Anda di halaman 1dari 30

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi & Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem organ pencernaan adalah sistem organ yang menerima

makanan, mencerna untuk dijadikan energi dan nutrien, serta mengeluarkan

sisa proses tersebut. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan yang

terbentang dari mulut atau oris sampai ke anus dalam manusia dibagi menjadi

tiga bagian:

1. Proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut sampai ke

lambung.

2. Proses penyerapan sari makanan yang terjadi di dalam usus.

3. Proses pengeluaran sisa – sisa makanan.

Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi, kemudian digunakan

oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan aktifitas, sebagai zat

pembangun dan pengganti sel -sel yang rusak. Pembuangan sisa atau sampah

tubuh hanya merupakan fungsi kecil dari system pencernaan melalui defekasi.

Pembuangan lain berlangsung melalui paru, ginjal, dan kulit berupa keringat.

(Syaifuddin, 2013 ).
7

2.1.1 Anatomi

Gambar 2.1 anatomi sistem pencernaan

Sistem pencernaan manusia terdiri dari beberapa organ yaitu :

1) Oris ( Mulut )

Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan

terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula,

yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan

bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi- sisi nya

oleh tulang maksilaris dan semua gigi, dan disebelah belakang


8

bersambung dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh

palatum, lidah terletak di lantainya dan terikat pada tulang hyoid.

Di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa ( frenulum

linguas ) menyambung lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi

terdapat papilla sublingualis, yang membuat lubang kelenjar ludah

submandibularis. Sedikit eksternal dari papilla ini terletak lipatan

sublingualis , tempat lubang- lubang halus kelenjar ludah

sublingualis bermuara ( Evelyn, C 2013).

2) Faring

Faring ( tekak ) merupakan organ yang menghubugkan rongga

mulut dengan kerongkong Panjangnya ( kira -kira 12 cm ),

terbentang tegak lurus antara basis krani setinggi vertebrae

servikalis, kebawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring

dibentuk oleh jaringan yang kuat ( jaringan otot melingkar ), organ

terpenting didalam nya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjer limfe

yang banyak mengandung limfosit. Untuk mempertahankan tubuh

terhadap infeksi, menyaring, dan mematikan bakteri/

mikoorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan

pernafasaan ( Syaifuddin, 2013 ).

3) Esofagus

Adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya dua puluh sampai

dua puluh lima sentimeter, diatas dimulai dari faring, sampai pintu

masuk kardiak lambung dibawah. Terletak dibelakang trakea dan


9

didepan tulang punggung. Setelah melalui toraks, menembus

diafragma, masuk kedalam abdomen, dan menyambung dengan

lambung. Esofagus berdinding empat lapis di sebelah luar terdiri

atas lapisan jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang

terdiri atas dua lapis serabut otot, yang satu berjalan longitudinal

dan yang lain sirkular, sebuah lapisan submukosa, dan di paling

dalam terdapat selaput lendir mukosa. ( Evelyn, C 2013 ).

4) Lambung

Gambar 2.4 anatomi lambung

Lambung ( ventriculus ), merupakan kantung besar dibawah kiri rusuk

terakhir, terdiri atas tiga bagian, bagian atas yang berdekatan dengan hati

disebut kardiak, ditengah membulat disebut fundus, dan bagian bawah

deket usus disebut pilorus. Seluruh bagian dalam lambung menghasilkan

asam klorida. Akibat gerak peristaltic makanan diubah menjadi seperti

bubur getah lambung dinamakan chym. Lingkungan asam dalam

lambung dapat membunuh kuman-kuman yang turut masuk ke dalam,

sehingga menggiatkan kerja getah lambung.


10

Getah lambung mengandung pepsinogen yang belum aktif bekerja, oleh

asam cholrida pepsinogen tersebut diaktifkan menjadi pepsin. Pepsin

merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul –

molekul yang lebih kecil disebut peptor. Selain itu berfungsi mengatur

pengeluaran makanan dari lambung masuk ke dalam usus. Pengaturan

dimungkinkan oleh kedua bagian otot pilorus. Otot pilorus bagian

lambung akan mengendur apabila kena rangsangan asam, berarti protein

telah dicernakan. Otot pilorus bagian usus dua belas jari akan mengerut

bila kena asam sebaliknya mengendur apabila kena rangsangan basa.

Dengan demikian makanan dapat masuk ke usus dua belas jari sedikit

demi sedikit ( Manurung, N 2018 ).

a). Struktur lambung

Lambung manusia terdiri dari 4 lapisan utama menurut Andra dan

Yessie ( 2013) yaitu sebagai berikut :

1. Tunika serosa / lapisan luar

Merupakan bagian dari peritoneum viseralis, dua lapisan peritoneum

viseralis menyatu pada kurvataru minor lambung dan duodenum dan

terns memanjang kea rah hate membentuk oemntum minus. Omentum

minor menunjang lambung sepanjang kurvataru minor sampai ke hati,

pada kurvataru mayor peritoneum terns kebawah membentuk

omentum mayus yang menutupi usus dari depan seperti apron besar.
11

2. Muskularis

Tersusun dari tiga lapisan, lapisan longitunidal bagiam luar, lapisan

sirkular ditengah lapisan oblik bagian dalam. Susunan serat – serat otot

yang unik memungkin berbagai macam kontraksi yang diperlukan

untuk memecahkan makanan menjadi partikel – partikel kecil,

mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung

dan mendorong kearah duodenum.

3. Submukosa

Terdiri dari jaringan areoral yang menghubungkan lapisan mukosa

dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkin mukosa bergerak

Bersama Gerakan peristaltik. Lapisan ini juga mengandung pleksus

saraf, pembulh darah dan saluran limfe.

4. Mukosa

Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan longitudinal yang disebut

rugae. Dengan adanya lipatan – lipatan ini lambung dapat berdistensi

sewaktu diisi makanan, pada mukosa ini terdapat kelenjar.

Fungsi Lambung :

1. Fungsi motorik

a. Fungsi revasoir yaitu menyimpan makanan sampai makanan

tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran

cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah

tekanan dengan relaksasi resektif otot polos diperantarai saraf

vagus dan dirangsang oleh gastarin.


12

b. Fungsi mencampur yaitu memecahkan makanan menjadi partikel –

partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui

ontraksi otot yang mengelilingi lambung.

c. Fungsi pengosongan lambung diatur oleh pembukaan spingter

plorus yang dipengaruhi oleh viskostas, volume, keasaman,

aktivitas osmotic, keadaan fisik serta oleh emosi, obat – obatan dan

kerja.

2 . Fungsi pencernaan dan sekresi

a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL dimulai di lambung,

pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam

lambung kecil perananya.

b. Sistensis dan pelepasan gastrin dipengaruhi ole protein yang

dimakan, peregangan antrum, alkalinasi antrum dan rangsangan

vagus.

c. Sekresi factor intristik memungkinkan absorbs vitamin B 12.

d. Sekresi mucus membentuk selubung yang melindungi lambung

serta berfungsi sebgai pelumas sehingga makanan lebi muda

diangkut.

5) Usus halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
13

pembuluh darah yang mengangkut zat – zat yang diserap ke hati melalui

vena porta . dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus )

dan air ( yang membantu melarutkan pecahan- pecahan makanan yang

dicerna) dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak ( Mustikawati, 2017 ).

6) Usus besar

Didalam usus tebal (kolon ) sisa – sisa makanan yang tidak dapat

dicerna, Bersama dengan ledir dan sisa – sisa sel mati dari dinding usus

dibusukan menjadi feses. Perjalanan makanan dari mulut ke usus halus

berlangsung kira – kira 4,5 jam tetapi disimpan didalam kolon

sampai kira – kira 24 jam, selama itu bakteri – bakteri pengurai akan

membusukannya. Awal usus tebal, pendek dan disebut usus buntu

mempunyai bagian yang berlebih seperti cacing dinamakan appendix atau

umbai cacing ( Manurung, 2018 ).

7) Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan

berakhirdi anus. Organ ini berfunsi sebagai tempat penyimpanan

sementara feses. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan

ditempat yang lebih tinggi , yaitu pada kolon desendens. Jika kolon

desendens penuh dan tinja masuk kedalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung

saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh Sebagian

anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan Sebagian larinya dari
14

usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinker

(Mustikawati , 2017 )

2.1.2 Fisiologi

Fungsi sistem pencernaan menurut Novita dan Monalisa ( 2021 )

adalah menyatakan proses yang terlibat dalam pencernaan meliputi

Langkah – Langkah berikut : menelan, kerusakan mekanis ( pencernaan

mekanis ), pemecahan kimiawi bahan makanan (pencernaan kimiawi),

penyerapan, dan buang air besar. Kecuali buang air besar yang secara

khusus ditandai dengan ujung distal usus besar, semua proses lain di

saluran pencernaan terjalin. Meskipun demikian, satu atau dua proses

mungkin mendominasi di satu wilayah traktat. Keanehan dalam proses

pencernaan ini juga bergantung pada jenis makanan atau zat yang

dikonsumsi. Selain kerusakan mekanis ( fungsi motoric saluran ),

pemecahan kimiawi zat makanan, absorpsi, pertahanan, metabolisme,

ekskresi, dan pengaturan jaringan ekstraenterik. Pemecahan mekanis dan

kimiawi makanan juga dianggap sebagai jenis pencernaan ketiga yang

disebut pencernaan simbiosis.

2.2. Konsep Dispepsia

2.2.1 Definisi

Dispepsia didefinisikan suatu keadaan nyeri atau perasaan

tidak nyaman (discomfort ) di daerah ulu hati (perut tengah atas)


15

yang berlangsung kronis atau berulang. Sedangkan yang yang

dimaksud perasaan tidak nyaman (discomfort) adalah perasaan

negative subjektif yang tidak menyakitkan, dan dapat merupakan

gabungan dari beberapa gejala termasuk perasaan cepat kenyang

atau perasaan penuh pada perut bagian atas. Pada konsesus

Nasional Penatalaksanaan dispepsia didefinisikan sebagai sebuah

atau kumpulan gejala yang berasal dari regio gastroduodenal.

Gejala- gejala dispepsia antara lain nyeri epigastrium, sensasi

terbakar, rasa penuh setalah makan, cepet kenyang, rasa kembung

pada pencernaan atas, rasa mual, muntah dan sendawa

(Tjokroprawiro, A , 2015).

2.2.2 Etiologi

setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia, baik

pria maupun Wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena

dispepsia dalam beberapa waktu. Seringya, dispepsia disebabkan

oleh ulkus lambung terdorong ke atas menuju esofagus ( saluran

muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam

lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat –

obatan seperti obat anti radang, dapat menyebabkan dispepsia.

Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab

dispepsia secara rinci adalah:

1. Menelan udara (aerofagi).

2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung.


16

3. Iritasi lambung ( gastritis)

4. Ulkus gastritikum atau ulkus duodenalis.

5. Kanker lambung.

6. Peradangan kandung empedu(kolestitisis).

7. Intoleransi laktosa ( ketidak mampuan mencerna susu dan

produknya).

8. Kelainan Gerakan usus.

9. Stress psikologis, kecemasaan, atau depresi.

10. Infeksi Helicobacter pylori.( Djojoningrat,2009)

2.2.3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis atau tanda dan gejala yang timbul pada

pasien dengan dispepsia menurut Mardalena,I(2018) adalah

lambung menghasilkan asam pepsin yang sifatnya mencerna semua

jaringan hidup termasuk mukosa lambung dan duodenum.

Meskipun lambung dan duodenum dilindungi oleg barier epitel

dari autodigesti, pengaruh obat – obatan, alcohol atau garam

empedu akan merusak sistem barier mukosa epitel sehingga

menurunkan faktor resitensi. Stres, faktor psikis, lingkungan, dan

obat-obatan mengandung kafein juga akan berpengaruh pada

sekresi asam lambung. Peningkatan tersebut akan mencerna sistem

barier mukosa epitel (autodigesti) sehingga menyebabkan tukak

lambung lalu timbul gejala dispepsia.


17

Gejalanya adalah:

1. Adanya gas di perut, rasa penuh setelah makan, perut

menonjol, cepet kenyang, tidak nafsu makan, dan perut terasa

panas.

2. Kembung setelah makan, mual, muntah, sering bersendawa, ,

nyeri ulu hati dan dada atau regurgitasi asam lambung ke

mulut.

3. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga

bulan meliputi:

a. Rasa sakit tidak enak di ulu hati

b. Perih, mual, sering bersendawa,dan regurgitasi.

c. Keluhan dirasakan terutama berhubunga dengan timbulnya

stress.

d. Berlangsung lama dan sering kambuh.

e. Sering disertai ansietas dan depresi.

2.2.4 Patofisiologi

Patofisiologi dispepsia terutama dispepsia fungsional dapat

terjadi karena bermacam-macam penyebab dan mekanismenya.

Djojoningrat (2007) patofisiologinya adalah:

1. Sekresi Asam Lambung

Kasus dengan dispepsia fungsional, umunya terdapat peningkatan

sekresi asam lambung. Diduga adanya peningkatan sensitivitas


18

mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak

diperut.

2. Helicobacter pylori (HP)

Peran infeksi Helicobacter pylori (HP) pada dispepsia fungsional

belum sepenuhnya dimengerti dan diterima. Dari berbagai laporan,

ingeksi HP pada dispepsia fungsional sekitar 50% dan tidak bermakna

dengan angka kejadian infeksi HPcpada kelompokorang sehat.

3. Dismolitas Gastrointestinal

Terjadi perlambatan pengosongan lambung dan adanya hipomotilitis

antrum . tapi harus dimengerti bahwa peroses gastrointestinal

merupakan proses yang sangat kompleks, sehingga ganguan

pengosogan lambung tidak dapat mutlak mewakili hal tersebut.

4. Diet dan faktor lingkungan

Intoleransi makanan dilaporkan lebih sering teradi pada kasus

dispepsia fungsional dibandingkan kasus control.

5. Psikologis

Stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan

mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan

kontraktilis lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus

stress.

2.2.5 Klasifikasi
19

Klasifikasi dispepsia menurut Mardalena,I ( 2018 ) secara garis

besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu dispepsia organik dan

dispepsia fungsional.

1. Dispepsia organik

Dispepsia organik adalah artinya dispepsia yang penyebabnya sudah

pasti.penyebabnya antara lain:

a. Dispepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasnya nyeri ulu hati pada

waktu tidak makan.

b. Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak bisa

pada pasien gastritis,duodenitis, tetapi pada pemeriksaan tidak

ditemukan tanda-tanda tukak.

c. Refluks gastroesofagus. Keluhan berupa rasa panas di dada dan

regurgitasi terutama setelah makan.

d. Penyakit saluran empedu. Keluhan utama nyeri mulai dari perut kanan

atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.

e. Karsinoma. Kanker esogafus,kanker lambung, kanker pangkreas,

kanker hepar.

f. Obat- obatan (NISD) dengan keluhan berupa rasa sakit atau tidak enak

di daerah ulu hati, disertai mual muntah.

g. Pankrearitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke

punggung perut terasa makin tegang dan kencang.

2. Dispepsia fungsional
20

Dispepsia ini tidak memunculkan kelainan organik melainkan kelainan

fungsi dari saluran cerna. Penyebabnya antara lain:

a. Faktor asam lambung pasien. Kenaikan asam lambung biasnya

menimbulkan nyeri.

b. Kelainan fisikis, stress dan faktor lingkungan.

c. Ganguan motilitas.

d. Penyebab lain- lain seperti kuman helicobacter pylori , konsumsi

banyak makanan berlemak, kopi, alcohol, rokok, perubahan pola makan

dan pengaruh obat- obatan yang dimakan secara berlebihan.

2.2.6 .Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik menurut Mardalena I (2018), adalah

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan noninvasif

Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan serologi (pemeriksaan

serum darah positif dan tidak).

2. Pemeriksaan invasif

Berupa pemeriksaan histologi atau patologi anatomi serta pemeriksaan

CLO.

3. Pemeriksaan dengan sistem PCR (polymerase chain reaction).

4. Entero test .

2.2.7. Penatalaksanaan
21

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dengan dispepsia

terdiri sebagai berikut :

1) Pencegahan primordial.

Merupakan upaya pencegahan pada orang – orang yang belum

mengalami resiko dispepsia, dengan memberikan penyuluhan tentang

cara mengenali dan menghidari keadaan/ kebiasaan yang dapat

mencetuskan serangan dispepsia ( Rani dan Fauzi, 2007).

2) Pencegahan Primer

Berperan dalam mengelola dan mencegah timbulnya ganguan akibat

dispepsia dengan cara membatasi atau menghilangkan kebiasaan –

kebiasaan tidak sehat seperti makan tidak teratur, merokok,

mengkonsumsi, alcohol, minuman bersoda, makanan berlemak,pedas,

asam.

3) Pencegahan sekunder

a. Diet mempunyai peran yang sangat penting . dasar diet tersebut adalah

makan sedikit berulang kali. Makanan harus muda dicerna, tidak

merangsang peningkatan asam lambung dan bisa menetralisir asam HCL.

b. Obat-obatan untuk mengatasi dispepsia adalah antasida ( Redaksi,2009).

4) Pencegahan tersier.

Penting sekali untuk para tenaga medis untuk menelusuri kejadian yang

menimpa penderita dalam suatu sistem terapi secara terpadu.


22

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Dispepsia

Asuhan keperawatan adalah serangkain Tindakan yang sistematis

dan berkesinambungan meliputi Tindakan untuk mengindentifikasi

masalah Kesehatan individual tau kelompok baik yang aktul maupun

potensial. Adapun Langkah dari proses keperawatan dimulai dari

pengkajian, merumuskan diagnosa, Menyusun rencana Tindakan,

menginflementasikan Tindakan yang telah direncanakan, dan

mengevaluasi Tindakan yang diberikan( Rohma, 2010).

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status

Kesehatan pasien ( Pertami, 2016).

Data pengkajian yang perlu dikaji pada pasien dengan gastritis menurut

Mardalena ( 2018 ), adalah sebagai berikut:

a. Data subjektif

Keluhan pasien berupa nyeri ulu hati, mual dan muntah, anoreksia, rasa

penuh, pola makan salah, stress, konsumsi obat-obatan tertentu.

Tanyakan apakah pasien merokok, alcohol, menjalankan diet ketat,

merasa sakit kepala, bersendawa, atau rasa terbakar setelah makan.

b. Data objektif
23

Hasil pengkajian didapatkan nyeri tekan abdomen, dehidrasi, muntah

( frekuensi, bahan muntahan, darah), dan bukti-bukti kelainan

sistematik yang mungkin memicu gejala.

Fokus pengkajian pada pasien dispepsia adalah :

1. Pengkajian

a. Identitas

Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku,bangsa, agama,

pekerjaan, Pendidikan, alamat.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,

agama,pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.

a. Alasan utama datang ke rumah sakit

b. Keluhan utama

c. Riwayat Kesehatan sekarang

d. Riwayat Kesehatan dahulu

e. Riwayat Kesehatan keluarga

f. Riwayat pengobatan alergi

g. Pengkajian fisik

1) Keadaan umum: sakit / nyeri, status gizi, sikap, personal hygine.

2) Data sistemik

3) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,

pengecap/penciuman, peraba.
24

4) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan

mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek,

pupil,respon cahaya.

5) Sistem pernafasan: frekuensi, batuk, bunyi nafas, sumbatan jalan

nafas.

6) Sistem kardiovaskuler: tekanan darah, denyut nadi, bunyi

jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema.

7) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi orang.

8) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet,porsi makan ,

keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah,

kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum, rektal toucher.

9) Sistem musculoskeletal: rentang gerak, kesimbangan dan cara

jalan, kemampuan aktivitas sehari- hari, gengaman tangan, otot

kaki, akral, fraktur.

10) Sistem integument: warna kulit, turgor, luka, memar,

kemerahan.

11) Sistem refroduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,

prostat,payudara.

12) Sistem perkemihan: urin, ( warna, jumlah, dan pancaran),

BAK, vesika urinaria.

13) Data penunjang


25

14) Terapi yang diberikan

15) Pengkajian masalah psiko social budaya dan spiritual.

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah Kesehatan baik

yang bersifat akual maupun potensial sebagai dasar pemilihan

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat

bertanggung jawab (pertami,2016).

Diagnosa yang mungkin muncul adalah pada pasien dengan dispepsia

menurut Mardalena,I (2018) adalah sebagai berikut :

1) Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan

mukosa, submukosa, dan lapisan otot lambung.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia,

esophagitis, dan anoreksia.

3) Ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis.

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

2.3.3 Perencanaan

Intervensi atau rencana keperawatan adalah pengembangan

strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah –


26

masalah yang telah di identifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain

perencanaan mengambarkan sejauh mana anda mampu menetapkan

cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien ( Rohmah,

2010).

Intervensi keperawatan pada pasien dengan dispepsia menurut

Mardalena, I (2018) adalah sebagai berikut :

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa

lambung.

Tujuan : menurun atau hilangnya rasa nyeri

Kriteria hasil: pasien mengatakan rasa nyeri sudah berkurang atau

hilang

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri

2. Atur posisi pasien

3. Anjurkan pasien untuk menghidari makanan yang dapat

meningkatkan nyeri asam lambung

4. Anjurkan pasien untuk tetap mengatur waktu makannya

5. Observasi TTV

6. Ajarkan Teknik relaksasi

7. Kolaborasi pemberian obat terkontrol analgesic

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa

tidak enak setalah makan, esophagitis, dan anoreksia.

