Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELOMPOK


KELUARAGA TENTANG CARA MERAWAT PASIEN
DENGAN HALUSINASI DI RUANG POLI RSJ KALAWA
ATEI PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Mahasiswa Tingkat IIIA/ Semester VI

Adella Putri NIM : 2019.C.11a.0996


Arintina Herawati NIM : 2019.C.11a.1000
David Elison NIM : 2019.C.11a.1003
Elvant Orlando Darlin NIM : 2019.C.11a.1007
Fatricia Viona Lorensa NIM : 2019.C.11a.1009
Hepi Nopita Sari NIM : 2019.C.11a.1011
Lisnawatie NIM : 2019.C.11a.2015
Malisa NIM : 2019.C.11a.1017
Muntiara Sri Mampung NIM : 2019.C.11a.1019
Rischo Rasmara NIM : 2019.C.11a.1025
Sunardi NIM : 2019.C.11a.1029
Tina Novela NIM : 2019.C.11a.1030

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
PROPOSAL
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELOMPOK
KELUARAG TENTANG CARA MERAWAT PASIEN
DENGAN HALUSINASI DI RUANG POLI RSJ KALAWA
ATEI PALANGKA RAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Praklinik Keperawatan


III
Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Mahasiswa Tingkat IIIA/ Semester VI

Adyendy NIM : 2019.C.11a.0995


Ahmad Junaidi NIM : 2019.C.11a.0997
Alvina Putri NIM : 2019.C.11a.0998
Anjuwita NIM : 2019.C.11a.0999
Dinda Anjelinae S. NIM : 2019.C.11a.1005
Erlisa NIM : 2019.C.11a.1008
Janwaria Changrila NIM : 2019.C.11a.1013
Lolita Amelia NIM : 2019.C.11a.1016
Niko Wibowo NIM : 2019.C.11a.1021
Novin Anggraini NIM : 2019.C.11a.1022
Rahmah Pebrianti NIM : 2019.C.11a.1023
Sri Ayuni NIM : 2019.C.11a.1027
Stella Ratna Clarissa NIM : 2019.C.11a.1028
Virgo Mandala Putra NIM : 2019.C.11a.1033

Pembimbing :
1. Ika Paskaria, S.Kep., Ners
2. Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep., Ners

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal pendidikan kesehatan ini disusun oleh :


Kelompok : 1 dan 2 Mahasiswa PPK III
Anggota Kelompok : 1. Adyendy
2. Ahmad Junaidi
3. Alvina Putri
4. Anjuwita
5. Dinda Anjelinae S.
6. Erlisa
7. Janwaria Changrila
8. Lolita Amelia
9. Niko Wibowo
10. Novin Anggraini
11. Rahmah Pebrianti
12. Sri Ayuni
13. Stella Ratna Clarissa
14. Virgo Mandala Putra
Program Studi : S1 Keperawatan Tingkat III A
Judul : Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok
Keluarga Tentang Cara Merawat Pasien
Dengan Halusinasi Di Ruang Poli RSJ
Kalawa Atei Palangka Raya

Proposal ini telah disetujui pada tanggal :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

1. Ika Paskaria, S.Kep., Ners Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep., Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
\

Meilitha Carolina.,Ners.,M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Proposal Kegiatan
dengan judul “Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Keluarga Tentang
Cara Merawat Pasien Dengan Halusinasi Di Ruang Poli RSJ Kalawa Atei
Palangka Raya” Proposal ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah
Praktek Praklinik Keperawatan III.

Proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners, selaku penanggung jawab mata kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan III, dan selaku Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan.
4. Ibu Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan.
5. Bapak Nikolas Henry, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Lahan yang telah
banyak memberikan saran, masukkan, dan bimbingan.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini mungkin terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan proposal ini dapat
mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 16 April 2022

Kelompok 1 dan 2

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan.....................................................2
1.4 Manfaat Pendidikan Kesehatan...................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Halusinasi.......................................................................3
2.1.1 Pengertian Halusinasi......................................................3
2.1.2 Jenis-jenis Halusinasi.......................................................3
2.1.3 Penyebab Halusinasi........................................................4
2.1.4 Tanda dan Gejala Halusinasi...........................................6
2.1.5 Cara Mengontrol Halusinasi............................................6
2.2 Cara Merawat Pasien dengan Halusinasi....................................8
BAB 3 RENCANA KEGIATAN
3.1 Satuan Acara Penyuluhan............................................................9
3.2 Tujan............................................................................................9
3.3 Materi..........................................................................................9
3.4 Metode.........................................................................................9
3.5 Media...........................................................................................9
3.6 Waktu Pelaksanaan.....................................................................10
3.7 Tugas Pengorganisasian..............................................................11
3.8 Denah Pelaksanaan......................................................................11
3.9 Materi Penyuluhan......................................................................12
3.10 Leaflet......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................18

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Satu dari empat orang di dunia akan terkena gangguan jiwa pada satu tahap
dalam kehidupannya, demikian laporan organisasi kesehatan dunia WHO pada
tahun 2012. Sekitar 450 juta orang kini telah menderita gangguan seperti itu,
sehingga menempatkan penyakit jiwa sebagai penyakit utama dunia.
Pengobatan memang dapat dilakukan, tetapi hampir dua pertiga dari penderita
gangguan jiwa tidak pernah mencari bantuan profesional kesehatan yang dapat
menanganinya. Hal ini terjadi karena cap buruk yang diberikan masyarakat
terhadap gangguan jiwa (Suliswati, 2016).
Belum lagi deskriminasi dalam memperlakukan mereka, serta
ketidakpedulian masyarakat dalam pencegahan gangguan jiwa. Gangguan jiwa
bukanlah kesalahan seseorang. Pada kenyataanya, jika ada kesalahan, maka hal
ini biasanya lebih mengarah pada bagaimana cara kita merespon orang yang
mengalami gangguan mentalnya (Suliswati, 2016).
Paradigma baru diperlukan dalam menangani penyandang gangguan jiwa.
Diperlukan pengetahuan yang cukup bagi setiap orang yang memiliki
kecenderungan gangguan jiwa beserta keluarganya untuk mendeteksi secara
dini gejala gangguan jiwa, kekambuhan ataupun perawatannya. Peran keluarga
juga merupakan pendukung yang sangat penting untuk kesembuhan klien
dengan gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa dengan perubahan persepsi sensori
: Halusinasi tidaklah sedikit di Indonesia. Banyak yang datang ke Rumah Sakit
Jiwa karena merasa adanya bisikan-bisikan, melihat, merasakan hal-hal yang
sebenarnya orang lain tidak merasakan. Dalam hal ini diperlukan adanya suatu
pendidikan kesehatan baik terhadap klien maupun keluarga untuk mengurangi
adanya gejala dari gangguan jiwa khususnya Halusinasi yang bisa dilakukan di
rumah (Townsend, 2014)

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam proposal ini adalah; Bagaimana pengetahuan, cara
memahami dan memberikan Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga
tentang cara merawat pasien dengan halusinasi Di Ruang Poli RSJ Kalawa Atei
Palangka Raya.
1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari Pendidikan Kesehatan ini adalah untuk
memberihan Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga tentang cara
merawat pasien dengan halusinasi Di Ruang Poli RSJ Kalawa Atei Palangka
Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Kelompok keluarga di Poli RSJ Kalawa Atei mendapatkan Pendidikan kesehatan
tentang cara merawat pasien halusinasi
1.4 Manfaat Pendidikan Kesehatan
1.4.1 Untuk Penyuluh
Agar penyuluh dapat memberikan pendidikan kesehatan pada Kelompok
keluarga di Poli RSJ Kalawa Atei mendapatkan Pendidikan kesehatan pada
kelompok keluarga tentang cara merawat pasien dengan halusinasi
1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan
Institusi mampu mengembangkan dan meningkat Pendidikan kesehatan
dalam memberikan Pendidikan kesehatan tentang tentang peran keluarga dalam
merawat pasein halusinasi
1.4.3 Untuk Sasaran
Agar kelompok keluarga di Poli RSJ Kalawa Atei mendapatkan
Pendidikan kesehatan tentang cara merawat pasien dengan halusinasi
1.4.4 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan
di bidang kesehatan khususnya pada Pendidikan kesehatan tentang cara merawat
pasien halusinasi

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Halusinasi


2.1.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus
yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara (Direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya
mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Trimelia, 2011).
2.1.2 Jenis-jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8
jenis yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata
atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada
penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau berdebat dengan
suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa
takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.

3
3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai
kombinasi moral.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di
bawah kulit.
6. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi rab
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7. Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau
tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).
8. Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada.
b. Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang
dialaminya seperti impian.
2.1.3 Penyebab Halusinasi
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf –
syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang

4
mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat
dan muncul perilaku menarik diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
1) With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asyik dengan pengalaman
internalnya.

5
2) Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan ( alam mengalihkan respon kepada sesuatu atau
seseorang ).
3) Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses
masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.
Pada klien dengan halusinasi, biasanya menggunakan pertahanan diri
dengan menggunakan pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk
mengurangi perasaan emasnya klien menyalahkan orang lain dengan tujuan
menutupi kekurangan yang ada pada dirinya.
2.1.4 Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Budi Ana Keliat (2006) tanda dan gejala halusinasi yaitu,
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
2.1.5 Cara Mengontrol Halusinasi
Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang
sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, keempat cara mengontrol
halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
2. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap - cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi. Ketika pasien bercakap - cakap dengan orang lain, terjadi

6
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan
yang dilakukan dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktifitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri
yang sering kali mencetuskan halusinasi.oleh karena itu, halusinasi dapat
dikontrol dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai
tidur malam.tahapan intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang
terjadwal, yaitu :
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih.upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun
pagi sampai tidur malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan
terhadap prilaku pasien yang positif.
4. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga
harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi
dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus
obat sehingga pasien mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan
terjadi,untuk mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan
waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan
berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan perawatagar
pasien patuh minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.

7
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis, dan benar kontinuitas).
2.2 Cara merawat pasien dengan halusinasi
1. Jangan biarkan pasien sendiri
2. Anjurkan pasien untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal)
3. Bantu pasien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi
4. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
5. Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa
atau ajak bicara
6. Kontrol keadaan klien
7. Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko
mencederai diri dan orang lain.

8
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Satuan Acara Penyuluhan


Pokok Bahasan : Cara Merawat Pasien Dengan Halusinasi
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Ruang Poli, RSJ Kalawa Atei
Hari, tanggal : Rabu, 20 April 2022
Waktu : 30 menit (09.00 – 09.30)
3.2 Tujuan
3.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah agar keluarga mampu memberi
dukungan bagi anggota keluarga mereka yang mengalami gangguan jiwa dalam
proses perawatannya.
3.2.2 Tujuan Khusus
3.2.2.1 Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut.
3.2.2.2 Menekankan kepada keluarga bahwa keluarga merupakan system
pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan
sehat maupun sakit pasien.
3.3 Materi
3.3.1 Pengertian halusinasi
3.3.2 Jenis halusinasi
3.3.3 Penyebab halusinasi
3.3.4 Tanda dan gejala halusinasi
3.3.5 Cara mengontrol halusinasi
3.3.6 Cara merawat pasien dengan halusinasi
3.4 Metode
3.4.1 Ceramah
3.4.2 Tanya jawab

9
3.5 Media
3.5.1 Power Point
3.5.2 Leaflet

3.6 Waktu Pelaksanaan


3.6.1 Hari/Tanggal : Rabu, 20 Maret 2022
3.6.2 Pukul : 09.00 WIB
3.6.3 Alokasi Waktu : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 5 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan Menit 2. Mendengar dan
mengucapkan salam memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : Menjelaskan 15 1. Mendengar
tentang : Menit 2. Memperhatikan
1. Memberikan materi 3. Tanya Jawab
2. Pengertian halusinasi
3. Jenis halusinasi
4. Penyebab halusinasi
5. Tanda dan gejala halusinasi
6. Cara mengontrol halusinasi
7. Upaya perawatan keluarga
selama di rumah dalam
menghadapi pasien yang
mengalami halusinasi
8. Memberikan kesempatan
pada peserta untuk

10
menanyakan materi yang
kurang dipahami
9. Menjawab pertanyaan peserta
3 Evaluasi : 5 1. Tanya Jawab
Menanyakan pada peserta Menit
tentang materi yang telah
diberikan, dan meminta
kembali peserta untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
4 Terminasi : 5 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih Menit 2. Menjawab Salam
atas perhatian peserta.
2. Mengucapkan salam penutup.

3.7 Tugas Pengorganisasian


3.7.1 Moderator : Stella Ratna Clarissa
3.7.2 Penyaji : Dinda Anjeliae S. dan Rahamah Pebrianti
3.7.3 Fasilitator : Ahmad Junaidi, Janwaria Changrila, Lolita Amelia,
Novin Anggraini, Virgo Mandala Putra
3.7.4 Dokumentator : Adyendy dan Niko Wibowo
3.7.5 Notulen : Alvina Putri dan Erlisa
3.8 Denah Pelaksanaan
Setting Tempat :

N Y Y M

F P P P F

P P P

F F
Keterangan : D

Y : Penyaji

11
: Moderator

N : Notulen

F : Fasilitator

D
: Dokumentator

: Peserta
P

3.9 Materi Penyuluhan


3.9.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus
yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara (Direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya
mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Trimelia, 2011).
3.9.2 Jenis-jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8
jenis yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata
atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada
penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau berdebat dengan
suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)

12
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa
takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.

3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)


Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai
kombinasi moral.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di
bawah kulit.
6. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi rab
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7. Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau
tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).
8. Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya
c. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada.
d. Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang
dialaminya seperti impian.
3.9.3 Penyebab Halusinasi

13
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf –
syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang
mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat
dan muncul perilaku menarik diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping

14
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
1) With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asyik dengan pengalaman
internalnya.
2) Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan ( alam mengalihkan respon kepada sesuatu atau
seseorang ).
3) Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses
masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.
Pada klien dengan halusinasi, biasanya menggunakan pertahanan diri
dengan menggunakan pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk
mengurangi perasaan emasnya klien menyalahkan orang lain dengan tujuan
menutupi kekurangan yang ada pada dirinya.
3.9.4 Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Budi Ana Keliat (2006) tanda dan gejala halusinasi yaitu,
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
3.9.5 Cara Mengontrol Halusinasi
Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang
sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, keempat cara mengontrol
halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak

15
memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
2. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap - cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi. Ketika pasien bercakap - cakap dengan orang lain, terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan
yang dilakukan dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktifitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri
yang sering kali mencetuskan halusinasi.oleh karena itu, halusinasi dapat
dikontrol dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai
tidur malam.tahapan intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang
terjadwal, yaitu :
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih.upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun
pagi sampai tidur malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan
terhadap prilaku pasien yang positif.
4. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga
harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi
dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus
obat sehingga pasien mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan
terjadi,untuk mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan
waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan

16
berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan perawatagar
pasien patuh minum obat.
e. Jelaskan kegunaan obat.
f. Jelaskan akibat jika putus obat
g. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
h. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis, dan benar kontinuitas).
3.9.6 Cara merawat pasien dengan halusinasi
1. Jangan biarkan pasien sendiri
2. Anjurkan pasien untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal)
3. Bantu pasien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi
4. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
5. Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa
atau ajak bicara
6. Kontrol keadaan klien
7. Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko
mencederai diri dan orang lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ade      Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha


Medika.
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT
Refika Aditama
Direja, A. Herman., 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta :
Nuha Medika
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi  Pelaksanaan Tindakan  Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika.
Keliat, B. A., 2006, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta :
Trans Info Medika.
Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

18

Anda mungkin juga menyukai