Anda di halaman 1dari 84

PROPOSAL

STUDI KASUS
PERAN PERAWAT KELUARGA DALAM
PENATALAKSANAAN SENAM HIPERTENSI TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA KELUARGA
DENGAN LANSIA HIPERTENSI

NAMA : Yeni Angreini


NIM : 20019041

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA DIII
KEPERAWATAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yeni Angreini

NIM : 20019041

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah


Palembang

Menyatakanan dengan sebenar-benarnya bahwa Studi Kasus yang saya tulis


adalah benar-benar merupakan hasil karya sendii dan bukan merupakan
pengambilan alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulis
atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hassi terbukti atau dapat dibuktikan Studi Kasus ini plagiat,
maka saya bersediah menerima sanki atas perbuatan tersebut.

Palembang, Januari 2022

Yeni Angreini

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Yeni Angreini

NIM : 20019041

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Ilmiah : Peran Perawat Keluarga Dalam Penatalaksanaan Senam


Hipertensi Terhadap Tekanan Darah Pada Keluarga Dengan
Lansia Hipertensi.

Telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di depan Tim Penguji Studi kasus

Palembang, Januari 2022

Palembang

Maya Fadilah.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

NBM.999587

Disetujui

Ketua Program Stusi

Mar’atun Ulaa S.Kep.,M.Kep

NBM. 1056203

3
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Yeni Angreini

NIM : 20019041

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Skripsi : Peran Perawat Keluarga Dalam Penataksanaan Senam


Hipertensi Terhadap tekanan darah Pada Keluarga dengan Lansia Hipertensi.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan pada Program Studi Diploma III Keperaatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
palembang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Maya Fadilah.,S.Kep.,M.kes ( )

Penguji I : Trilia.,S.Pd.,M.Kes ( )

Ditetapkan di Palembang

Tanggal : Januari 2022

Dekan IkesT MP

Maya fadlilah.,S.Kep.,Ns.,M.kes

NBM : 999587

4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

I. Identitas
Nama : Yeni Angreini
NIM : 20019041
Tempat / Tanggal Lahir : Taja Indah / 23 September 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Dusun l RT/RW 007/001 Desa Talang Jaya
Indah Kecamatan Betung Kabupaten
Banyasin
No. Telp : 08
Orang Tua
Ayah : Idrus
Ibu : Diana
Email : yeniangreini2000@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


SD Negeri 16 Betung : 2007- 2013
SMP Negeri 19 Palembang : 2013-2016
SMA Negeri 13 Palembang : 2016-2019

5
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdullilah penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi kasus dengan judul “peran perawat keluarga dalam penatalaksanaan senam
hipertensi terhadap tekanan darah pada keluarga dengan lansia hipertensi “ yang
disusun guna untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar ahli madya
keperawatan ( Amd. Kep ) pada program studi DIII Keperawatan IKest
Muhammadiyah Palembang .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada:
1. Kepada Allah SWT karena dengan sujud syukur dalam do’a lah yang mampu
membantu penulis dalam menyelesaikan Studi Kasus ini, Kepada Rasulullah
yang telah setia menjadi panutan penulis dalam menjalani hidup.
2. Ibuku tercinta Diana, Bapakku Idrus, kakakku Yogi Irawan, dan adikku
tersayang Jeri saputra, Aril dipa wijaya dan Eza Setia Budi. karena kalian
hidup terasa begitu bahagia. Terima kasih karena selalu berdoa serta selalu
mendukung dalam mengejar impian. Terima kasih atas cinta, kasih sayang
dan motivasi yang telah diberikan .
3. Untuk Dosen Pembimbing Akademik Ibu Anissa Rahmania S.Kep., Ns.,
M.Kep terima kasih telah membimbing dan memberikan motivasi yang hebat
kepada penulis .
4. Untuk dosen pembimbing Studi Kasus ibu Maya Fadila S,Kep., Ns., M.Kes
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing , memotivasi penulis untuk
menyelesaikan Studi Kasus ini .
5. Untuk Penguji I Ibu Trilia S.Pd., M.Kes, yang telah membimbing untuk
menyelesaikan studi kasus ini.
6. Untuk Penguji II Ibu Inne Yelisni S.Kep., Ns., M.Kep, yang telah
membimbing untuk menyelesaikan studi kasus ini.
7. Seluruh staf dan dosen pengajar IKest Muhammadiyah Palembang terima
kasih telah memberikan arahan dan pelajaran yang berharga .

6
8. Untuk Para Sahabat sekaligus sebagai saudara Hani Rahmawati, Putri Septia
Maharani, Mirza Amrina, dan Ruwaidah Legita terima kasih selama 3 tahun
ini telah memberikan dorongan semangat, inspirasi, motivasi dan dukungan
kepada penulis.
9. Untuk teman seperjuangan Keperawatan Keluarga, Hani Rahmawati, Dora,
Aprilia Sri Lestari, dan Okta Febriyanti, dan terkhusus untuk teman
seperjuangan D3 Keperawatan terima kasih telah memberikan warna – warni
keceriaan suasana di kampus dan memberikan semangat kepada penulis dan
tetap memegang teguh “ masuk bareng keluar bareng “

Semoga amal ibadah yang diberikan mendapat imbalan yang sesuai dari Allah
SWT, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Studi Kasus ini masih
banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi sempurnanya Tugas Studi Kasus ini. Semoga Tugas Studi Kasus
ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan umumnya bagi rekan-rekan sekalian
serta bagi mahasiswa IKesT Muhammadiyah Palembang, khususnya Program
Studi Diploma III Keperawatan IKesT Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Januari 2022

Penulis

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI ..............................................vii
KATA PENGANTAR...............................................................................viii
ABSTRAK ....................................................................................................x
DAFTAR ISI...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................10
C. Tujuan ..............................................................................................10
D. Manfaat.............................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Penyakit
1. Definisi .......................................................................................11
2. Anatomi Fisiologi.......................................................................11
3. Etiologi........................................................................................16
4. Klasifikasi Hipertensi..................................................................17
5. Patofisiologi................................................................................18
6. Pathway ......................................................................................19
7. Manifestasi Klinis.......................................................................20
8. Penatalaksanaan Medis...............................................................20
9. Pemeriksaan Penunjang..............................................................22

8
B. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga........................................................................23
2. Tipe Keluarga.............................................................................23
3. Fungsi Keluarga .........................................................................28
4. Stress dan Koping Keluarga ......................................................29
5. Struktur Kekuatan Keluarga.......................................................29
6. Sistem Keluarga .........................................................................30
7. Tugas Kesehatan ........................................................................30
8. Peran Keluarga ...........................................................................31
9. Macam-macam keluarga.............................................................33

C. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian .................................................................................35
2. Diagnosis ..................................................................................40
3. Intevensi Keperawatan ..............................................................41
4. Implementasi Keperawatan .......................................................55
5. Evaluasi Keperawatan ...............................................................55
6. Dischange Planning ..................................................................56

BAB III METODE PENULISAN


A. Desain Studi Kasus...........................................................................58
B. Subjek Studi Kasus...........................................................................58
C. Fokus Studi Kasus............................................................................58
D. Definisi Operasional.........................................................................59
E. Tempat dan Waktu............................................................................60
F. Pengumpulan Data............................................................................60
G. Penyajian Data .................................................................................61
H. Etika Studi Kasus..............................................................................62

Daftar Pustaka

Lampiran

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi jantung. .........................................................................


Gambar 2.2 Katup jantung ..............................................................................
Gambar 2.3 Otot jantung .................................................................................

10
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klarsifikasi tekanan darah .............................................................


Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darahl ...............................................................
Tabel 2.3 Definidi Operasional.........................................................................

11
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan proses alamih dan berkesinambungan
secara bertahap yang dimulai dari bayi, masa kanak-kanan, remaja,dewasa dan
lansia. Peningkatan usia harapan hidup pada lansia dapat mempengaruhi aspek
kehidupan mereka, seperti peubahan psikologis, fisik, biologis, sosial, dan akan
semakin banyak timbul penyakit degeneratif karena proses penuaan tersebut.
Salah satunya dapat dilihat dari perubahan pada fungsi kardiovaskular, yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat atau akan menimbulkan hipertensi
(Sumarni,2021)
Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas
normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kematian (mortalitas)
(Sumartini,Zulkiflik,& Adhitya,2019). Hingga saat ini hipertensi masih menjadi
masalah kesehatan yang cukup besar untuk tetap diatasi. WHO (World Health
Organization) menyebutkan bahwa hipertensi menyerang 22% penduduk dunia,
dan mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi juga menjadi
penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total 1,7 juta kematian di indonesia
tahun 2016 (Anitasari,2019). Hipertensi merupakan penyakit the silent killer yang
menyebabakan 1 dari 3 orang dewasa terkena penyait hipertensi dan perkiraan 7,5
juta kematian yang diakibatkan oleh hipertensi di seluruh dunia (Thiruna,2020).
Insiden pasien hipertensi berjumlah 1,13 milyar orang di seluruh dunia. Prevelensi
pasien hipertensi di Eropa Tengah dan Barat berjumlah lebih dari 150 juta orang
(Yanti,2020)
Penyebab hipertensi hingga saat ini secara pasti belum dapat diketahui,
tetapi gaya hidup berpengaruh besar terhadap kasus ini. Terhadap beberapa
faktoryang menjadi risiko terjadinya hipertensi, seperti usia, jenis kelamin,
merokok, dan gaya hidup kurang aktivitas yang dapat mengarah ke obesitas.
Mengurangi faktor resiko tersebut menjadi dasar pemberian intervensi oleh tenaga
kesehatan (Tirtasari & Kodim,2019)

12
Menurut WHO Di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan
menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8 % dari total seluruh kematian.ini
menyumbang 57 juta tahun hidup yang disesuaikan dengan kecacatan (DALYS)
atau 3,7% dari total DALYS. Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko
utama penyakit jantung koroner dan iskemik serta stroke hemoragik. Secara
global, prevalensia keseluruhan peningkatan tekanan darah pada mereka yang
berusia 25 ke atas adalah 40% pada tahun 2008. Hipetensi stadium 1/ tingkat 1
didefinisikan dalam pengaturan klinis ketika tekanan darah rata-rata sama dengan
atau di atas 140/90 dan kurang dari 160/100 pada dua atau lebih pengukuran pada
masing-masing dari dua atau lebih kunjungan pada hari yang berbeda. Mengobati
tekanan darah sistolik dan tekanaan darah diastolik ke target yang kurang dari
140/90 dikaitkan dengan penurunan komplikasi kardiovaskuler (WHO,2021)
Menurut Riskedas (2018) secara nasional hasil menunjukkan bahwa
prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi
tekanan darah tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi dibanding dengan
laki-laki (31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (34,43%)
dibandingkan dengan perdesaan (33,72%). Prevalensi semakin meningkat seiring
dengan pertambahan umur (Kemenkes RI, 2019).
Menurut hasil Riskesdas (2018) prevanlensi hipertensi, kejadian hipertensi
di Indonesia berada dalam peringkat ke 6 dari 10 kategori penyakit tidak menular
kronis. Prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia yang didapatkan dari hasil
pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan dari 25,8% pada tahun 2013
menjadi 34,7%. Hipertensi seringkali ditemukan pada lansia dan dibuktikan
dengan hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang
dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2012, prevalensi hipertermi pada lansia
mencapai 38,8% (Kemenkes RI,2019)
Data lansia di indonesia sebanyak, prevelensi stroke naik dari 7% menjadi
10,9% hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%
(Depkes,2018). Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian
secara global. Penyakit kardiovaskuler terdiri dari penyakit PJK, stroke, gagal
jantung, penyakit arteri dan penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan
peningkatan lebih dari atau sama dengan 140 mmHg pada tekanan darah sistolik

13
dan peningkatan lebih dari atau sama dengan 90 mmHg pada tekanan darah
diastolik (Cheryl,2020)
Berdasarkan prevalensi profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan (2019).
Didapatkan jumlah penderita hipertensi tahun 2018 berusia >15 tahun di provinsi
Sumsel sebanyak 5,572,379 orang. Kota palembang menyumbang angka tertinggi
sebesar 1,130,254 penderita hipertensi. (Dinas Kesehatan Sumatera Selatan,2019).
Menurut hasi penelitian Sumartini et al (2019) menunjukkan bahwah rata-
rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan senam hipertensi lansia yaitu 151,80
mmHg, rata-rata tekenan darah diastolik yaitu 94,73 mmHg. Sebagian besar
responden masuk dalam klasifikasi hipertensi stadium 1 sebanyak 23 orang. Rata-
rata tekanan darah sistolik sesudah dilakukan senam hipertensi lansia yaitu 137,13
mmHg, rata-rrata tekanan darah diastolik yaitu 90,27 mmHg. Yang terbanyak
masuk dalam klasifikasi pre hipertensi sebnayak 22 orang. Berdasarkan hasil uji
menuggunakan paired sample test diperoleh p=0,000 >a=0,05. Kesimpulan pada
penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan senam hipertensi lansia
terhadap tekanan darah lansia dengan hipertesi di wilayah kerja Puskesmas
Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019 (Sumartini et al,2019)
Tata laksana hipertensi dapat berupa teknik farmakologis dan non-
farmakologis. Secara non-farmakologis salah satunya adalah olahraga. Olahraga
yang dianjurkan untuk pasien hipertensi adalah olahraga yang dilakukan secara
bertahap dan tidak boleh memaksakan diri, antara lain senam hipertensi. Senam
hipertensi merupakan olahraga yang ditunjukkan untuk penderita hipertensi dan
usia lanjut untuk mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor yang
mempertinggi hipertensi) yang dilakukan selama +/- 5 menit dan dilakukan
seminggu 2x untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam
otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terdapat otot jantung sehingga dapat
menurukan tekanan darah (Zulaikha,2018). Sedangkan terapi farmakologi
dilakukan dengan memberikan obat antihipertensi tunggal maupun kombinasi
(Fauziah,2020)
Senam hipertensi merupakan olahraga yang salah satunya bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan rangka
yang aktif khususnya otot jantung sehingga menurunkan tekanan darah (Sumartini

14
Putu Ni dkk,2019). Senam dapat merilekskan darah dan menurunkan tekanan
darah melalui mekanisme aktivitas pengurangan pompa jantung. Otot jantung
pada orang yang rutin berolahraga sangat kuat. Sehingga otot jantung pada orang
yang rutin berolahraga akan berkonraksi lebih sedikit dibandingkan yangjarang
berolahraga. Karena latihan fisik dalam bentuk senam dapat menyebabkan
menurunnya denyut jantung yang mengakibatkan penurunan cardiac output
sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah (Hariawan dkk,2020)
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang harus memiliki
strategi koping yang efektif dalam menghadapi masalah kesehatan anggota
keluarga keluargannya. Saat anggota keluarga mengalaami hipertensi maka akan
mempengaruhi sebuah keluarga dalam koping tidak efektif. Keluarga berperan
dalam merawat anggotannya (Kurniansyah,2021)
Pemberdayaan keluarga merupakan suatu upaya meningkatkan
kemampuan keluarga seperti peningkatan pengetahuanuntuk meningkatkan
dukungan keluarga seperti peningkatan pengetahuan untuk meningkatkan
dukungan keluarga dalam pengelolaan hipertensi pada anggota keluarga yang
menderita hipertensi. Dukungan keluarga sangat berperan dalam meningkatkan
dan menurunkan progresivitas hipertensi (Zulfitri,Indriati,Amir,&Nauli ,2019).
Dukungan keluarga melalui pemberdayaan keluarga dapat dikombinasikan dengan
pemberian senam hipertensi pada penderita guna meningkatkan control dan
manajemen diri penderita hipertensi. Banyak literatur yang menyebutkan bahwa
senam hipertensi dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi yang
berdampak pada peningkatan pengelolaan hipertensi (Hariawan dkk,2020)
Berdasarkan latar belakang serta dari beberapa hasil survey penelitian
yang pernah melakukan penatalaksanaan senam hipertensi terhadap tekanan darah
pada keluarga dengan lansia hipertensi. Senam hipertensi dapat menurunkan
tekanan darah. Jadi dalam mengambil Studi Kasus tertarik untuk melakukan
penelitian mengenal intervensi senam hipertensi pada keluarga dengan lansia
hipertensi.

15
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini “Peran Perawat Keluarga Dalam Penataklasanaan Senam Hipertensi
Terhadap Tekanan Darah Pada Keluarga Dengan Lansia Hipertensi”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini bertujuan untuk
menggambarkan bagaimana penerapan senam hipertensi untuk mengurangi
tekanan darah pada lansia dengan pasien hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami tekanan
darah tinggi dengan penyakit hipertensi di wilayah puskesmas palembang.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami tekanan
darah tinggi dengan penyakit hipertensi di wilayah puskesmas palembang.
c. Menyusun rencana keperawatan keperawatan pada klien yang mengalami
tekanan darah tinggi dengan penyakit hipertensi di wilayah puskesmas
palembang.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami tekanan
darah tinggi dengan penyakit hipertensi di wilayah puskesmas palembang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami tekanan
darah tinggi dengan penyakit hipertensi di wilayah puskesmas palembang.
f. Memberikan discharge planning pada klien yang mengalami tekanan
darah tinggi dengan penyakit hipertensi di wilayah puskesmas palembang.

D. Manfaat Penelitian
1 Puskesmas Pembina Palembang (Lahan Praktik)
Dapat menjadi informasi bagi masyarakat dalam menerapkan peran
keluarga dalam keperawatan keluarga khusunya pada keluarga dengan
penderita hipertensi.
2 Institusi Pendidikan (IkesT MP)

16
Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
ilmiah atau sebagai referensi dalam mengembangkan ilmu keperawatan
dengan mata kuliah keperawatan keluarga.
3 Peneliti
Sebagai pedoman dan penambah wawasan untuk menumbuhkan dan
mengembanggkan asuhan keperawatan keluarga khususnya pada keluarga
dengan hipertensi.