Tujuan : memenuhi kebutuhan nutrisi


27

Kriteria hasil: pasien mengatakan nafsu makan mulai bertambah.

Intervensi:

1. Berikan makanan sedikit tapi sering

2. Catat status nutris pasien

3. Kaji pola diet pasien yang disukai/ tidak tepat

4. Monitor intake dan output secara periodic

c. Perubahan kesimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

adanya mual, muntah.

Tujuan : keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Kriteria hasil: pasien mengatakan rasa mual dan muntah sudah

mulai berkurang, atau menghilang, serta indicator kesimbangan

cairan dan elektrolit normal.

Intervensi:

1. Awasi tekanan darah, nadi, serta indikator, keadekuatan

volume sirkulasi.

2. Awasi jumlah dan tipe keluaran urine.

3. Ajarkan strategi muntah,

4. Identifikasi dampak kehilangan cairan lanjut.

5. Berikan / awasi hiperalimentasi

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan: mengurangi atau menghilangkan kelemahan fisik.

Kriteria hasil: pasien mengatakan sudah dapat mulai beraktivitas

secara mandiri.
28

Intervensi:

1. Kaji kemampuan pasien dengan melakukan aktivitas dan

catat laporan kelelahan.

2. Awasi tanda vital seperti tekanan darah, dan pernafasan

untuk mengetahui kondisi pasien sebelum dan sesudah

aktivitas.

3. Beri bantuan dalam melakukan aktivitas.

4. Menjaga keamanan pasien, dan menghemat energi pasien.

2.3.4 Implementasi

Kompenen implementasi dalam proses keperawatan

mencakup penerapan keterampilan yang diperlukan untuk

mengimplentasikan intervensi keperawatan Mardalena (2018)

keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk

implementasi biasanya berfokus pada :

a) melakukan aktivitas untuk pasien atau membantu pasien.

b) Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi

masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada.

c) Memberi Pendidikan Kesehatan untuk membantu pasien

mendapatkan pengetahuan yang baru tentang Kesehatanya atau

penatalaksaan gangguan.

d) Membantu pasien membuat keputusan tentang layanan

kesehatannya sendiri.
29

e) Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi Kesehatan

lainya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.

f) Memberi Tindakan yang spesifik untuk menghilangkan,

mengurangi, atau menyelesaikan masalah Kesehatan.

g) Membantu pasien melakukan aktivitasnya sendiri.

h) Membantu pasien mengidentifikasi risiko atau masalah dan

menggali pilihan yang tersedia.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara

hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga

Kesehatan lainya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya

tujuan dan kriteria hasil, pasien bisa keluar dari siklus proses

keperawatan ( Mardelena, 2018).

Jika evaluasi menunjukan sebaliknya, maka perlu dilakukan kajian

ulang ( reassessment ). Secara umum, evaluasi ditunjukan untuk:

a) Melihat dan menilai kemampuan pasien dalam mencapai tujuan.

b) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.

c) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum

tercapai.
30

2.4 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.4.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan merupakan upaya yang

dilakukan dengan cara memberikan ceramah tentang

Kesehatan, maupun dengan cara diskusi. Upaya tersebut

dimaksud untuk menambah pengetahuan pada seseorang

agar mampu mengubah sikap dan perilaku kesehatanya yang

awalnya kurang baik menjadi lebih baik ( Notoatmodjo,

2012).

2.4.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama dari Pendidikan Kesehatan adalah agar

orang mampu (Mubarak, 2011).

1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri

2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah

kesehatanya, dengan sumber daya yang ada pada mereka

dengan dukungan dari luar.

3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk

meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan

masyarakat.

2.4.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


31

Menurut Natoadmojo (2010) ruang lingkup

Pendidikan Kesehatan baik sebagai ilmu (teori) maupun

sebagai seni ( aplikasi ) mencakup berbagai bidang atau

cabang keilmuan lain diantaranya :

1. Ilmu perilaku, yakni ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam

membentuk perilaku manusia, terutama psikologis,

antropologi, dan sosiologi.

2. Ilmu – ilmu yang diperlukan untuk intervensi perilaku

( pembentukan perubahan perilaku ), antara lain: Pendidikan,

komunikasi, manajemen, kepemimpinan dan sebagainya.

2.4.4 Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Natoadmojo (2010) metode Pendidikan

kesahatan adalah suatu kombinasi atau cara – cara atau metode

dan alat – alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap

pelaksanaan Pendidikan Kesehatan. Berdasarkan sasaranya

metode Pendidikan Kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Metode Pendidikan individual

Digunakan untuk membina perilaku baru serta membina

perilaku individu yang mulai tertarik pada perubahan perilaku


32

sebagai proses inovasi. Metode yang biasa digunakan adalah

bimbingan dan penyuluhan, konsultasi pribadi, dan wawancara.

2. Metode Pendidikan kelompok

Metode Pendidikan kelompok dikelompokan menjadi kelompok

kecil yang beranggotakan kurang dari 15 orang dengan

menggunakan metode Pendidikan seperti diskusi kelompok ,

curah gagas, bola salju , buzz group, permainan peran , simulasi,

dan demonstrasi. Sedangkan kelompok besar yaitu

beranggotakan lebih dari 15 orang dengan menggunakan ,

metode Pendidikan seperti ceramah, seminar, symposium, dan

forum panel.

3. Metode Pendidikan massa

Metode ini digunakan pada sasaran yang bersifat massal yan

bersifat umum dan tidak membedakan sasaran. Pendidikan

Kesehatan dengan metode ini tidak dapat diharapkan sampai

pada terjadinya perilaku, namun mungkin hanya sampai pada

terjadinya perilaku, namun mungkin hanya sampai tahap sadar.

Metode yang bisa digunakan seperti ceramah umum, pidato ,

artikel di majalah, film cerita, dan papan reklame.

Suatu metode pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan dapat

dipilih berdasarkan tujuan Pendidikan Kesehatan, kemampuan


33

perawat sebagai pendidik, kemampuan sasaran, besarnya

kelompok, waktu pelaksanaan, serta ketersedian fasiltas.

2.4.5 Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Susilo (2011) sasaran Pendidikan Kesehatan di

Indonesia berdasarkan kepada program pembangunan Indonesia

adalah :

1. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.

2. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti Wanita, pemuda,

remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok

Lembaga Pendidikan mulai dari tk sampai perguruan tinggi, sekolah

agama swasta maupun negri.

3. Sasaran individu dengan Teknik Pendidikan Kesehatan individual.

2.5 Konsep Pencegahan

2.5.1 Pengertian Pencegahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2007),

pencegahan adalah proses, cara, penolakan, perbuatan,

mencegah atau Tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi.

pencegahan identik dengan perilaku.

2.5.2 Pencegahan Dispepsia


34

Pencegahan terhadap penyakit dispepsia ini adalah


sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer (Primary Prevention)

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor

resiko dispepsia bagi individu yang belum ataupun

mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup

sehat, promosi Kesehatan (Health Promotion) kepada

masyarakat mengena :

a. Modifikasi pola hidup sehat

b. Menjaga sanitasi lingkungan agar tetap bersih

c. Khusus untuk bayi, perlu di perhatikan pemberian makanan

d. Megurangi makanan yang pedas, dan minuman yang

beralkohol, kopi serta merokok

2. Pencegahan sekunder (Secondary Prevention)

Pencegahan sekunder dapat dilakukan engan diagnosis dini dan

pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment).

a. Diagnosis Dini (Early Diagnosis)

Setiap penderita dispepsia sebaiknya diperiksa dengan cermat. Bila

seorang penderita baru datang , pemeriksaan lengkap dianjurkan bila

terdapat keluhan yang berat, muntah – muntah telah berlangsung

lebih dari 4 minggu, penurunan berat badan dan usia lebih dari 40
35

tahun. Untuk memastikan penyakitnya, disamping pengamatan fisik

perlu dilakukan pemeriksaan yaitu :

1) Laboratorium

2) Radiologi

3) Endoskopi

4) Ultrasonografi (USG)

b. Pengobatan segera (Prompt Treatment)

1) Diet mempunyai peranan yang sangat penting.

2) Perbaikan keadaan umum penderita

3) Pemasangan infus untuk pemberian cairan elektrolit dan nutrisi

4) Penjelasan penyakit kepada penderita

c. Pencegahan Tertier

1) Rehabilitas mental melalui konseling dan psikiater

2) Rehabilitas social dan fisik dilakukan bagi pasien yang sudah

lama dirawat di rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai