Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KOLIK ABDOMEN

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi
Bagian abdomen (perut) sering dibagi menjadi 9 area berdasarkan
posisi dari 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal yang membagi-bagi
abdomen (Koesoemah & Dwiastuti, 2017).
Regio abdomen merupakan sebuah daerah atau regio atau region
dalam bahasa Inggris yang berada di daerah perut (abdomen). Menurut
Laksono & Widiyanto (2019), region abdomen terdiri atas sembilan daerah
yaitu:
a. Regio umbilicus/umbilical region
Daerah tengah tempat pusar (tempat melekatnya tali pusar/umbilical
cord) berada.
b. Regio epigastrium/epigastric region
Berada disisi superior dari region umbilikus. Bagian tengah atas, tempat
organ hati dan sedikit bagian dari organ lambung.
c. Regio hipogastrium/hypogastric region
Berada disisi lateral dari region umbilikus. Sisi kanan dari regio
umbilikus, tempat usus besar berada dan juga usus kecil.
d. Regio lumbar kanan/right lumbar region
Berada disisi lateral dari region umbilikus. Sisi kiri dari regio
umbilikus, tempat usus besar berada dan juga usus kecil.
e. Regio lumbar kiri/left lumbar region
f. Regio hipochondrium kanan/right hypochondriac region
Berada disisi lateral dari regio epigastrium. Bagian kanan dari region
epigastrium, regio hypochondrium kanan berisi organ hepar.
g. Regio hipochondrium kiri/left hypochondriac region
Berada disisi lateral dari region epigastrium. Bagian kiri dari regio
epigastrium, regio hypochondrium kiri berisi organ pencernaan
lambung.
h. Regio inguinalis kanan/right inguinal/iliac
Berada disisi lateral dari regio hypogastrium. Berada disisi kanan
darinregio hypogastrium yang berisi organ sekum di kanan
i. Regio inguinalis kiri/left inguinal/iliac
Berada disisi lateral dari regio hypogastrium. Berada disisi kiri dari
regio hypogastrium yang berisi organ usus besar disisi kiri