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas
normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kematian (mortalitas)
(Sumartini,2019). Hingga saat ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan
yang cukup besar untuk tetap diatasi. WHO (World Health Organization)
menyebutkan bahwa hipertensi menyerang 22% penduduk dunia, dan
mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi juga menjadi
penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total 1,7 juta kematian di
indonesia tahun 2016 (Anitasari,2019)
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklarifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dan tekanan
darah normal, tinggi sampai hipertensi ( Hadiyatus Sya’diah,2018 ). Hipertensi
merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas normal yang
dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas) (Sumartini dalam Justinho, 2020).
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan darah tinggi, yaitu peningkatan
tekanan darah di mana sistolik dan diastolik diatas batas normal yaitu 140/90
mmHg. Pada umumnya hipertensi itu tidak memberikan keluhan atau gejala
yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. sehingga
hipertensi mempunyai faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat
menyebabkan stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal,
dan gangguan pengelihatan. (Noor, 2020)

2. Anatomi dan Fisiologi kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler adalah organ sirkulasi darah yang terdiri dari
jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan
mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang

18
diperlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardiovaskuler
memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat
merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah peningkatan aktivitas suplai
darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi (Devi, 2017).

Table 2.1
Anatomi Kardiovaskuler

a. Anatomi Jantung
Jantung merupakan organ tubuh yang paling berperan di dalam sistem
kardiovaskuler. Fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Lokasi
jantung sendiri berada di dekat paru-paru, tepatnya di bagian kiri tangah dada.
Jantung sebenarnya adalah sebuah organ yang terdiri atas otot, Otot jantung
berbeda dengan otot-otot lainnya di bagian tubuh lainnya. Otot di jantung disebut
sebagai otot jantung, yang memiliki ukuran sebesar kepalan tangan dengan bentuk

19
yang menyerupai kerucut. Ukuran jantung manusia dewasa yaitu 12 cm, lebar 9
cm dengan ketebalan sekitar 6 cm.
Jantung memiliki 2 sisi, yaitu kanan dan kiri. Bagian dalam jantung
memiliki 4 ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel
kiri. Atrium terletakk di bagian atas jantung, sedangkan ventrikel berada di bagian
bawah dari jantung. Atrium kiri berfungsi sebagai tempat penerima darah segar
dari paru-paru, sedangkan atrium kanan berfungsi sebagai tempat penerima darah
tidak segar dari seluruh tubuh. Adapun ventrikel kiri merupakan tempat yang
memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan ventrikel kanan merupakan tempat
yang memompa darah ke paru-paru.

Tabel 2.2
Katup Jantung

b. Katup Jantung
Katup kardiovaskuler adalah ktup yang terletak diantara atrium dan
ventrikel. Katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah
katup di sebut trikuspidalis, sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan
ventrikel kiri mempunyai dua buah katup di sebut katup bikuspidalis atau katup
mitral.
a) Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan

20
b) Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta
c) Kedua katup semilunar terdiri dari tiga daun katup. Adanya katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrik ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistoll ventrikel, dan mencegah aliran balik ke
ventrikel sewaktu diastole ventrikel
d) Katup antara atrium dan ventrikel ( kanan dan kiri ) di sebut sebagai katup
atrioventrikuler atau katup trikuspidalis. Adapun katup antara ventrikel san
arteri besar di sebut sebagai katup semilunaris.

Tabel 2.3
Lapisan Otot Jantung

c. Lapisan Otot Jantung


Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :
a) Luar/ pericardium
Pericardium adalah lapisan ganda tipis yang membungkus jantung. Di
antara dua lapisan itu terdapat cairan sebagai lubrikan atau pelumas jantung secara
terus-menerus. Lapisan ganda tersebut adalah visceral dan pariental.
Berfungsi sebagai pelindung jantung dan merupakan kantong pembungkus
jantung yang terletak di mediastinum minum dan di belakang korpus sterni dan
rawan iga II-IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal
dan visceral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican
untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak mengganggu jantung

21
b) Tengah/miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria. Susunan
miokardium yaitu :
Otot atria : sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran dan
lapisan luar mencakup kedua atria
1) Otot ventrikuler : membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung
2) Otot atrioventrikel : dinding pemisah antara serambi dan bilik ( atrium
dan ventrikel )
c) Dalam / endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat yang terdiri
dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali aurikula dan bagian
depan sinus vena kava
1) Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan
(intima,media,adventisia) yang membawa darah yang mengandung oksigen
dari jantung ke jaringan.
2) Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang
mevaskularisasi kapiler.
3) Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula (pembuluh darah
yang lebih besr yang bertekanan lebih rendah dibandingkan dengan
arteriol), dimana zat gizi dan sisa pembuangan mengalami pertukaran
4) Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena
5) Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan rendah
yang membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke jantung.

d. Bagian – Bagian Dari Jantung


1) Basis kordis : bagian jantung sebelah atas yang berhubungan
dengan pembuluh darah besar dan dibentuk oleh atrium dan sebagian oleh
atrium dekstra

22
2) Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut
tumpul Permukaan jantung

e. Permukaan Jantung ( Facies Kordis )


Permukaan jantung ( facies kordis ) yaitu :
1) Facies stemokostalis : permukaan menghadap kedepan berbatasan
dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra
dan sedikit ventrikel sinistra
2) Facies dorsalis : permukaan jantung menghadap ke belakang
berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior, dibentuk oleh
dinding atrium sinistra, sebagian atrium sinistra dan sebagaian kecil dinding
ventrikel sinistra
3) Facies diafragmatika : permukaan bagian bawah jantung yang
berbatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh dinding
ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.

f. Tepi Jantung
Tepi jantung ( margo kordis ) yaitu :
1) Margo dekstra : bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari vena
kava superior sampai ke apeks kordis
2) Margo sinistra : bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bawah
muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis

g. Fisiologi Jantung
1) Sifat ritmisitas/otomatis : secara potensi berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar.
2) Mengikuti hukum gagal atau tuntang : impuls dilepas mencapai ambang
rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal
3) Tidak dapat berkontrasi tetanik
4) Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot

23
3. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi Primer (esensial)
Hipertensi Primer adalah hipertensi yang 90% tidak diketahui penyebab beberapa
faktor yang diketahui diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi ensial,
diantaranya :
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi .
b. Jenis Kelamin dan Usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause beresiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan komsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.

2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya,
hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit yaitu:
a. Coarctationarta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyempitan pada aorta
tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal, penyakit ini merupakan penyakit utama
penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung darah ke ginjal.
c. Gangguan endrokrin. Disfungsi medulla adrenal atau konteks adreal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal mediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan katekolamin.
d. Kegemukan atau obesites dan malas berolahraga.
e. Stress, yang cenderung menyebabkan peingkatan tekanan darah untuk sementara
waktu.
f. Peningkatan tekanan vaskuler. (Johanes,2019)

24
4. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai suatu penyakit yang berdiri sendiri tetapi
sering juga dijumpai dengan penyakit penyerta, misalnya arteriosklerosis,
obesitas, dan diabetes melitus.
Berdasarkan Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia, menggunakan
klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di
Indonesia. Klasifikasi menurut WHO dan JNC 7 terdapat pada tabel 2.1 dan 2.2.

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Tingkat Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal/Normal <120-130 <80-85
Tingkat 1 140-159 90-95
(HT ringan)
Tingkat 2 160-179 100-109
(HT sedang)
Tingkat 3 >180 >110
(HT berat)
Tingkat 4 >210 >120
(HT maligna)

Tabel 2.2

Klasifikasi Hipertensi meurut The Joint National Comite 7

Kategori Tekanan Darah Tekanan Drah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahp 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 >160 .100
Sumber: (kemenkes,2021

25
5. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral
resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki
sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah
dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.
Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler
melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat
yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem
pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler
dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin.
Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ.
Hipertensi dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, gaya hidup dan
obesitas. Hipertensi menyebabkan kerusakan vaskuler pembuluh darah, perubahan
struktur, penyumbatan pembuluh darah, vasokontriksi dan gangguan sirkulasi.
Gangguan sirkulasi di otak mengakibatkan resistensi pembuluh darah potak naik,
suplai oksigen otak menurun yang menyebabkan penderita mengalami nyeri
kepala dan gangguan pola tidur. Hipertensi menyebabkan gangguan pada ginjal
yang mengakibatkan vaskontriksi pembuluh darah, blood flow menurun, respon
RAA, rangsangan aldostreone, retensi Na, edema yang menimbulkan masalah
keperawatan kelebihan volume cairan. Hipertensi juga menganggu system
pembuluh darah yang mengakibatkan vasokontriksi, iskemik, miokard, yang
mengakibatkan afterload menigkat yang dapat menimbulkan masalah keperawatan
penuruna curah jantung dan intoleransi aktivitas (Hariawan & Tatisina,2020)

26
6. Pathway

27
7. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurut Ulfa Maria Pratnya (2020), dapat ditemukan pada
penderita hipertensi antara lain :
1. Nyeri kepala saat terjaga terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan
tekanan darah interaknium.
2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak dari
hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat.
4. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler pada
kasus hipertensi berat,gejala yang dialami pasien antara laim sakit kepala (rasa
berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, muntah-muntah, kegugupan,
keringatan berlebihan,tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau
ganda, tinnitus (telinga mendenging), serta kesulitan tidur.

8. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi akibat hipertensi menurut Ulfa Maria Pratnya (2020) antara lain:
1. Gagal jantung
Gagal jantung adalah istilah untuk suatu keadaan dimana secara progresif jantung
tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efesien.
2. Angina
Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri dada.
3. Serangan jantung
Serangan jantung atau disebut dengan infark miokard karena terjadi saat sebagian
otot jantung mengalamiinfark atau mati
4. Stroke
Tekanan darah tinggi akan menyebabkan dua jenis stroke yaitu : stroke iskemik
dan stroke hemoragik.
5. Gagal ginjal
Gagal ginjal kronik biasanya berakhir pada gagal ginjal terminal. Keadaan ini
bersifat fata kecuali jika penderitanya menjalani dialysis atau transpalasi ginjal.

28
6. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi akan merusak atau menyerang bagian tungkai dan mata. Pada
tungkai akan menyebabkan nyeri tungkai dan kaki sehingga akan menjadikan sulit
untuk berjalan. Sedangkanpada mata dapat menyebabkan kebutaan atau retinopati.

9. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan Hipertensi menurut Ulfa Maria Pratnya (2020) bertujuan untuk
mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler, prinsip
penatalaksanaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa obat (non-farmakologi)
Beberapa diet yang dianjurkan :
a. Rendah garam, diet rendah dapat menurutkan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram
per hari.
b. Diet tinggi postasium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum
jelas. Pemberian postasium secara intravena dapat meyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegahan terjadinya jantung koroner.
e. Penurunan berat badan. Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekucup juga dapat berkurang.
f. Memperbaiki gaya hidup
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok dapat menurunkan aliran darah
ke berbagai organ dan dapat meningkatkankerja jantung.
g. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan lari, berenang, bersepeda dan senam bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki seadaan jantung. Olahraga
teratur sellama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan

29
untuk menurunkan tekanan darah. Karena olahraga meningkatkan kadar HDL,
yang dapat mengurani terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi.

2. Terapi Farmakologi
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Obat-obatan yan digunakan meliputi :
a. Diuretik
Chlorthaliadon, hydromox, lasix, aldactone, dyrenium diuretic bekerja melalui
berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dwngan mendorong ginjal
untuk meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
b. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri.
Sebagian penyekat saluran kalsium otot jantung, sebagian yang lain lebih spesifik
untuk saluran kalsium otot kalsium polos vascular.
c. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantug volume sekuncup, dan
TPR.
3. Penghambat enzim mengubah angiotensi 2 atau inhibitor ACE berfungsi untuk
menurunkan angiotensi 2 dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiotensi1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini menurunkan darah
secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan
menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkan pengeluran natrium
pada urine kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung.
4. Antagonis (penyekat) reseptor beta (b-blocker), terutama penyekat selektif,
bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan denyut dan curah
jantung.

10. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaaan penunjang menurut Sagita & Kristanti (2018) :
1. Elekrokardiogram

30
Pembesaran ventrikel kiri dan gambar kardiogram dapat dideteksi
denganpemeriksaan ini, dapat juga menggambarkan apakah hipertensi sudah
berlangsung lama.
2. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dapat menggunakan digital sphygmomanometer
sesuai SOP dan prosedur yang sudah di tentukan.

11. Konsep Senam Hipertensi


a. Pengertian Senam Hipertensi
Senam hipertensi merupakan olahraga yang salah satunya bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka
yang aktif khususnya terhadap otot jantung (Ulfa,2020)

b. Tujuan Senam Hiperensi


Senam hipertensi merupakan olahraga yang salah satunyabertujuan untuk
meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka
yang aktif khususnya terhadap otot jantung. Mahardani (2010)
mengatakandengan senam atau berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel
akan meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi
peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi sekuncup
bertambah. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah
beristirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah
akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali
pada tekanan drah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara rutin dan
terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama
dan pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisme penurunan pembuluh dara
setelah berolahraga adalah karena olahraga dapat merilekskan pembuluh
darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan
menurun (Ulfa,2020)

31
c. Manfaat Senam Hiperensi
Olahraga seperti senam hipertensi mampu mendorong jantung bekerja secara
optima, dimana olahraga mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel,
jaringan dan organ tubuh, dimana akibatnya dapat meningkatkan aliran balik
vena sehingga menyebabkan volume sekuncup yang akan langsung
meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan darah arteri
meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terklebih dahulu,
dampak dari fase ini mampu menurunkan aktifitas pernafasan dan otot rangka
yang menyebabkan aktifitas saraf simpatis menurun, setelah itu akan
menyebabkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup menurun,
vasodilatasi arteriol bena, karena penurunan ini mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya
penurunan tekanan darah (Ulfa,2020)

d. Lamanya Senam Hipertensi


Senam hipertensi merupakan aktivitas fisik yang dilakukan berupa gerakan
senam khusu penderita hipertensi yang dilakukan dalam periode 20-30 menit
dengan frekuensi 2 kali dalam 1 minggu (Ulfa,2020)

e. Gerakan Senam Hiperetensi :


No Kegiatan/Tindakan Keterangan
1. Persiapan
1. Persiapan Klien
a) Klien diberikan
tindakan yang akan
dilakukan
b) Klien dalam posisi
berdiri
2. Persiapan Ligkungan
a) Ruangan yang tenang
dan kondusif
b) Ruangan yang kup luas

32
2. Pelaksanaan
a. Gerakan Pemanasan
1) Tekuk kepala ke
samping lalu tahan
engan tangan pada sisi
yang sama dengan arah
kepala, lalu bergantian
dengan sisi lain.

2) Tautkan jari-jari kedua


tangan dan angkat lurus
ke atas kepala dengan
posisi kedua kaki
dibuka selebar bahu.
Rasakan tarikan bahu
dan punggung.

b. Gerakan Inti
1) Lakukan gerakan
seperti jalan ditempat
dengan lambaian kedua
tangan searah dengan
sisi kaki yang diangkat

2) Buka kedua tangan

33
dengan jemari
mengepal dan kaki
dibuka selebar bahu.
Kedua kepalan tangan
bertemu dan ulangi
gerakan semampunya
sambil mengatur napas.

3) Kedua kaki dibuka


agak lebar lalu angkat
tangan menyerong. Sisi
kaki yang searah
dengan tangan sedikit
ditekuk. Tangan
diletakkan dipinggang
dan kepala serah
dengan gerakan tangan,
lalu ganti dengan sisi
lainnya.

4) Jari mengepal dan


kedua tangan diangkat

34
keatas. Lakukan
bergantian secara
perlahan dan
semampunya.

5) Kaki dibuang ke
samping. Kedua tangan
dengan jemari
mengepal ke arah yang
berlawanan. Ulangi
dengan sisi bergantian.

6) Kedua kaki dibuka


lebar dari bahu, satu
lutut agak ditekuk.
Tangan lurus kearah
lutut yang ditekuk.
Ulangi gerakan kearah
sebaliknya dan lakukan
semampunya.

c. Pendingin
1) Kedua kaki dibuka selebar
bahu, lingkaran satu tangan

35
ke leher dan tahan dengan
tangan lainnya dan lakukan
pada sisi lainnya.

2) Posisi tetap, tautkan kedua


tangan lalu gerakkan
kesamping dengan gerakan
setengah putaran. Tahan 8-
10 hitungan lalu arahkan
tangan kesisi lainnya.

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan
klien etelah mengikuti
senam hipertensi.
2) Memberi pujian atas
keberhasilan klien.

b. Recana tindak lanjut


Menganjurkan klien
melaksanakaan senam
hipertensi minimal 30

36
menit dan dilakukan
seminggu 3x
4 Evaluasi
a. Respon verbal
Klien mengatakan senang
untuk melakukan senam
hipertensi
b. Respon non-verbal
Klien sangat antusias
denga senam hipertensi dan
mengikut setiap kegiatan
dengan baik.

B. Konsep Keluarga
a. Definisi

37
Keluarga dipahami sebagai kelompok primer yang terdiri dari dua atau
lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubungan perkawinan, dan adopsi.Definisi tersebut menunjukkan
bahwa keluarga mensyaratkan adanya hubungan perkawinan, hubungan
darah, maupun adopsi sebagai pengikat.Seluruh anggota keluarga juga harus
tinggal bersama-sama di bawah satu atap. Selain itu, kepala keluarga dalam
definisi ini selalu mengacu kepada suami atau ayah, seperti yang dapat
dirujuk pada Undang Undang (UU) No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
(Amorisa Wiratri, 2018)

b. Tipe keluarga
Menurut Nadirawati, (2018) tipe keluarga antara lain :
1. Tradisional
a. The Nuclear ( Keluarga Inti )
keluarga terbentuk Karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau
kelahiran. Keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik dari sebab
biologis maupun adopsi. Tipe keluargga inti antara lain :
a) The dyad family ( Keluarga tanpa anak )
Keluarga ter
diri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup dalam satu rumah.
b) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
c) Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sahdari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan
anak.

b. The Extended family

38
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah, seperti nuclear familydisertai paman, tante, orang tua (kakek,
nenek), keponakan, dan lain-lan.
c. The single-parent family (keluarga orang tua tunggal )
Keluarga terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu ) dengan anak. Hal ini
biasanya terjadi melalui proses perceraian, kematian, atau karena
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
d. Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebaga tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkupul
dengan anggota keluarga pada saat “weekends”
e. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Nework family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Contoh : dapur, kamar mand, televise, telepon, dan lain-lain.
g. Keluarga campuran (blended family)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.\
h. Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti beceraiatau ditinggal mati.
i. Foster family
Keluarga foster menunjukan pada pelayanan yang diberikan kepada suatu
keluarga dimana anak ditempatkan dirumah terpisah dari orang tua aslinya.
Anak-anak biasanya ditempatkan “ Foster Home” jika orang tua dinyatakan
tidak bisa merawat anak-anak mereka dengan baikkarena suatu hal.
j. Keluarga binuklir

39
Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai dimana anak
menjadi anggota dar suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti,
ibu dan ayah dengan berbagai macam kerja samaantara kedunya serta waktu
yang digunakan dalam setiap rumah tangga.

2. Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang
sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tardisional yang paling
umum saat ini adalah:
a. The ummarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
b. The step parent family
Keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
sauadar yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang
sama , pengalaman yang sama, serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family ( keluarga kumpul kebo
heteroseksual )
Keluarga yang hodup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
perniakahan.
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana “
marital partners”
f. Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group – marriage family

40
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama
yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu
termasuk seksusal, dan membesarkan anaknya.
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nila-nila, hidup berdekatan satu
sama lan, dan saling menggunakan barnag-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
didalam waktu sementara.Pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunya perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosinal kelaurga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupan

3. Struktur keluarga
a. Pola komunitas keluarga
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simboli, transaksional untuk
menciptakan dan mengungkapkan penegrtian dalam keluarga. Keluarga di
dalam keluarga yang berfungsi adalah :
a) Karakteristik pengirim yang berfungsi karakteristik pengirim berfungsi
ketika menyampaikan pendapat.
b) Pengirimian yang tidak berfungsi adalah :
-Ekspresi yang tidak jelas. Contoh : marah yang tidak diikuti ekspresi
wajahnya

41
- Jugmental espressions, yaitu ucapan yang memutuskan/ menyatakan sesuatu
yang tidak didasari pertimbangan ynag matang, contoh : ucapan salah/benar,
bak/buruk, normal/tidak normal
- Tidak mampu mengumukakan kebutuhan
- Komunikas yang tidak sesuai.
b. Karakteristik penerima yang berfungsi.
c. Penerima yang tidak berfungsi adalah .
d. Komunikas fungsional .
e. Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi adalah
- Focus pembicaraan hanya kepada seseorang
- Semua menyetuji (yotal agreement) tanpa adanya diskusi
- Kurang empati
- Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
- Tidak mamapu memfokuskan pada satu isu
- Komunikasi tertutup
- Bersifat negatif
- Mengembangkan gosip

4. Struktur kekuatan keluarga


Sifat struktur di dalam keluarga adalah sebagi berikut :
a. Struktur egalisasi
b. Struk yang hangat, menerima, dan toleransi
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka
d. Struktur yang kaku
e. Struktur yang bebas
f. Struktur yang kasar
g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman )
h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)

5. Struktur peran
Peran menubjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen
dalam situasi sosial tertentu.

42
6. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat homoge.
Peran formal yang standar dalam keluarga, anatara lan : pencari nafkah, ibu
rmah tangga, pengasuh anak, sopir, tukang renovasi rmah, tukang amsak,
dan lain-lain.

7. Peran-peran informal keluarga


Peran-peran informal (peran tertutup) biasnaya bersifat implisit, tidak
tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan
emosional atau menjaga keseimbangan kelaurga.

C. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji, yatu gambaran diri aggota, perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya.Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagamana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, noma, budaya, dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.Sejauh mana
pengetauan keluarga mengenai sehat-sakit, srta melakukan penjajankan
tentang 5 tugas kesehatab keluarga.
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: berapa
jumlah anak, bagaimana keluarga merencakan jumlah anggota keluarga, dan
metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengedalikan jumlah
anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

43
- Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sedang, pangan, dan papan
- Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyaratkat dalam
upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.

D. Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
- Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan
- Stresor jangka panjang iatu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan
b. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi/stresor.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan bila menghadapi permasalahan
d. Strategi adaptasi
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghasdapi permasalahan.

E. Struktur Kekuatan Keluarga


Menurut Friedman (2017), terdapat struktur kekuatan keluarga yaitu terdiri
dari pola dan proses komunikasi dalam keluarga, struktur peran, struktur
kekuatan keluarga dan nilai-nilai dalam keluarga. Keluarga yang
mempunyai struktur kekuatan keluarga yang masing-masing berjalan
dengan baik maka sistem didalamnya akan berjalan dengan baik pula.
a. Tipe struktur kekuatan:
a) Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua
terhadap anak).
b) Referent power (seseorang yang ditiru).
c) Resource or expert power (pendapat ahli).
d) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima).

44
e) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya).
f) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi).
g) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih).

b. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam suatu budaya. Nilai keluarga
juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan
norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah
kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

F. Sistem Keluarga
Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan berinteraksi
dengan sistem yang lebih besar (suprasistem) dari masyarakat (misalnya :
politik, agama, sekolah dan pemberian pelayanan kesehatan). Sistem
keluarga terdiri dari bagian yang saling berhubungan (anggota keluarga)
yang membentuk berbagai macam pola interaksi (subsistem). Seperti pada
seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai tujuan yang berbeda
berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga, nilai keluarga dan
kepedulian individual anggota /keluarga (Friedman, 2017).

G. Tugas Kesehatan Keluarga


Menurut Friedman (2017), keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka
gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi seluruh sistem. Keluarga juga sebagai suatu kelompok yang
dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-
masalah kesehatan dalam kelompoknya. Untuk itu, keluarga mempunyai
beberapa tugas kesehatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan anggota keluarga, yaitu :

45
a. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggotanya : keluarga mengetahui
mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat : keluarga mengetahui
mengenai sifat dan luasnya masalah sehingga keluarga mampu mengambil
keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang sedang
dialami keluarganya.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya ketika sakit : keluarga
mengetahui upaya pencegahan penyakit, manfaat pemeliharaan lingkungan,
pentingnya sikap keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan.
d. Mempertahankan suasana yang menguntungkan untuk kesehatan.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan
lembaga kesehatan.

H. Peran Keluarga
a. Definisi Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Perandipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
danbersifat stabil (Fadli dalam Kozier Barbara, 2018). Peran adalah ketika
seseorang memasuki lingkungan masyarakat,baik dalam skala kecil
(keluarga) maupun skala besar (masyarakat luas), setiap orang dituntut
untuk belajar mengisi peran tertentu. Peran social yang perlu dipelajari
meliputi dua aspek, yaitu belajar untuk melaksanakan kewajiban dan
menuntut hak dari suatu peran ,dan memiliki sikap, perasaan, dan harapan-
harapan yang sesuai dengan peran tersebut (Momon Sudarman,2017).

b. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran


Menurut Kurniawan (2017) faktor- faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan peran serta meliputi:
a) Kelas social

46
b) Fungsi dari peran suami tertentu dipengaruhi oleh tuntutan kepentingan
dan kebutuhan yang ada dalam keluarga.
c) Bentuk keluarga
d) Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan orang tua yang
masih lenkap demikian juga antara keluarga inti dengan keluarga besar
yang beragam dalam pengambilan keputusan dan kepentingan akan
rawan konflik peran.

c. Latar belakang keluarga


a) Kesadaran dan Kebiasaan Keluarga
Kesadaran merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai
pertumbuhan dan perbandingan yang menghasilkan keyakinan. Kebiasaan
yang meningkatkan kesehatan yaitu : tidur teratur,
sarapan setiap hari, tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak
makan sembarangan, olahraga, pengontrolan berat badan.
b) Sumber Daya Keluarga
Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan
sesorang sebagai imbalan atas semua yang telah dilakuakan tenaga
atau pikiran seseorang terhadap orang lain atau organisasi lain.

d. Siklus Keluarga
Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal
yang dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan
kepentingan. Didalam siklus keluarga peran anggota berbeda misalnya ibu
berperan sebagai asuh, asah dan asih, ayah sebagai pencari nafkah dan anak
tugasnya belajar dan menuntut ilmu.

e. Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2017), Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(over behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan tinggi tentang

47
obyek tertentu menyebabkan seseorang dapat berfikir rasional dan
mengambil keputusan.Menurut Effendy (2017) faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan peran serta meliputi :
a. Faktor internal meliputi: usia, pendidikan, pekerjaan, dan motivasi.
b. Faktor eksternal meliputi: lingkungan social, fasilitas,media.

J. Macam-macam Peran
a. Peran Formal Keluarga
Peran formal bersifat eksplisit. Peran formal keluarga adalah :
a) Peran Prenteral dan Perkawinan
Menurut Andarmoyo (2017), telah mengidentifikasi enam peran dasar yang
membentuk bentuk social sebagai suami-ayah dan istri-ibu. Peran tersebut
adalah;
1. Peran provider/penyedia,
2. Peran pengatur rumah tangga,
3. Peran perawatan anak,
4. Peran sosialisasi anak,
5. Peran rekreasi,
6. Peran persaudaraan/kindship/pemelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal,Peran terapeutik/memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan,
7. Peran seksual.
b) Peran Anak
Peran anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan pertumbuhan
fisik, psikis, dan sosial.
c) Peran Kakek/Nenek
Menurut Andarmoyo (2017), peran kakek/nenek dalam keluarga adalah:
1. Semata-mata hadir dalam keluarga,
2. Pengawal (menjaga dan melindungi bila diperlukan),
3. Menjadi hakim (arbritrator), negosiasi antara anak dan orang tua
4. Menjadi partisipan aktif, menciptakan keterkaitan antara, masa lalu dengan
sekarang serta masa yang akan datang.

48
2. Peran Informal Keluarga
Peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke permukaan
dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional
individu (Andarmoyo 2017) dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam
keluarga. Keberadaan peran informal penting bagi tuntutan-tuntutan
integratif dan adaptif kelompok keluarga (Andarmoyo, 2017).Sebagai
suami-ayah dan istri-ibu. Peran tersebut adalah;
a. Peran provider/penyedia,
b. Peran pengatur rumah tangga,
c. Peran perawatan anak,
d. Peran sosialisasi anak,
e. Peran rekreasi,
f. Peran persaudaraan/kindship/pemelihara hubungan keluarga paternal
dan maternal,
g. Peran terapeutik/memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan,
h. Peran seksual.
Menurut Friedman et.al (2018), peran keluarga dibagi menjadi dua bagian
peran yaitu, peran formal dan informal :
a) Peran formal Peran formal keluarga antara lain provider/penyedia, pengatur
rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anak, rekreasi, persaudaraan,
terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif) dan seksual.
b) Peran informal Peran informal biasanya untuk memenuhi kebutuhan
emosional individu dan menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran
tersebut berupa : pendorong, pengharmonis, inisiator-konstributor,
pendamai, penghalang, dominator, penyalah, pengikut, pencari pengakuan,
perawat keluarga, pioneer keluarga, koordinator keluarga, penghubung
keluarga dan saksi. Peran keluarga dilakukan secara bersama-sama dengan
anggota dari suatu kelompok/keluarga dan tidak dilakukan secara terpisah.
Akan tetapi pada kenyataannya, terkadang peran itu berubah seiring dengan
terjadinya perubahan kondisi dan situasi.
Hal ini dapat diketahui apabila salah satu anggota keluarga sakit. Maka
dibutuhkan kemampuan keluarga dalam hal pengetahuan, pembuatan

49
keputusan tentang kesehatan, tindakan untuk mengatasi penyakit atau
perawatan dan penggunaan layanan kesehatan (Friedman et.al, 2019)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian keluarga
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang klien, melalui
wawancara agar dapat mengindentifikasi,mengenal masalah-
masalah,kebutuhan kesehatan dan perawatan klien,baik
fisik,mental,sosial,spiritual dan lingkungan meliputi:
a. Data umum :
1) Nama kepala keluarga
Tentang kepala keluarga inti.
2) Alamat dan nomor telepon
Tentang jalan, RT, RW, kelurahan, wilayah kerja Puskesmas dan nomor
telepon jika ada.
3) Pekerjaan kepala keluarga
Tentang pekerjaan utama kepala keluarga.
4) Pendidikan kepala keluarga
Tentang pendidkan terakhir kepala keluarga.
5) Komposisi keluarga
Tentang semua data keluarga yang tinggal sermah saat ini.

50
6) Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi
keluarga atau pohon keluarga. Genogram yang diisikan minal tiga
generasi.Genogram juga dapat menentukan tipe dari keluarga.

7) Tipe keluarga
Menjalaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau maslaah yang
terjadi dengan tipe keluarga tersebut.
8) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
9) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan
10) Status social ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan,bak dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lannya. Selain itu, status sosial ekonomi keluargaa
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki keluarga.
11) Aktivitas rekreasi keluarga

51
Rekreasi keluarga hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengujungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton Tv daan
mendengarkan radio juga merpakan ativitas rekreasi.

b. Riwayat dan perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
2) Riwayat perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Mejelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut terpenuhi.
3) Riyawat keluarga inti
Menjelaskan asal mula terbentunya keluarga.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengeai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri,
riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meluputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa
digunakan keluarga, serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah didefinsikan dengan melihat luas, rumah, tiper rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah
tangga, jenis septic tank, dan jarak septib tank dengan sumber air minum yang
digunakan serta denah ramah. Karakteristik rumah pada pasien Hipertensi
digambarkan sebagaie berikut:
- Keadaan rumah yang kotor dan lembab
- Ventilasi rumah tidak ada atau mempunyai ventilasi tetapi tidak dibuka
- Membuang sputum secara sembarangan
- Rumah dengan keadaann gelap karena tidak tersinari sinar matahari
2) Karakteristik tengga dan komunitas RW

52
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tengga dan komunitas setempat yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisisk, aturan/kesepakatan penduduk setempat, dan
budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpulan serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dangan
masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan.Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota
keluargaa, dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga
a) Pola komunitas keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lan untuk
mengubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga, baik secara formal
maupun informal.
d) Nila atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan.
e) Fungsi keluarga :

53
(a). Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji, yatu gambaran diri aggota, perasaan memiliki dan dimiliki
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.Bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
(b). Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagamana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, noma, budaya, dan perilaku.
(c). Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
serta merawat anggota keluarga yang sakit.Sejauh mana pengetauan keluarga
mengenai sehat-sakit, srta melakukan penjajankan tentang 5 tugas kesehatab
keluarga.

e. Fungsi reproduksi
- Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: berapa jumlah
anak, bagaimana keluarga merencakan jumlah anggota keluarga, Keluarga hanya
mampu membeli beras dan 1 lauk seperti tempe atau tahu
- Pola nutrisi keluarga tidak terpenuhi secara baik karena kepala keluarga Tn.Y
sudah lama tidak bekerja.

f. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
(a). stress dan koping keluarga
(b). Stressor jangka pendek dan panjang
(c). Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan
(d). Stresor jangka panjang iatu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

54
g. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi/stresor.
h. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan bila menghadapi permasalahan
i. Strategi adaptasi
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
bila menghasdapi permasalahan.
j. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Motode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik, tidak berbeda dengan pemriksaan fisik di klinik ( Head To
Toe )
k. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terdahap
petugas kesehatan yang ada.

A. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupum potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosis keperawatan yang timbul menurut SDKI, (2016) Hipertensi yaitu:
1. Risiko perfusi tidak efektif berhubungan dengan ketidak tahuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam merawat
keluarga yang sakit
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak tahuan menemukan sumber
informasi. (SDKI,2016)

55
B. Intervensi Keperawatan Keluarga
n Tujuan Evaluasi
Umum Khusus Kriteria Standar Rencana tindakan

1. Risiko perfusi Setelah dilakukan Respon 1. keluarga mengerti SIKI 1 : Pencegahan syok
11 perifer tidak penyuluhan verbal penyenyebab Observasi :
1 efektif sebanyak 2x selama terjadinya risiko 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
berhubungan 30 menit dalam perfusi tidak efektif nadi, frekuensi nafas, TD, MAP)
dengan seminggu pada pasien 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,AGD)
ketidaktahuan diharapkan keluarga hipertensi. 3. Monito status cairan (masukan dan haluran, turgo
keluarga dalam dapat mengenal 2. keluarga mampu kulit,CRT)
mengenal penyebab terjadinya menjadi pengingat 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
masalah resiko perfusi perifer dan membatasi 5. Periksa riwayat alergi.
kesehatan. tidak efektif. kegiatan pasien yang Terapeutik :
menyebabkan 1. berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
terjadinya hipertensi >94%
. 2. persiapan intubasi dan ventilasi mekanis,jika perlu
3. pasang jalur IV,jika perlu
4. pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika
perlu

56
5. lakukan skin test untuk mecegah reaksi alergi.
Edukasi :
1. jjelaskan penyebab/faktor resiko syok
2. jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. ajurkan melapor jika menemukan/ meraskan tanda dan
gejala awal syok
4. anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. anjurkan menghindari alergen

SIKI 2 : Perawatan sirkulasi


Observasi :
1. periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema ,
pengisian kapiler, warna, suhu, anklebrachial index)
2. indentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
(mis.diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar
kolestrol tinggi)
3. monitor panas,kemerahan, nyeri atau bengkak pada
ekstermitas
Terapeutik :

57
1. hindari pemasanga infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. hindari pengukuran darah pada ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
3. hindari penegakan dan pemasangan tourquet pada area
yang cedera
4. lakukan pencegahan infeksi
5. lakukan perawatan kaki dan kuku
6. lakukan hidrasi
Edukasi :
1. anjurkan berhenti merokok
2. anjurkan berolahraga rutin (mis.senam hiprtensi)
3. anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
1. terbakar
4. anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurunan kolestrol, jika perlu
5. anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
6. anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta

58
7. anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
(mis.melembabkan kulit kering pada kaki)
8. anjurkan program rehabilitasi vaskular
9. ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis.rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
10. informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis.rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilang rasa)

SIKI 3 : Edukasi latihan fisik dengan Senam Hipertensi


Observasi :
1. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
1. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisologis olahraga
dengan cara senam hipertensi

59
2. jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi
kesehatan
3. jelaskan frekuensi, dursdi dan intensitas program latihan
yang diinginkan
Setelah dilakukan
4. ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat
kunjungan kepada
5. ajarkan teknik menghindari cedera saat berolahraga
anggota keluarga
6. ajarkan teknik perrnapasan yang tepat untuk
yang sakit diharapkan
memaksimalkan penyerapan oksigen selama latihan fisik.
keluarga mampu
mengenal masalah
kesehatan tentang
hipertensi.

Respon
Nyeri akut verbal 1. keluarga mampu
berhubungan menjelaska pengertian
dengan hipertensi

60
ketidakmampuan 2. keluarga dapat SIKI 1 : Manajemen Nyeri
keluarga dalam menjelaskan apa Observasi :
merawat keluarga penyebab hipertensi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
yang sakit. 3. keluarga mampu intensitas nyeri
mengetahui cara 2. Identifikasi skala nyeri
mengatasi hipertensi 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplamenter yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( mis. TENS, hypnosi, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain )

61
2. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan )
3. fasilitasi istirahat dan tidur
4. pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
edukasi :
1. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

62
SIKI 2 : Perawatan Kenyamanan
Observasi :
1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis.
mual,nyeri,gatal,sesak )
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan
perasaannya
3. Identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik :
1. Berikan posisi yang nyaman
2. Berikan kompres dingin atau hangat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Berikan pemijatan
5. Berikan terapi akupresur
6. Berikan terapi hypnosis
7. Dukungan keluarga dan pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
8. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan
yang diinginkan
Edukasi :

63
1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/ pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernapasan
4. Ajarkan teknik distriksi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus, antihistamin.
Jika perlu

SIKI 3 : Edukasi Teknik Nafas


Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan manfaat teknik napas

64
2. Jelaskan prosedur teknik napas
3. Anjurkan memposisikan tubuh senyuman mungkin ( mis.
Duduk, baring )
4. Anjurkan menurup mata dan berkonsentrasi penuh
5. Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara
melalui hidung secara perlahan
6. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuskan
udara mulut mencucu secara perlahan
7. Demonstrasikkan menarik napas selama 4 detik, menahan
napas selama 2 detik dan menghembuskan napas selama 8
detik

2. Defisit Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga mampu SIKI 1 : Edukasi Kesehatan

65
pengetahuan tindakan Verbal mendukung
berhubungan keperawatan selama pasien dalam Observasi :
dengan ketidak 3x kunjungan rumah kesembuhan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
tahuan diharapkan tingkat penyakit 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
mengenal pengetaahuan 2. Keluarga dapat menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
masalah meningkat dengan mengawasi klien Terapeutik :
kesehatan. Kriteria hasil : dalam melakukan 1. Sedikan materi dan media pendidikan kesehatan.
1.Perilaku sesuai senam dengan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
anjuran meningkat. tepat dan sesuai 3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
2. Kemampuan dengan anjuran Edukasi :
menjelaskan petugas 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
pengetahuan tentang kesehatan. 2. Ajarkan peerilaku hidup bersih dan sehat.
suatutopik 3. Keluarga mampu 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
meningkat memberikan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Pertanyaan dukungan
tentang masalah terhadap pasien, SIKI 2 : Bimbingan Sistem Kesehatan
yang dihadapi sehingga Tindakan
menurun. semangat untuk Observasi :
4. Persepsi yang sembuh dan 1. Identifikasi masalah kesehatan individu, keluarga dan

66
keliru terhadap menjalani masyarakat
masalah menurun. program 2. Identifikasi inisiatif individu, keluarga dan masyarakat
kesehatan/pengob Terapeutik :
atan menjadi 1. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan
lebih actual. 2. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan mandiri
3. Libatkan koleg/teman untuk membimbing pemenuhan
kebutuhan kesehatan
4. Siapkan pasien untuk mampu berkolaborasi dan
bekerjasama dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan
Edukasi :
1. Bimbing untuk bertannggung jawab mengindentifikasi dan
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
kesehatan secara mandiri

SIKI 3 : Edukasi Pengukuran Tekanan Darah


Tindakan
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :

67
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Dokumentasikan ukuran tekanan darah yang tepat
Edukasi :
1. Anjurkan beristirahat minimal 5 menit sebelum mengukur
tekanan
2. Anjurkan tidak merokok atau minum kafein setidaknya 30
menit
3. Ajarkan memilih posisi pengukuran ( mis. Bebaring atau
duduk )
4. Ajarkan memasang maset di lengan
5. Ajarkan mengembangkan manset
6. Ajarkan mengempiskan manset ( tidak lebih cepat dari 2
sampai 3 mmHg/detik )
7. Ajarkan cara menentukan tekanan darah sistolik dan
diastolic
Informasikan hasil pengukuran tekanan darah

68
C. Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
(Kemenkes RI,2016)

D. Evaluasi Keperawatan
Kemenkes RI (2016), Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap
kelima atau tahap terakhir dari proses kperawatan. Tahap evaluasi ini akan
menilai keberhasilan dari tidakan yang telah dilaksanakan. Indikator
evaluasi keperawatan adalah kriteria hasil yang telah di tulis pada tujuan
ketika perawat menyusunperencanaan tindakan keperawatan. Evaluasi
dikatakan berhasil apabila tujuan tercapai. Bahasan evaluasi keperawatan
keluarga ini akan mempelajari tentang materi pengertian evaluai
keperawatan keluarga, proses da jenis evaluai keperawatan keluarga, tujuan
evaluasi keperawatan keluarga, proses dan jenis evaluasi keperawatan
keluarga, metode dan sumber data evaluasi keperawatan keluarga.
6. Evaluasi berjalan (formatif) Evaluasi jeni ini dikerjakan dalam bentuk
pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada
masalah yang dialami oleh klien. Format yang dipakai adalah format
SOAP.
a. S : data subjektif
adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukan klien.
b. O : data objektif
perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain
c. A : analisis

69
penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun onjektif)
apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.
d. P : perancanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas
berisi melanjutka perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum terselesai.

E. Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis
dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang. Discharge planning didapatkan dari
proses interaksi ketika keperawatkan profesional, pasien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinutas keperawatan
yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah
pasien yang sebenarnya (Nursalam,2015)
Discharge planing yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi adalah
sebagai berikut (Julianti,2020) :
a) Diberikan pendidikan kesehatan pentingnya pola hidup sehat
b) Meningkatkan kesipan pulang pasien dan kemandirian pasien dalam
memenuhi kebutuhan perawatan diri setelah pasien sampai rumah, yang
terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping dan
dukungan.
c) Berhenti merokok.
d) Mengurangi kosumsi makanan yang berlemak.
e) Diberikan pendidikan kesehatan tentang pengaturan diet,modifikasi
faktor resiko, dan manajemen stres di tambah dengan latihan fisik.
f) Mengajarkan pasien mengenai prosedur dan aspek-aspek tindakkan agar
pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri serta mandiri setelah
pulang ke rumah.
g) Mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi,

70
BAB III

METODE PENULISAN

A. Rencangan Studi Kasus


Studi kasus ini menggunakan pendekatan pengambilan data kualitatif
denganmetode studi kasus ( Case Study ) . Tujuan studi kasus ini adalah
memberikan pendidikan kesehatan berupa penataklasanaa senam hipertensi
untuk menurunkan tekanan darah pada kalangan keluarga sebagai sarana
serta Upaya peningkatan kesembuhan pada Penderita Hipertensi.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek yang digunakan dalam studi ini berjumlah 2 keluarga dengan
kasus dan masalah keperawatan yang sama, yaitu keluarga yang mengalami
penyakit hipertensi di wilayah kerja puskesmas pembina palembang tahun
2022 untuk menurunkan tekanan darah. Adapun kriteria partisipan adalah :
1. 2 orang klien yang menderita Hipertensi
2. 2 oran klien yang bersedia dijadika responden
3. Dapat berkomunikasi degan baik
4. Dapat membaca, menulis dan berbahasa indonesia
5. Tidak terganggu penglihatan maupun pendengarannya
6. Tidak terganggu dalam sistem pergerakan.
C. Fokus Studi Kasus
Peran Perawat Keluarga dalam Penatalaksanaan Senam Hipertensi
Untuk Menurunkan Tekanan Darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja
puskesmas Pembina Palembang yang mengalami hipertensi.

71
D. Definisi Operasional
Tabel 2.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur dan alat Hasil


operasional ukur Ukur
1 Hipertensi Suatu keadaan ketika Melakukan 1. Normal :
seseorang mengalami pengukuran 120/80 mmHg
peningkatan tekanan tekanan darah
darah di atas normal dengan 2. PreHipertensi :
dengan systole 120 dan menggunakan 140/90 mmHg
diaastole 80. spygnomanometer
. 3.Hipertensi :
180/110 mmHg.

2 Senam Senam hipertensi Melakukan Tekanan darah


hipertensi merupakan gerakan pengukuran sebelum
yang dilakukan secara tekanan darah dilakukan senam
rutin dan teratur yang dengan 151/80 mmHg
dilakukan untuk menggunakan Sesudah
penderita hipertensi, spygnomanometer dilakukan senam
yang bertujuan untuk . 137/80 mmHg.
meningkatkan aliran
darah dan pasokan
oksigen ke dalam otot-
otot dan rangka yang
aktif khususnya otot
jantung sehingga
menurunkan tekanan
darah.

72
E. Tempat dan Waktu
1. Tempat penelitian
Pengumpulan data ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskemas Pembina
Palembang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2022
F. Pengumpulan Data
Penyusunan bagian awal instrument dituliskan karakteristik responden:
umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin, dll. Jenis instrument yang
sering digunakan pada ilmu keperawatan diklasifikasikan menjadi 4 bagian,
yaitu:
b. Biofisiologis
Biofisiologis merupakan pengukuran yang berorientasi pada dimensi
fisiologis manusia baik invivo maupun invitro. Pengumpulan data
biofisiologis dilakukan dengan mengumpulkan data fokus pada pasien.
Adapun data subjektif dan data objektif adalah:
c. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data dengan langsung memberikan
kertas kusioner kepada klien yang menderita Hipertensi. Dengan harapan
klien dapat mengisi kusioner yang diberikan dengan jujur, terbuka dan
sesuai dengan keadaan yang dialami oleh klien.
d. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pengumpulan data dengan cara tanya jawab
yang terstruktur berdasarkan format pengkajian dan tidak struktur
berdasarkan format yang tidak ada di pengkajian. Peneliti mengajukan
pertanyaan yang terstruktur berdasarkan format pengkajian dengan keluhan
Hipertensi, sedangkan saat mengajukan pertanyaan yang tidak terstruktur
dapat berupa pengkajian kesehatan dengan memberikan nilai subjektif pada
status kesehatan lanjut usia saat ini dan masa lalu. Status kesehatan masa
yang memiliki pengaruh pada kondisinya saat ini dan kegiatan rutin yang
biasanya dilakukan pasien dapat dijadikan data yang penting dan
bermanfaat, misalnya pasien biasanya melakukan pemeriksaan di pelayanan

73
kesehatan dengan keluhan penyakit yang diderita. Bentuk wawancara
sebagai dasar hubungan terapeutik perawat dan klien, dimana kesejahteraan
klien adalah masalah bersama yang harus diselesaikan.
e. Kuesioner
Salah satu intrumen krusial dalam pengumpulan data penelitian, khususnya
pengumpulan data primer. Kuesioner dianggap penting dalam
mengumpulkan.
f. Skala Penilaian
Spygnomanometer.

G. Penyajian data
Studi kasus ini, data disajikan secara terstruktur/narasi dan dapat disertai
dengan ungkapan verbal dari pasien yang mengalami Hipertensi.

H. Etika Penelitian
Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan
langssung dengan manusia, maka segi etika keperawatan harus diperhatikan
karena manusia mempunyai hakk asasi dalam kegiata penelitian .
(Gerry,2020)
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Sebelum penulis memberikan form informed consent terlebih dahulu
penulis menjelaskan tujuan, maksud serta manfaat dalam pengkajian.
Kemudian penulis meminta persetujuan dari responden. Jika responden
setuju maka form informed consent diberikan kepada responden untuk
di tanda tangani.
2. Ripacy (Rasia)
Hal rahasia antara dokter dan pasien. Pada saat masuk rumah skit tentu
pasien akan mengisi dan memberikan informasi tentang identitas,
riwayat penyakit dan riwayat pemeriksaan dahulu. Kegunaan disini
untuk menindak lanjuti keadaan pasien sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan.

74
3. Confidentiality (kerahaiaan)
Kerahasiaan dari hasil penelitian ini penulis menjamin kerahaiaandari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah lainnya, penulis
menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun
masalah lainnya, penulis tidak akan menceritakan kepada siapapun juga
dan tidak di publikasikan.
4. Respect for justice inclusiveness (Menghormati Keadilan)
Prinsip keadilan memiliki kondisi keterbukaan dan adil untuk
memenuhi prinsip keterbukaan dalam peneliti untuk bekerja secara
jujur, berhati-hati, profesional, berperikemanusiaan dan akan
memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, intimitas,
psikologis serta perasaan subjek penelitian. Lingkunga penelitian
dikondisikan utuk memenuhi prinsip keterbukaan dengan membuat
prosedur penelitian yang jelas, keadilan dikonotasikan distribusi yang
sama terhadap keuntungan dan beban antara kelompok intevensi dan
perlakukan secra merata atau sesuai kebutuhan.
5. Nonmalefiecence (Tidak Membayangkan)
Penelitian melakukan penelitian berdasarkan prosedur penelitian yang
dirancang sesuai standar prosedur pelaksanaan. Subjek penelitian dapat
digeneralisasikan dalam populasi (benefience), meminimalisasi
kerugian yang didapatkan subjek penelitian (Nonmaleficencer).
6. Veracity (Kejujuran) Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat
namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk menyakinkan agar
klien mengeri. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif,
dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan
informsi yang ia ingin tahu.

75
Daftar Pustaka

76
Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


SENAM HIPERETNSI

1. Pengertian :
Senam hipertensi adalah serangkaian gerakan senam yang teratur dan
terarah untuk penderita hipertensi dan usia lanjut dalam mengurangi berat
badan dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi hipertensi) yang
dilakukan selama 30 menit dan dilakukan seminggu minimal 3 kali.

2. Tujuan :
A. Mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi
hipertensi)
B. Menurunkan tekanan darah

3. Langkah-lagkah Senam :
No Kegiatan/Tindakan Keterangan
1. Persiapan
1. Persiapan Klien
c) Klien diberikan
tindakan yang akan
dilakukan
d) Klien dalam posisi
berdiri
2. Persiapan Ligkungan
c) Ruangan yang tenang
dan kondusif
d) Ruangan yang kup luas
2. Pelaksanaan
a. Gerakan Pemanasan
1) Tekuk kepala ke samping

77
lalu tahan engan tangan
pada sisi yang sama
dengan arah kepala, lalu
bergantian dengan sisi
lain.

2) Tautkan jari-jari kedua


tangan dan angkat lurus ke
atas kepala dengan posisi
kedua kaki dibuka selebar
bahu. Rasakan tarikan
bahu dan punggung.

b. Gerakan Inti
1) Lakukan gerakan seperti
jalan ditempat dengan
lambaian kedua tangan
searah dengan sisi kaki
yang diangkat

2) Buka kedua tangan


dengan jemari

78
mengepal dan kaki
dibuka selebar bahu.
Kedua kepalan tangan
bertemu dan ulangi
gerakan semampunya
sambil mengatur napas.

3) Kedua kaki dibuka


agak lebar lalu angkat
tangan menyerong. Sisi
kaki yang searah
dengan tangan sedikit
ditekuk. Tangan
diletakkan dipinggang
dan kepala serah
dengan gerakan tangan,
lalu ganti dengan sisi
lainnya.

4) Jari mengepal dan


kedua tangan diangkat
keatas. Lakukan
bergantian secara
perlahan dan
semampunya.

79
5) Kaki dibuang ke
samping. Kedua tangan
dengan jemari mengepal
ke arah yang berlawanan.
Ulangi dengan sisi
bergantian.

6) Kedua kaki dibuka lebar


dari bahu, satu lutut agak
ditekuk. Tangan lurus
kearah lutut yang
ditekuk. Ulangi gerakan

80
kearah sebaliknya dan
lakukan semampunya.

c. Pendingin
3) Kedua kaki dibuka
selebar bahu, lingkaran
satu tangan ke leher dan
tahan dengan tangan
lainnya dan lakukan pada
sisi lainnya.

4) Posisi tetap, tautkan kedua


tangan lalu gerakkan
kesamping dengan gerakan
setengah putaran. Tahan 8-
10 hitungan lalu arahkan
tangan kesisi lainnya.
3. Terminasi

81
c. Evaluasi
3) Menanyakan perasaan
klien etelah mengikuti
senam hipertensi.
4) Memberi pujian atas
keberhasilan klien.

d. Recana tindak lanjut


Menganjurkan klien
melaksanakaan senam
hipertensi minimal 30
menit dan dilakukan
seminggu 3x
4 Evaluasi
c. Respon verbal
Klien mengatakan senang
untuk melakukan senam
hipertensi
d. Respon non-verbal
Klien sangat antusias
denga senam hipertensi
dan mengikut setiap
kegiatan dengan baik.
Lampiran 2
LEMBARAN CHECKLIST
PERAN PERAWAT KELUARGA DALAM PENATAKLASANAAN
SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
KELUARGA DENGAN LANSIA HIPERTENSI

Tanggal Penelitian :
No. Responde :
A. Identitas Responden :

82
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :

N
O Respon Tekanan Darah

Sebelum Sesudah
1
2
3
4
5
6

83
84

Anda mungkin juga menyukai