal. Pada satu bagian tampak sel bentuk bulat, oval

sampai polygonal yang tumbuh hiperplastis, memadat, berkelompok.

Sebagian menyusun gambaran reticular, mikrositik. Inti sel pleomorfik,

hiperkromatis, anak inti jelas, sebagian vesicular, mitosis ditemukan.

Tampak gambaran Schiller-Duval Bodies.


- Kesimpulan : Teratoma post pubertal type with Yolk Sac Tumor a/r Testis

Dextra.

DIAGNOSIS AKHIR :

Yolk sac tumor stage III + Teratoma tipe post pubertas Testis Dextra

TATALAKSANA :

Inguinal Radical Orchiectomy


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini berdasarkan anamnesis didapatkan pasien 27 tahun dibawa

ke poli RSUD Arifin Achmad setelah mengeluhkan bengkak pada testis kanan.

Dari hasil anamnesis pasien mengatakan bengkak pada testis kanan yang semakin

membesar sejak 6 bulan yang lalu, semakin lama semakin membesar hingga dua

kali ukuran telur ayam. Konsistensi dari massa keras, pinggir berbenjol, terfiksir

dan tidak nyeri.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang dan tanda

vital normal kecuali suhu badan sedikit meningkat. Terdapat pembesaran kelenjar

getah bening didaerah supraklavikula dextra dan inguinalis. Berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik dicurigai bahwa pasien terkena kanker testis

sehingga penting untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yang mendukung

seperti Darah rutin, kimia klinik, Imunologi, CT-Scan, Rontgen dada.

Tatalaksana pada pasien ini adalah tatalaksana operatif yaitu inguinal

radical orchiectomy dan kemoterapi.


DAFTAR PUSTAKA

1. Chia VM, Quraishi SM, Devesa SS, dkk. International trends in the
incidence of testicular cancer, 1973-2002. Cancer Epidemiology
Biomarkers. May 2010

2. Rustom P, John M. Epidemiology of testicular cancer. BJU International.


2009.

3. Park JS, Kim J, Elghiaty A, Ham WS. Recent global trends in testicular
cancer incidence and mortality. Medicine (Baltimore). 2018
Sep;97(37):e12390. 

4. Smith ZL, Werntz RP, Eggener SE. Testicular Cancer: Epidemiology,


Diagnosis, and Management. Med Clin North Am. 2018 Mar;102(2):251-
264.

5. Purnomo B. Dasar-dasar Urologi. CV Sagung Seto. Malang. 2016

6. Snell R. Anatomi klinis : berdasarkan system. Jakarta : EGC. 2012

7. Eroschenko VP. Atlas Histologi difiore dengan korelasi fungsional. Edisi


ke 11. 2010.

8. Gaddam SJ, Chestnut GT. Testicle Cancer. StatPearls. February 2021.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563159/

9. Williamson SR, Delahunt B, Magi-Galluzzi C, Algaba F, Egevad L,


Ulbright TM, Tickoo SK, Srigley JR, Epstein JI, Berney DM., Members of
the ISUP Testicular Tumour Panel. The World Health Organization 2016
classification of testicular germ cell tumours: a review and update from the
International Society of Urological Pathology Testis Consultation
Panel. Histopathology. 2017 Feb;70(3):335-346.

10. Skakkebaek et al. Testicular cancer pathogenesis, diagnosis, and endocrine


aspect. Dari : www.endotext.org/male/male13/m ale13.htm

11. Kreydin EI, Barrisford GW, Feldman AS, Preston MA. Testicular cancer:
what the radiologist needs to know. AJR Am J Roentgenol. 2013
Jun;200(6):1215-25.

12. Futagami M, Yokoyama Y, Shigeto T, Mizunuma H. A case of recurrent


yolk sac tumor as spindle cell sarcoma of the abdominal wall. Eur J
Gynaecol Oncol. 2010;31(6):690-3. 

13. Stang A, Trabert B, Wentzensen N, Cook MB, Rusner C, Oosterhuis JW,


McGlynn KA. Gonadal and extragonadal germ cell tumours in the United
States, 1973-2007. Int J Androl. 2012 Aug;35(4):616-25.
14. Maizlin II, Dellinger M, Gow KW, Goldin AB, Goldfarb M, Nuchtern JG,
Langer M, Vasudevan SA, Doski JJ, Raval MV, Beierle EA. Testicular
tumors in prepubescent patients. J Pediatr Surg. 2018 Sep;53(9):1748-
1752. 

15. Janugade H, Monteiro J, Gouda S. Pure yolk sac tumour, post-pubertal


type, arising from cryptorchid testes. BMJ Case Rep. 2019 Jul 22;12(7)

16. Kato N, Tamura G, Fukase M, Shibuya H, Motoyama T.


Hypermethylation of the RUNX3 gene promoter in testicular yolk sac
tumor of infants. Am J Pathol. 2003 Aug;163(2):387-91.

17. Siltanen S, Anttonen M, Heikkilä P, Narita N, Laitinen M, Ritvos O,


Wilson DB, Heikinheimo M. Transcription factor GATA-4 is expressed in
pediatric yolk sac tumors. Am J Pathol. 1999 Dec;155(6):1823-9.

18. Cornejo KM, Frazier L, Lee RS, Kozakewich HP, Young RH. Yolk Sac
Tumor of the Testis in Infants and Children: A Clinicopathologic Analysis
of 33 Cases. Am J Surg Pathol. 2015 Aug;39(8):1121-31.

19. Kim CY, Choi JW, Lee JY, Kim SK, Wang KC, Park SH, Choe G, Ahn
HS, Kim IH, Cho BK. Intracranial growing teratoma syndrome: clinical
characteristics and treatment strategy. J Neurooncol. 2011 Jan;101(1):109-
15.

20. Turashvili G. Yolk sac tumor. PathologyOutlines.com. May 2021. website.


https://www.pathologyoutlines.com/topic/ovarytumoryolksac.html.
Accessed June 6th, 2021.

21. Kattuoa MI, Kumar A. Yolk Sac Tumors. StatPearls. Desember, 2020.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563163/. Accessed June 6th,
2021

Anda mungkin juga menyukai