Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE


DI POLI ANAK PUSKESMAS KAYON
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Adella Putri
NIM : 2019.C.11a.0996

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :

Nama : Adella Putri

NIM : 2019.C.11a.0996

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : “Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada An. A dengan


diagnosa medis Diare di Puskesmas Kayon”

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra-klinik Keperawatan II Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria .S.,Kep.Ners Sri Wulandari T, S.Kep.,Ners

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An dengan diagnosa medis

i
Diare di PKM Kayon Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprilianti., S. Kep., Ners selaku Koordinator PPK II.
4. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Ibu Sri Wulandari T, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas
Kayon.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat
mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 11 Oktober 2021

Adella Putri

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Diare ................................................................................ 1
1. Definisi ................................................................................................ 1
2. Anatomi Fisiologi ............................................................................... 1
3. Etiologi ................................................................................................. 9
4. Klasifikasi Kehamilan ..........................................................................10
5. Patofisiologi (WOC) ............................................................................12
6. Manifestasi Klinis ...............................................................................15
7. Komplikasi ...........................................................................................17
8. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................18
9. Penatalaksanaan Medis.........................................................................19
1.2 Konsep Anak............................................................................................21
1. Definisi Anak.......................................................................................21
2. Kedudukan Anak Di Indonesia............................................................22
3. Filosofi Keperawatan Anak..................................................................22
4. Prinsip Keperawatan Anak..................................................................22
5. Paradigma Keperawatan Anak..............................................................23
6. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak............................................24
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.........................................................26
1. Pengkajian ............................................................................................26
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................40
3. Intervensi .............................................................................................42
4. Implementasi ........................................................................................50
5. Evaluasi ................................................................................................ 50
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
SAP .................................................................................................................67
LEAFLET........................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................88
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Diare
1. Definisi Diare
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana
buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair
dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan
akibat dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih,
2014).
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan
buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi
virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang
bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat
biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama
satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat
menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa
perawatan (Wijayaningsih, 2015).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diare
merupakan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air
besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat
disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender, yang disebabkan oleh
beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Diare
akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama ≥ 14
hari.
2. Anatomi Fisiologi Diare
 Anatomi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Gambar Anatomi fisiologi Sistem Pencernaan
1) Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut juga
merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu 1. Bagian luar
yang sempit atau vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir dan
pipi ; 2. Bagian rongga mulut dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaris,platum dan mandubularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring. Diluar mulut ditutupi oleh kulit dan didalamnya
ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Didalam rongga mulu terdapat gigi,
kelenjar ludah, dan lidah.
Gambar Mulut
2) Tenggorokan ( Faring)
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut
ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi
dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan
bagian inferior bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan
ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.
Gambar Pharynk
3) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga
disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso “membawa”, dan phagus
“memakan”).

Gambar Kerongkongan
4) Lambung
Lambung berawal dari esophagus dan berakhir pada duodenum usus halus.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Kardia di sekitar sfingter esophageal bawah
2. Fundus pada bagian puncak
3. Antrum di bagian bawah

Gambar Lambung
5) Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus
halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan
otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
- Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari
merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
- Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus
dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
- Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 24 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garamgaram empedu.
6) Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus
besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat
gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.
7) Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar
8) Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9) Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih
tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar)
yang merupakan fungsi utama anus.
10) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar
yaitu asini yang berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau
pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim
yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.
Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh
tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah
mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan
asam lambung.
11) Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini berperan penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein
plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding
usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar
dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk
diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
12) Kandung empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan
sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 710 cm dan berwarna hijau
gelap (bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu
yang dikandungnya). Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas
jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu
pencernaan dan penyerapan lemak serta bererperan dalam pembuangan limbah
tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol. (Syarifuddin, 2015).
3. Etiologi Diare
Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2013)
ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu sebagai berikut.
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh
- Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella,
salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B.
Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis
(ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi, hawa dingin dan
sebagainya.
- Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan
jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:
- Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan
mineral, kurang kalori protein, dan bayi berat badan lahir rendah dan
bayi baru lahir. Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih,
2013), penyebab dari diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1) Faktor infeksi
a. Infeksi enternal merupakan penyebab utama diare pada anak,
yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus,
poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas humonis), jamur
(canida albicous).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah dua tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a. Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa) dan monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada anak serta bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.
b. Protein.
c. Lemak.
3) Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi terjadinya peristaltik
usus sehingga mempengaruhi proses penyerapan makanan.
Penyebab diare yang paling sering ditemukan di lapangan atau
secara klinis karena infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2011).
4. Klasifikasi Diare
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga
dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu
kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya
multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat
mengakibatkan diare kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan
maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih
terarah.
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
a. Diare akut
Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering
disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI).
Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi
saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang
dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak
terjadi.
b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan
air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare
kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang
tidak memadai.
c. Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah berlanjut
sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat
diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare persisten menyebabkan
kehilangan berat badan karena pengeluaran volume faces dalam jumlah banyak
dan berisiko mengalami diare (Sodikin, 2011). Diare persisten dibagi menjadi dua
yaitu diare persisten berat dan diare persisten tidak berat atau ringan. Diare
persisten berat merupakan diare yang berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda
dehidrasi, sehingga anak memerlukan perawatan di rumah sakit. Sedangkan diare
persisten tidak berat atau ringan merupakan diare yang berlangsung selama 14
hari atau lebih yang tidak menunjukkan tanda dehidrasi (Ariani, 2016).
d. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi dalam usia
minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya
mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau
membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah diare
infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
e. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan
partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu.
Anakanak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak
tampak infeksi enteric.
5. Patofisiologi Diare
Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya
diare adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan
tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Cairan, sodium, potassium,dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi dan dapat terjadi
asidosis metabolic. diare yang terjadi merupakan proses Dari: transport aktif
akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. sel
dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektolit. mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurun kearea permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorsi
cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorsi cairan dan elektolit dan bahan makanan, ini terjadi pada sindrom
malabsorsi meningkatnya motilitas intesti.
WOC Diare
Diare sekresi : Diare Osmotik
Infeksi virus, infeksi bakteri pathogen dan apatogen seperti Faktor malasorbsi makanan, karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan
(shigella, salmonella, golongan vib-rio, E.coli, clostridium mineral kurang, faktor infeksi enternal (infeksi bakteri dan virus seperti
perfarings, B. Cereus, Stanylococcus, defisiensi imun SIGA enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie), adenovirus, rotavirus,
(secretory imunolbulin, A) atrovirus dll), Infeksi parenteral, dan faktor psikologis

Masuk ke saluran cerna

Gangguan absorbsi makanan, makanan tdk dpt diserap, tekanan osmotic dlm rongga usus meningkat, peningkatan sekresi air atau cairan & elektrolit dlm rongga usus

Hiperperistaltik

Defekasi >3x, Feces lembek/cair


Stress, MK : Ansietas
Perubahan
DIARE MRS
kondisi
Hospitalisasi cemas takut (Orangtua)

B1 (BREATHING) B2 (BLOOD) B4 (BLADDER) B5 (BOWEL) B6 (BONE)


B3 (BRAIN)

Frekuensi BAB ↑ Enterotoksin agen Aktivitas sekresi air


 infeksi Tekanan
& elektrolit ↑
Motilitas usus ↑ Kehilangan cairan dan elektrolit
osmotik usus ↑ di vaskuler (feces encer)
 cairan
Kehilangan Aktivitas sekresi air dan elektrolit ↑
& elektrolit Isi rongga usus ↑ Akumulasi air Gangguan absorpsi
Kulit di perianal
berlebihan di lumen nutrisi dan cairan oleh
intestinal mukosa intestinal
Akumulasi air di lumen intestinal Berikatan sepepstor nyeri Lama kontak dg
Ketidakseimbangan
cairan & bakteri
Peningkatan sekresi Malabsorbsi
\asam-basa Ketidakseimbangan Merangsang serotonin, prostaglandin,
cairan & elektrolit
cairan & elektrolit bradikinin, disekitar area radang
melalui feses Kulit lembab
Asidosis metabolik Peningkatan asam
Hantaran ke talamus organik
MK : Oliguri
Ventilasi Risiko Syok Hipovolemik Pertumbuhan
terganggu Rewel, nangis, Mual, muntah, bakteri
keluhan nyeri diperut kembung meningkat
Ketidakseimbangan
Suplai O2 ↓ cairan & elektrolit
MK : Nyeri Asupan nutrisi Iritasi kulit
Akut tidak adekuat

MK :
Risiko Gangguan
Integritas
Kulit/Jaringan
Kehilangan cairan
Sesak napas (napas cepat dan dangkal)
Laju Dehidrasi MK : Defisit
Suhu tubuh ↑ Nutrisi
MK : metabolisme ↑
Pola Napas Tidak Efektif
MK :
MK :
Hipovolemia
Hipertermia
6. Manifestasi Klinis ( Tanda dan Gejala )
Menurut Vivian (2010) tanda dan gejala diare terdapat pembagian yaitu:
a. Cengeng dan gelisah
b. Suhu meningkat
c. Nafsu makan menurun
d. Tinja cair kadang disertai lender dan darah
e. Tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknya asam laktat yang
keluar).
f. Akhirnya nampak dehidrasi, berat badan menurun
g. Turgor kulit menurun
h. Selaput lendir dan mulut juga kulit kerig
i. Dehidrasi berat maka volume darah akan berkurang
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami
gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit
kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir
kering.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi
berat (Juffrie, 2010). Untuk mengetahui keadaan dehidrasi dapat dilakukan penilaian
sebagai berikut:
Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
Tanpa Dehidrasi
No Penilaian Dehidrasi Berat
Dehidrasi Ringan/Sedang
1 Lihat:
 Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
Umum tidak
Sadar
 Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
 Air Mata Ada Tidak Ada Tidak ada

 Mulut dan Basah Kering Sangat Kering


lidah

 Rasa Haus Minum biasa, Haus, ingin Malas minum


tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
2 Periksa: Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor kulit lambat

3 Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi


pemeriksaan dehidrasi ringan/ sedang, berat, kriteria bila
Kriteria ada 1
tanda*
Bila ada 1 tanda Ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih
lebih tanda lain tanda lain
4 Terapi Rencana terapi Rencana terapi Rencana terapi
A B C

*Tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan, ubun-ubun besar,
urine, nadi, dan pernapasan atau tekanan darah.
 Respon Tubuh
a. Sistem Integumen
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga berat turgor kulit
biasanya kembali sangat lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan dan
elektrolit pada jaringan tubuh anak sehingga kelembapan kulitpun menjadi
berkurang.
b. Sistem Respirasi
Kehilangan air dan elektolit pada anak yang diare mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa yang menyebabkan pH turun karena akumulasi asam
non-volatil. Terjadilah hiperventilasi yang akan menurunkan pCO 2 menyebabkan
pernapasan jadi cepat, dan dalam (pernapasan kusmaul).
c. Sistem Pencernaan
Anak yang diare biasanya mengalami gangguan pada nutrisi, yang disebabkan
oleh kerusakan mukosa usus dimana usus tidak dapat menyerap makanan. Anak
akan tampak lesu, malas makan, dan letargi. Nutrisi yang tidak dapat diserap
mengakibatkan anak bisa mengalami gangguan gizi yang bisa menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan dan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
proses penyembuhan akan lama.
d. Sistem Muskoloskletal
Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak yang diare dapat
menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram dan detak jantung sangat lambat.
e. Sistem Sirkulasi
Akibat dari diare dapat terjadi gangguan pada sistem sirkulasi darah menyebabkan
nadi melemah, tekanan darah rendah, kulit pucat, akral dingin yang
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik.
f. Sistem Otak
Syok hipovolemik dapat menyebabkan aliran darah dan oksigen ke otak
berkurang. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran dan bila
tidak segera ditolong dapat mengakibatkan kematian.
g. Sistem Eliminasi
Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama berubah kehijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering
defekasi dan tinja yang makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.
7. Komplikasi
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di tangani
dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain: perdarahan
otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai koma.
Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan bahkan
kematian pada bayi (Surasmi, 2013).
- Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan
terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat normal,
rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali cepat. Dehidrasi
sedang keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel, mata terlihat cekung,
haus dan merasa ingin minum banyak dan turgor kulitnya kembali lambat.
Sedangkan dehidrasi berat keadaan umumnya terlihat lesu, lunglai atau
tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor kulitnya kembali sangat lambat
2 detik.
- Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah, menurut
penelitian jurmalis, Sayoeti, dan Dewi tahun (2008) , menemukanbahwa
10,3% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat mengalami
hipernatremia.
- Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau hanya
mengandung sedikit garam, ini sering terjadi pada anak yang mengalami
infeksi shigella dan malnutrisi berat dengan edema (Sayoeti & Dewi tahun
2008).
- Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi yang
menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan otot,
peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia (Ngastiyah,
2005 dalam penelitian Andri 2015).
- Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika
penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel usus (Grace & Jerald, 2010).
Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh.
Bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan membran sel. Sel
yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut adalah
neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis. Sekresi fagosik
menginduksi timbulnya demam (Ariani, 2016).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diare adalah:
1) Pemeriksaan tinja (Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula dalam
tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilinictest bila terdapat toleransi
glukosa,bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi).
2) Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas
darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuatitatif, terutama pada penderita diare kronik.
9. Penatalaksanaan Medis
1) Penggantian cairan dan elektrolit
Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan
rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua pasien, kecuali jika tidak
dapat minum atau diare hebat membahayakan jiwa yang memerlukan
hidrasi intavena. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram
natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida, dan
20 gram glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial
dalam paket yang mudah disiapkan dengan dicampur air. Jika sediaan
secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat
dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan
2-4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk
diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut
sebanyak mungkin sejak merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intravena
diperlukan, dapat diberikan cairan normotonik, seperti cairan salin normal
atau ringer laktat, suplemen kalium diberikan sesuai panduan kimia darah.
2) Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik. 2 Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa.
3) Obat anti-diare
1) Kelompok anti-sekresi selektif
Terobosan terbaru milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas
racecadotril yang bermanfaat sebagai penghambat enzim
enkephalinase, sehingga enkephalin dapat bekerja normal kembali.
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit, sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan. Hidrasec sebagai generasi
pertama jenis obat baru anti-diare dapat pula digunakan dan lebih
aman pada anak.
2) Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid hcl, serta
kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat. Penggunaan kodein adalah
15-60 mg 3x sehari, loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek kelompok
obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar cukup aman dan dapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Obat ini tidak dianjurkan
pada diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri.
3) Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau
smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap
bahan infeksius atau toksin. Melalui efek tersebut, sel mukosa usus
terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang
sekresi elektrolit. (Amin, 2015).
Tabel Terapi Antibiotik Empiris
Organisme Antibiotik Pilihan Antibiotik Pilihan
Kedua
Pertama
Campylobacter Ciprofloxacin 500mg 2 kali Azithromycin 500mg
sehari, 3-5 hari oral 2 kali sehari
Erytromycin 500mg oral 2
kali sehari, 5 hari
Shigella atau Ciprofloxacin 500mg 2 kali Ceftriaxone 1gram
Salmonela spp. sehari, 3-5 hari IM/IV sehari
TMP-SMX DS oral 2
kali
sehari, 3 hari
Vibrio Cholera Tetracycline 500mg oral 4 Resisten tetracycline
kali sehari, 3 hari Ciprofloxacin 1gram
Doxycycline 300mg oral, oral 1 kali
dosis tunggai Erythromycin 250mg
oral
4 kali sehari, 3 hari

1.2 Konsep Dasar Anak


1. Definisi Anak
Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah
seseorang yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan yang diartikan
dengan anak-anak atau juvenale, adalah seseorang yang masih dbawah usia
tertentu dan belum dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan
pengertian yang sering kali di jadikan pedoman dalam mengkaji berbagai
persoalan tentang anak.
Menurut UU RI No. IV th 1979 tentang kesejahteraan anak, disebutkan
bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan
bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan
yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah
yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

2. Kedudukan Anak Di Indonesia


Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus
keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap
sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika
kedua orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia (jaminan hari tua). Anak
masih dianggap sebagai sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi
keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi pribadi yang mandiri.
3. Filosofi Keperawatan Anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada
keluarga ( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care
).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan
unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari
anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat
tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat
mempengaruhi status kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan.
Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah dampak
perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury )
dan nyeri ( dampak psikologis), tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik.
4. Prinsip Keperawatan Anak
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
a) Anak bukan miniatur orang dewasa
b) Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
c) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan
derajat kesehatan, bukan mengobati anak sakit
d) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan askep anak
e) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) &
aspek hukum ( legal )
f) Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi /
kematangan
g) Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan
5. Paradigma Keperawatan Anak
1. Manusia (Anak)
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya,
anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu:
a. Bayi : 0 – 1 th
b. Toddler : 1 – 2,5 th
c. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
d. Sekolah : 5 – 11 th
e. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara
orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak
berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya
tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek
kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman masa
lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan
selama di rawat akan di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan
keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis anak.
2. Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau
cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap
waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil
interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya.
3. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun
sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan
Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan
spiritual. SEdangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan
antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya
4. Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu,
keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat
maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki
kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
6. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
1. Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran
ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan,
membantu pasien melakukan ambulasi dini.
2. Sebagai Advokat Keluarga
Sebagai client advokat, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan
memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di lakukan
sebelum pasien melakukan operasi.
3. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah
aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu
sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai
pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi
penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu
contoh peran perawat sebagai pendidik (health educator).
4. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini
merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling
diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan
pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan
pola interaksi).
5. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional
pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan
nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan
dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita
infeks.
6. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh
diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan
evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh
mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian,
perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi
lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian
dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek
profesi keperawatan.

1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Menurut (Smeltzer & Bare, 2010) pengkajian keperawatan anak pada diagnosa
medis Diare yaitu :
Identitas
1) Klien (Anak)
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, tempat/tgl lahir, jenis
kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat, tanggal MRS, dan diagnosa
medis.
2) Identitas Penanggungjawab (Ayah/Ibu)
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, tempat/tgl lahir, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan keluarga.
Riwayat Kesehatan/Perawatan
1) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus diare biasanya pasien mengalamin
buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa
dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare
akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
(Nursalam, 2008)
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengalami:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
f. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi
ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)
(Nursalam, 2008).
3) Riwayat Kesehatan Lalu
Pada pengkajian riwayat kesehatan lalu ini yang harus di kaji pada anak meliputi :
a. Riwayat prenatal :
 Tempat pemeriksaan kehamilan
 Frekuensi pemeriksaan kehamilan
 Sakit yang diderita atau keluhan
b. Riwayat natal :
 Tempat persalinan
 Tenaga penolong
 Jenis persalinan apakah pada riwayat persalinan anak dahulu melalui
persalinan secara Spontan , sectio caesarea, Forcep, dan Induksi.
 Usia kehamilan
 Penilaian Apgar Score pada saat neonatus.
 Panjang badan lahir
c. Riwayat postnatal :
 Lama mendapat ASI
 ASI eksklusif, apakah mendapatkan asi ekslusif atau tidak.
 Usia mendapatkan MP-ASI.
d. Penyakit sebelumnya :
Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan
makanan basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
diare. Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan
botol susu, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci
tangan saat menjamah makanaRiwayat penyakit yang sering terjadi pada anak
berusia dibawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang
terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA,
tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nursalam, 2008)
e. Riwayat Imunisasi.
Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi
pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4
minggu terakhir, sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien.
Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya
seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular
ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin kebersihannya
yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan perjalanan ke daerah
tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).
5) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:
a.Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko
diare dan infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah
menimbulkan pencemaran.
c.Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum
banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa
minum (Nursalam, 2008).
Pemeriksaan Fisik
Menurut (Setiya, Andri & Abd Wahid, 2016) pemeriksaan fisik dengan diagnosa
medis Diare yaitu :
1) Keadaan Umum
a. Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b. Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c. Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai.
2) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
3) Berat badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan.
4) Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun : Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubun-ubunnya biasanya cekung.
b. Rambut : Warna hitam keadaan rambut , cukup baik tidak mudah rontok,
tidak mudah dicabut dan tidak kusam.
c. Kepala : Keadaan kulit kepala : bersih, berminyak, tidak terdapat benjolan
atau kelainan, Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris., tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala.
d. Mata : Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya
cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak
matanya sangat cekung.
e. Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi dan
nyeri tekan.
f. Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung dan
fungsi penciuman baik.
g. Mulut : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut pucat
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
h. Gigi : tidak terdapat carries, Jumlah gigi 4 (Dua bagian bawah, dua bagian
atas)
5) Leher dan tenggorokan
Bentuk normal, tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan biasanya tidak ada, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada benjolan, ada
peradangan.
6) Dada
Pernafasan
a. Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi ringan
pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat
pernapasannya dalam.
b. Palpasi
Pada palpasi, pergerakan simetris, denyutan jantung teraba cepat, ekspansi
meningkat dan taktil fremitus teraba sama.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor. Suara ketok sonor,
tak ada redup atau suara tambahan lainnya.
d. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
Kardiovaskuler
a. Inspeksi : Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b. Auskultasi : Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga meningkat,
diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami takikardi dan
bradikardi
7) Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi : turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba
Perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi : peristaltik usus normal  20 kali/menit.
8) Genitalia
Pada penderita fraktur humerus tidak ditemukan kelainan yang berarti pada
genetalia.
9) Ekstremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral teraba
hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin.
Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
10) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan pemeriksaan
yaitu apakah ada iritasi pada anus.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut (Yuliastati, 2016) petumbuhan dan perkembangan pada keperawatan
anak yaitu perkembangan kemampuan dasar anak-anak berkorelasi dengan
pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar mempunyain pola yang tetap dan
berlangsung secara berurutan. Oleh karenanya stimulasi yang diberikan kepada anak
balita dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan
sesuai dengan pembagian kelompok umur anak berikut ini: 
No
Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur
.
1.  Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa Prenatal
2.  Masa bayi Umur 0-12 bulan
3 Masa anak toddler Umur 1-3 tahun
4 Masa anak pra sekolah Umur 3-6 tahun
5 Masa anak sekolah Umur 6-12 tahun
6 Masa remaja Umur 12-18 tahun

1) Masa prenatal (dari konsepsi sampai lahir)


Pembentukan struktur tubuh dasar dan organ-organ, pertumbuhan fisik tercepat
dalam rentang kehidupan anak, sangat peka terhadap lingkungan. Masa prenatal atau
masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dibagi menjadi 3 periode,
yaitu:
a. Masa zigot/mudigah, yaitu sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Sel
telur/ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi
diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Masa janin ini terdiri dari 2 periode yaitu:
 Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke 2
kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, alat
tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.
 Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi organ. Pada
masa ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman
beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor
psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil dapat menimbulkan pengaruh
buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka
selama hamil ibu dianjurkan untuk:
 Menjaga kesehatannya dengan baik.
 Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
 Mendapat asupan gizi yang adekuat untuk janin yang dikandungnya.
 Memeriksakan kehamilan dan kesehatannya secara teratur ke sarana
kesehatan.
 Memberi stimulasi dini terhadap janin.
 Mendapatkan dukungan dari suami dan keluarganya.
 Menghindari stress baik fisik maupun psikis.

2) Masa bayi (umur 0-12 bulan)


Bayi baru lahir masih tergantung pada orang lain (dependent) tetapi mempunyai
kompetensi (competent), semua panca indera berfungsi pada waktu lahir, pertumbuhan
fisik dan perkembangan motoric berlangsung cepat, mempunyai kemampuan belajar
dan mengingat, bahkan pada minggu-minggu pertama kehidupan, kelekatan terhadap
orang tua atau benda lainnya sampai akhir tahun pertama, kesadaran diri (self-
awareness) berkembang dalam tahun kedua, komprehensi dan bahasa berkembang
pesat, rasa tertarik terhadap anak lain meningkat.
d. Kemampuan motorik pada bayi 0-12 bulan berdasarkan usia yakni:
Usia Motorik kasar Motorik halus
0-3    mengangkat kepala,     melihat, meraih dan menendang
bulan    guling-guling,  mainan gantung,
   menahan kepala tetap     memperhatikan benda
tegak,  bergerak, 
    melihat benda-benda kecil,
    memegang benda,
    meraba dan merasakan bentuk
permukaan,
3-6    menyangga berat,      memegang benda dengan kuat,
bulan    mengembangkan     Memegang benda dengan kedua
kontrol kepala. tangan,
   Duduk.     makan sendiri,
    mengambil benda-benda kecil.
6-9    merangkak     Memasukkan benda kedalam
bulan    menarik ke posisi wadah,
berdiri     Bermain 'genderang'
   berjalan berpegangan     Memegang alat tulis dan
    berjalan dengan mencoret-coret
bantuan.     Bermain mainan yang
mengapung di air
    Membuat bunyi-bunyian.
    Menyembunyikan dan mencari
mainan
9-12     bermain bola     Menyusun balok/kotak
bulan     membungkuk     Menggambar
    berjalan sendiri     Bermain di dapur.  
    naik tangga. 

e. Kemampuan bicara dan berbahasa pada masa bayi 0-12 bulan sbb:
Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa
   prabicara,
0-3 bulan    meniru suara-suara, 
   mengenali berbagai suara.
   mencari sumber suara, 
3-6 bulan
   menirukan kata-kata..
   menyebutkan nama gambar di buku majalah,
6-9 bulan
   menunjuk dan menyebutkan nama gambar-gambar.
   menirukan kata-kata
9-12
   berbicara dengan boneka
bulan
   bersenandung dan bernyanyi. 

f. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada masa bayi 0-12 bulan sbb: 

Usia Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian 


0-3 bulan    memberi rasa aman dan kasih sayang,
   mengajak bayi tersenyum, 
   mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan di
sekitarnya, 
   meniru ocehan dan mimik muka bayi,
   mengayun bayi,
   menina bobokan.  
   bermain "ciluk ba', 
3-6 bulan    melihat dirinya di kaca,
   berusaha meraih mainan.
   mulai bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain.
6-9 bulan    Mulai melambaikan tangan jika ditinggal pergi.
   Mulai membalas lambaian tangan orang lain.
   Minum sendiri dari sebuah cangkir,
9-12
   Makan bersama-sama
bulan
   Menarik mainan yang letaknya agak jauh. 

3) Masa anak toddler (1-3 tahun)


Pada periode ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik kasar dan motorik halus serta fungsi ekskresi. Periode ini
juga merupakan masa yang penting bagi anak karena pertumbuhan dan perkembangan
yang terjadi pada masa balita akan menentukan dan mempengaruhi tumbuh kembang
anak selanjutnya. Setelah lahir sampai 3 tahun pertama kehidupannya (masa toddler),
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi
pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan
saraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan
sangat mempengaruhi kinerja otak mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal
hurup hingga bersosialisasi. Pada masa ini perkembangan kemampuan bicara dan
bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar-
dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini sehingga setiap
kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan
baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
a. Kemampuan motorik yang dimiliki anak pra sekolah 1-3 tahun sebagai berikut

Usia Gerak Kasar Gerak Halus


12-15    Berjalan tanpa pegangan    Bermainan balok dan
bulan sambil menarik mainan menyusun balok. 
yang bersuara,    Memasukkan dan
   Berjalan mundur,  mengeluarkan benda
   Berjalan naik dan turun kedalam wadah.
tangga,    Memasukkan benda yang
   Berjalan sambil berjinjit satu ke benda lainnya. 
   Menangkap dan melempar
bola
15-18    Bermain di luar rumah.   Meniup,
bulan    Bermain air   Membuat untaian.
   Menendang bola.
18-24    Melompat,    Mengenal berbagai ukuran
bulan    Melatih keseimbangan dan bentuk,
tubuh,    Bermain puzzle,
   Mendorong mainan    Menggambar wajah atau
dengan kaki. bentuk,
   embuat berbagai bentuk dari
adonan kue/lilin mainan.
24-36    Latihan menghadapi   Membuat gambar tempelan,
bulan rintangan,   Memilih dan
   Melompat jauh, mengelompokkan benda-
   Melempar dan menangkap benda menurut jenisnya,
bola besar.   Mencocokan gambar dan
benda,
  Konsep jumlah,
  Bermain/menyusun balok-
balok.

b. Kemampuan bicara dan bahasa pada anak pra sekolah 1-3 tahun sebagai berikut :
Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa
   Membuat suara dari dari barang2 yang dipilihnya,
12-15 bulan
   Menyebut nama bagian tubuh,
   Melakukan pembicaraan.,  
   Bercerita tentang gambar di buku/majalah, 
15-18 bulan    Permainan telepon-teleponan,
   Menyebut berbagai nama barang.
   Melihat acara televisi,
18-24 bulan    Mengerjakan perintah sederhana,
   Bercerita tentang apa yang dilihatnya.
   Menyebut nama lengkap anak,
   Bercerita tentang diri anak,
24-36 bulan
   Menyebut berbagi jenis pakaian.
   Menyatakan keadaan suatu benda. 

4) Masa prasekolah (3-6 tahun)


Keluarga masih merupakan focus dalam hidupnya walaupun anak lain menjadi
lebh penting, ketrampilan motoric kasar dan halus serta kekuatan meningkat,
kemandirian kemampuan mengontrol diri dan merawat diri meningkat, bermain
kreativitas dan imajinasi menjadi lebih berkembang, imaturitas kognitif mengakibatkan
pandangan yang tidak logis terhadap dunia sekitarnya, perilaku pada umumnya masih
egosentris, tetapi pengertian terhadap pandangan orang lain mulai tumbuh.

a. Kemampuan motorik yang dimiliki anak pra sekolah 3-6 tahun sebagai berikut ;

Usia Gerak Kasar Gerak Halus


36-48    Menangkap bola kecil dan    Memotong dengan
bulan melemparkan kembali. menggunakan gunting,
   Berjalan mengikuti garis    Menempel guntingan
lurus, gambar sesuai dengan cerita.
   Melompat dengan satu    Menempel gambar pada
kaki, karton.
   Melempar benda-benda    Belajar 'menjahit' dengan
kecil ke atas, tali rafia.
   Menirukan binatang    Menggambar/menulis garis
berjalan, lurus, bulatan,segi empat,
   Berjalan jinjit secara huruf dan angka.
bergantian.    Menghitung lebih dari 2
atau 3 angka.
   Menggambar dengan jari,
memakai cat,
   Mengenal campuran warna
dengan cat air,
   Mengenal bentuk dengan
menempel potongan bentuk.

48-60    Lomba karung    Mengenal konsep "separuh


bulan    Main engklek atau satu"
   Melompat tali.    Menggambar dan atau
melengkapi gambar,
   Menghitung benda-benda
kecil dan mencocokkan
dengan angka.
   Menggunting kertas (sudah
dilipat) dengan gunting
tumpul,
   Membandingkan
besar/kecil, banyak/sedikit,
berat/ringan.
   Belajar 'percobaan ilmiah'
   Berkebun.

b. Kemampuan bicara dan bahasa pada anak pra sekolah 3-6 tahun sebagai berikut :
Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa
   Berbicara dengan anak,
   Bercerita mengenai dirinya,
36-48 bulan    Bercerita melalui album foto, 
   Mengenal huruf besar menurut alfabet di
koran/majalah.
   Belajar mengingat-ingat,
   Mengenal huruf dan simbol,
   Mengenal angka,
   Membaca majalah,
   Mengenal musim,
48-60 bulan
   Mengumpulkan foto kegiatan keluarga,
   Mengenal dan mencintai buku,
   Melengkapi dan menyelesaikan kalimat,
   Menceritakan masa kecil anak,
   Membantu pekerjaan di dapur.

5) Masa praremaja/ sekolah (6 -12 tahun)


Teman sebaya sangat penting, anak mulai berpikir logis meskipun masih konkrit
operasional, egosentris berkurang, memori dan kemampuan berbahasa meningkat,
kemampuan kognitif meningkat akibat sekolah formal, konsep diri tumbuh yang
mempengaruhi harga dirinya, pertumbuhan fisik lambat, kekuatan dan ketrampilan
atletik meningkat.
Kemampuan yang dimiliki pada anak sekolah adalah sbb:

Kemampuan Keterangan
   bermain bola dengan teman sebayanya
Gerak kasar
   naik sepeda, bermain sepatu roda.  
Gerak halus    mengerti urutan kegiatan,
   berlatih mengingat-ingat,
   membuat sesuatu dari tanah liat/lilin,
   bermain "berjualan",
   belajar bertukang, memakai pali, gergaji dan paku,
   mengumpulkan benda-benda,
   belajar memasak,
   mengenal kalender
   mengenal waktu,
   menggambar dari berbagai sudut pandang, 
   belajar mengukur.  
   mengenal benda yang serupa dan berbeda,
   bermain tebak-tebakan,
   berlatih mengingat-ingat,
Bicara dan
   menjawab pertanyaan "mengapa ?"
Bahasa
   menganal rambut/tanda lalu lintas,
   mengenal uang logam,
   mengamati/meneliti keadaan sekitar. 
Bersosialisasi    Berkomunikasi dengan anak, 
dan    Berteman dan bergaul,
kemandirian.    Mematuhi peraturan keluarga 

6) Masa Remaja (12-18tahun)


Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Pada saat seorang anak memasuki masa remaja terjadilah peningkatan hormone seksual.
Adanya peningkatan hormone seksual ini mengakibatkan perubahan yang besar pada
tubuh bahkan pada emosi remaja. Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan
pada perempuan dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk
ke dalam tahap remaja atau masa pubertas bila dibandingkan dengan anak laki-laki dan
perkembangan ini ditunjukan pada perkembangan pubertas.
Jenis
Perubahan Fisik Remaja dan organ reproduksi
Kelamin
   pertumbuhan tinggi dan berat badan
   perubahan suara 
   tumbuh jakun
   peningkatan produksi kelenjar minyak dan keringat
   peningkatan hormone testosterone
Laki-laki
   mimpi basah
   penis membesar dan memanjang
   testis bertambah besar
   tumbuh rambut-rambut (ketiak, disekitar kemaluan,
tangan, kaki, dada, dan wajah/kumis dan janggut)
Perempuan    pertumbuhan tinggi dan berat badan
   perubahan suara 
   payudara membesar, putting susu menonjol
   tumbuhnya rambut-rambut (ketiak, disekitar kemaluan,
tangan dan kaki)
   menstruasi (menarche)

Pemeriksaan Diagnostik
1) Poemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum
Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L
b. Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa adalah
Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis (Suharyono, 2008).
c. Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium, klorida,
dan bikarbonat.
d. Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein leukosit
dalam feses atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH menurun disebabkan
akumulasi asama atau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dandicurigai infeksi sistemik
( Betz, 2009)
2) Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi
 Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai
mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien
mengalami mual dan muntah.
 Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar
melalui rektum.
 Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada
pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.
b. Radiologi
 CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani
kolonoskopi
 Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas
c. Pemeriksaan lanjutan
 Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.
 Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan
sampel feses dan serologi (Emmanuel, 2014)

2. Diagnosa Keperawatan
 Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas nafas (SDKI D.0005,
halaman 26)
 Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi
(SDKI D.0023, halaman 64)
 Hipertermia b.d dehidrasi, peningkatan laju metabolisme. (SDKI D.0130,
halaman 284)
 Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (SDKI D.0019, halaman 56)
 Risiko Syok b.d kekurangan volume cairan dan elektrolit (SDKI D.0039,
halaman 92)
 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (sering BAB) (SDKI D.0077,
halaman 172).
 Risiko Gangguan integritas kulit/jaringan b.d. ekskresi atau sering BAB,
perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor,
penurunan imunologis. (SDKI D.0129, halaman 282)
 Ansietas b.d kurang terpapar informasi tentang perubahan kondisi (SDKI
D.0080, halaman 180)
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan Diare menurut (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018) meliputi :
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Intervensi 3x7 Jam
Manajemen Jalan Napas (SIKI I.01011 Hal.186)
hambatan upaya nafas nafas maka pola nafas klien membaik, Observasi :
(SDKI D.0005, halaman 26) dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas ( Frekuensi, kedalaman, usaha napas)
(SLKI L.01004 Hal.95) 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
1.Ventilasi semenit meningkat (5) ronkhi kering)
2.Dispnea Menurun (5) 3. Monitor sputum ( Jumlah, warna, aroma )
3.Penggunaan otot bantu napas Terapeutik :
menurun (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
4.Ortopnea menurun (5) (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
5.Pernapasan pursed-lip menurun (5)2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
6.Pernapasan cuping hidup menurun 3. Berikan minum hangat
(5) 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
7.Frekuensi Nafas Membaik (5)\ 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
8.Kedalaman Napas Membaik (5) 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoral, mukolitik, jika
perlu
2. Hipovolemia b.d kehilangan Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipovolemia (SIKI I.03116 Hal.184 )
cairan aktif, kegagalan keperawatan selama 3x7 jam Observasi :
mekanisme regulasi. (SDKI diharapkan status cairan membaik. 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
D.0023, halaman 64) Kriteria hasil : SLKI (L.03028 meningkat, madi teraba lemah, TD menurun, tekanan nadi
Hal.107) meningkat, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
1. Kekuatan nadi meningkat (5) volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
2. Turgor kulit meningkat (5) 2. Monitor intake dan ouput cairan
3. Output urine meningkat (5) Terapeutik :
4. Ortopnea menurun (5) 1. Hitung kebutuhan cairan
5. Dispnea menurun (5) 2. Berikan posisi modified tredelenburg
6. Distensi vena jugularis menurun 3. Berikan asupan cairan oral
(5) Edukasi :
7. Keluhan haus menurun (5) 1. Anjurkan perbanyak asupan cairan oral.
8. Konsentrasi urine menurun (5) 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
9. Frekuensi nadi membaik (5) Kolaborasi :
10. Kadar HB membaik (5) 1. Kolaborasi pemberian cairan isotonis (mis. NaCl, RL)
11. Kadar Ht membaik (5) 2. Kolaborasi pemberian cairan hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
12. Intake cairan membaik (5) 0,4%)
13. Status mental membaik (5) 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
Suhu tubuh membaik (5) 4. Kolaborasi pemberian produk darah
3. Hipertermia b.d dehidrasi, Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipertermia (SIKI I.15506 Hal.181)
peningkatan laju keperawatan selama 3x7 jam Observasi
metabolisme (SDKI diharapkan termoregulasi/pengaturan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
D.0130, halaman 284) suhu tubuh pasien membaik. 2. Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil : SLKI (L.14134 3. Monitor kadar elektrolit
Hal.129) 4. Monitor haluaran urine
1. Mengigil menurun (5) 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
2. Kulit merah menurun (5) Terapeutik
3. Pucat menurun (5) 1. Sediakan lingkungan dingin
4. Takikardi menurun (5) 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Takipnea menurun (5) 3. Basahi dan kipas permukaan tubuh
6. Dasar kuku sianotik menurun (5) 4. Berikan cairan oral
7. Hipoksia menurun (5) 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
8. Suhu tubuh membaik (5) hiperhidrosis (keringat berlebih)
9. Suhu kulit membaik (5) 6. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
10. Pengisian kapiler membaik (5) 7. Berikan oksigen, jika perlu
Tekanan darah membaik (5) Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
4. Defisit nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi (SIKI I.03119 Hal. 200 )
ketidakmampuan mencerna keperawatan selama 3x7 jam Observasi :
makanan, ketidakmampuan diharapkan status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
mengabsrobsi nutrien Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal. 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(SDKI D.0019, halaman 56) 121) 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Kekuatan otot mengunyah (5) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
2. Kekuatan otot menelan (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Verbalisasi keinginan untuk 6. Monitor asupan makanan
meningkatkan nutrisi meningkat 7. Monitor berat badan
(5) 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Pengetahuan tentang pilihan Terapeutik :
makanan yang sehat meningkat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
(5) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
5. Sikap terhadap makanan dan 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
minuman sesuai dengan tujuan 4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
kesehatan meningkat (5) 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Perasaan cepat kenyang 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
menurun(5) 7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
7. Sariawan menurun (5) oral dapat ditoleransi
8. Berat badan membaik (5) Edukasi :
9. IMT membaik (5) 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
10. Nafsu makan membaik (5) 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
11. Bising usus membaik (5) Kolaborasi :
Membran mukosa membaik (5) 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
5. Risiko syok b.d kekurangan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok (SIKI I.02068 Hal 285)
volume cairan dan elektrolit keperawatan selama 3x7 jam Observasi :
(SDKI D.0039, halaman 92) diharapkan tingkat syok menurun. 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
Kriteria hasil : SLKI (L.03032 Hal frekuensi napas, TD, MAP)
148) 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
1. Kekuatan nadi meningkat.(5) 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
2. Output urine meningkat (5) 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
3. Saturasi oksigen meningkat (5) 5. periksa riwayat alergi
4. Tingkat kesadaran meningkat. (5) Terapeutik :
5. Akral dingin menurun (5) 1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
6. Haus menurun (5) 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
7. Asidosis metabolik menurun (5) 3. Pasang jalur IV, jika perlu
8. Pucat menurun (5) 4. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
9. Haus menurun (5) 5. lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
10. Konfusi menurun (5) Edukasi :
11. Mean Arterial Pressure membaik 1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
(5) 2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
12. Pengisian kapiler membaik (5) 3. Anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan tanda dan gejala
awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
5. Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
6. Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan asuhan Manajamen Nyeri (SIKI I.08238 Hal 201)
pencedera fisiologis (sering keperawatan selama 3x7 jam Observasi :
BAB) (SDKI D.0077, diharapkan tingkat nyeri menurun. 1. Identitifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
halaman 172) Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal intesitas nyeri
145) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Respond nyeri non verbal
2. Meringis menurun (5) 4. Faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Sikap protektif menurun (5) 5. Pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4. Gelisah menurun (5) 6. Peengaruh budaya terhadap respon nyeri
5. Kesulitan tidur menurun (5) 7. Pengaruh nyeri pada kualitaas hidup
6. Menarik diri menurun (5) 8. Monitor Keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
7. Perasaan depresi menurun (5) 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
8. Perasaan takut mengalami cedera Terapeutik :
berulang menurun (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
9. Frekuensi nadi membaik (5) (mis. Tens, hipnosis, akupresur, terpi musik, biofeedback, terapi
10. Tekanan darah membaik (5) pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
11. Pola tidur membaik (5) hangat/dingin, terapi bermain.)
2. Kontorl lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan,)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, perriode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetic.
7. Risiko gangguan integritas Setelah diberikan asuhan Perawatan Integritas Kulit (SIKI I.11353 Hal.316)
kulit/jaringan b.d ekskresi keperawatan selama 3x7 jam Observasi :
atau sering BAB, diharapkan integritas kulit/jaringan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan
perubahan status cairan, membaik dengan Kriteria hasil : sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
perubahan pigmentasi, SLKI (L.14125 Hal. 33) lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
perubahan turgor, 1. Elastisitas meningkat (5) Terapeutik :
penurunan imunologis. 2. Kerusakan jaringan menurun (5) 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring.
(SDKI D.0129, halaman 3. Kerusakan lapisan kulit menurun 2. Lakukan pemijitan pada area penonjolan tulang, jika perlu.
282) (5) 3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode
4. Nyeri menurun (5) diare
5. Perdarahan menurun (5) 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
6. Kemerahan menurun (5) kering.
7. Pigmentasi abnormal menurun 5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
(5) sensitif
8. Jaringan parut menurun (5) 6. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
9. Nekrosis menurun (5) Edukasi :
10. Suhu kulit membaik (5) 1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion, serum)
11. Tekstur membaik (5) 2. Anjurkan minum air yang cukup
3. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di
luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
8. Ansietas b.d kurang Setelah diberikan asuhan Reduksi Ansietas (SIKI I.09314 Hal 387)
terpapar informasi tentang keperawatan selama 3x7 jam Observasi
perubahan kondisi (SDKI diharapkan tingkat ansietas menurun. 1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi,
D.0080, halaman 180) Kriteria hasil : SLKI (L.09093 Hal. waktu, stressor)
132) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Verbalisasi kebingungan 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
menurun (5)
2. Verbalisasi khawatir akibat Terapeutik
kondisi yang dihadapi menurun 1. Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
(5) 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
3. Perilaku gelisah menurun (5) memungkinkan
4. Perilaku tegang menurun (5) 3. Pahami situasi yang membuat anxietas
5. Keluhan pusing menurun (5) 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
6. Perilaku sesuai anjuran 5. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
meningkat (5) 6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Verbalisasi minat dalam belajar 7. Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan
meningkat (5) dating.
8. Pertanyaan tentang masalah yang Edukasi
dihadapi menurun (5) 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
9. Persepsi yang keliru terhadap dialami
masalah menurun (5) 2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997,
dalam Haryanto, 2017). Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori
serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga,
dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien
yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan
dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat
dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaan telah tercapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada
akhir proses keperwatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada
setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk
menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian
perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap
intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai
secara efektif. (Nursalam, 2018)
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707

E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Adella Putri

Nim : 2019.C.11a.0996

Tempat Praktek : Puskesmas Kayon (Anak)

Tanggal & Jam Pengkajian : 2 Oktober 2021

2.1 Pengkajian
2.1.1 Amnanesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. A
Umur : 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Jl. Paus XII No. -
Diagnosa Medis : Diare
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
TTL : Palangka Raya, 12 mei 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Paus XII No.-
Hubungan Keluarga : Ayah
2.1.1.3 Keluhan Utama
Ayah klien mengatakan bahwa anaknya mencret atau sudah BAB ± 5
kali sehari dengan konsistensi feses encer bewarna kuning, tidak bercampur
darah dan sedikit ampas.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Seorang anak laki-laki An .A berusia 4 bulan, dibawa orang tuanya ke
Poli Anak Puskesmas Kayon dengan keluhan Ayah klien mengatakan bahwa
anaknya sejak 2 hari ini sudah BAB ± 5 kali sehari dengan konsistensi feses
encer bewarna kuning, tidak bercampur darah dengan sedikit ampas, hari ini
hanya 1 kali BAK, dan kondisi nya tampak lemas. Ayah pasien mengatakan
anak nya tidak minum ASI sejak lahir hanya minum susu formula SGM. Pada
saat dilakukan pengkajian, didapatkan data klien tampak lemas, mukosa bibir
merah, kulit kering, mata sedikit cekung, bising usus hiperaktif : 28x/menit,
kontak mata terbatas/negatif, anak tidak pernah tersenyum ketika melihat
mainan yang lucu, Hasil Pemeriksan TTV didapatkan Suhu: 37,3°C, N:
80x/menit, RR: 32 x/menit. BB 6,6 kg, PB 60 cm, Sesuai advice dokter pasien
langsung diberikan penanganan terapi obat yaitu Zink syr 1x1 sdk, Oralit 5
sachet setiap mencret dan Paracetamol syr 3x1 sdk.
2) Riwayat Kesehatan lalu
Ayah Klien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan masalalu.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita sama seperti
anaknya. dan juga tidak pernah menderita penyakit seperti Diabetes Melitus,
Hipertensi, Cardiovaskuler, Hepatitis dan penyakit lainnya.
4) Susunan Genogram

Susunan genogram 3 (tiga) generasi


Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien (An.A)

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


3.1.2.1 Keadaan Umum
Klien tampak lemas dan kulit kering, suhu tubuh meningkat, mukosa bibir
merah, mata sedikit cekung, anak tidak pernah tersenyum ketika melihat
mainan yang lucu.

Tanda-tanda Vital
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,30C
Respirasi : 32 x/menit
3.1.2.2 Kepala dan Wajah
Bentuk kepala normal, bulat dan rambut berwarna hitam.
3.1.2.3 Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembesaran kelenjar keadaan tenggorokan baik
3.1.2.4 Mulut dan Faring
Bibir klien berwarna merah.
3.1.2.5 Dada
Bentuk dada normal, tidak ada kelainan, jenis pernafasan normal, irama nafas
teratur, pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, pada saat diperkusi
tidak ada cairan dan tidak terdapat masa, semuanya normal.
3.1.2.6 Abdomen
Inspeksi pada abdomen nampak datar, tidak membuncit/membusung, tidak
nampak bekas luka.
Bising usus hiperaktif : 28x/menit.
3.1.2.7 Eliminasi
BAB ± 5 kali sehari dengan konsistensi feses encer bewarna kuning, tidak
bercampur darah dan sedikit ampas.
BAK hari ini hanya 1 kali.
3.1.2.8.Ekstremitas
Tangan berbetuk normal tidak ada edema, kaki berbentuk normal tidak ada
edema atau pun nyeri
3.1.2.9 Genetalia
Tidak mengalami gatal-gatal, tidak ada iritasi, tidak ada kemerahan
2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
BB : 6,6 kg
BB/U : Normal
PB : 60 cm
PB/U : Normal
2.1.3.1 Gizi Selera makan

Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit


hari
Frekuensi/hari 2 x sehari 3x sehari
Porsi 1 piring makan ½ piring makan
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Bubur , lauk pauk Bubur, lauk, pauk
Jenis Minuman Susu formula Susu formula
Jumlah minuman 1000cc/24 jam 1300cc/24 jam
Kebiasaan makan Baik Sedikit menurun
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada

3.1.3.2 Kemandirian dalam bergaul


Anak tidak tersenyum ketika diberi mainan lucu.
3.1.3.3 Motorik halus
Anak dapat memegang mainan dengan kedua tangannya.
3.1.3.4 Motorik Kasar
Anak dapat mengembangkan kontrol kepala.
3.1.3.5 Kognitif dan bahasa
Anak mencari arah suara ketika ada yang berbicara.
3.1.3.6 Psikososial
Anak terlihat aman ketika bersama dengan ibunya.
3.1.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3x/hari 2x/hari
b. Nafsu Baik, 1 porsi habis Kurang baik, hanya
makan/selera 1/2 porsi habis
c. Jenis makanan Bubur, lauk-pauk, Bubur, lauk pauk,
susu formula, air susu formula, air
putih putih
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1-3x/hari 3-5x/sehari
Konsistensi Lembek, kecokelatan Encer, tidak
bercampur darah, dan
ada ampasnya.
4x/hari menggunakan
popok.

b. BAK
Frekuensi 3x/ hari Hari ini hanya 1 kali
menggunakan popok BAK
Konsistensi bening, jernih
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam ± 2-3 jam 2-3 Jam
b. Malam/ jam 7-9 Jam 7-9 jam

4 Personal hygiene
a. Mandi 3X sehari Dilap dengan tissue
b. Oral hygiene 3X sehari basah 1 x sehari

2.1.1 Data Penunjang


Tidak ada
2.1.2 Penatalaksanaan Medis
Tanggal : 2 Oktober 2021
NO Jenis Obat Dosis Indikasi
1 Zink sirup 1x1 sdk Untuk mengganti cairan
tubuh dan mencegah
dehidrasi pada anak. Obat ini
digunakan untuk membantu
memperkuat sistem
kekebalan tubuh, dan
mengatasi defisiensi zinc
pada kasus diare
2 Oralit 5 sachet Setiap Untuk meredakan dehidrasi
mencret akibat diare dengan cara
menggantikan cairan dan
garam yang hilang dari tubuh.

3 Paracetamol sirup 3x1 sdk Parasetamol merupakan obat


yang memiliki efek untuk
mengurangi rasa sakit
(analgesik) dan menurunkan
demam (antipiretik).

Mahasiswa, 12 Oktober 2021

Adella Putri
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH


OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Hyigenis dan sanitasi yang Diare
- Ayah klien mengatakan kurang
anaknya mencret atau sudah ↓
BAB ± 5 kali sehari dengan Tidak mencuci tangan
konsistensi feses encer sebelum memberi susu
bewarna kuning, tidak ada formula pada anak
darahnya dan ada ampasnya. ↓
Masuknya Virus, Parasit,
Bakteri, Mikroorganisme
DO :

- Klien tampak lemas
Infeksi pada sel
- Bibir klien merah ↓
- Kulit kering
Berkembang diusus
- Mata cekung

- TTV :
Nadi : 80x/menit Hipersekresi air dan
elektrolit
Suhu : 37,3 C

RR : 32x/menit
Respon peradangan

Mencret terus-menerus

Diare
DS :
- Ayah klien mengatakan Hipertermia
Ketidakseimbangn cairan
kondisi anaknya demam sejak dan elektrolit
2 hari.
Dehidrasi

Laju metabolisme
DO :
meningkat
- Klien tampak lemas
Suhu tubuh dan demam
- Kuli kering dan hangat
meningkat
- Mata cekung
Hipertermia
- TTV
TD : - mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,3 0C
RR : 32 x/menit
DS :
- Ayah klien mengatakan Diare Resiko
anaknya hari ini BAK hanya 1
↓ ketidakseimba
kali sehari warna kuning pekat
yang di alami, khas bau Kehilangan cairan aktif ngan Elektrolit
amoniak.

- Ayah Klien mengatakan
anaknya lemas dan jarang mau Dehidrasi
minum.

Resiko ketidakseimbangan
DO :
Elektrolit
- Klien tampak lemas
- Bibir merah
- Kulit kering
- Mata cekung
- TTV
TD : - mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,3 0C
RR : 32 x/menit
PRIORITAS MASALAH
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan BAB ± 5 kali sehari dengan
konsistensi feses encer bewarna kuning, tidak bercampur darah dengan sedikit ampas,
tampak pasien lemas, mukosa bibir merah dan kulit kering mata sedikit cekung, anak
tidak pernah tersenyum ketika melihat mainan yang lucu, saat di auskultasi bising usus
hiperaktif.: 28 x/menit. Hasil pemeriksaan TTV = TD : - mmHg, N : 80 x/menit, S : 37,3
0
C, RR : 32 x/menit.
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme ditandai
dengan demam sejak 2 hari yang lalu, tampak lemas, mukosa bibir merah dan kulit
kering mata sedikit cekung, anak tidak pernah tersenyum ketika melihat mainan yang
lucu, saat di auskultasi bising usus hiperaktif.: 28 x/menit. Hasil pemeriksaan TTV = TD
: - mmHg, N : 80 x/menit, S : 37,3 0C, RR : 33 x/menit.
3. Resiko Ketidakseimbangan Elekrolit berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan BAK hanya 1 kali dalam sehari, kulit kering dan mata sedikit cekung.
Hasil pemeriksaan TTV = TD : - mmHg, N : 80 x/menit, S : 37,3 0C, RR : 32 x/menit.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An.A
Ruang Rawat : Poli Anak Puskesmas Kayon
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Diare berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x Manajemen Diare (halaman 164, I.03101)
infeksi ditandai dengan BAB ± 5 kali kunjungan, diharapkan eliminasi fekal, fungsi 1. Identifikasi penyebab diare (mis.inflamasi
sehari dengan konsistensi feses encer gastrointestinal, dan status cairan membaik. dan iritasi gastrointestinal, proses infeksi, 1. Mengetahui kondisi umum pasien dan
Kriteria hasil : malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat- penyebab diare yang terjadi.
bewarna kuning, tidak ada darahnya,
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat (5) obatan, pemberian botol susu). 2. Mengetahui warna, volume, frekuensi dan
dengan sedikit ampas. tampak pasien 2. Konsistensi feses membaik (5) 2. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja agar mempercepat proses
lemas, mukosa bibir merah dan kulit 3. Frekuensi defekasi membaik (5) konsistensi tinja. penyembuhan penyebab diare
kering, mata sedikit cekung, anak 4. Frekuensi BAB membaik (5) 3. Monitor tanda dan gejala hipovolemia (mis. 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
tidak pernah tersenyum ketika 5. Asupan cairan meningkat (5) Takikardia, nadi terasa lemah, tekanan hipovolemia yang dapat timbul
melihat mainan yang lucu, saat di 6. Asupan makanan meningkat (5) darah, turgor kulit menurun, mukosa mulut 4. Untuk mengetahui jumlah pengeluaran BAB
auskultasi bising usus hiperaktif.: 28 7. Membran mukosa membaik (5) kering, CRT melambat, BB menurun) dan BAK yang keluar
8. Mata cekung membaik (5) 4. Monitor jumlah pengeluaran diare 5. Oralit untuk mempertahankan rehidrasi cairan
x/menit. Hasil pemeriksaan TTV =
9. Turgor kulit membaik (5) 5. Berikan asupan cairan oral (mis. larutan dan elektrolit dalam tubuh agar terpenuhi
TD : - mmHg, N : 80 x/menit, S : garam gula,oralit, ) sehingga tidak terjadi dehidrasi.
37,3 0C, RR : 33 x/menit. 6. Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, 6. Memberikan hidrasi cairan tubuh secara
ringer laktat) parenteral
7. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering 7. Asupan nutrisi tetap dipaksa untuk diberikan
secara bertahap pada anak saat diare walaupun anak menolak
8. Kolaborasi pemberian obat untuk mempercepat proses kesembuhan.
8. Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian
dosis obat dan tindakan dependen perawat,
dimana obat diare berfungsi untuk
menggantikan cairan dan elektrolit dalam
tubuh.
2. Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x Manajemen Hipertermia (halaman 181, I.15506) 1. Mengetahui indikasi adanya penyebab
dehidrasi, peningkatan laju kunjungan, diharapkan termoregulasi/pengaturan 1. Identifikasi penyebab hipertermia terjadi hipertermia.
metabolisme ditandai dengan demam suhu tubuh pasien membaik. 2. Monitor suhu tubuh 2. Mempertahakan suhu tubuh agar tetap
sejak 2 hari yang lalu, tampak lemas, Kriteria hasil : 3. Monitor haluaran urine pada rentang normal
bibir merah dan kulit kering. Hasil 1. Suhu tubuh membaik (5) 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia 3. Untuk mengetahui dan mengukur asupan
pemeriksaan TTV = TD : - mmHg, 2. Turgor kulit membaik (5) 5. Sediakan lingkungan dingin cairan dan haluaran urine
N : 80 x/menit, S : 37,3 0C, RR : 32 3. Membran mukosa membaik 6. Longgarkan atau lepaskan pakaian 4. Untuk mengetahui terjadinya komplikasi
x/menit. 7. Basahi dan kipas permukaan tubuh penyakit lainnya.
8. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin 5. Membantu klien merasa nyaman dan
9. Anjurkan tirah baring sesuai dengan keinginnan klien
10. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit 6. Pakaian yang tipis membantu penguapan
intravena suhu.
7. Membasahi dan mengkipas permukaan
tubuh dapat membantu tubuh atasi udara
dan suhu yang panas.
8. Pemberian antipiretik atau aspirin, kecuali
dalam keadaan demam tinggi dan sesuai
resep dan anjuran dokter, karena dapat
menimbulkan reaksi alergi pada kulit dan
menyebakan gangguan pada liver jika
digunakan jangka panjang
9. Istirahat menurunkan mobilitas usus juga
menurunkan laju metabolisme dan infeksi.
10. Bekerja sama dalam membantu
pemenuhan cairan dan elektrolit klien agar
terpenuhi sangat penting bagi pasien
dengan suhu tinggi.

3. Resiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x Manajemen cairan elektrolit :
Elektrolit
kunjungan, diharapkan masalah resiko 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Mengetahui ketidakseimbangan kadar
ketidakseimbangan elektrolit dapat kembali normal. ketidakseimbangan kadar elektrolit elektrolit dalam tubuh
Kriteria hasil : 2. Monitor status hidrasi 2. Untuk mengetahui kekurangan cairan dalam
1. Keseimbangann elektrolit dapat kembali normal 3. Berikan cairan sesuai kebutuhan Klien tubuh
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas 4. Berikan cairan intavena yang berisi 3. Untuk mengetahui status hidrasi
turgor kulit baik, dan membran mukosa lembab. elektrolit 4. Memberikan dan memantau cairan intravena
5. Identifikasi kehilangan elektrolit 5. Untuk mengetahui kekurangan elektrolit
6. Kolaborasi dengan dokter tentang 6. Membantu proses penyembuhan
pemberian suplemen elektrolit
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1. Sabtu, 2 Oktober Pukul 09:00 WIB S = Ayah klien mengatakan anak mulai
2021 1. Mengidentifikasi penyebab diare berkurang mengalami diare BAB ± 5
(mis. inflamasi dan iritasi kali sehari dengan konsistensi feses
gastrointestinal, proses infeksi, encer bewarna kuning, tidak bercampur
Diagnosa malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat- darah dan sedikit ampas.
Keperawata obatan, pemberian botol susu). O=
n I - Penyebab diare karena proses infeksi
Pukul 09:00 WIB bakteri pemberian botol susu.
Diare berhubungan 2. Memonitor warna, volume, frekuensi, - Saat diauskultasi bising usus hiperaktif
dengan proses infeksi dan konsistensi tinja. 28x/menit, membran mukosa cukup
memburuk, mata cekung memburuk,
Pukul 09:10 WIB Turgor kulit cukup memburuk.
3. Memonitor tanda dan gejala - BAB ± 5x/hari, Frekuensi BAB
hipovolemia (mis. Takikardia, nadi memburuk, Kontrol pengeluaran feses
terasa lemah, tekanan darah, turgor meningkat.
kulit menurun, mukosa mulut kering, - Ayah An.A bisa mengikuti anjuran
CRT melambat, BB menurun) untuk memberikan Asupan cairan oralit
saat dirumah.
Pukul 09:12 WIB - Asupan makanan cukup meningkat,
4. Memonitor jumlah pengeluaran diare sedikit tapi sering
5. Menganjurkan orangtua untuk berikan - Sudah diberikan obat untuk diminum
asupan cairan oral (mis. Larutan dirumah: Zinc sirup 1x1 sdk, Oralit 5
garam gula,oralit) sachet setiap kali diare/ mencret,
6. Menganjurkan makanan porsi kecil Paracetamol sirup 3x1 sdk.
dan sering secara bertahap - TTV belum dibatas normal
7. Berkolaborasi pemberian obat TD : - mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,3 0C
RR : 32 x/menit
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi 1-7
2. Sabtu, 2 Oktober Pukul : 09.20 WIB S = Ayah klien mengatakan demam yang
2021 1. Mengidentifikasi penyebab dialami anaknya mulai menurun dan
hipertermia tidak sepanas hari sebelumnya
2. Memonitor suhu tubuh O=
3. Memonitor haluaran urine - Ekspresi tampak An.A mulai semangat
Diagnosa Keperawatan 4. Melonggarkan atau lepaskan pakaian dan tersenyum ketika melihat mainan
II saat memeriksa suhu tubuh yang lucu.
- Saat disentuh kulit terasa hangat dan
Hipertermia Pukul : 09.25 WIB mulai terasa membaik
berhubungan dengan 5. Menganjurkan Ibu untuk membasahi - Ibu tampak mengerti dan mengikuti
dehidrasi, peningkatan dan kipas permukaan tubuh anak saat anjuran yang diberikan
laju metabolisme dirumah - Sudah diberikan anjuran kepada ibu untuk
6. Menganjurkan tirah baring anak dilakukan tirah baring saat dirumah
7. Berkolaborasi pemberian cairan oralit - Sudah diberikan obat untuk diminum
dirumah: Zinc sirup 1x1 sdk, Oralit 5
sachet setiap kali diare/ mencret,
Paracetamol sirup 3x1 sdk.
- TTV
TD : - mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,3 0C
RR : 32 x/menit
A = Masalah belum teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 2,3,6, 7

3. Sabtu, 2 Oktober Pukul 09.35


2021
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala S = Ayah klien mengatakan anaknya tidak lagi
Diagnosa
ketidakseimbangan kadar elektrolit lemas, bibir tidak merah, kulit tidak kering,
Keperawatan III
Abnormal dan bak sudah mulai normal.
Resiko
2. Memonitor kekurangan cairan dalam
Ketidakseimbangan
Elekrolit tubuh O = Kebutuhan cairan dalam tubuh terpenuhi

3. Berikan cairan sesuai kebutuhan Klien


4. Berikan cairan intavena yang berisi A : Masalah teratasi
elektrolit
P : Intervensi dihentikan
5. Identifikasi kehilangan elektrolit
6. Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian suplemen elektrolit
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIARE

Oleh :
Adella Putri
NIM : 2019.C.11a.0996
Tingkat III A/ Semester V

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan tentang Diare


Hari, tanggal : Selasa, 12 Oktober 2021
Waktu : 20 Menit
Sasaran : Orang tua klien
Tempat : Rumah Klien
Penyuluh : Adella Putri, Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.

1. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit Orang tua An. A
dapat menambah pengetahuan tentang diare.
2. Tujuan Insruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit klien dapat memahami dan
mengetahui:
1. Pengertian Diare
2. Penyebab Diare
3. Tanda dan Gejala Diare
4. Penularan Diare
5. Pencegahan Diare
6. Panduan Cara Pembuatan Oralit Sendiri Dirumah
3. Materi Penyuluhan (Terlampir)
1. Pengertian Diare
2. Penyebab Diare
3. Tanda dan Gejala Diare
4. Penularan Diare
5. Pencegahan Diare
6. Panduan Cara Pembuatan Oralit Sendiri Dirumah
4. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Klien dapat mengajukan
pertanyaan setelah penyampain materi selesai.
5. Media
1) Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selebaran mengenai informasi tentang diare.
6. Kegiatan Penyuluhan
Hari/Tanggal : Selasa, 12 Oktober 2021
Pukul : 10.00-10.20 WIB
Alokasi Waktu : 20 menit
No Tahapan
Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
Kegiatan
1. Pembukaan/ 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam 2
Pendahuluan dengan mengucapkan 2. Mendengarkan menit
salam 3. Menyimak
2. Memperkenalkan diri dan 4. Peserta
menjelaskan tujuan dari meyampaikan
tujuan penyuluhan pendapatnya
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
4. Kontrak waktu
penyampaian materi
5. Mengkondisikan peserta
untuk berkonsentrasi

2. Pelaksanaan 1. Pengertian Diare Menyimak seluruh 10


/ penyajian 2. Penyebab Diare materi yang diberikan menit
3. Tanda dan Gejala
Diare
4. Penularan Diare
5. Pencegahan Diare
6. Panduan Cara
Pembuatan Oralit Sendiri
Dirumah
3. Evaluasi 1. Menyimpulkan 1. Menyimpulka 6
2. Menjawab pertanyaan n menit
3. Menanyakan pada peserta 2. Memberi
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan, dan meminta 3. Menjawab
kembali peserta untuk salam
mengulang materi yang
telah disampaikan.
4. Memberi salam

7. Tugas Perorganisasian
1) Moderator : Adella Putri
a. Membuka acara penyuluhan
b. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
d. Mengatur jalannya acara.
2) Penyaji : Adella Putri
1 Menyampaikan materi penyuluhan
2 Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3 Mengucapkan salam penutup
3) Simulator : Adella Putri
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan
4) Fasilitator : Adella Putri
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalamdiskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan mengedarkan absen peserta penyuluhan
5) Dokumentasi : Adella Putri
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen
pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Adella Putri
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar,
diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh
seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting.Dan mencatat
segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan

8. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Kamera

: Moderator, Penyaji,Simulator, Fasilitator, Dokumentator dan


Notulen
: Orang tua klien

9. Rencana Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
 Tempat dan alat sesuai rencana.
 Peran dan tugas sesuai rencana.
 Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
 Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
 Selama kegiatan semua peserta aktif.
 Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau tidak ada
hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses pembelajaran, tanya
jawab bisa hidup atau tidak.
3) Evaluasi Hasil
Orang tua klien mampu mengerti tentang diare, penyebab diare, tanda gejala
diare dan cara pencegahan diare.

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pengertian Diare
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air
besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau
tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses
implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2014).
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air
berlebihan. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga
seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan
makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi
virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu
yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat
mengancam-jiwa bila tanpa perawatan (Wijayaningsih, 2015).
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa diare
merupakan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air besar >3
kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa
disertai dengan darah atau lender, yang disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi
juga seringkali akibat dari racun bakteria. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari,
sedangkan diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.
2. Penyebab Diare
Diare atau bahasa awam yaitu muntaber dapat disebabkan oleh adanya
peradangan pada usus yang disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit seperti protozoa,
cacing dan jamur. Muntaber juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi saluran nafas
atau radang tenggorokan, infeksi saluran kemih (kencing) dan penyakit tifus. Akan
tetapi, yang paling sering menyebabkan muntaber adalah bakteri Eschericia coli
(E.coli) yang menyerang usus. Biasanya muntaber terjadi karena seseorang
mengkonsumsi makanan yang sudah tercemar dengan bakteri E.coli dan saat itu daya
tahan tubuhnya sedang turun (tidak fit). Penyakit bisa mewabah akibat lingkungan
hidup kurang bersih dan makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Selain itu
muntaber bisa juga disebabkan oleh suatu virus yang dinamakan norovirus dan rotavirus
(Vibrio parahaemolyticus). Rotavirus sering
4
kali menginfeksi bayi dan anak-anak. Ini
terkait dengan kebiasaan anak-anak yang gemar memasukkan tangan atau benda yang
bisa saja sudah terkontaminasi ke dalam mulut. Norovirus adalah keracunan makanan
yang selanjutnya bisa menyebabkan terjadinya gastroenteritis umumnya disebabkan
karena virus yang satu ini.
Menurut Hidayat, 2009: 1022 Terjadinya muntaber dapat di sebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Faktor Infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosaintestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga
terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengangkibatkan
gangguan fungsi intestinal dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri
juga akan menyebabkan sistem transfor menjadi aktif dalam usus, sehinnga ssel mukosa
mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit meningkat.
2) Faktor Malabsorpsi
Faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi
diare.
3) Faktor Makanan
Faktor makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.
4) Faktor Psikologis
Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus
yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan.
3. Tanda dan Gejala Diare
Menurut Vivian (2010) tanda dan gejala diare terdapat pembagian yaitu:
a. Cengeng dan gelisah
b. Suhu meningkat
c. Nafsu makan menurun
d. Tinja cair kadang disertai lender dan darah
e. Tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknya asam laktat yang
keluar).
f. Akhirnya nampak dehidrasi, berat badan menurun
g. Turgor kulit menurun
h. Selaput lendir dan mulut juga kulit kerig
i. Dehidrasi berat maka volume darah akan berkurang
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami
gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit
kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir kering
4. Penularan Diare
Cara penularan diare adalah melalui infeksi kuman penyebab, terjadi bila
mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja atau muntahan
penderita muntaber. Tinja atau muntahan tersebut dikeluarkan oleh penderita atau
pembawa kuman (carrier) yang buang air besar atau muntah di sembarang tempat.
Tinja dan muntahan tadi kemudian mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai dan
air sumur (melalui 4F = finger, flies, fluid, field). Orang sehat yang menggunakan air
sumur atau air sungai yang sudah tercemari kemudian dapat menderita muntaber.
Penularan langsung juga dapat terjadi apabila tangan kotor atau tercemar kuman
dipergunakan untuk menyuap makanan.
Diare lebih sering menyerang anak-anak karena cara makan dan minum mereka
yang umumnya belum dapat menjaga kebersihan. Mereka mengonsumsi makanan atau
minuman tanpa memperhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsi. Mengonsumsi
makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri, merangsang asam lambung yang
akhirnya menimbulkan diare. Oleh karena itu, perhatian orang tua sangat diperlukan
untuk mencegah timbulnya penyakit muntaber pada anak-anak.
Setelah terkontaminasi makanan yang mengandung bakteri, perut penderita terasa
perih, nyeri, mual-mual hingga muntah, dan tak lama kemudian menderita muntaber.
Nyeri di perut biasanya timbul pada perut bagian bawah, diikuti kekejangan otot yang
serupa. Suhu badan penderita biasanya menaik tajam dan kurang nafsu makan. Setelah
beberapa hari mengalami muntah-muntah dan diare, penderita akhirnya mengalami
kekurangan cairan tubuh atau lazim disebut dehidrasi. Kondisi penderita melemah
sehingga akhirnya perlu dirawat di Rumah Sakit. Sering kali puluhan botol cairan infus
perlu dihabiskan untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang.
Kehilangan cairan tubuh yang cukup banyak sangat berbahaya, sebab semua
reaksi kehidupan di dalam tubuh memerlukan cairan. Jika cairan tubuh berkurang, maka
reaksi-reaksi kehidupan tersebut terancam terhenti. Ini yang menyebabkan mengapa
penderita muntaber jika tidak segera ditolong dapat meninggal dunia. Bahaya kematian
karena kekurangan cairan tubuh lebih tinggi risikonya terutama pada bayi dan balita.
Memberikan larutan oralit atau larutan gula-garam adalah pertolongan pertama yang
dapat diberikan apabila anak terlihat mengalami gejala muntaber. Kebiasaan buang air
besar di kali, pantai, sawah atau di sembarang tempat, memudahkan penularan kuman
penyakit ini. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya membiasakan anak-anaknya untuk
buang air besar di wc rumah, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air
besar, serta minum air dan makan makanan yang sudah dimasak dengan benar.
5. Pencegahan Diare
Ada banyak cara untuk mencegah muntaber, antara lain:
1) Mencuci tangan
Mencuci tangan adalah upaya untuk membersihkan kedua tangan dari kotoran,
kuman dan bakteri dengan langkah yang tepat seperti membersihkan telapak tangan,
punggug tangan, sela-sela jari, jari-jari saling mengunci, menggosok memutar ibu jari,
membersihkan kuku jari menggunakan sabun dengan air mengalir sehingga dapat
terhindar dari berbagai penyakit yang dapat ditularkan melalui tangan.
Gambar Enam Langkah Cuci Tangan Yang Baik dan Benar

Berikut waktu yang tepat mencuci tangan, antara lain :


a) Sebelum dan sesudah makan.
b) Setelah buang air besar dan buang air kecil.
c) Setelah batuk, bersin atau membuang lendir
d) Setelah menyentuh binatang.
e) Setelah membuang sampah.
f) Setelah bermain.
2) Minum air putih yang bersih dan direbus hingga matang
Pencegahan muntaber yang paling penting adalah menjaga hidrasi dan
keseimbangan ion di dalam tubuh. Ketika ion dan cairan di dalam tubuh berkurang,
maka akan mengganggu fungsi dasar dan metabolisme tubuh. Pada anak usia gejala
yang sering muncul ketika mengalami kekurangan cairan adalah kelelahan, pusing, urin
berwarna kuning pekat. Oleh sebab itu, pada saat terkena muntaber dianjurkan untuk
penuhi asupan minum air putih dengan minum air 7-8 gelas per hari.
3) Peningkatan daya tahan tubuh
Meningkatkan daya tahan tubuh pada bayi >6bulan jika terkena diare yaitu
melalui pemberian ASI Eksklusif, pemberian MPASI, dan Imunisasi campak.

4) Mengkonsumsi buah dan sayuran serta jajanan sehat


Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang seperti buah dan sayuran serta
membawa bekal dari rumah menghindari jajanan yang tidak sehat disekolah. Sebelum
dimasak, sayuran, buah, dan bahan makanan dicuci hingga bersih. Ciri-ciri jajanan sehat
dan layak kita konsumsi, antara lain:
a) Bersih
b) Jauh dari tempat sampah, wc, got, debu dan asap
c) Tidak bekas dipegang-pegang orang
d) Tidak terlalu manis dan berwarna mencolok
e) Masih segar
f) Tidak dibungkus dengan kertas bekas atau Koran
g) Dikemas dengan plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman
Contohnya: susu, roti, biskuit, buah-buahan dan sayuran.
Gambar Jajanan Sehat

Dalam pemilihan jajanan juga terdapat beberapa cara untuk memilih jajanan yang
sehat, diantaranya adalah:
a) Menghindari jajanan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa
penutup dan tanpa kemasan,
b) Memilih dan membeli hanya jajanan pangan yang dijual di tempat bersih dan
terlindung dari matahari, debu, hujan, angin dan asap kendaraan bermotor,
c) Memilih tempat yang bebas dari serangga dan sampah,
d) Menghindari pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran,
e) Membeli pangan yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang
bersih dan aman.
f) Menghindari pangan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebihan atau
bahan tambahan pangan terlarang dan berbahaya (zein, 2010).
Contoh jajanan tidak sehat :
a) Permen.
b) Minuman yang berasa.
c) Gorengan memakai minyak goreng bekas.
d) Warna makanan terlalu mencolok
e) Disimpan di tempat terbuka, berdebu atau banyak lalat.
f) Dibungkus dengan kertas bekas atau koran.
Gambar Jajanan Tidak Sehat

5) Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar mandi, WC dan dapur.


6) Menjaga kebersihan peralatan makan

6. Panduan Cara Pembuatan Oralit Sendiri dirumah


Oralit merupakan cairan yang sangat dibutuhkan ketika anak diare untuk
memenuhi cairan, elektrolit dan glukosa. Membuat oralit sendiri merupakan solusi
untuk kondisi yang darurat, seperti diare tengah malam (tidak punya oralit sachet), atau
jarak ke apotek/puskesmas terlalu jauh. Dengan rehidrasi seperti memberikan oralit,
idealnya diare bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3 hari. Sebenarnya, yang
berbahaya saat seseorang menderita diare bukanlah berapa kali frekuensi harus BAB ke
toilet, tapi risiko tubuh mengalami dehidrasi.Jadi, bisa saja frekuensi diare tidak terlalu
sering, tetapi tetap mengalami dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar dari tubuh
setiap kali buang air besar.Oralit dapat mengganti cairan yang hilang saat diare dengan
cepat. Menurut dr. Roby Tamba pada channel youtube “Anak Sehat dan Berkualitas”
berikut cara membuat oralit yang benar:
a. Siapkan bahan-bahan
 1 s endok teh gula
 ¼ sendok teh garam
 1 gelas air putih matang (200 cc)
b. Langkah-langkah :
1) Pertama, pastikan gelas dan sendok yang digunakan untuk membuat cairan
oralit benar-benar bersih. Apabila telah lama ada di rak, cuci sekali lagi di
bawah air mengalir. Jangan lupa juga untuk cuci tangan.
2) Siapkan 1 gelas air dalam wadah gelas 20cc. Masak air terlebih dahulu hingga
matang.
3) Kemudian, campurkanlah gula sebanyak 1 sdm dan ¼ sdm garam ke dalam 1
gelas air putih matang.
4) Aduk secara merata supaya larutan homogen.
5) Anda juga dapat menemukan oral rehydration salts (ORS) dalam
bentuk sachet yang siap pakai.
6) Setelah selesai dibuat, masukkan larutan oralit ke dalam botol dan berikan
kepada penderita diare.

c. Ketentuan Pemberian Oralit :


1) Dosis sesuai Usia
a. < 1 tahun ¼- ½ gelas tiap BAB/diare muncul
b. 1-4 tahun ½ - 1 gelas tiap BAB
c. > 4 tahun 1 – 1½ gelas tiap BAB
Idealnya, setiap anak atau orang dewasa memerlukan sedikitnya 200cc air
racikan oralit seusai diare atau BAB. Jumlah oralit 200cc ini tentu saja bisa
bertambah menyesuaikan dengan usia penderita diare.Apabila setelah waktu
3-4 hari diare tidak kunjung membaik bahkan semakin parah, segera berobat
ke dokter.
2) Jangan berikan pada kasus anak gizi buruk karena pada anak gizi buruk
dibuatka oralit khusus yaitu Resomal (oralit yang ditambahkan lagi dengan
gula + mineral mix dan diencerkan)
3) Jangan berikan pada bayi < 6 Bulan.
Kenali juga tanda-tanda ketika seseorang mengalami dehidrasi, seperti cepat
haus, mata cekung, dan tampak lemas. Untuk anak yang masih berusia di
bawah 6 bulan dan masih berada di fase ASI eksklusif, berikan ASI sesering
mungkin. Nutrisi dari ASI dapat membantu menenangkan saluran cerna bayi.
4) Jangan berikan minuman bersoda, minuman terlalu manis, dan terutama jus
buah segar pada anak Diare.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II. Jakarta :
Salemba Mardika
Billie Fernsebner. 2010. Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta
Mansjoer, A dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Ns.Yuliastati dan Amelia. 2016. Keperawatan Anak: Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan. Jakarta: BPPSDMK.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI Tahun 2018. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Setiya, Andri & Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer dan Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II. Edisi 8.
Agung Waluyo, Penerjemah. Jakarta : EGC
Tamsuri. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai