Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk ”Fictitious
Disorder” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Ilmu
Perilaku di bawah bimbingan Ibu Devi Risma
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan
di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami sendiri khususnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................. 1
Daftar isi ........................................................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan ........................................................................................................................... 3
Bab II Pembahasan........................................................................................................................... 5
a. Definisi Factitious Disorder ................................................................................................. 5
b. Etiologi Factitious Disorder ................................................................................................. 5
c. Epidemiologi Factitious Disorder ........................................................................................ 6
d. Patofisiologi Factitious Disorder ........................................................................................ 7
e. Sub Tipe Factitious Disorder ............................................................................................... 7
i. Gangguan buatan dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol ................... 7
ii. Gangguan buatan dengan tanda dan gejala fisik yang menonjol ............................. 8
iii. Gangguan buatan dengan kombinasi tanda dan gejala psikologis dan fisik ............ 8
iv. Gangguan buatan yang tidak ditentukan ................................................................. 8
f. Gambaran Klinis Factitious Disorder ................................................................................... 8
g. Diagnosis Factitious Disorder .............................................................................................. 9
h. Diagnosis Banding ............................................................................................................... 10
i. Pengobatan ......................................................................................................................... 10
j. Prognosis ............................................................................................................................. 10
Bab III Kesimpulan............................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka.................................................................................................................................. 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan Buatan adalah kondisi di mana seseorang individu bertindak seperti diamemiliki
penyakit fisik atau mental walaupun ia sebenarnya tidak benar-benar sakit.Gangguan buatan
mengacu pada kondisi kejiwaan di mana pasien sengaja menghasilkan ataumemalsukan gejala
penyakit untuk tujuanmengasumsikan peran sakit (sick role) untukmemenuhi kebutuhan psikologis
seperti mendapatkan kasih sayang, perhatian dan perawatandari orang tertentu. Orang dengan
Gangguan Buatan dengan sengaja membuat-buat ataumelebih-lebihkan gejala penyakit dalam
berbagai cara. Mereka mungkin berbohong ataumemalsukan gejala, melukai diri sendiri, atau
mengubah tes labotorium seperti mencemarisampel urin dengan darah atau protein.
Orang dengan Gangguan Buatan berperilaku seperti ini karena kebutuhan batin
danpsikologis untuk terlihat sebagai orang sakit atau terluka, bukan untuk mencapai manfaatyang
jelas, seperti keuntungan finansial. Mereka sering membuang waktu dan sumber dayakeuangan
dengan masuk rumah sakit yang tidak perlu dan berulang, tes-tes penyelidikan danlabotorium yang
mahal, dan masa pengobatan yang berkepanjangan. Bahkan merekabersedia menjalani tes berisiko
dan menyakitkan atau operasi untuk mendapatkan simpati danperhatian khusus dari orang tertentu.
Gangguan Buatan dianggap penyakit mental karena mereka berhubungan dengankesulitan
emosional yang berat. Banyak orang dengan Gangguan Buatan juga menderitakondisi mental
lainnya, terutama gangguan kepribadian. Orang dengan gangguan kepribadianmemiliki pola berpikir
dan bertindak yang berbeda dengan apa yang dianggap masyarakatsetempat sebagai biasa atau
normal. Orang-orang ini umumnya juga tidak memilikikemampuan atau mekanisme penyesuaian
yang baik untuk mengatasi masalah kehidupanperibadi (coping skills) dan menghadapi masalah
dalam membentuk hubungan yang sehat.
Pasien dengan Gangguan Buatan kemungkinan telah ditemukan sepanjang sejarahmanusia.
Kehadiran penyakit ini dalam literature medik telah ada semenjak zaman Galen,seorang Dokter
Romawi terkenal yang menulis tentang Gangguan Buatan pada abad kedua.Istilah “Factitious”
didapatkan dari sebuah buku yang ditulis oleh seorang Dokter Inggerisyaitu Gavin, diterbitkan pada
1843, berjudul On Feigned and Factitious Diseases . Padatahun 1800-an, Gavin menggambarkan
bagaimana beberapa tentara dan pelaut berpura-purasakit untuk mendapatkan perhatian dan
perawatan istimewa. Sejarah modern Gangguanbuatan dimulai pada 1951 dalam artikel The Lancet
yang dikarang psikiater British ,RichardAsher, yang turut memperkenalkan istilah Munchausen's
syndrome untuk menjelaskansubtipe kronis dari Gangguan Buatan. Didapatkan istilah Sindrom
Munchausen setelahBaron von Munchausen, seorang pensiun perwira kavaleri Jerman
3
yangmengisahkanpertualangan hidupnya dalam sebuah buku kecil pada 1785 sebagai tentara yang
dieksploitasiuntuk mendapat perhatian dari pembaca. Orang dengan sindrom Munchausen
dikatakanbiasanya (1) menunjukkan bekas luka bedah yang banyak, terutama di perut, (2)
tampilansecara kasar, atau menghindar, (3)memberikan sejarah medis dramatis. Pada tahun
1977,Gallengerg adalah orang pertama yang dilaporkan sebagai kasus Gangguan buatan
dengangejala utama psikologis. Gangguan Buatan dikenal sebagai satu kategori diagnosa
formaldidalam DSM-III pada tahun 1980.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
orang tua dengan cara menagih perhatian melalui Gangguan Buatan. Penjelasan berikut ini
juga berkemungkinan:
Terdapat kecenderungan masokis yang mendasari
Perlecehan semasa kecil baik fisik amaupun seksual
Kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dan merasa penting
Kebutuhan mengasumsikan status dependen atau peran sakit dan menerima
perawatan
dari orang lain Untuk mengurangi rasa tidak berharga atau kerentanan
Untuk merasa lebih unggul dari figur otoritas (misalnya, dokter) dengan cara
menipu dan
mempermainkan dokter
Mortalitas / Morbiditas
Gangguan buatan dapat menyebabkan morbiditas dan mortilitas dari penciptaan
kembali pasien kondisi medis yang sebenarnya (misalnya, injeksi eksogen insulin)
6
atau dari prosedur yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosa atau mengobati
kondisi (misalnya, kateterisasi jantung yang tidak perlu, operasi). Gejala buatan yang
disengajakan dari penyakit juga dapat menyebabkan gangguan emosi dan
penderitaan bagi pasien dan mereka yang dekat dengan pasien. Tidak ada penelitian
telah dihitung estimasi jumlah morbiditas dan mortilitas dari gangguan buatan.
Seks
Orang dengan gangguan buatan biasanya perempuan dengan ratio 3:1 dan
bekerja di
bidang kesehatan seperti perawat atau teknologi medis. Bekerja di bidang
medis memberikan pengetahuan tentang bagaimana penyakit mungkin
dihasilkan secara buatan dan menyediakan akses ke peralatan (misalnya,
jarum suntik, bahan kimia) dengan yang untuk melakukannya. Orang
dengan gangguan buatan kronis (yakni, sindrom Munchausen) cenderung
belum
menikah pria yang terisolasi dari keluarga mereka. Pelaku Factitious Disorder
by Proxy biasanya ibu yang menyebabkan penyakit pada
anak-anak mereka, namun kadang-kadang ayah atau orang lain yang
bertanggung jawab. Umur Orang dengan gangguan buatan cenderung
wanita berusia 20-40 tahun. Orang dengan gangguan buatan kronis (yakni,
sindrom Munchausen) cenderung 50-an.
d. Patofisiologi Fictitious Disorder
Seperti kebanyakan penyakit kejiwaan lainnya, patofisiologi gangguan buatan tidak
jelas. Laporan kasus kelainan pada MRI dari otak pasien dengan gangguan buatan kronis
menunjukkan bahwa faktor biologi otak mungkin memainkan peran dalam beberapa kasus.
Misalnya, dalam satu laporan, seorang pasien dengan sindrom Munchausen yang
menjalani SPECT scan menunjukkan kondisi hiperperfusi dari hemithalamus kanan.Selain
itu, beberapa pasien dengan gangguan buatan telah memperlihatkan kelainan pada tes
psikologis. Hasil studi EEG sejauh ini tidak spesifik.
7
seperti pengalaman pancaindera yang tidak sesuai dengan realita misalnya,
mendengar suarasuara berbicara. Sindrom Ganser, terkadang disebut psikosis
penjara, adalah gangguan buatan yang pertama diamati dalam tahanan. Orang
dengan sindrom Ganser memiliki episode jangka pendek perilaku aneh serupa
dengan yang ditunjukkan oleh orang dengan penyakit mental yang serius.
o Gangguan buatan dengan gejala fisik dominan: Orang dengan gangguan ini
mengklaim memiliki gejala berkaitan dengan penyakit fisik, seperti gejala nyeri
dada, masalah perut, mual, muntah, kejang atau demam. Gangguan ini kadang-
kadang disebut sebagai Munchausen sindrom, dinamakan Baron von Munchausen,
seorang perwira abad ke-18 Jerman
o Gangguan buatan dengan campuran gejala psikologis dan fisik: Orang dengan
gangguan ini menghasilkan gejala baik penyakit fisik dan mental.
Gangguan buatan YTT (Not otherwise specified): Jenis ini termasuk gangguan yang disebut Factitious
Disorder by Proxy (juga disebut Munchausen syndrome by proxy). Orang dengan gangguan ini
memproduksi atau membuat gejala penyakit pada orang lain dalam perawatan mereka. Ia paling
sering terjadi pada ibu (meskipun dapat terjadi pada ayah) yang sengaja mencederai anak mereka
untuk menerima perhatian.
f. Gambaran Klinis Fictitious Disorder
Anamnesis
Pasien dapat merekayasa dengan riwayat buatan (misalnya mengaku telah mengalami
episode syncope), atau dengan riwayat buatan ditambah manipulasi dari instrumen
pemeriksaan (misalnya mengklaim dan memanipulasi termometer yang menunjukkan
demam), dengan riwayat dan menggunakan agen eksternal untuk meniru penyakit
(misalnya menambahkan darah eksogen kedalam urin dan mengaku hematuria), atau
dengan riwayat buatan dan meransang keadaan medis aktual (misalnya suntik bakteri
untuk menghasilkan infeksi, menelan obat SSP aktif menyebabkan gejala kejiwaan). Deteksi
gangguan buatan biasanya diperlambat oleh kecenderungan alami dokter untuk
memercayai apa pasien katakan. Tentu saja, kecenderungan ini mungkin lebih besar karena
banyak pasien gangguan buatan bekerja bidang kesehatan. Deteksi gangguan buatan
dengan kondisi medis aktual sebenarnya bisa lebih sulit. Kehadiran faktor meningkatkan
kemungkinan bahwa penyakitnya adalah buatan:
- Presentasi atipikal dan dramatic
- Inkonsistensi antara riwayat dan temuan objektif
- Data dan informasi yang kabur dan tidak konsisten
8
- Rekam medis yang berkepanjangan dengan masuk rumah sakit yang berulang dalam
beberapa kota yang berbeda
- Pengetahuan tentang buku yang mendeskripsi penyakit tertentu
- Penggunaan terminologis medis dan pengetahuan tentang rumah sakit
- Kerja di bidang medis yang berhubungan
- Pseudologia fantastica
- Keengganan untuk membenarkan dokter bertemu atau berbicara dengan keluarga,
teman atau dokter yang menangani sebelumnya.
Diagnosis
Karena adanya ketidakjujuran, mendiagnosis gangguan buatan adalah sangat sulit.
Selain itu, dokter harus menyingkirkan setiap penyakit fisik dan mental yang mungkin,
dan menggunakan berbagai tes diagnostik dan prosedur sebelum mempertimbangkan
diagnosis gangguan buatan.Jika dokter tidak menemukan alasan fisik untuk gejala
tersebut, maka hendaklah merujuk individu tersebut ke psikiater atau psikolog -
profesional kesehatan mental yang khusus dilatih untuk mendiagnosa dan mengobati
penyakit mental. Psikiater dan psikolog menggunakan riwayat menyeluruh, fisik, tes
laboratorium, pencitraan, dan tes psikologis untuk mengevaluasi seseorang dengan
Gangguan Buatan atau Sindrom Munchausen. Dokter mendasarkan diagnosa nya pada
pengecualian penyakit fisik atau mental yang sebenarnya, dan observasi atau
pengamatan kontinu terhadap sikap dan perilaku pasien.
g. Diagnosis Banding Fictitious Disorder
1. Malingering
Malingering adalah kondisi mental di mana pasien bertindak merekayasa atau melebih-
lebihkan gejala fisik atau metal untuk mengasumsi peran sakit untuk ‘secondary gain
motives’ atau isentif eksternal. Misalnya,kompensasi financial, kelonggaran dari
pekerjaan, bebas dari narapidana, mendapatkan obat-obatan,dll.
2. Gangguan Somatisasi
Gangguan Buatan mirip dengan kelompok lain gangguan mental yang disebut Gangguan
somatoform, yang juga melibatkan kehadiran gejala yang bukan karena penyakit fisik
atau mental yang sebenarnya. Perbedaan utama antara kedua kelompok gangguan
adalah bahwa orang dengan gangguan somatoform tidak dengan sengaja memalsukan
atau membuat-buat gejala palsu untuk tujuan tertentu dan tidak mau untuk menjalani
pemeriksaan atau operasi yang beresiko.
9
h. Pengobatan Fictitious Disorder
Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengubah perilaku pasien dan
mengurangi penyalahgunaan dari sumber daya medik. Dalam kasus Factitious Disorder by
Proxy tujuannya adalah untuk menjamin keselamatan dan perlindungan terhadap anak-
anak. Setelah tujuan utama terwujud, pengobatan diarahkan untuk menyelesaikan isu
psikologis yang mendasari dan mungkin menjadi penyebab kepada gangguan perilaku
pasien. Tidak ada obat psikiatrik yang benar- benar diresepkan untuk gangguan buatan.
Namun, Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) dapat membantu mengatasi
masalah mendasar seperti depresi maupun anxietas. Obat-obatan seperti SSRI yang
digunakan untuk mengobati gangguan suasana hati dapat digunakan untuk mengobati
Gangguan Buatan, kerana gangguan mood ini bisa menjadi penyebab yang mendasari.
Beberapa penulis (seperti Prior dan Gordon 1997) juga melaporkan respon yang baik
untuk obat antipsikotik seperti pimozide.
Terapi Keluarga juga bisa menjadi bantuan. Dalam terapi seperti itu, keluarga
dibantu untuk lebih memahami pasien (individu dalam keluarganya dengan Gangguan
Buatan) dan kebutuhan mereka akan perhatian. Dalam pengaturan terapeutik, keluarga
didesak untuk tidak membiarkan atau membenarkan perilaku individu Gangguan Buatan.
Perawatan tidak akan berhasil jika keluarga tidak mampu bekerja sama atau
menampilkan tanda-tanda penolakan dan / atau gangguan antisosial.
Psikoterapi adalah metode lain berupa konseling digunakan untuk mengobati
gangguan tersebut. Pengobatan fokus pada perubahan pola pikir dan perilaku individu
dengan gangguan (terapi kognitif-perilaku). Sesi ini harus berfokus pada psikiater
membangun dan memelihara hubungan dengan pasien. Hubungan seperti ini dapat
membantu untuk membendung gejala-gejala Gangguan Buatan. Pemantauan dan
observasi yang kontinu juga merupakan bentuk terapi yang dapat diindikasikan untuk
pasien. Gangguan Buatan terbukti berbahaya kepada kesehatan individu kerana dapat
mengakibatkan penyakit fisiologis/fisik.
10
penderita skizofrenia. Selain itu, kebanyakan orang dengan gangguan buatan menolak
untuk perawatan, sering bersikap keras dan mempertahankan bahwa gejala mereka adalah
asli dan bukannya merupakan gangguan mental. Beberapa derajat pemulihan,
bagaimanapun, adalah mungkin. Perjalanan waktu tampaknya ini sangat membantu dalam
proses pemulihan. Ada banyak kemungkinan penjelasan untuk kejadian ini, meskipun tidak
ada saat ini dianggap pasti. Ini mungkin bahwa seorang individu Ganguan Buatan telah
menguasai seni merekayasa dan berpura-pura sakit selama bertahun-tahun sehingga
gangguan ini tidak lagi dapat dibedakan.
Prognosis gangguan buatan bervariasi oleh subkategori. Pria didiagnosis dengan
subtipe psikologis Gangguan Buatan umumnya dianggap memiliki prognosis terburuk.
Melukai diri sendiri dan upaya bunuh diri yang umumnya terjadi pada individu Gangguan
Buatan. Prognosis untuk sindrom Munchausen adalah juga jelek; statistik untuk episode
berulang dan berhasil bunuh diri berkisar antara 30% dan 70%. Prognosis untuk Gangguan
Buatan non-kronis pada wanita adalah variabel, beberapa pasien menerima pengobatan
dan melakukannya dengan cukup baik. Subkategori ini, bagaimanapun, sering pulih dengan
sendiri setelah pasien berusia 40 tahun. Factitious Disorder by Proxy melibatkan resiko
yang cukup tinggi untuk anak-anak; 9-10% kasus kematian anak.
11
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan Buatan adalah satu kondisi mental dimana seseorang bertindak sebagai jika
memiliki baik penyakit fisik maupun mental dengan sengaja dan sadar memproduksi, merekayasa,
berpura-pura, atau melebih-lebihkan gejala bahkan menimbulkan cedera diri untuk mengasumsi
peran sakit (sick role). Alasan utama mengapa individu mengembangkan gangguan ini adalah untuk
mengasumsikan status "pasien." bagi memenuhi kebutuhan psikologis seperti mendapatkan
perhatian, kasih sayang dan perawatan dari orang tertentu. Mereka melakukannya dengan
mengkontaminasi sampel urin dengan darah dan feces, mengambil halusinogen, menyuntikkan diri
dengan bakteri untuk memproduksi infeksi, atau menyuntik diri dengan insulin untuk memproduksi
gejala atau hasil tes yang abnormal.
Pasien dengan Gangguan Buatan seringkali memiliki latar belakang masa anak-anak yang
ditinggalkan dan diabaikan oleh keluarga dan orang tua (abuse, neglect and abandonment),
perlecehan semasa kecil baik fisik amaupun seksual. Penyebab lainnya adalah adanya riwayat
penyakit sebelumnya yang menyebabkan pasien merasa nyaman dan normal dengan kondisinya
sebagai orang sakit. Selain itu, adanya kontak yang dekat dengan orang sakit menyebabkan pasien
merasa iri dan ingin mendapatkan perhatian dengan cara mengasumsi peran sakit
Menurut DSM-IV, terdapat 4 subtipe Gangguan Buatan seperti berikut: (1) gangguan buatan
dengan tanda-tanda dan gejala psikologis dominan, (2) gangguan buatan dengan tanda-tanda dan
gejala fisik dominan (3) gangguan buatan dengan kombinasi tanda-tanda dan gejala psikologis dan
fisik (4) gangguan buatan yang tidak tergolongkan YTT
Manifestasi klinis adalah seperti berikut:
12
- Kekambuhan yang dapat diprediksi setelah pembaikan kondisi fisik
- Terdapat luka bekas operasi yang multiple disebut "gridiron abdomen,"
Tidak ada obat psikiatrik yang benar- benar diresepkan untuk gangguan buatan. Namun,
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) dapat membantu mengatasi masalah mendasar seperti
depresi maupun anxietas. Obat-obatan seperti SSRI yang digunakan untuk mengobati gangguan
suasana hati dapat digunakan untuk mengobati Gangguan Buatan, kerana gangguan mood ini bisa
menjadi penyebab yang mendasari. Beberapa penulis (seperti Prior dan Gordon 1997) juga
melaporkan respon yang baik untuk obat antipsikotik seperti pimozide. Psikoterapi adalah
pengobatan primer untuk Gangguan Buatan. Psikoterapi berorientasikan konseling berfokus pada
perubahan pola pikir dan perilaku individu dengan gangguan (terapi kognitif-perilaku). Selain itu,
Terapi Keluarga juga diberikan untuk membantu keluarga lebih memahami kondisi pasien (individu
dalam keluarganya dengan Gangguan Buatan) dan kebutuhan mereka akan perhatian.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.antoniocasella.eu/archipsy/Kay_Tasman_psichiatry_2006.pdf
14