Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GELANDANGAN PSIKOTIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Pembimbing :
Sa’adah, S.Kep., Ns

Disusun Oleh :
Kelompo 5
Ahmad Doni Faisal 11194561920074
Dona Kristina 11194561920080
Hamidah 11194561920086
Ivana Itasia Putri 11194561920089
Ni Kadek Dwi Eva Lestari 11194561920096
Noor Hikmah 11194561920098
Rohandi Yusuf 11194561920105
Yahayu 11194561920113

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat melaksanakan Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gelandangan Psikotik ini.
Adapun Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II agar bisa tercapai
sistem pembelajaran semester ini.
Dalam rangka pembuatan makalah tentang Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gelandangan Psikotik oleh sebab itu,
sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sa’adah, S.Kep., Ns Ibu selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman sekelompok
Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan. Guna memperbaiki laporan makalah ini agar menjadi lebih baik, maka
penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang membaca
laporan ini.

Banjarmasin, Oktober 2019

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Tujuan.................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN KASUS.........................................................................................6
A. Pengertian............................................................................................................ 6
B. Etiologi................................................................................................................. 6
C. Pathway............................................................................................................... 9
D. Manifestasi Klinik................................................................................................10
E. Komplikasi..........................................................................................................10
F. Diagnosa Keperawatan......................................................................................10
G. Penatalaksanaan Medis.....................................................................................11
H. Penatalaksanaan Keperawatan..........................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gelandangan dan pengemis merupakan masalah sosial yang akut.
Fenomena ini menjadi masalah sosial di perkotaan, tidak hanya kota besar
tetapi juga di kota-kota kecil. Hal ini karena beberapa faktor yang
menyebabkan kemunculan mereka dan belum berhasil dituntaskan hingga ke
akar-akarnya.

Gelandangan merupakan orang-orang yang hidup dalam keadaan


tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat
setempat serta tidak mempunyai pencarian dan tempat tinggal yang tetap.
Kebanyakan dari mereka memenuhi kebutuhan hidup mengembara di
jalanan dan ditempat umum. Sedangkan pengemis juga merupakan orang-
orang yang mendapat penghasilan dengan meminta-minta ditempat umum
dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang
lain. (Joni, 2014)

Ini merupakan fenomena yang mana terkadang sebagian mereka


menjadi gelandangan dan pengemis bukan karena tidak memiliki
kemampuan untuk bekerja seperti orang lain pada umumnya. Tetapi
sebagian mereka menjadi demikian karena malas, tidak adanya rasa malu
serta pola fikir yang rendah dan perilaku yang merasa diliputi kebodohan dan
akses kemudahan dan kesenangan dalam mendapatkan uang dari hasil
meminta-minta. Akhirnya mereka menjadi ”manja” karena dengan belas kasih
orang lain mereka mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras (Roby,
2014)

Permasalahan sosial gelandangan dan pengemis merupakan


akumulasi dan interaksi dari berbagai permasalahan seperti hal-hal
kemiskinan, pendidikan rendah, minimnya keterampilan kerja yang dimiliki,
lingkungan sosial budaya, kesehatan dan lain-lain. Kemudian masalah
tersebut jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka dapat menyebabkan
peningkatan jumlah gelandangan dan pengemis yang sangat pesat. Dampak
dari meningkatnya gelandangan dan pengemis adalah munculnya ketidak

4
teraturan sosial (social disorder) yang ditandai dengan kesemrawutan,
ketidaknyamanan, ketidaktertiban serta mengganggu keindahan kota.
Padahal disisi lain mereka adalah warga negara yang memiliki hak dan
kewajiban yang sama, sehingga mereka perlu diberikan perhatian yang sama
untuk mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak (Kemenkes,
2017)

Dalam menangani gelandangan psikotik, tidak hanya pemerintah


pusat saja yang berperan, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah. Seperti disebutkan dalam UndangUndang Nomor 18 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Jiwa dimana disebutkan pada Pasal 80 bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukan
penatalaksanaan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang
terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang
lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum.

B. Tujuan
Untuk mengetahui Laporan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gelandangan Psikotik

5
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengertian
Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang
hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak
dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat
umum tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis). Penyebutan
istilah gelandangan psikotik adalah penderita gangguan jiwa kronis yang
keluyuran dijalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan
merusak keindahan lingkungan. (Karnadi, 2014).
Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang
dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan
jiwa dengan realitas. Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu
lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-harinya, dirumah,
disekolah, di tempat kerja, atau dilingkungan sosialnya (Karnadi, 2014).

B. Etiologi
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu
Kedokteran Jiwa bahwa munculnya gelandangan psikotik disebabkan oleh
faktor keluarga tidak peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak
diberikan, tersesat ataupun karena urbanisasi yang gagal. Ciri-ciri
gelandangan psikotik ini ditandai dengan tubuh yang kotor sekali, rambutnya
seperti sapu ijuk, pakaiannya compangcamping, membawa bungkusan besar
yang berisi macam-macam barang, bertingkah laku aneh seperti tertawa
sendiri serta sukar diajak berkomunikasi.
Penyandang psikosis organik pada umumnya disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak yang menyebabkan berkurang atau rusaknya
fungsi-fungsi pengenalan, ingatan, intelektual, perasaan dan kemauan,
beratnya gangguan dan kekalutan mental tersebut tergantung pada
parahnya kerusakan organik pada otak. Sementara penyandang psikosis
fungsional disebabkan oleh faktor-faktor non-organik, ditandai oleh
disintegrasi dengan dunia realitas, disintegrasi pribadi dan kekalutan mental

6
yang progresif, sering kali dibayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi,
dan delusi, sering mengalami stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun,
keadaannya seperti terbius).
Kriteria psikotik:
- Psik otik organik adalah psikotik yang penyebabnya adalah

gangguan pada susunan syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan


oleh kondisi fisik , gangguan metabolisme dan intoksikasi obat.
- Psikotik Fungsional adalah Psikotik yang disebabkan oleh gangguan

pada kepribadian seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu


skizofrenia (perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan
curiga.
Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan
psikotik
1. Faktor predisposisi
1) Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
2) Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
3) Teori virus daninfeksi
2. Faktor presipitasi
1) Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan
otak
2) Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan
3) Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional),
Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
1) Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konstan
4) Bergerak menuju prestasi kerja

7
4. Mekanisme koping
1) Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam
upaya mengelola ansietas)
2) Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada
orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran
Faktor penyebab psikotik
1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)
2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan
3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang
4. kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak
5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.
UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya
gelandangan dan psikotik adalah :
1. Keluarga tidak perduli
2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi

8
C. Pathway

Gangguan Jiwa

Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi

1. Biologis/jasmaniah: 1. Biologis
- Keturunan 2. Stress Lingkungan
- Jasmaniah 3. Sumber Koping
- Temperamen
- Penyakit dan cedera
tubuh
2. Psikologis
3. Sosial

Terapi Modalitas : Terapi Terapi Non


-Terapi Keluarga Farmakologi/Obat Farmakologi :
-Terapi Kejang Listrik -Terapi Individu
-Terapi Bermain
-Terapi
Somatic/Biologis
-Terapi Lingkungan
-Terapi Kognitif
-Terapi Kelompok SP Pasien SP
-Terapi Bermain Keluarga
-Terapi Perilaku

9
D. Manifestasi Klinik
1. Tubuh kotor sekali
2. Rambut seperti sapu ijuk
3. Pakaian compang camping
4. Membawa bungkusan besar dan berisi macam-macam barang
5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak
berkomunikasi dan bermusuhan
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok

E. Komplikasi
1. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan berbagai
tingkat kepribadian yang mengurangi kemampuan individu untuk bekerja
secara efektif dan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
2. Demansia diklasifikasikan sebagai gangguan medis dan kejiwaan,
demensia terkait dengan hilangnya fungsi otak. Demensia melibatkan
masalah progresif dengan memori, perilaku, belajar, dan komunikasi
yang mengganggu fungsi sehari-hari dan kualitas hidup.
3. Kerusakan kognitif reversibel seperti kekurangan gizi, infeksi dan lain-
lain.
4. Kerusakan kognitif ireversibel seperti alzheimer dan vaskular demensia
merupakan kerusakan kognitif ireversibel yang paling umum. Alzheimer
memiliki resiko meliputi usia, genetika, kerusakan otak, sindroma down.

F. Diagnosa Keperawatan
 Halusinasi
 Isolasi sosial
 Harga diri rendah
 Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
 Gangguan proses pikir : waham
 Resiko bunuh diri
 Defisit perawatan diri

10
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Soetomo penataleksanaan pada pasien dengan gelandangan
psikotik yaitu dengan melakukan rehabilitasi.

Langkah-langkah penataleksanaan rehabilitasi sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi

Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu muncul dalam


kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama
yang mengalami perkembangan, akan tetapi dapat pula menjadi
masalah baru yang muncul karena perkembangan dan perubahan
kehidupan sosial, ekonomi dan kultural, masalah sosial dianggap sebagai
kondisi yang tidak diinginkan oleh karena dapat membawa kerugian baik
secara fisik maupun non fisik pada individu, kelompok ataupun
masyarakat. Secara keseluruhan, atau dapat juga merupakan kondisi
yang dianggap bertentangan dengan nilai, norma dan standar sosial.

2. Tahap Diagnosis.
Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong
munculnya respon dari masyarakat, berupa tindakan bersama untuk
memecahkan masalah bersama. Agar upaya pemecahan masalah
mencapai hasil yang di harapkan, di butuhkan pengenalan tentang sifat,
eskalasi dan latar belakang masalah.

3. Tahap Treatment
Upaya untuk menghilangkan masalah sosial, akan tetapi dalam
banyak hal juga dapat berupa usaha untuk mengurangi atau mengatasi
berkembangnya permasalahan sosial.
Selanjutnya langkah-langkah pelaksanaan layanan dan rehabilitasi
sosial bagi gelandangan, menurut dinas sosial menggunakan bantuan
utama pendekatan pekerja sosial di dukung dengan profesi lain yang
terkait. Adapun langkah yang perlu di lakukan adalah:
a. Pendekatan Awal
Pendekatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
pekerja sosial untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari

11
pihak-pihak yang terkait serta berwenang terhadap masalah
penertiban gelandangan, pihak yang peduli terhadap pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi gelandangan, terhadap masyarakat sebagai
pemilik sumber daya informasi yang ada di lingkungan masyarakat
sekitar dan memotivasi terhadap calon klien untuk masuk panti
rehabilitasi sosial. Calon klien yang dimotivasi diperoleh dari proses
perekrutan. Penarikan (rekruitmen) adalah proses pencarian para
calon klien untuk masuk panti rehabilitasi. Adapun cara rekruitmen
tersebut dapat melalui :
b. Trantib keamanan (razia)
c. Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain seperti rumah sakit, dinas
sosial dan LSM.
d. Penerimaan dan Pengasramaan
Penerimaan adalah rangkaian kegiatan administratif, maupun teknis
yang meliputi registrasi klien (klien tercatat dalam buku panti).
Pengasramaan adalah menempatkan klien definitif dalam asrama
dengan kondisi, situasi dan fasilitas panti.

4. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment)


Pengungkapan dan pemahaman masalah adalah upaya untuk mencari
dan menggali data penerima pelayanan (klien), mulai dari faktor-faktor
penyebab masalah klien, dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki klien,
semua ini dilakukan dalam upaya untuk membantu proses rehabilitasi
sosial dan mempercepat penyembuhannya.

5. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi social


Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial didasarkan pada hasil
assessmen yang dilakukan oleh pekerja sosial. Hasil assesment tersebut
menjadi acuan untuk memberikan pelayanan dalam menangani klien
dalam proses rehabilitasi sosial. Adapun pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan hasil assesment tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek yang
terdapat dalam assesmen.

12
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan paada tindakan keperawatan ini dalam tahap
pemeliharaan berfokus ada pendidikam manajemen dan pengendalian diri
dari gejala dan mengidentifikasi gejala yang berhubungan dengan
kekambuhan.
Tahapan kekambuhan
- Tahap 1 : kewalahan berlebih ( mengeluh kewalahan, gejala anxietas

yang intensif)
- Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya

bergabung dengan gejala depresi)


- Tahap 3 : rasa malu ( biasanya hipomania dan halusinasi dan klien

tidak bisa mengendalikan)


- Tahap 4 : disorganisasi Psikotik ( tahap ini gejala gangguan jiwa jelas

terjadi, halusinasi, waham)


- Tahap 5 : resolusi Psikotik ( tahap ini di rumah sakit dan terjadi

penyembuhan psikotik )

13
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan
psikotik
1. Faktor predisposisi
a. Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui,
tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh
b. Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
c. Teori virus daninfeksi
2. Faktor presipitasi
a. Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak
b. Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
c. Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional), Kekecewaan
yang tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
a. Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
b. Pencapaian wawasan
c. Kognitif yang konstan
d. Bergerak menuju prestasi kerja
4. Mekanisme koping
a. Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola
ansietas)
b. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
c. Menarik diri
d. Pengingkaran

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

14
3. Resiko perilaku kekerasan

C. Penatalaksanaan Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1 Defisit Perawatan Diri  Self care : Activity of  Self Care assistane :
Daily Living (ADLs) ADLs
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemempuan klien
keperawatan selama 3x24 untuk perawatan diri yang
jam masalah perawatan diri mandiri.
dapat teratasi dengan 2. Monitor kebutuhan klien
Kriteria hasil : untuk alat-alat bantu untuk
1. Klien terbebas dari bau kebersihan diri,
badan berpakaian, berhias,
2. Dapat melakukan ADLS toileting dan makan.
dengan bantuan 3. Sediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-
care.
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
2 Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan 1. Ekspresi wajah

15
sensori: Halusinasi keperawatan selama 3x24 bersahabat,
jam masalah halusinasi dapat menunjukkan rasa
teratasi dengan senang, ada kontak
Kriteria hasil : mata, mau berjabat
1. Klien dapat membina tangan, mau
hubungan saling percaya menyebutkan nama,
2. Klien dapat mengenali mau menjawab salam,
halusinasinya klien mau duduk
3. Klien dapat mengontrol berdampingan dengan
haslusinasinya perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi
2. Klien dapat
menyebutkan waktu,
isi, frekuensi timbulnya
halusinasi
3. Klien dapat
mengungkapkan
perasaan terhadap
halusinasi
4. Klien dapat
menyebutkan tindakan
yang biasa dilakukan
untuk mengendalikan
halusinasinya.
5. Klien dapat
menyebutkan cara baru
6. Klien dapat memilih
cara mengatasi
halusinasi seperti yang
telah didiskusikan
dengan klien.
3 Resiko perilaku  Abuse Protektion  Behavior
kekerasan Setelah dilakukan tindakan Management
keperawatan selama 3x24 1. Tahan / mengontrol

16
jam masalah resiko perilaku pasien bertanggung
kekerasan dapat teratasi jawab atas / nya
dengan perilakunya
Kriteria hasil : 2. Komunikasikan tentang
1. Dapat mengidentifikasi harapan bahwa pasien
faktor yang akan mempertahankan
menyebabkan perilaku kontrol / kondisinya
kekerasan 3. Menahan diri dan
2. Dapat mengidentifikasi berdebat atau tawar-
cara alternative untuk menawar mengenai
mengatasi masalah batas yang ditetapkan
dengan pasien
4. Menggunakan
pengulangan secara
konsisten dapat dari
rutinitas kesehatan
sebagai cara
menetapkan mereka

17
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Much.(2013), “Tahun 2016 Bandung Bebas Gelendangan Dan


Pengemis” dalam http://rehsos.depsos.go.id
Baihaqi, Sunardi, Riksma N.Rinalti Akhlan, dan EuisHeryati. (2007), Psikiatri
Konsep Dasar danGangguan-gannguan. Bandung
Dochteman, J. M., & Bulecheck, G. M. (2004). Nursing Interventions
Classification (NIC). America
Mosby Elsevier Moorhead, S., Jhonson, dkk. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United states of America
Mosby, Elsevier Nanda international. (2015). Diagnose keperawatan. Jakarta:
EGC
Refika Aditama Karnadi. (2014). Model Rehabilitasisosial Gelandangan Psikotik
Berbasis Masyarakat. Demak
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

18

Anda mungkin juga menyukai