Gambar 1. Sembilan Regio Abdomen

2. Fisiologi
Fisiologi merupakan ilmu kedokteran yang khusus mempelajari
tentang fungsi dan kerja tubuh secara keseluruhan dan juga fungsi struktur
serta organ yang terdapat di dalam tubuh manusia (Laksono & Widiyanto,
2019).
Perut atau abdomen merupakan rongga tubuh yang terletak di
antara dada dan panggul, serta dari tulang belakang hingga ke dinding otot
perut bagian depan. Batas atas dalam anatomi abdomen merupakan
diafragma, tetapi tidak ada batas yang jelas antara perut dan panggul
(Handayani, 2021). Fungsi abdomen merupakan sebagai wadah atau
tempat bagi organorgan pada sistem pencernaan. Selain itu, abdomen juga
menyediakan otot-otot yang penting untuk postur, keseimbangan, dan
pernafasan. Masing-masing sistem pencernaan itu memiliki tugas dan
fungsi dalam proses makanan. Dalam organ pencernaan ada beberapa
sistem (Handayani, 2021), yakni:
a. Mulut
Mulut juga disebut rongga mulut. Dalam anatomi manusia lubang
tempat makanan dan udara yang kemudian masuk kedalam tubuh.
Makanan akan dicerna pertama kali baik secara mekanik oleh gigi
maupun secara kimiawi oleh enzim amilasi (pytalin) yang menguraikan
amilium (polisakarida) menjadi maltosa (disakarida). Di dalam rongga
mulut terdapat gigi, lidah dan kelenjar ludah. Gigi merupakan bagian
yang berperan untuk mengunyah makanan saat kita makan dengan gigi
makanan digigit, sobek, potong dan kunyah yang kemudian dihaluskan.
Gigi berdasarkan bentuknya itu ada beberapa jenis, yakni gigi seri, gigi
taring, gigi geraham depan, gigi geraham belakang. Pada lidah dilapisi
oleh selaput mukosa. Lidah merupakan organ yang terlibat dalam
pencernaan makanan tersusun atas otot lurik. Pencernaan Lidah
memiliki sejumlah fungsi seperti mengatur letak makanan di dalam
mulut, mencampur makanan ludah, membantu proses menelan dan
sebagai indera pengecap . Pada kelenjar ludah akan menghasilkan ludah
. Ludah dihasilkan oleh tiga kelenjar, yakni kelenjar paratis yang
terletak di bawah telinga. Kemudian kelenjar submaksilaris yang ada di
rahang bawah dan kelenjar sublingualis yang berada di lidah.
b. Kerongkongan
Makanan yang sudah dikunyah oleh gigi akan masuk ke
kerongkongan melewati faring. Faring merupakan daerah persimpangan
saluran dari rongga mulut ke kerongkongan. Kerongkongan merupakan
organ yang berperan sebagai tempat jalannya makanan menuju
lambung. Tidak ada proses pencernaan makanan di kerongkongan.
Kerongkongan itu relatif lurus dan cukup panjang sekitar 25 sentimeter,
berbentuk tabung dengan diameter 2 sentimeter. Pada bagian dalam
selalu basah karena cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar mukosa.
Kedua ujung kerongkongan ditutup oleh penyempitan otot dibagian atas
dan bawah.
Dinding kerongkongan terdapat otot-otot yang bisa mengembang
dan mengempis saat mendorong makanan yang berbentuk gumpalan
menuju lambung. Gerakan otot yang demikian disebut peristaltik.
Lambung merupakan kantung untuk menyimpan makanan sementara.
Lambung terletak di dalam rongga perut sebelah kiri di bawah rongga
dada. Dalam lambung ada tiga bagian yakni bagian atas (kardiak),
bagian tengah (fundus) dan bagian bawah (pylorus). Pada kedua ujung
lambung terdapat dua klep yaitu spingter esophangeal yang berbatasan
antara kerongkongan dan berfungsi untuk menjaga makanan tetap
dilambung dan akan terbuka jika ada makanan yang masuk. Kemudian
klep (spingter) pylorus berbatasan dengan usus dua belas jari. Di dalam
proses pencernaan protein di mulai.
c. Usus halus
Usus halus memiliki panjang sekitar 8,25 meter. Pada usus halus
terdiri atas usus dua belas jari, usus kosong dan usus penyerapan. Di
dalam usus tersebut, makanan akan kembali diproses dengan enzim
pencernaan yang diproduksi pancreas, dinding usus halus dan cairan
empedu dari kantong empedu. Ketiga usus tersebut akan bekerja sama
untuk menyelesaikan pencernaan makanan agar menjadi unit-unit kecil
yang diserap ke dalam pembuluh darah usus.
d. Usus besar
Pada usus besar terdiri dari enam bagian seperti sekum, kolon
asenden, kolon desenden, kolon transversum, kolon sigmoid dan kolon
rectum. Tugas utama usus besar itu ialah menyerap air dan mineral dari
sisa makanan sehingga membuatnya menjadi padat seperti tinja. Gerak
peristaltik lalu akan mendorong tinja menuju rectum hingga
dikeluarkan melalui anus. Kelenjar pencernaan pada kelenjar
pencernaan terdiri beberapa bagian, yakni:
1) Pankreas
Pankreas menghasilkan enzim pencernaan (getah pankreas) dan
hormone insulin dan glukagon. Pankreas itu terletak dibagian
belakang bawah lambung, kelenjar berwarna keputihan.
Pengeluaran getah pankreas dipengaruhi oleh hormon yang
disekresikan oleh dinding usus dua belas jari. Jika masuk ke usus
dua belas jari maka sel sel tertentu dari usus tersebut akan
mengeluarkan hormon sekretin dan kolesistokinin ke dalam darah.
Saat hormon sekretin sampai di pankreas maka akan merangsang
produksi dan pengeluaran getah pankreas sedangkan hormon
kolesistokinin akan merangsang kantung empedu mengeluarkan
bilus, yang berfungsi mengemulsikan lemak.
2) Hati
Hati terletak di dalam rongga perut sedikit ke kanan di bawah
diafragam. Hati merupakan kelenjar yang paling besar dalam tubuh
manusia, terdiri atas dua lobus. Ada beberapa fungsi hati, yakni :
Menghasilkan empedu sebagai kelenjar eksokrin Menyimpan
cadangan lemak, glikogen, vitamin A, B12, D dan albumin Fungsi
utama hati biasanya dikaitkan dengan detoksifikasi zat-zat beracun
dalam pencernaan.
3) Kelenjar empedu
Kelenjar empedu berfungsi dari kantung empedu untuk menyimpan
empedu dari hati. Ini juga berperan dalam mengemulsi lemak.

B. Definisi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal
(Reeves, 2011).
Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan
pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi
penderita yang sangat lemah jadi penderita sangat memerlukan pertolongan
dengan segera (Bare & Smeltzer, 2011).
C. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu:
1. Secara mekanis
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan
karena radang).
b. Karsinoma.
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di
dalam usus).
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
tidak dapat bergerak).
b. Lesi medula spinalis (suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional.
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).
3. Etiologi yang lain yaitu:
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti
kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease,
kulitis infeksi, esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis.
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan
paru dan lainnya.

D. Klasifikasi
1. Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, viscelar di mana
intervasi berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan
kontraksi otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik
nyeri visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung
beralih ke area dengan struktur embrional yang sama.
2. Kolik abdomen alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri
akibat perjalaran serabut saraf (Reeves, 2011).

E. Epidemiologi
Kolik Abdomen di indonesia tercatat 40,85% dari 800.000 orang
penduduk. Berdasarkan hasil pengamatan penelitian yang dilakukan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, diperoleh angka penderita Kolik
Abdomen di Indonesia cukup tinggi sekitar 91.6%. penyebab dominan dari
kasus Kolik Abdomen tersebut adalah makanan yang mengandung pedas dan
biji-bijian seperti : lombok, biji jambu, dan biji tomat (Reeves, 2011).

F. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi
paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi
mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya
hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan
gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari
letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit
dengan penigkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi
iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium
akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang
berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan
cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik.
Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi
akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding
usus sehingga menyebabkan penyempitan / penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi
pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian
proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus
(distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi
cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya
pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus
sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang
meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadinya kolik abdomen.
G. Pathway

Adhesi, volvulus, intusepsi, hernia, tumor

Akumulasi gas dan cairan pada proksimal Klien dirawat inap


dari obstruksi

Reaksi hospitalisasi
Distensi abdomen, retensi cairan
Ansietas
Absorpsi berkurang, sekresi lambung
meningkat

Tekanan intralumen Defisit Nutrisi


meningkat

Nyeri Akut Rasa nyeri, menimbulkan perasaan tidak


menyenangkan

Mual, muntah Gangguan Pola Tidur

Nausea
H. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana - usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen
pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan
bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval
singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana - usus halus bawah Kolik (kram) signifikan
midabdomen, distensi berat, muntah sedikit atau tidak ada kemudian
mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan
difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah),
distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen),
peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Mekanika obstruksi parsial Dapat terjadi bersama granulomatosa usus
pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan
diare.
5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus
dan terlokalisisr; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar (Reeves,
2011).
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital.
2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri.
3. Pemeriksaan rectal.
4. Laboratorium : leukosit, HB.
5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
6. Barium edema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung sel darah putih dengan nekrosis, strangulasi atau
peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas
oleh lipatan khusus.
8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik

J. Kolaborasi/Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kolik abdomen secara non farmakologi yaitu:
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
3. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
4. Reseksi dengan anastomisis dari ujung ke ujung
5. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko
6. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

Penatalaksanaan kolik abdomen secara farmakologi yaitu :


1. Terapi Na + K + komponen darah
2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
3. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
4. Dekompresi selang nasoenternal yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan
5. Antasid (obat yang melawan keasaman)
6. Antihistamine (obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine)
(Reeves, 2011)
K. Nursing Care Management
1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Suku bangsa
5) Pekerjaan
6) Pendidikan
7) Alamat
8) Tanggal masuk Rumah Sakit
9) Diagnosis
b. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien sebelum masuk Rumah
Sakit dan saat masuk rumah sakit. Biasanya klien mengeluh nyeri
perut, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke
Rumah Sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan
sekarang dan apakah pernah menderita penyakit keturunan lainnya
yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit
keturunan atau menular.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga
dapat menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan nyeri sehingga
tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
3) Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi. Pola aktivitas dan latihan. Akan
terjadi kelemahan dan kelelahan.
4) Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien
5) Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan kolik abdomen yang
berulang.
6) Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam
pola reproduksi dan seksual.
7) Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran
selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
8) Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
2) Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat /
meninggi akan terjadi sesak.
3) Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan distritmia atau penyakit
jantung lainnya.
4) Sistem persyarafan
Nyeri abdomen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6) Sistem genitourinaria / eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (penyakit kolik abdomen)
(D.0077)
b. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019)
c. Nausea b.d gangguan pada abdomen (D.0076)
d. Gangguan pola tidur b.d nyeri (D.0055)
e. Ansietas b.d krisis situsional (D.0080)
3. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI

Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis  Keluhan nyeri, dari Observasi
(penyakit kolik sedang (3) ke menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik,
abdomen) (D.0077) (5) durasi, frekuensi, kualitas dan
 Meringis, dari sedang intensitas nyeri
(3) ke menurun (5) - Identifikasi respon non verbal
 Gelisah, dari sedang (3) - Identifikasi faktor yang memperberat
ke menurun (5) dan memperingan nyeri
 Pola tidur, dari cukup - Monitor keberhasilan terapi yang
buruk (2) ke cukup sudah dilakukan
membaik (4) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis
dalam melakukan penanganan nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode dan pemicu
nyeri
- Ajarkan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan dan menganjurkan untuk
memonitor nyeri secara mandiri
- Mengajarkan tehnik non farmakologis
yang tepat
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
jika perlu
Defisit nutrisi b.d Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
peningkatan  Porsi makan yang Observasi
kebutuhan dihabiskan, dari menurun - Identifikasi status nutrisi
metabolisme (1) ke meningkat (5) - Identifikasi makanan yang disukasi
(D.0019)  Berat badan, dari - Monitor asupan makanan
memburuk (1) ke Terapeutik
membaik (5) - Lakukan oral hygiene sebelum makan
 Nafsu makan, dari - Sajikan makanan secara menarik
memburuk (1) ke dengan suhu yang sesuai
membaik (5) - Berikan makanan tinggi serat untuk
 Membrane mukosa, dari mencegah konstipasi
memburuk (1) ke - Berikan makanan tinggi kalori dan
membaik (5) tinggi protein
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Nausea b.d Tingkat Nausea (L.08065) Manajemen Mual (I.03117)
gangguan pada  Nafsu makan, dari Observasi
abdomen (D.0076) menurun (1) ke - Identifikasi pengalaman mual
meningkat (5) - Identifikasi isyarat nonverbal
 Keluhan mual, dari ketidaknyamanan
meningkat (1) ke - Identifikasi dampak mual terhadap
menurun (5) kualitas hidup
 Perasaan ingin muntah, - Identifikasi faktor penyebab mual
dari meningkat (1) ke - Monitor mual
menurun (5) - Monitor asupan nutrisi dan kalori
 Perasaan asam di mulut, Teraupetik
dari meningkat (1) ke - Kendalikan faktor lingkungan
menurun (5) penyebab mual
- Kurangki atau hilangkan keadaan
mual
- Berikan makan dalam jumlah kecil
dan menarik
- Berikan makanan dingin, cairan
bening, tisak berbau dan tidak
berwarna
Edukasi
- Anjurkan istrirahat yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang mual
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemah
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetik, jika
perlu
Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
tidur b.d nyeri  Keluhan sulit tidur, dari Observasi
(D.0055) meningkat (1) ke - Identifikasi pola istirahat tidur
menurun (5) - Identifikasi faktor penganggu tidur
 Keluhan sering terjaga, Teraupetik
dari meningkat (1) ke - Modifikasi lingkungan
menurun (5) - Batasi waktu tidur siang
 Keluhan tidak puas tidur, - Tetapkan jadwal tidur rutin
dari meningkat (1) ke
Edukasi
menurun (5)
- Jelaskan pentingnya tidur
 Keluhan istirahat tidak
- Anjurkan menepati
cukup, dari meningkat
kebiasaan tidur
ke menurun (5)
- Anjurkan relaksasi otot autogenik
atau nonfarmakologi lainnya
Ansietas b.d krisis Tingkat Anseetas Reduksi ansietas (I.09314)
situsional (D.0080) (L.09093) Observasi
 Verbalisasi khawatir - Identifikasi saat tingkat anxietas
terhadap kondisi, dari berubah (mis. Kondisi, waktu,
meningkat (1) ke stressor)
menurun (5) - Identifikasi kemampuan mengambil
 Perilaku tegang, dari keputusan
meningkat (1) ke - Monitor tanda anxietas (verbal dan
menurun (5) non verbal)
 Perilaku gelisah, dari Teraupetik
meningkat (1) ke - Ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun (5) menumbuhkan kepercayaan
 Pucat, dari meningkat - Temani pasien untuk
(1) ke menurun (5) mengurangi kecemasan, jika
 Tremor, dari memungkinkan
meningkat ke menurun - Pahami situasi yang
(5) membuat anxietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Smeltzer. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &.
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo). Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC.
Handayani, Sri. (2021). Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: CV.
Media Sains Indonesia.
Koesoemah, Hetty Anggrawati & Dwiastuti, Sagung Agung Putri (2017). Bahan
Ajar Keperawatan Gigi Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia.
Jakarta Selatan: Pusdik PPSDM
Laksono, B. A., & Widiyanto. (2019). Buku Ajar Anatomi Fisiologi (I. Febriana.
(ed.)). Yogyakarta: Pantera Publishing.
Reeves, Charlene J. et al. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba.
Medika.
Tim Pokja (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai