GASTROENTRITIS (GEA)
(Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Pencapaian Stase Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners Institut Kesehatan Immanuel Bandung)
Disusun Oleh :
1490122075
BANDUNG
2022
A. Pengertian
Gastroenteristis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus
besar dengan berbagai kondisi patologis dari salura gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen (Muttaqin, 2011).
Gastroentristis adalah muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan
pada dinding saluran dinding pencernaan, terutama lambung dan usus.
Dimasyarakat luas, gastroenteristis lebih dikenal dengan istilah muntaber
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berbahaya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun
waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
B. Anatomi Fisiologi
1
sistem pencernaan / sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi kedalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum,
anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada manusia. Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir dianus. Mulut
merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh slaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat permukaan lidah. Pengecap relatif sederhana, terdiri dari manis,
asam, asin dan juga pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan juga lebih rumit. Terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bgain-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar lidah akanmembungkus bagian-bagian dari makanan
tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah
juga mengandung antiodi dan enzim (misalnya lisozim), yang mencegah
protein dan juga menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
2
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus
dibagi menjadi menjadi tiga bagian :
a) Bagian superior (sebagian besar adalah otot langka).
b) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
c) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu :
a) Kardia.
b) Fundus.
c) Antrum.
a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b) Asam Klorida (HCl)
3
Usus halus/usus kecil adala bagian dari saluran pencernaan yang
terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
juga lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (Sebelah kanan),
lapisan otot melingkar (Mesikuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal)
dan lapisan serosa (Sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
susu dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan
(ileum). Villi usus halus terdiri dari pipa berotot (<6 cm), pencernaan secara
kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi /usus 12 jari (duodenum), usus
tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan juga menghubungkannya ke usus
kosong (jejenum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua
belas jari yang terdapat dua muara saluran yaitu dari sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorium, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan
kedalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk kedalam duodenum melalui
sfinger pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus, jika
4
penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
Usus besar/ kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama dari organ ini adalah meyerap air dari fese.
Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya
5
bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna makanan
beberapa bahan dan juga membantu penyerapan zat zat gizi. Bakteri didalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat oenting, seperti vitamin K.
bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air dan terjadilah diare.
6
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai
appendiktomi.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai empat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu kolon desendens. Jika kolon
desendes penuh dan juga tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, seringkali material akan kembali ke usus besar, dimana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasa feses akan terjadi. Orang dewasa dana anak
yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih
muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan,
dimana bahan limba kembali keluar dari tubuh. Sebagian besar anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan juga sebagian lainnya dari usus.
Pembukaan dan juga penutupan anus diatur oleh otot spinter, feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
C. Etiologi
1) Faktor Infeksi :
7
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V.Cholera dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus : enterovirus , echoviruses, adenovirus,
dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus
Rotavirus.
c. Jamur : Candida.
d. Parasit (giardia clambia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
2) Faktor non infeksi / bukan infeksi :
a. Alergi makanan, misalkan susu, protein.
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan : antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi Usus.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Sodikin (2011), beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteristis, antara lain :
8
8) Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir
terlihat kering
9) Berat badan menurut, pucat, lemah.
E. Komplikasi
9
Bakteri di dalam usus akan memproduksi enzim yang dapat mencairkan lapisan
lendir permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran epitel,
dan akan mengeluarkan toksin yang dapat merangsang sekresi cairan-cairan usus
dibagian villi dan menghambat absorbsi cairan. Akibatnya volume cairan di
dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung
dan tegang, dan akan terjadi hipemotilitas untuk menylurkan cairan di usus besar.
Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasistas absorbsi usus maka akan
terjadi diare (Ngastiyah, 2011).
Diare yang disebabkan malabsorbsi makanan oleh usus terjadi karena
peningkatan tekanan osmotik di dalam rongga usus. Peningkatan tekanan
osmotik terjadi karena makanan atau zat di usus yang tidak dapat diserap.
Sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
terjadi diare (Ngastiyah, 2011).
Makanan beracun juga dapat menyebabkan diare apabila terletan. Makanan
beracun di dalam usus akan menyebabkan iritasi mukosa usus dan
mengakibatkan hiperperistaltik, sehingga terjadi penurunan absorbsi usus, dan
timbul diare. Peristaltik yang menurun juga dapat menyebabkan diare karena
bakteri tumbuh berlebihan (Ngastiyah, 2011).
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di lumen usus
menyebabkan nyeri pada abdomen. Selain itu, nyeri abdomen atau kram juga
timbul karena metabolism karbohidrat oleh bakteri di usus yang menghasilkan
gas H2 dan CO2 yang juga akan menimbulkan kembung dan flatus berlebihan.
Biasanya pada keadaan ini juga timbul keluhan mual muntal dan nafsu makan
menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan asam-basa dan
elektrolit (Ngastiyah, 2011).
Kehilangan cairan dan elektolit yang berlebihan akan menyebabkan
dehidrasi, yang ditandai dengan penurunan berat badan, turgor kulit berkurang,
mata cekung, mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang
10
kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan, terjadi penurunan volume cairan
ekstrasel dan intrasel dan juga mengalami penurunan Na, K dan ion karbonat.
Maka volume darah juga akan berkurang. Tubuh akan mengalami gangguan
sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok
hipovolemik dengan gejala denyut jantung meningkat, nadi cepat dan lemah,
penurunan tekanan darah, dan penuruna kesadaran. Akibat lain dari kehilangan
cairan tubuh yang berlebihan adalah terjadinya asidosis metabolik dimana pasien
akan pucat dan pernapasan menjadi cepat dan dalam, (Ngastiyah, 2011).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Kondisi psikologis seperti
stress, marah dan takut dapat merangsang kelenjar adrenalin di bawah
pengendalian sistem persarafan simpatis untuk merangsang pengeluaran horman
yang bekerja mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka
metabolisme meningkat dalam bentuk pengingkatan motilitas usus (Ngastiyah,
2011).
11
G. Pathway
12
H. Pemeriksaan Penunjang
13
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam
oralit dapat ddiserao dengan baik oleh usus penderita diare.
14
kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
15
b) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6
bulan. Jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula
berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif.
Dengan menyusui lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan
diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI
memiliki antibodi yg penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh
bayi
c) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan. Makanan
pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan
sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga
secara bertahap.
d) Setelah diare berhenti pemberian makan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk mebantu pemulihan berat badan anak.
4. Antibodi
Selektif antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare
berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain.
Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah
timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebebkan oleh
antibiotik.
16
f) Tinjanya berdarah
g) Tidak membaik dalam 3 hari
a. Anamnesa
1) Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku banga,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama menggambarkan alasan seseorang masuk rumah
sakit. Pada umumnya keluhan utamanya yakni BAB lebih dari 3
kali sehari, konsistensi encer, mual muntah, perut sakit. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan :
a) Provoking incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
b) Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region : radiation, relief : apakh rasa sakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.
17
d) Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien. Bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari.
3) Riwayat kesehatan
18
e) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Keadaan dehidrasi ringan, keadaan
compos mentis keadaan lebih dari lanjut, apatis, somnolen,
koma.
19
2. Analisa Data
20
3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Gangguan Gangguan pertukaran gas B/D Ketidakseimbangan
ventilasi – perfusi ditandai dengan Takikardia, penurunan / peningkatan
PCO2, bunyi napas tambahan, gelisah (D.0003)
b. Diare B/D Proses infeksi; Kecemasan; Terpapar kontaminan ditandai
dengan Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair
(D.0020)
c. Hipovolemia B/D Kehilangan cairan aktif; Kekurangan intake cairan
ditandai dengan frekuensi nadi meningkat, turgor kulit menurun, nadi
teraba lemah, volume urin menurun (D.0023)
d. Gangguan integritas kulit B/D Perubahan sirkulasi; Penurunan
mobilitas; Faktor mekanis (gesekan) ditandai dengan Kerusakan
jaringan dan lapisan kulit, muncul tanda infeksi (D.0129)
e. Defisit nutrsi B/D Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai
dengan keluhan nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus
hiperaktif, otot pengunyah lemah, membran mukosa pucat, sariawan,
diare (D.0019)
f. Ansietas B/D terpapar bahaya lingkungan (polutan, kontaminan)
ditandai dengan merasa bingung, khawatir terhadap kondisi yang
dihadapi, tampak gelisah, tegang (D.0080)
g. Resiko hipovolemia ditandain dengan kekurangan volume cairan,
mukosa bibir kering (D.0034)
21
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Gangguan Setelah diberikan intervensi selama 1 Pemantauan respirasi (I.01014) Observasi:
pertukaran gas x 24 jam maka diharapkan pertukaran 1. Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya nafas
(D.0003) gas pasien meningkat dengan kriteria 2. Monitor pola nafas
hasil : 3. Monitor saturasi oksigen 4. Monitor nilai analisa gas darah
(L.01003) Terapeutik:
1. Pola nafas membaik 1. Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi :
2. Warna kulit membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2.
3. Sianosis membaik Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Takikardia membaik Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat.
22
2 Diare (D.0020) Setelah diberikan intervensi selama 1 Manajemen diare (I.03101)
x 24 jam maka diharapkan eliminasi Observasi
fekal membaik membaik dengan 1. Identifikasi penyebab diare
kriteria hasil : (L.04033) 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
1. Keluhan BAB cair menurun 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
2. Distensi abdomen menurun 4. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
5. Monitor jumlah pengeluaran diare
23
3 Hipovolemia Setelah diberikan intervensi selama 1 Manajemen syok hipovolemik (I.02050) Observasi:
(D.0023) x 24 jam maka diharapkan status 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
cairan klien dapat membaik, dengan napas, TD dan MAP).
kriteria hasil: (L.03028) 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
1. Kekuatan nadi meningkat. 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit dan CRT).
2. Turgor kulit meningkat.
24
4 Gangguan Setelah diberikan intervensi selama 1 Perawatan integritas kulit (I.11353)
integritas kulit x 24 jam maka diharapkan Observasi
(D.0129) sintegritas kulit dan jaringan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil : (L.14125) 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
1. Elastisitas meningkat 2. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
2. Kerusakan jaringan menurun 3. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
3. Tanda infeksi menurun 4. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
4. Suhu kulit membaik
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan sayur dan buah
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
25
5 Defisit nutrisi Setelah diberikan intervensi selama 1 Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0019) x 24 jam maka diharapkan status Observasi
nutrisi membaik dengan kriteria hasil 1. Identifikasi status nutrisi
: 2. dentifikasi alergi dan intoleransi makanan
(L.03030) 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Nafsu makan membaik 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
2. Berat badan membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Bising usus dalam rentang 6. Monitor asupan makanan
normal 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Nyeri abdomen menurun Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antimetik), jika perlu
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
26
6 Ansietas (D.0080) Setelah diberikan intervensi selama 1 Reduksi ansietas (I.09314)
x 24 jam maka diharapkan tingkat Observasi
ansietas menurun dengan kriteria 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
hasil : (L.09093) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Verbalisasi kebingungan 3. Monitor tanda ansietas
menurun Terapeutik
2. Verbalisasi khawatir 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan percaya
menurun 2. Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Perilaku gelisah menurun 3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
4. Perilaku tegang menurun 4. Motivasi mengidentifikasi suasana yang memicu kecemasan Edukasi
5. Pola tidur membaik 1. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepasi
2. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi kecemasan
3. Latih teknik relaksasi
4. Anjurkan keluarga untuk tetap menemani pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
27
(D.0034) diharapkan status cairan membaik 1. Periksa tanda gejala hipovolemia
dengan kriteria hasil : (L.03028) 2. Monitor intake dan output cairan Terapeutik
1. Kekuatan nadi meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan
2. Turgor kulit membaik 2. Berikan posisi modified trendelenburg
3. Output urine meningkat 3. Berikan asupan cairan oral
4. Perasaan lemah menurun Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghidarai perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. NaCl 0,4%, glukosa
2,5%)
3. Kolaborasi pemberian produk darah
28
DAFTAR PUSTAKA
29