Anda di halaman 1dari 146

STUDI KASUS

PENATALAKSANAAN TERAPI INHALASI DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP


MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
PADA PASIENASMA BRONCHIALE DI INSTALASIGAWAT
DARURATRUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
PALEMBANG

DESI INDRIANI
NIM : 20018012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN
DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
STUDI KASUS

PENATALAKSANAAN TERAPI INHALASI DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP


MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
PADA PASIEN ASMA BRONCHIALE DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

DESI INDRIANI
NIM : 20018012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN
DAN TEKNOLOGIMUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Desi Indriani
NIM : 20018012
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Ilmiah : Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif
Terhadap Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang

Telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di depan Tim Penguji Studi


Kasus.

Palembang, 10 Juni 2021


Pembimbing

Annisa Rahmania, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NBM. 1206446

Disetujui
Ketua Program Studi

Maratun Ulaa, S.Kep.,Ns., M.Kep


NBM. 1056203

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Desi Indriani
NIM : 20018012
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul KTI : Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif
Terhadap Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan pada Program Studi Diploma III Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang.

DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Annisa Rahmania, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Penguji 1 : Windy Astuti Cahya Ningrum,S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Penguji 2 : Renny Triwijayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : 10 Juni 2021
Dekan

Maya Fadlilah, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NBM. 999587

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Desi Indriani
NIM : 20018012
Program Studi : DIII Keperawatan
Institusi : IKesT Muhammadiyah Palembang

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Studi Kasus yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Studi Kasus ini plagiat,
maka sayabersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Palembang, 10 Juni 2021

(Desi Indriani)

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah


Palembang,
saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Desi Indriani
NIM : 20018012
Program Studi : DIII Keperawatan
Jenis karya : Studi Kasus

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


IkesT Muhammadiyah Palembang Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah
Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Palembang
Pada Tanggal : 10 Juni 2021
Yang Menyatakan

Materai 6000
(Desi Indriani)
NIM. 20018012

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Indriani


Tempat Tanggal Lahir : Ulak Paceh Jaya, 03 Juni 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Sekayu-Lubuk Linggau, Dusun 3 Desa, Desa
Ulak Paceh Jaya, Kecamatan Lawang Wetan
Kabupaten Musi Banyuasin
Alamat Email : Indridesiani123@gmail.com
No. Handphone : 081369455032
Nama Orang Tua
Ayah : Abi Susanto
Ibu : Lizah
Saudara Kandung : 1. Ririn Febriani
2. Keyla Meilani
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sekayu-Lubuk Linggau, Dusun 3 Desa, Desa
Ulak Paceh Jaya, Kecamatan Lawang Wetan
Kabupaten Musi Banyuasin
Riwayat Pendidikan : 1. SD Muhammadiyah Ulak Paceh Jaya
2. SMP Muhammadiyah Palembang
3. SMA Negeri 1 Lawang Wetan
4. IkesT Muhammadiyah Palembang
a. Tingkat 1 Tahun 2018/2019
b. Tingkat 2 Tahun 2019/2020
c. Tingkat 3 Tahun 2020/2021

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatNya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah
Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”. Penulisan
studi kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan Dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi CP.,M.Kes Selaku Rektor IKesT Muhammadiyah
Palembang.
2. Ibu Maya Fadlilah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
IKesT Muhammdiyah Palembang
3. Ibu Mar’atun Ulaa, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Ketua Program Studi Diploma
III Keperawatan IKesT Muhammadiyah Palembang.
4. Ibu Annisa Rahmania, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Pembimbing dalam
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini.
5. Ibu Windy Astuti Cahya Ningrum, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Penguji I
6. Ibu Renny Triwijayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Penguji II
7. Seluruh Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan Dan Staf Pegawai
IKesT Muhammadiyah Palembang.
8. Pada Kedua Orang Tua ku yang telah mendo’akan dan mendukung dalam
menyelesaikan Studi kasus.
9. Pada Sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan dukungan dan semangat
dalam pembuatan Studi Kasus
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Studi Kasus ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Palembang, 10 Juni 2021

Penulis

vii
ABSTRAK

Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah


Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

Desi Indriani
Email : indridesiani123@gmail.com

Latar Belakang : Asma menduduki peringkat ke-5 penyebab kematian di dunia


dengan angka kejadian 235 juta dengan angka kematian lebih dari 85%
pertahunnya di negara-negara berkembang berdasarkan tingkat kematian dan
kecacatannya. Asma bronchiale terjadi akibat serangan asma yang menyerang
bronkus sehingga terjadinya obstruksi pada saluran pernafasan, kemudian terjadi
peradangan pada bronkus, produksi lendir yang kental dan lengket meningkat,
sehingga ventilasi alveoulus berkurang, menyebabkan saluran pernafasan
menyempit dan sesak (dispnea), bila serangan asma tidak berhenti maka akan
menyebabkan penderita mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif. Salah satu
intervensi mandiri keperawatan yang diberikan untuk pasien asma guna mengatasi
bersihan jalan nafas tidak efektif adalah tatalaksana terapi inhalasi dan batuk
efektif. Tujuan : Melakukan asuhan keperawatan dengan tatalaksana terapi
inhalasi dan batuk efektif untuk mengurangi bersihan jalan nafas tidak efektif.
Metode: Penelitian digambarkan secara deskriptif melalui pendekatan studi kasus.
Subjek studi kasus ini berjumlah dua orang pasien terdiagnosis asma bronchiale
dengan bersihan jalan nafas tidak efektif. Hasil: Setelah dilakukan
penatalaksanaan terapi inhalasi dan batuk efektif selama 15-20 menit pada pasien
I dan pasien II. Didapatkan hasil sesak nafas berkurang, batuk dan sputum
berkurang, dan suara nafas vesikuler, pasien merasa lebih nyaman, irama nafas
pasien menjadi teratur dan pernafasan pasien menjadi normal. Kesimpulan:
Terjadi perubahan frekuensi nafas yang signifikansebelum dan sesudah dilakukan
tatalaksana terapi inhalasi dan batuk efektif membatu mengurangi bersihan jalan
nafas tidak efektif. Saran: Diharapkan tatalaksana terapi inhalasi dan batuk
efektif dapat diterapkan sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk
mengurangi bersihan jalan nafas tidak efektif tidak hanya pada pasien asma,
namun pada pasien lain yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif.

Kata Kunci: Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif, Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif, Asma Bronchiale.
Daftar pustaka : 19 (2010-2020)

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAAN PUBLIKASI .....................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..........................................................................................1
B.Rumusan Masalah.....................................................................................5
C.Tujuan Studi Kasus ...................................................................................5
D.Manfaat ....................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi .................................................................................................8
2. Etiologi ................................................................................................9
3.Anatomi Fisiologi ...............................................................................10
4.Manifestasi Klinis ...............................................................................12
5.Patofisiologi ........................................................................................13
6.Pathway ..............................................................................................16
7.Pemeriksaan Diagnostik .....................................................................17
8.Penatalaksanaan Medis .......................................................................18
B. Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1.Definisi ...............................................................................................20
2.Etiologi ...............................................................................................20
3.Gejala Bersihan Jalan Nafas Tidak efektif .........................................20
C. Konsep Terapi Inhalasi Nebulizer Pada Pasien Asma
1.Definisi ...............................................................................................21
2. Mekanisme Terapi Inhalasi ...............................................................21
3. Tujuan Terapi Inhalasi .......................................................................21
4. Indikasi Terapi Inhalasi .....................................................................21
5. Kontraindikasi Terapi Inhalasi ..........................................................22
6. Prosedur Kerja ...................................................................................22
7. Standar Operasiol Prosedur Terapi Inhalasi ......................................23
D. Konsep Batuk Efektif Pada Pasien Asma
1. Definisi..............................................................................................24
2. Tujuan Batuk Efektif ........................................................................25
3. Mekanisme Pengeluaran Secret Dengan Batuk Efektif ....................26
4. Indikasi Batuk Efektif .......................................................................26
5. Kontraindikasi Batuk Efektif ............................................................26
6. Standar Operasiol Prosedur Terapi Inhalasi .....................................26

x
E. Konsep Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian ..........................................................................................28
2.Diagnosis Keperawatan ......................................................................34
3.Intervensi ............................................................................................35
4.Implementasi ......................................................................................46
5.Evaluasi ..............................................................................................46
6.Discharge Planning .............................................................................46

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Studi Kasus ................................................................................47
B. Subjek Studi Kasus ................................................................................47
C. Fokus Studi Kasus .................................................................................48
D. Definisi Operasional ..............................................................................48
E. Tempat dan Waktu .................................................................................50
F. Pengumpulan Data .................................................................................50
G. Instrumen Penelitian ..............................................................................50
H. Penyajian Data .......................................................................................51
G. Etika Studi Kasus ..................................................................................51

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Profil Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang ..................................52
B. Hasil Studi Kasus...................................................................................54
C. Pembahasan ...........................................................................................88

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................94
B. Saran...........................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Gambar Anatomi Sistem Pernafasan ................................................................9
2.2 Gambar Alat Inhalasi Nebulizer.......................................................................21
2.3 Gambar Batuk Efektif .....................................................................................25

xii
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan Pathway Asma ............................................................................................15

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel Intervensi......................................................................................................34
Tabel Definisi Operasional ....................................................................................48

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format Pengkajian IGD


Lampiran 2 : SOP Terapi Inhalasi
Lampiran 3 : SOP Batuk Efektif
Lampiran 4 : Lembar Discharge Planning
Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Bimbingan
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Pengajuan Tema Studi Kasus

xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawat Daruratan merupakan pelayanan keperawatan yang
komprenshif untuk mendapatkan pertolongan segera mungkin serta
memerlukan suatu tindakan prosedur yang khusus dan cepat (Maryunani,
2016). Kondisi ini adalah situasi dalam keadaan ancaman bahaya ataupun
tidak ditangani dengan cepat dapat menimbulkan dampak buruk dan
kerusakan lebih lanjut. Keberhasilan waktu tanggap atau responsetime sangat
tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian
pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak
ditempat kejadian, dalam perjalanan, hingga pertolongan rumah sakit
(Haryatun dan Sudaryanto, 2016)Salah satu kasus kegawat daruratan adalah
asma. Asma adalah penyakit jalan nafas obtruktif, intermiten, reversible,
dimana trakea dan bronci berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu. inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode gejala
asma yang berulang batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. pasien asma
mungkin mengalami periode bebas gejala bergantian dengan eksaserbasi akut
yang berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari yang dapat timbul
sewaktu-waktu dan dapat hilang kembali (sempurna ataupun hanya sebagian),
baik secara sepontan maupun hanya dengan obat-obatan tertentu /sifat
reversibilitas. (Purwaningsih, 2015 dan Brunner & Suddarth, 2015)
Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara
maju maupun negara berkembang. Menurut Global Asthma Report 2018
menyatakan bahwa asma membunuh 1000 orang setiap hari dan
mempengaruhi sebanyak 339 juta orang dan prevalensi meningkat. Negara
negara yang menghasilkan rendah dan menengah secara tidak proposional
menderita kasus yang paling parah. Global Initiatif for asthma (GINA) tahun
2017 melaporkan bahwa angka kejadian asma dari berbagai Negara adalah 1-
18% dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di dunia menderita asma.
Prevalensi asma dijelaskan dalam World Health Orgnitationtahun

1
2

2016terdapat 235 juta orang yang saat ini mengidap asma dan jumlahnya
diperkirakan akan terus bertambah (Global Asthma Report, 2018)
Penyakit asma di Indonesia tahun 2015 didapatkan prevalensi asma
tertinggi di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), di
Yogyakarta (6,9%) dan Sulawesi Selatan (6,7%). Sulawesi Utara masuk ke
urutan 18 dari 33 Provinsi dengan prevalensi sebesar 4,7%. Selanjutnya
prevalensi meningkat ditahun 2015, didapatkan penderita di Jawa Tengah
7,5% kasus dan jumlah asma tertinggi berada di Surakarta dengan jumlah
kasus 8,0% (Kemenkes, 2016).Penderita asma di Sumatra Selatan menurut
Dinas Kesehatan tahun 2017 menyatakan bahwa jumlah pasien dengan
penderita asma ditemukan mencapai 496 jiwa. Pada penderita asma banyak
diderita oleh perempuan dibanding dengan laki-laki (DINKES, 2018).
Berdasarkan data di Ruangan Rekam Medik yang dilakukan di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang pravalensi kejadian asma diruang Instalasi
Gawat Darurat pada tahun 2018 sebanyak 5220 kasus sedangkan diruangan
Rawat Inap 104 kasus.Tahun 2019 mengalami penurunan yaitu menjadi 5158
kasus sedangkan diruangan Rawat Inap 192 kasus. Pada tahun 2020
mengalami penurunan 2936 kasus asma yang terdapat di ruangan IGD
sedangkan diruangan Rawat Inap 54 Kasus. (Rekam Medik Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, 2021)
Gejala asma yang seringan timbul di gawat darurat adalahmengi, tidak
efektif nya bersihan jalan nafas, batuk, penyempitan jalan nafas akan terasa
sesak dan mengalami batuk sering dan sering terjadi pada pagidan malam hari
dan saat udara dingin, biasanya bermula mendadak dengan batuk non
produktif, kemudian menghasilkan sputum yang kental dan rasa tertekan
didada, disertai dengan sesak nafas (dyspnea) dan mengi sehingga ekspirasi
selalu lebih sulit dan pendek dibanding inspirasi yang mendorong pasien
untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesoris pernafasan.
Penggunaan aksesoris pernafasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang
dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernafas ketika serangan
atau ketika beraktivitas. Sehingga Penatalaksanaan asma selain dengan
menggunakan farmakologi penderita asma juga memerlukan tindakan non
3

farmakologi yang dapat mengurangi bersihan jalan nafas tidak efektifpada


penyakit asma yang mengakibatkan pernafasan menjadi terganggu dan bisa
mengalami sesak nafas berat karena penyempitan saluran pernafasan hidung,
tenggorokan dan otot rongga dada yang mengalami spasme.(Bil, 2018 &
Brunner & Suddart, 2015).
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan suatu kondisi saat
inspirasi atau ekspirasi yang tidak mendapatkan ventilasi adekuat,bersihan
jalan nafas tidak efektif ini merupakan salah satu gangguan fungsi pernafasan
yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen untuk tubuhnya contohnya ada sumbatan yang
menghalangi saluran pernafasan, kelelahan otot-otot respirasi, penurunan
energy kelelahan nyeri dan disfungsi neuromuskuler, biasanya pasien dengan
kondisi seperti ini mengalami perubahan frekuensi pernafasan, perubahan
nadi(frekuensi, irama, dan kualitas), dan dada terasa sesak. Bersihan jalan
nafas tidak efektif biasanya mengacu pada irama, frekuensi, volume, dan
usaha pernafasan. Bersihan jalan nafas yang tidak efektif akan di tandai
dengan peningkatan pada irama, frekuensi, volume dan adanya usaha
pernafasan (Tim pokja SDKI DPP PPNI,2016).
Terapi yang paling tepat untuk mengatasi serangan asma adalah
menggunakan terapi nebulizer. Nebulizer merupakan pilihan terbaik pada
kasus kasus yang berhubungan dengan inflamasi terutama pada penderita
asma, nebulizer yaitu alat yang digunakan untuk merubah obat-obat
bronkodilator dari bentuk cair ke bentuk partikel aerosol atau partikel yang
sangat halus, aerosol sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan
dalam organ paru, efek dari terapi nebulizer adalah untuk mengembalikan
kondisi spasme bronchus (Yuliana, 2015)
Terapi lain yang bisa digunakan selain terapi inhalasi (nebulizer),
pasien asma yang mengalami sesak dan batuk dapat dilakukan latihan batuk
efektif. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak
secara maksimal. Manfaat latihan batuk efektif untuk melonggarkan dan
melegakan saluran pernafasan maupun mengatasi sesak nafas akibat adanya
4

lendir yang memenuhi saluran pernafasan. Tujuan dilakukannya teknik batuk


efektif ini adalah untuk membantu mengatasi sesak dan membantu
mengeluarkan sekresi pada saluran pernafasan akibat pengaruh nekrose serta
membantu membersihkan jalan nafas (Mutaqqin, 2017)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi (2017) dengan
judul Perbedaan Pengaruh Latihan Batuk Efektif intervensi Nebulizer
Terhadap Penurunan Frekuensi Pernafasan pada Asma didapatkan hasil ada
pengaruh latihan batuk efektif dengan pemberian nebulizer terhadap
penurunan frekuensi batuk pada asma bronchiale. dengan nilai P=
0,005>0,05). Penelitian Kurniati, (2015) Perbedaan Efektivitas Pemberian
Nebulizer dengan Menggunakan Latihan Batuk Efektif pada Penderita Asma
Akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta
didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan antara efektivitas pemberian
nebulizer dengan latihan batuk efektif pada penderita asma dengan nilai
p=0,0007 (p<0,05) (Budi ES, 2018 &Kurniati, 2015)
Berdasarkan data diatas perlu penanganan keperawatan utama yang
komprehensif dan menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan secara
bio-pisiko-sosial-spiritual dengan harapan nantinya dapat mengatasi
ketidakefektifan bersihan jalan napas yang mengakibatkan penyakit
pernapasan khususnya penyakit Asmaini, maka penulis tertarik untuk
melakukan Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap
Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma
Bronchiale di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif
Terhadap Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada
Pasien Asma Bronchiale di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
5

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Penulis melakukan asuhan keperawatan tentangPenatalaksanaan
Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
2. Tujuan Khusus
1. Dilakukannya pengkajian tentang Penatalaksanaan Terapi Inhalasi
Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah Keperawatan Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
2. Dirumuskannya diagnosis keperawatan tentang Penatalaksanaan
Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
3. Dilakukannya intervensi keperawatan Penatalaksanaan Terapi Inhalasi
Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah Keperawatan Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
4. Dilakukannya implementasi keperawatan tentang Penatalaksanaan
Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
5. Dilakukannya evaluasi keperawatan tentang Penatalaksanaan Terapi
Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah Keperawatan Bersihan
Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
6. Dilakukannya discharge planning keperawatan tentang
Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah
Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma
Bronchiale di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
6

D. Manfaat studi kasus


Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka Studi Kasus ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat Karya Tulis Ilmiah ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Untuk memberikan informasi bagi para penulis lain dalam
melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang sejenis dalam rangka
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Hasil studi khasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan sebagai gambaran penatalaksanaan terapi inhalasi
dan batuk efektif terhadap masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif pada pasien asma bronchiale
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk memberikan
tindakan pada penyakit asma selain menggunakan farmakologi juga
bisa menggunakan non farmakologi dengan
melakukanpenatalaksanaan terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien
asma bronchiale di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
c. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat diterapkan dan diterapkan
dalam sehari-hari dan bisa memperoleh pengalaman terhadap Teknik
Batuk efektif Terhadap ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
pasien asma
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang ditandai oleh
penyempitan jalan napas akan mengakibatkan penderita asma mengalami
dipsnea, batuk, dan mengi atau wheezing. Eksaserbasi akut terjadi dari
beberapa menit sampai jam, bergantian dengan periode bebas gejala
(Scholastica, 2019). Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan
napas yang dikaraktritiskan dengan hiperresponsivitas, edema mukosa, dan
produksi mucus. Inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode
gejala asma yang berulang batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea.
(Brunner & Suddarth, 2015)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karen hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan : penyempitan ini bersifat sementara. (Nurarif,
2017& Wahid,2015) .Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial
yang mempunyai ciri bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada
saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat
diakibatkan oleh berbagi stimulus seperti oleh faktor biokemikal,
endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.(Somantri, 2016 )
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan Asma adalah suatu
gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri bronkospasme
periodic (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan
trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagi stimulus seperti oleh
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikolog dan Asma
adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karen
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan.

7
8

2. Etiologi Menurut (Wahid & Imam, 2015)


Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh:
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas
b. Pembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus terisi oleh mucus yang kental
1. Faktor Predisposisi :
a. Genetik
Diturunkan nya bakat alergi dari keluarga dekat, meski belum
diketahui bagaimana penurunan nya dengan jelas. Karena adanya bakat
alergi ini. Penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar
dengan faktor pencetus
2. Faktor Pencetus
a. Alergen
Adanya suatu bahan penyebab alergi, di bagi menjadi tiga yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui sistem pernapasan. (Debu, bulu
binatang, serbuk bunga, bakteri, polusi).
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. (Makanan dan obat-
obatan).
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
(Perhiasan, logam, dan jam tangan).
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembap dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma,
perubahan cuaca menjadi pemicu asma. Kadang serangan
berhubungan asma seperti: musim hujan, musim bunga, musim
kemarau. Hal ini berhubungan dengan angin, serbuk bunga dan
debu.
c. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya asma, hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik waktu libur atau cuti.
9

d. Olahraga
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan asma, bila
sedang bekerja dengan berat / aktivitas berat. Serangan asma
karena aktivitas biasanya segera setelah aktivitas selesai. Lari cepat
paling mudah menimbulkan gejala asma
e. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya sersangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada. Disamping gejala asma yang harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress harus diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalahnya

3. Anatomi Fisiologi Menurut (Kirnantoro & Maryana, 2020)

Gambar 2.1 Anatomi sistem pernafasan (Kirnantoro & Maryana,


2020

Sistem pernafasan adalah proses memasukkan dan mengeluarkan


udara ke dalam paru-paru (Respirasi). Ketika tubuh kekurangan oksigen,
maka oksigen yang berada di luar tubuh akan dihirup (Inspirasi) melalui
organ pernafasan. Ketika tubuh kelebihan karbon dioksida, maka tubuh
akan mengeluarkannya melalui organ pernapasan (Ekspirasi), sehingga
tercipta keseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Sistem
respirasi berperan untuk menukar udara dari permukaan ke paru-paru.
10

Udara yang masuk akan disaring oleh trakea. Trakea akan menyaring,
menghangatkan, melembapkan udara yang masuk, dan melindungi
permukaan organ yang lembut.
a. Hidung
Udara yang dihirup akan masuk rongga hidung (Cavum Nasalis).
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung banyak memiliki
kapiler darah, dan selaludan selalu lembap dengan adanya lendir yang
dihasilkan oleh mukosa. Di dalam hidungudara disaring dari benda-
benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru.
Selain itun udara juga disesuaikan dengan suhunya agar sesuai dengan
suhu tubuh.
b. Faring
Merupakan suatu saluran sepanjang 12,5-13 cm yang terletak antara
koane sampai sebelah belakang laring. faring dibagi atas tiga bagian,
yaitu :
1. Nasofaring, terletak di antara langit-langit lunak.
2. Orofaring, terletak dibelakang rongga mulut di antara langit langit
lemak
3. Laring, faring, terletak di antara tulang samping belakang laring.
c. Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh Sembilan buah
tulang-tulang rawan yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh sendi
membrane elastikus serta ligament-ligamen dan otot-otot pergerak
tulang rawan.
d. Trakea
Trakea merupakan bagian saluran pernafasan yang bentuknya seperti
tabung dan merupakan lanjutan laring, dan merupakan saluran udara
sejati, panjangnya kira-kira 10 cm. Dinding trakea terdiri dari otot
polos yang ditunjang oleh sejumlah 16-20 cincin tulang rawan yang
bentuknya seperti huruf C.
11

e. Bronkus
Merupakan cabang batang tenggerokan yang jumlahnya sepasang,
yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang satu menuju ke paru
kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan
jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Struktur miroskopi
bronkus mirip dengan trakea. Bronkus primer kiri lebih horizontal,
lebih panjang dan lebih panjang dan bronkus kiri lebih kecil dari
bronkus kanan.Maka benda-benda asing yang terhisap lebih sering
dan lebih mudah masuk ke bronkus kanan.
f. Paru-paru (Pulmonum)
Paru-paru merupakan alat penting pada respirasi, mempunyai struktur
seperti karet busa (spons), lunak tapi kenyal, terletak dalam rongga
dada (kapum torakis) sebelah kiri dan kanan.paru-paru terletak dalam
rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian
bawah dibatasi oleh otot diafragma yang kuat. Paru-paru merupakan
himpunan dari bronkeulus, saccus alveoralis dan alveolus. Diantara
selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk
melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis.
Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan karena
adanya perubahan tekanan rongga dada.
a. Paru-paru kanan
1) Berlobus tiga
2) Bronkus kanan bercabang tiga
b. Paru-paru kiri
1) Berlobus dua
2) Bronkus kiri bercabang dua
3) Posisinya lebih mendatar dibungkus oleh lapisan pleura yang
berfungsi menghindari gesekan saat bernafas
12

4. Manifestasi Klinis Menurut (Wahid, 2015 & Scholastica, 2019)


Pada penderita asma saat mengalami serangan biasanya ditemukan
gejala klinis yaitu:
a. Penderita bernafas cepat dan dalam
b. Gelisah
c. Sesak nafas
d. Adanya wheezing
e. Batuk
f. Ada sebagian mengeluh nyeri dada
g. Silent chest (tidak terlihat pergerakan dada)
h. Gangguan kesadaran
i. Tachicardi
j. Hiperinflasi dada
k. Duduk dengan menyangga kedepan, serta tampak otot-otot bantu kerja
keras
l. Batuk dengan sputum atau tanpa sputum, dipsnea, mengi
m. Asma biasanya menyerang pada malam dan pagi hari
n. Pernafasan berat dan mengi
o. Eksaserbasi sering didahui dengan meningkat nya gejala selama
berhari-hari, tapi bisa juga terjadi secara tiba-tiba
p. Obstruksi jalan napas
q. Batuk kering pada awalnya : diikuti dengan batuk yang lebih kuat
dengan produksi sputum berlebih.
r. Gejala tambahan seperti diaforesis, takikardi, dan tekanan nadi yang
melebar.

5. Patofisiologi Menurut (Somantri, 2016 & Wahid, 2015)


Asma akibat alergi, setres dan cuaca bergantung kepada respons
ige yang dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi
antar antigen dengan molekul ige yang berikatan dengan sel mast.
Meningkatnya mediator histamine, platelet, bradikim sehingga
mengakibatkan permiabelitas kapiler meningkat dan terjadinya edema
13

mukosa sekresi produksi kontriksi otot polos meningkat. Sekresi otot polos
sekresi kelenjar bronkus meningkat sehingga penyempitan atau obstruksi
proksima dari bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi dan
mengakibatkan mucus berlebih, batuk wheezing, sesak nafas dan tekanan
partial oksigen dialveoli menurun menyebabkan hiperkapnea atau kadar
karbon didalam tubuh meningkat terjadinya peningkatan sistem hormone,
sistem saraf, sistem imun dan mengakibatkan organ tertentu menjadi rusak
fungsi tubuh tidak maksimal sehingga menimbulkan kegelisahan yang
akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan juga dapat menyebabkan
saluran pernafasan menyempit dan arena kontraksi otot polos dan
peningkatan pembentukan lender sehingga memicu serangan asma.
Sebagian besar allergen yang mencetuskan asma bersifat airborne
dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus
tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi,
sekali sensitivisasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang
sangat baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang mengganggu sudah
dapat menghasilkan ekserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut
asam adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-
adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom pernapasan sensitive-aspirin khususnya
terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa
kanakkanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial
yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal. Baru
kemudian mucul asma progresif.
Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan
pemberian obat seperti hati. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi
silang juga akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid lain.
Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme karena penggunaan aspirin
dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan
pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.
Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan
napas pada klien asma, sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan
peningkatan reaktivitas jalan napas dan hal tersebut harus dihindarkan
14

.Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit,


natrum sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam
industry makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat
menimbulkan obstruksi jalan napas akut pada klien yang sensitive.
Pajanan biasanya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang
mengandung senyawa ini, seperti salad, buah segar, kentang, kerang, dan
anggur.
Pencetus-pencetus serangan di atas ditambah dengan pencetus
lainya dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen
dan antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan mengeluarkan substansi
pereda alergi yang sebentulnya merupakan mekanisme tubuh dalam
menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamine,
bradikinin, dan anafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya
tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas
kapiler, dan peningkatan secret mucul. (Scholastica, 2019)
15

6. PathwayMenurut (Somantri, 2016 & Wahid, 2015)

Faktor pencetus Antigen yang Mengeluarkan Permeabilitas Edema


terikat IGE mediator kapiler mukosa,
(Allergen, stress, pada histamin, meningkat kontraksi
cuaca) permukaan sel platelet, otot polos
mast atau bradikinin ,dll meningkat
basofil

Spasme otot polos


sekresi kelenjar Hiperkapnea Gelisah Konsentrasi O2 dalam
bronkus meningkat (Ansietas) darah menurun

Suplai darah dan O2 ke


Obstruksi proksimal dan
jantung berkurang
bronkus pada tahap ekspirasi
dan inspirasi

Penurunan
Mucus berlebih, Sekresi mucus
meningkat
cardiac output
batuk, wheezing,
dan dispnea

Produksi mucus Penurunan


Bersihan jalan meningkat curah jantung
napas tidak efektif

Nafsu makan menurun


Suplai O2 ke jaringan
menurun
Tekanan pastrial oksigen
di alveoli menurun

Defisit nutrisi Tekanan darah


Penyempitan jalan menurun
pernapasan

Kelemahan dan
Peningkatan kerja otot keletihan
pernafasan

Pola napas Intoleransi


tidak efektif Aktivitas

Kebutuhan O2
Hiperventilasi meningkat

Gangguan Pertukaran Gas


16

7. Pemeriksaan Diagnostik (Shcolatstica, 2019)


a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan untuk melihat adanya:
a) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinopil
b) Spriral curshman, yakni merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus
c) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d) Netrofil dan eonisofil yang terdapat pada sputum , umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus
2) Pemeriksaan darah
a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat
terjadi hipoksemia, hipercapnia atau sianosis
b) Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH
c) Hiponatermia dan kadar leukosit kadang di atas 15.000/mm3
yang menandakan adanya infeksi
d) Pemeriksaan alergi menunjukan peningkatan Ig.E pada waktu
serangan dan menurunkan pada saat bebas serangan asma
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Pada penderita dengan komplikasi
terdapat gambaran sebagai berikut:
a) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus
akan bertambah
b) Bila ada inpisema (COPD), gambaran radiolusen semakin
bertambah
c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltraste
paru
17

d) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru


e) Bila terdapat pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada
paru
2) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergen yang dapat bereaksi positif
pada asma
3) Elektrokardiografi
a) Terjadi right axis deviation.
b) Adanya hipertropo otot jantung right bundle branch bock
c) Tanda hopoksemia yaitu sinus takikardia, SVES, VES atau
terjadi defresi segmen ST negatif
4) Scanning paru
Melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa radistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru.
5) Spirometri
Menunjukan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara tepat
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator.

8. Penatalaksanaan Medis (Scholastica, 2019)


1) Obat emergency digunakan sesuai kebutuhan untuk pemulihan gejala
jangka pendek yang cepat selama serangan asma, jenis obat ini
meliputi:
a) Bronkodilator kerja cepat (Short acting), bertindak dalam beberapa
menit untuk segera mengurangi gejala selama serangan asma. Obat
yang termasuk golongan ini antara lain albuterol (ProAir HFA,
Ventolin HFA, lain nya) dan levalbuterol (Xopenex). Obat ini
digunakan dengan inhaler genggam atau nebulizer portabel.
b) Ipratropium (Atrovent). Seperti bronkodilator lainnya, ipratropium
bekerja cepat untuk segera merelaksasikan saluran napas.
Ipratropium banyak digunakan untuk emfisema dan bronkitis
18

kronis, tapi kadang digunakan untuk emfisema dan bronkitis


kronis, tapi kadangan digunakan untuk mengobati serangan asma.
c) Kortikosteroid oral dan intavena. Obat-obatan ini meredakan
peradangan saluran pernafasan yang disebabkan oleh asma berat.
Yang termasuk dalam obat ini antara lain prednison dan
methylprednisolone.
2) Obat asma pengontrol asma jangka panjang, umumnya dikonsumsi
setiap hari, jenis pengobatan kontrol jangka panjang meliputi :
a) Inhalasi Kortikosteroid, Obat antiinflasi ini meliputi fluticasone
(Flonase, Flovent HFA), budesonide (Pulmomicort Flexhaler,
Rhinocort) Flunisolide (Aerospan HFA), ciclesonide (Alvesco,
Omnaris, Zetonna), beklometason (Qnasl Avar), mometasone
(Asmanex) dan Fluticasone furoate (Arnuity Elipta). Tidak seperti
kostikosteroid oral obat ini memiliki resiko efek samping yang
relatif rendah dan umunya aman untuk penggunaaan jangka
panjang
b) Leukotrien modifier. Obat oral ini memantu meringankan gejala
asma hingga 24 jam, yang termasuk obat jenis ini antara lain
montelukast (Singulair), zafirlukast (Accolate) dan zileuton
(Zyflo). Dalam kasus yang jarang terjadi, obat-obatan ini dikaitkan
dengan reaksi psikologis, seperti agitasi, agresi, halusinasi, depresi,
dan pemikiran bunuh diri.
c) Agonis beta long acting. Obat inhalasi meliputi salmeterol
(Serevent) dan formoterol (Foradil, Perforomist) yang berfungsi
membuka saluran udara
d) Inhaler kombinasi. Obat-obat ini mengandung agonis beta long
acting bersamaan dengan kortikosteroid. Yang termasuk jenis ini
antara lain fluticasone- salmeterol (Advair Dikus), budesonide-
formoterol (Symbicort) dan formoterol-mometasone (Dulera).
e) Teofilin (Theo-24, Elixophylin) adalah terapi oral rutin yang
membantu dilatasi bronkus (bronkodilator) dengan merelaksasi
otot-otot di sekitar saluran udara.
19

B. Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (SDKI, 2017)


1. Definisi
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten.
2. Etiologi
1) Fisiologis
a. Spasme jalan nafas
b. Hipersekresi jalan nafas
c. Disfungsi neuromuskuler
d. Benda asing dalam jalan nafas
e. Adanya jalan nafas buatan
f. Sekresi yang tertahan
g. Hiperplasia dinding jalan nafas
h. Proses infeksi
i. Respon alergi
j. Egek agen farmakologis (mis. anastesi)
2) Situasional
a. Merokok aktif
b. Merokok pasif
c. Terpajan polutan
3. Gejala Ketidakefektifan Jalan Nafas
a. Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu batuk
c. Sputum berlebih
d. wheezing dan/ atau ronkhi kering
e. Mekonium di jalan napas ( pada neonatus)
f. Dispnea
g. Sulit bicara
h. Ortopnea
i. Gelisah
j. Sianosis
20

k. Bunyi napas menurun


l. Frekuensi napas berubah
m. Pola napas berbubah

C. Konsep Terapi Inhalasi Nebulizer Pada Pasien Asma (Muttaqin, 2014


& Putri, 2016)
1. Definisi
Inhalasi adalah suatu jenis cara inhalasi dengan menggunakan alat
pemecah obat untuk menjadi bagian-bagian seperti hujan/uap untuk
dihisap. Biasanya untuk pengobatan saluran pernafasan bagian lebih
bawah.
2. Mekanisme Terapi Inhalasi Nebulizer
Nebulisasi yaitu proses pembentukan aerosol dengan cara
melewatkan suatu gas diatas cairan. Aerosol merupakan suspensi
berbentuk padat atau cair dalam bentuk gas yang bertujuan untuk
menghantarkan obat ke target organ dengan efek samping minimal
dengan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Spektrum pertikel obat-
obatan yang biasanya digunakan dalam pengobatan terletak dalam
diameter yang yang berkisar antara 0,5-10 mikro (berbentuk asap).
Pertikel uap air atau obat-obatan dibentuk oleh suatu alat yang disebut
nebulizer atau aerosol generator (Yulsefni & Soemarno, 2016).
Aeorosol yang terbentuk akan dihirup pasien melalui mouth piece atau
sungkup dan masuk ke paru-paru untuk mengencerkan secret
(Wahyuni, 2017). Untuk melihat efektifitasnya terapi inhalasi dilakukan
dengan membandingkan Respiratory Rate (RR) sebelum dan sesudah
diberikan terapi (Meriyani, 2016).
Terapi inhalasi ini dipilih karena pemberian terapi inhalasi
memberikan efek bronkodilatasi atau melebarkan lumen bronkus, dahak
menjadi encer sehingga mempermudah dikeluarkan, menurunkan
hiperaktifitas bronkus dan dapat mengatasi infeksi (Wahyuni, 2017).
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke
dalam saluran respiratori (Rahajoe, 2016)
21

3. Tujuan Inhalasi Nebulizer


1) Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas
2) Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar
3) Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab
4) Melegakan pernafasan
5) Mengurangi pembekakan selaput lendir
6) Mencegah pengeringan selaput lender
7) Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk
8) Menghilangkan gatal pada kerongkongan.

4. Indikasi Terapi Inhalasi Nebulizer


1) Pasien sesak nafas dan batuk
2) Broncho pneumonia (bronchitis, emfisema)
3) Asma bronchial
4) Rhinitis dan sinusitis
5) Paska tracheostomi
6) Selaput lendir mengering
7) Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir saluran pernafasan
bagian atas

5. Kontraindikasi Terapi Inhalasi Nebulizer


1) Hipertensi
2) Takikardia
3) Riwayat alergi
4) Trakeostomi
5) Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris
6) Kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk nebulisasi
22

6. Prosedur Kerja
a) Tahap Pra Interaksi
a. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan
b. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent (disesuaikan
dengan tindakan yang akan dilakukan).
c. Perawat Mencuci tangan
d. Melakukan persiapan alat
b) Persiapan Alat

Gambar 2.2 Alat inhalasi (Putri,2016)


a. Nebulizer kit
b. Obat inhalasi
c. Tisu Wajah
c) Tahap Orientasi
a. Perawat memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
d) Tahap Interaksi
a. Perawat mendekatkan alat
b. Perawat mencuci tangan
c. Mengucapkan Salam (Assalamualaikum)
d. Mengucapkan Basmallah (Bismillahirohmanirohim)
e. Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien untuk nama
pasien, tanggal lahir, dst)
f. Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden, dll/
memasang sampiran)
g. Mengatur Posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan yang akan
dilakukan : telentang/miring/duduk
23

e) Tahap Kerja
a. Jelaskan prosedur kepada pasien
b. Dekatkan alat ke samping tempat tidur.

7. Standar Operasional Prosedur Terapi Inhalasi (Nebulizer)


1) Persiapan Klien
a. Meminta penderita untuk kumur terlebih dahulu.
b. Mempersilakan penderita untuk duduk, setengah duduk atau
berbaring (menggunakan bantal), posisi senyaman mungkin.
c. Meminta penderita untuk santai dan menjelaskan cara
penggunaan masker (yaitu menempatkan masker secara tepat
sesuai bentuk dan mengenakan tali pengikat). Bila menggunakan
mouthpiece maka mouthpiece tersebut dimasukkan ke dalam
mulut dan mulut tetap tertutup
d. Menjelaskan kepada penderita agar penderita menghirup uap yang
keluar secara perlahan-lahan dan dalam hingga obat habis
e. Melatih penderita dalam penggunaan masker atau mouthpiece.
2) Persiapan Terapi Inhalasi
a. Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan
b. Menghubungkan air hose, nebulizer dan masker/mouthpiece
pada main kit
c. Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat penguap
sesuai dosis yang telah ditentukan
d. Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi pasien
e. Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main
kit. Perhatikan jenis alat, pada nebulizer tertentu, pengeluaran
uap harus menekan tombol pengeluaran obat pada nebulizer kit
f. Mengingatkan penderita, jika memakai masker atau mouthpiece,
uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam secara
berulang hingga obat habis (kurang lebih 10-15 menit)
g. Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece,
nebulizer kit, dan air hose
24

h. Menjelaskan kepada penderita bahwa pemakaian nebulizer telah


selesai dan mengevaluasi penderita apakah pengobatan yang
dilakukan memberikan perbaikan/mengurangi keluhan
i. Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta obat-obatan
yang telah dipakai.
3) Tahap Terminasi dan Dokumentasi
1. Mengucapkan Hamdalah
2. Merapikan Pasien
3. Membereskan alat
4. Perawat cuci tangan
5. Dokumentasi

D. Konsep Batuk Efektif Pada Pasien Asma


1. Definisi batuk efektif
Batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak
memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronciolus dari secret atau benda asing
dijalan nafas (Ambarawati & Nasution, 2015)
Batuk efektif mengandung makna dengan batuk yang benar, akan
dapat mengeluarkan benda asing, seperti secret semaksimal mungkin. Bila
pasien mengalami gangguan pernafasan karena akumulasi sekret, maka
sangat dianjurkan untuk melakukan latihan batuk efektif (Rocimah, 2016)
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang
tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari secret atau benda asing
di jalan nafas (Andarmayo, 2015)

2. Tujuan batuk efektif


Batuk efektif dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan jalan
nafas, mencegah komplikasi : infeksi saluran nafas, pneumonia dan
mengurangi kelelahan. (Rosyidi & Wulansari, 2015).
25

Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan


mencegah risiko tinggi retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan
demam). Pemberian latihan batuk efektif dilaksanakan terutama pada klien
dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dan
masalah risiko tinggi infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang
berhubungan akumulasi sekret pada jalan nafas yang sering disebabkan
oleh kemampuan batuk yang menurun (Muttaqin, 2017).Batuk yang efektif
sangat penting karena dapat meningkatkan mekanisme pembersihan jalan
napas (Normal Cleansing Mechanism) (Somantri, 2014).

3. Mekanisme pengeluaran secret dengan batuk efektif


Batuk efektif adalah teknik batuk untuk mempertahankan
kepatenan jalan nafas. Batuk memungkinkan pasien mengeluarkan secret
dari jalan nafas bagian atas dan jalan nafas bagian bawah. Rangkaian
normal peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam,
penutupan glottis, kontraksi aktif otot-otot ekspirasi, dan pembukaan
glottis. Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan diameter jalan nafas
memungkinkan udara melewati sebagian plak lendir yang mengobstruksi
atau melewati benda asing lain. Kontraksi otot-otot ekspirasi melawan
glotis yang menutup menyebabkan terjadinya tekanan intratorak yang
tinggi. Aliran udara yang besar keluar dengan kecepatan tinggi saat glotis
terbuka, memberikan secret kesempatan untuk bergerak ke jalan nafas
bagian atas, tempat secret dapat dikeluarkan (Potter & Perry, 2017).
Menurut RS Panti Rapih (2015) batuk efektif ini dapat dilakukan sebanyak
3-4 kali dalam sehari.

4. Indikasi Batuk Efektif


Menurut (Rosyidi & Wulansari, 2016) indikasi klien yang
dilakukan batuk efektif adalah :
1) Jalan nafas tidak efektif.
2) Pasien dengan batuk yang tidak efektif
3) Pasien yang memakai ventilasi
26

4) Pasien dengan abses paru


5) Pasien yang produksi sputum meningkat

5. Kontraindikasi Batuk Efektif


Menurut (Rosyidi & Wulansari, 2016) pelaksanaan prosedur batuk
efektif adalah:
1) Klien yang mengalami peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
gangguan fungsi otak.
2) Gangguan kardiovaskular : Hipertensi berat, anerisma, gagal jantung,
infark miocard.
3) Emphysema karena dapat menyebabkan rupture dinding alveolar.

6. Prosedur Tindakan ( SOP/ Standar Operasional Prosedur ) Batuk


efektif (Menurut Rosyidi & Wulansari, 2016)

2.3 Gambar Tindakan Batuk Efekti (Rosyidi, 2016)


1. Persiapan Alat
1. Sputum pot berisi desinfektan
2. Bengkok
3. Tissue
4. Stetoskop
5. Handscoon
6. Masker
7. Air putih hangat dalam gelas
27

2. Prosedur pelaksanaan
a. Tahap Prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
b. Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
c. Tahap kerja
1. Menjaga privasi klien
2. Mempersiapkan klien
3. Pengaturan posisi penderita bisa duduk, terlentang, setengah
duduk, tidur miring ke kiri atau kanan , mendatar atau setengan
duduk.
4. Meminta klien meletakkan meletakkan satu tangan di dada dan
satu tangan di perut
5. Melatih klien melakukan napas perut (Menarik napas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup
6. Meminta klien merasakan mengembangnya perut
7. Meminta klien menahan napas hingga 3 hitungan
8. Meminta klien menghembuskan napas perlahan dalam 3
hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)
9. Meminta klien merasakan mengempisnya perut.
10. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan penderita
bila batuk atau di dekat mulut bila tidur miring
11. Meminta penderita untuk melakukan napas dalam 2 kali, pada
inspirasi yang ketiga tahan napas dan batukkan dengan kuat
12. Menampung lendir ditempat pot yang telah disediakan.
d. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Mengucapkan salam pada klien
3. Mencuci tangan
28

E. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang klien,
melalui wawancara agar dapat mengindentifikasi, mengenal masalah -
masalah, kebutuhan kesehatan dan perawatan klien, baik fisik, mental,
sosial, sipiritual dan lingkungan meliputi:
a. Identitas pasien
Identitas pasien yang bisa dikaji adalah nama, usia, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, diagnose medis, alamat, dan warna triage.
b. Pengkajian
Pengkajian pada penderita asma biasanya yaitu:
Primary survey:
1) Airway (jalan napas)
a) Hidung/mulut
Dilihat pada jalan nafas dan biasanya mengalami hambatan jalan
nafas, adanya secret yang menghambat jalan napas.
b) Suara nafas
Auskultasi suara nafas terdapat suara wheezing
2) Breathing (Pernapasan)
a) Respiratory Rate
Respiratory Rate atau pernapasannya mengalami peningkatan.
b) Apnea
biasanya pada penderita asma dapat terjadi apnea
penanganannya tidak ditanggulangi dengan segera mungkin
c) Dispnea
Penderita asma sering sekali mengalami sesak napas akibat
terjadinya hambatan jalan napas.
d) Bradipnea
Pada penderita asma biasanya jarang ditemukan suara napas
yang pelan.
e) Takipnea
29

biasanya pada penderita asma sering ditemukannya pernafasan


cepat dari pada lambat.
f) Retraksi dada
biasanya pada penderita asma sering sekali terdapat retraksi
dada akibat adanya hambatan jalan nafas tersebut.
g) Pernafasan cuping hidung
Pernafasan cuping hidung pula sering terjadi pada penyakit
asma.
h) Pernafasan dada/perut
Pada penderita asma tidak hanya ditemukan retraksi dada, dan
pernafasan cuping hidung saja akan tetapi dapat pula ditemukan
adanya pernafasan dada/perut.
i) Suara nafas
Suara nafas yang terdengar wheezing pada penderita asma
3) Circulation
a) Pucat
Sirkulasi pada ujung jari biasanya pucat.
b) Perdarahan
biasanya pada penyakit asma tidak terdapat perdarahan.
c) Sianosis
pada penderita asma sering juga ditemukan sianosis pada bibir
dan ujung jari.
d) Luka bakar
biasanya pada penderita asma tidak ditemukan luka bakar.
e) Nadi
nadi pada penderita asma tidak menentu karena ia bisa
mengalami takikardi maupun bradikardi.
f) Tekanan Darah
Biasanya pada penderita asma tekan daranya melewati batas
normal (tinggi) dan tidak stabil dan kadang stabil.
30

g) Capilary refill time


Capilary refill timepada penderita asma biasanya ≥ 3 menit.
h) Akral
Akral teraba dingin pada penderita asma.
i) Turgor
biasanya ditemukan turgor tidak elastic lagi pada penderita
asma.
4) Disability
a) Tingkat kesadaran penderita asma biasanya mengalami
penurunan dan biasa menjadi koma jika sudah kekuarangan
oksigen yang lama.
b) GCS
GCS dalam kisaran tidak normal dan biasa menjadi 10 dari 15.
c) Pupil
Reaksi pupil sama
d) Fungsi bicara
Fungsi bicara biasa saja dan kadang pelo.
e) kekuatan otot
kekuatan otot mengalami penurunan.
f) sensibilitas
sensibilitas mengalami penurunan, penurunan pada rasa panas
atau dingin, serta terjadi gangguan nafas makan.
g) Tonus otot
Tonus otot terganggu.
h) klonus otot
klonus otot terganggu.
i) Refleks patologis
Refleks patologis terganggu
5) Exposure
a) Trauma
Trauma pada penderita asma bervariasi bisa ada atau tidak ada.
b) Jejas
jarang ditemukan jejas pada penderita asma.
31

c. Secondary survey
1) Wawancara
a) Keluhan utama yaitu keluhan yang pertama kali dirasakan saat
ini,pada penderita asma biasanya mengeluhkan sesak
napas/dispnea.
b) Riwayat penderita sekarang yaitu keluhan dan penyakit yang
dirasakan pada saat ini. Pada penderita asma biasanya
mengalami whezzing,nyeri dada batuk produktif,pilek,retraksi
otot dada,nafas cuping hidung,gelisah,sianosis,lemah
takipnea,anoreksia,berkeringat dan ekspirasi memanjang.
c) Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit yang pernah dialami
baik kecelakaan, operasi (jenis dan waktu),penyakit (akut dan
kronis),dan terakhir masuk RS. Pada penderita asma biasanya
terdapat riwayat alergi.
d) Riwayat keluarga yaitu penyakit yang pernah dialami oleh
klien dialami juga oleh keluarga atau memang penyakit itu
keturunan atau tidak. Biasanya pada penderita asma terdapat
riwayat keluarga yang pernah mengalami asma juga.
e) Riwayat alergi yaitu klien memiliki alergi atau tidak baik dari
segi makanan,obat,lingkungan,dan lain-lain.
f) Riwayat merokok yaitu keadaan dimana klien pernah atau
tidak mengkonsumsi rokok. Pada penderita asma kebanyakan
ditemukan pernah mengkonsumsi rokok.
g) Imunisasi yaitu suatu vaksin yang dimasukkan kedalam tubuh
dengan tujuan untuk mencegah penyakit tersebut timbul.
h) Obat-obatan yang digunakan.
i) Genogram
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada penderita asma biasanya keadaan umumnya lemah.
2) Tanda vital
Tanda-tanda vitalnya tidak stabil baik TD,nadi,suhu dan RR nya.
32

3) Kepala
Kepala simetris akan tetapi sering ditemukannya sakit kepala.
4) Mata
Biasanya pada penderita stroke penglihatan menuru serta reaksi
pupil tidak sama.
5) Mulut
Mulut mengalami perubahan ( asimetris),bibir tampak pucat dan
bisa juga sianosis.
6) Telinga
Telinga simetris akan tetapi biasanya pendengarannya menurun.
7) Hidung
Hidung simetris tidak terdapat gangguan penciuman.
8) Leher
Biasanya mengalami kesulitan menelan,kebutuhan nutrisi dan
cairan menurun,makan tidak teratur,porsi makan yang dilakukan
sedikit,pola minum tidak teratur.
9) Dada atau paru
Dada atau paru mengalami perubahan biasanya ditemukan nyeri
pada dada
10) Abdomen
Abdomen mengalami distensi.
11) Genetalia
Genetalia simetris tidak mengalami gangguan.
12) Ekstremitas
Ekstremitas mengalami keterbatasan gerak dan lemah.
13) Kulit
Kulit biasanya tidak elastis
e. Pengkajian psikososial budaya spiritual.
1) Psikologis
a) Perasaan pasien setelah mengalami maslaha ini
b) Cara mengatasi perasaan tersebut
c) Rencana pasien setelah maslahya terselesaikan.
33

2) Sosial
a) Aktivitas/peran pasien di masyarakat
b) Masalah
3) Budaya
a) Budaya yang diikuti pasien dengan aktifitasnya
b) Masalah terkait budaya
4) Spiritual
a) Aktivitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
sehari-hari
b) Aktifitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang sekarang tidak
dapat dilaksanakan
c) Perasaan pasien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut
d) Upaya pasien mengatasi perasaan tersebut
e) Keyakinan pasien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang
sekarang sedang dialami
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Biasanya dilakukan pemeriksaan darah dan sputum
2) Pemeriksaan diagnostic
Dapat dilakukan pemeriksaan radiologi.
g. Penatalaksanaan
1) Cairan
Cairan yang diberikan biasanya RL.
2) Therapi
Terapi yang diberikan biasanya pemasangan oksigen, bronkodilator
kartikosteroid dan fisioterapi dada dan Batuk efektif
34

2. Diagnosis Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas dan respon alergi dibuktikan dengan mengi, wheezing dan
ronkhi kering, dipsnea, sianosis, frekuensi napas berubah, pola napas
berubah.
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan dibuktikan dengan disnea, pola napas abnormal,
pernapasan pursed lip.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan dipsnea, pola napas abnormal,
sianosis, bunyi napas tambahan.
4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung dibuktikan dengan perubahan kontraktilitas
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan dibuktikan dengan otot menelan lemah, membrane mukosa
pucat
6) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan tampak gelisah, frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan dipsnea
saat/setelah aktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah dan
sianosis
3. Intervensi(SDKI, SLKI, SIKI 2017)
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas SLKI : SIKI :
tidak efektif Bersihan Jalan Napas A. Manajemen jalan napas
Definisi : KH A T Observasi Observasi
Ketidakmampuan Produksi sputum 2 4 1. Monitor pola napas 1. Memonitor pola napas
membersihkan sekret Mengi 2 4 (frekuensi,kedalaman, usaha untuk mengetahui
atau obstruksi jalan Wheezing 2 4 napas) frekuensi nafas,
napas untuk Dispnea 2 4 kedalaman dan usaha
mempertahankan jalan Pola napas 2 4 napas
napas tetap paten Frekuensi napas 2 4 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Memonitor bunyi napas
(mis. Gurgling, mengi, untuk mengetahui
Skala Indikator
Tanda mayor dan wheezing, ronkhi kering) adanya (gurgling dan
1. Memburuk
tanda minor wheezing)
2. Cukup memburuk
3. Sedang 3. Monitor sputum jumlah, warna 3. Memonitor jumlah
1. Batuk yang 4. Cukup membaik aroma) sputum dan aroma
tidak efektif 5. Membaik
2. Sputum 1. m
berlebih Terapeutik Terapeutik
3. Wheezing 1. Pertahankan kepatenan jalan 1. Mempertahankan jalan
4. Dispnea napas head-tilt danchin-lift (jaw- napas dengan head-tilt
5. Bunyi napas thrus jika curiga truma servikal) dan chin lift jaw-trus,
menurun sehingga mengurangi
6. Frekuensi napas sesak
berubah 2. Posisikan semi-fowler atau 2. Memposisikan semi-
7. Pola napas fowler fowler atau fowler untuk
berubah memaksimalkan
ventilasi

35
3. Memberikan minuman
3. Berikan minuman hangat hangat untuk
memberikan rasa
nyaman pada pernapasan
4. Melakukan penghisapan
lendir untuk menjaga
4. Lakukan penghisapan lendir pernapasan pasien agar
kurang dari 15 detik efektif
5. Melakukan penghisapan
endotrakeal dengan
hiperogsigenasi sebelum
5. Lakukan hiperogsigenasi tindakan
sebelum penghisapan 6. Memberikan oksigen,
endotrakeal untuk mempertahankan
saturasi oksigen

6. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 1. Menganjurkan untuk
ml/hari, jika tidak mencukupi asupan
kontraindikasi cairan, mencegah
kekurangan cairan

2. Ajarkan tindakan teknik batuk 2. Melatih pasien yang


efektif tidak memiliki

36
kemampuan batuk,
sehingga jalan nafas
tetap paten
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian inhalasi 1. Mengkolaborasi
bronkodilator, ekspektoran, pengobatan
mukolitik, jika perlu Farmakologis, sehingga
membantu pasien
mengatasi masalah
ketidakefektifan bersihan
jalan napas

2 Pola napas tidak SLKI : Pola Napas SIKI: Manajemen jalan napas
efektif KH A T Obeservasi Observasi
Definisi: Dispnea 2 4 1. Monitor pola nafas 1. Memonitor pola napas
Inspirasi/ ekspirasi Pernapasan 2 4 untuk mengetahui
(Frekuensi, kedalaman,
yang tidak pursed-lip frekuensi nafas,
memberikan ventilasi Frejuensi nafas 2 4 usaha nafas) kedalaman dan usaha
yang adekuat Ortopnea 2 4 napas

Tanda mayor dan Skala Indikator 2. Monitor bunyi napas 2. Memonitor bunyi napas
tanda minor 1. Memburuk untuk mengetahui
tambahan (gurgling,
2. Cukup memburuk adanya (gurgling dan
1. Dispnea 3. Sedang wheezing) wheezing)
2. Pola napas 4. Cukup membaik
abnormal 5. Membaik
3. Ortopnea Teapeutik Terapeutik
4. Pernapasan 1. pertahankan kepatenan 1. Mempertahankan jalan
pursed-lip napas dengan head-tilt

37
5. Penggunaan otot jalan napas dengan head-tilt dan chin lift jaw-trus,
bantu pernapasan sehingga mengurangi
dan chin lift jaw-trus
6. Pernapasan cuping sesak
hidung 2. posisikan semi fowler atau 2. Memposisikan semi-
fowler atau fowler untuk
fowler
memaksimalkan
ventilasi
3. Berikan minuman hangat
3. Memberikan minuman
hangat untuk
memberikan rasa
nyaman pada pernapasan

4. Lakukan fisioterapi dada, 4. Melakukan fisioterapi


dada untuk memberikan
jika perlu
rasa nyaman pada pasien

5. Memberikan oksigen,
5. Berika oksigen, jika perlu
untuk mempertahankan
saturasi oksigen

Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
1. Menganjurkan untuk
ml/hari, jika tidak mencukupi asupan
cairan, mencegah
kontraindikasi
kekurangan cairan

38
2. Ajarkan tindakan teknik batuk 2. Melatih pasien yang
tidak memiliki
efektif
kemampuan batuk,
sehingga jalan nafas
tetap paten
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
inhalasi bronkodilator, 1. Mengkolaborasi
ekspektoran, mukolitik, jika pengobatan
perlu Farmakologis, sehingga
membantu pasien
mengatasi masalah
ketidakefektifan bersihan
jalan napas
3 Gangguan SLKI : Pertukaran Gas SIKI :
Pertukran Gas KH A T Pemantauan Respirasi
Defenisi: Dipsnea 2 4 Observasi Observasi
kelebihan atau Suara 2 4 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Memonitor frekuensi
kekurangan nafas kedalaman dan upaya nafas nafas, irama dan
oksigenasi dan/atau tambahan kedalaman, untuk
eliminasi karbon Diaforesis 2 4 mengetahui adanya
dioksida pada Gelisah 2 4 perubahan frekuensi
membrane alveolus- Pola 2 4 napas pasien
kapiler nafas 2. Monitor pola nafas (seperti 2. Memonitor pola napas,
Indikator : bradipnea, takipnea, sehingga mengetahui
Tanda mayor dan 1 : Meningkat hiperventilasi, kussmaul, adanya bradipnea,
tanda minor 2 : Cukup meningkat chyne-stokes, blot, ataksik) takipnea, hiperventilasi
3 : sedang
1. Dispnea 3. Monitor kemampuan batuk 3. Memonitor kemampuan

39
2. Bunyi napas 4 : Cukup menurun efektif batuk pasien untuk
tambahan Pola nafas 5 : Menurun mengetahui kemapuan
abnormal klien mengeluarkan
(cepat/lambat. sputum
Regular/ireguler,dal 4. Monitor adanya produksi 4. Memonitor adanya
am/dangkal) sputum produksi sputum pada
jalan napas klien
5. Monitor adanya sumbatan 5. Memonitor jalan napas
jalan nafas pasien, untuk melihat
adanya sumbatan jalan
napas

6. Palpasi kesimetrisan ekspansi 6. Melakukan palpasi,


paru untuk melihat
kesimetrisan ekspansi
paru
7. Auskultasi bunyi nafas 7. Melakukan auskultasi,
untuk melihat bunyi
napas tambahan, mengi
atau wheezing
8. Monitor saturasi oksigen 8. Memonitor saturasi
oksigen, untuk
mengontrol saturasi
oksigen pada pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Atur interval pemantaun 1. Mengatur interval waktu
respirasi sesuai kondisi untuk melakukan
pasien pemantauan respirasi
pada pasien

40
2. Dokumentasikan hasil 2. Mendokumentasikan
pemantauan hasil pemantauan, untuk
melihat kemajuan
pernapasan pasien
Edukasi
1. Informasikan hasil Edukasi
pemantauan jika perlu 1. Menginformasikan hasil
pemantauan, sehingga
klien mengetahui hasil
dari pemantauan

4 Penurunan Curah SLKI : Curah Jantung SIKI : Perawatan Jantung


Jantung KH A T Observasi Observasi
Definisi : Bradikardia 2 4 1. Identifikasi tanda/gejala 1. Melihat tanda dan gejala
Ketidakadekuatan Takikaria 2 4 primer penurunan curah primer penurunan curah
jantung memompa Dipsnea 2 4 jantung (meliputi, dipsnea, jantung dengan cara
darah untuk Sianosis 2 4 kelelahan, edema, ortopnea) mengidentifikasi adanya
memenuhi kebutuhan Skala indikator dipsnea, kelelahan,
metabolisme tubuh. 1. Meningkat edema dan ortopnea
2. Cukup meningkat pada pasien
Tanda mayor dan 3. Sedang 2. Identifikasi tanda dan gejala 2. Melihat tanda dan gejala
tanda minor 4. Cukup Menurun sekunder penurunan curah skunder penurunan curah
1. Perubahan irama 5. Menurun jantung jantung (meliputi jantung dengan cara
jantung peningkatan berat badan, mengidentifikasi adanya
2. Lelah ronkhi basah, oliguria, batuk, peningkatan berat badan,
3. Dispnea kulit pucat) ronkhi basah, oliguria,
4. Tekanan darah batuk, dan kulit pucat
meningkat/ 3. Monitor tekanan darah 3. Memonitor tekanan

41
menurun (termasuk tekanan darah darah pasien termasuk
5. Cemas ortostatik, jika perlu) tekanan darah ortostatik
6. Gelisah 4. Monitor saturasi oksigen 4. Memonitor saturasi
oksigen, untuk
mengontor saturasi
oksigenasi pasien
5. Monitor keluhan nyeri dada 5. Memonitor adanya
(mis. Intensitas, lokasi, keluah nyeri dada atau
radiasi, durasi, presivitasi tidak pada pasien untuk
yang mengurangi nyeri) melihat lokasi,durasi,
dan previtasi untuk
mengurangi nyeri
6. Monitor aritmia (kelainan 6. Memonitor adanya
irama dan frekuensi) aritmia, untuk melihat
kelinan irama dan
frekuensi jantung
7. Periksa tekanan darah dan 7. Memeriksa tekanan darah
frekuensi nadi sebelum dan dan frekuensi nadi
sesudah aktivitas sebelum dan sesudah
beraktivitas untuk
mengontrol tekanan
darah pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Posisikan pasien semi- 1. Memposisikan semi-
foler/fowler dengan kaki ke foler/fowler untuk
bawah atau posisi nyaman mempertahankan jalan
napas pasien agar tetap
paten
2. Berikan diet jantung (mis, 2.Menganjurkan klien

42
batasi asupan kafein, natrium, beraktivitas yang sesuai
kolesterol, dan makanan untuk mencegah
tinggi lemak) kelelahan
3. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi 3. Menganjurkan pasien
oksigen >94% untuk berhenti merokok,
Edukasi agar tidak terjadi
1. Anjurkan beraktifitas fisik komplikasi
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian aritmia, 1.Mengkolaborasikan
jika perlu pemberian aritmia,
sehingga membatu klien
dalam proses perawatan
jantung

5 Defisit Nutrisi SLKI :Status Nutrisi SIKI :Manajemen Nutrisi


Definisi : KH A T Observasi Observasi
Asupan cairan tidak Porsi makan 2 4 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengidentifiksi status
cukup untuk yang dihabiskan nutrisi, untuk melihat
memenuhi kebutuhan Kekuatan otot 2 4 kebutuhan nutrisi klien
metabolisme pengunyah 2. Identifikasi kebutuhan kalori 2. Mengidentifikasi
Kekuatan otot 2 4 dan jenis nutrient kebutuhan kalori dan
Tanda mayor dan menelan jenis nutrien , sehingga
Tanda minor kebutuhan kalori harian

43
1. Berat badan Frekuensi makan 2 4 pasien terpenuhi
menurun minimal 3. Monitor berat badan 3. Memonitor berat badan
10% di bawah Indikator : harian untuk melihat
rentang normal 1. Menurun adanya penurunan berat
2. Nafsu makan 2 . Cukup menurun badan pada pasien
menurun 3 . Sedang Terapeutik Terapeutik
3. Membran mukosa 4 . Cukup meningkat 1. Berikan makanan tinggi kalori 1. Memberikan makanan
pucat 5. Meningkat dan tinggi protein tinggi kalori dan tinggi
4. Bising usus protein untuk
hiperaktif mempertahankan tingkat
5. Otot menelan gizi yang adekuat
lemah 2. Berikan suplemen makanan, 2. Memberikan suplemen
jika perlu makanan, untuk menjaga
kebutuhan gizi pasien
terpenuhi
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Menganjurkan posisi
mampu duduk pada saat waktu
makan, segingga tidak
menggaggu proses
pernapasan pasien
2. Ajarkan diet yang di 2. Mengajarkan diet yang
programkan di programkan, untuk
memenuhi kebutuhan
nutrien pada klien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1.Mengkolaborasikan
medikasi sebelum makan, jika pemberian medikasi
perlu sebelum makan untuk

44
memberikan dukangan
kepada pasien untuk
menghabiskan makanan

6 Ansietas SLKI :Tingkat Ansietas SIKI : Reduksi Ansietas


Definisi : KH A T Observasi Observasi
Kondisi emosi dan Frekuensi 2 4 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Melihat saat tingkat
pengalaman sunyektif pernapasan beruabah (mis, kondisi, waktu ansietas berubah dengan
individu terhadap
Frekuensi nadi 2 4 stresor) cara mengidentifikasi
objek yang tidak jelas
Tekanan darah 2 4 kondisi dan waktu stresor,
spesifik akibat
Perilaku gelisah 2 4 sehingga dapat
antisipasi bahaya yang
Pucat 2 4 mengontrol kapan terjadi
memungkinkan Skala Indikator nya ansietas
individu melakukan 1 . Meningkat 2. Monitor tanda-tanda ansietas 2. Memonitor tanda – tanda
tindakan untuk
2 . Cukup meningkat ansietas untuk melihat
menghadapi ancaman 3 . Sedang tanda saat terjadinya
4 . Cukup menurun ansietas pada pasien
Tanda mayor dan 5 . Menurun Terapeutik Terapeutik
tanda minor 1. Ciptakan suasana terapeutik 1. Menciptakan suasana
1. Tampak gelisah untuk menumbuhkan yang terapeutik untuk
2. Tampak tegang kepercayaan menumbuhkan
3. Sulit tidur kepercayaan pasien pada
4. Frekuensi napas perawat
meningkat 2. Temani pasien untuk 2. Menemani pasien saat
5. Frekuensi nadi mengurangi kecemasan terjadi kecemahan, untuk
meningkat mengurangi kecemasan
yang dirasakan pasien
3. Pahami situasi yang membuat 3. Memahami situasi yang
ansietas membuat ansietas,

45
sehingga meminimalisir
agar tidak terjadi
ansietas
4. Tempatkan barang pribadi 4. Menempatkan barang
yang memberikan kenyamanan pribadi pasien dalam
jangkauan untuk
memberikan kenyaman
dan mengurangi stress
pada pasien
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk 1. Menjelaskan prosedur dan
sensasi yang mungkin dialami sensasi dari asma yang
mungkin timbul
kedepannya
2. Informasikan secara faktual 2. Menjelaskan prosedur
mengenai diagnosis, pengobatan pada pasien
pengobatan, dan prognosis. dan diagnosis pasien,
untuk mengetahui proses
pengobatan yang dijalani
3. Latih teknik relaksasi 3. Memberikan rasa nyaman
dengan teknik relaksasi
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat 1.Memberikan obat
antiansietas antiansietas, sehingga
mencegah timbulnya
ansietas

46
7. Intoleransi SLKI :Toleransi Aktivitas SIKI :
Aktivitas KH A T Manajemen Energi
Definisi : Keluhan lelah 2 4 Observasi Observasi
Ketidak Dipsnea saat 2 4 1. Identifikasi gangguan suhu 1. Mengidentifikasi gangguan
cukupan aktivitas tubuh yang mengakibatkan suhu tubuh yang mengakibatkan
energi untuk Dipsnea setelah 2 4 kelelahan kelelahan, sehingga dapat
melakukan aktivitas mengenatuhi penyebab
aktivitas Perasaan lemah 2 4 kelelahan
sehari-hari Frekuensi nafas 2 4
Tanda Indikator
mayor dan 2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Memonitor kelelahan fisik dan
1 . Meningkat emosional
tanda minor 2 . Cukup meningkat emosional untuk melihat
1. Mengeluh 3 . Sedang keadaan emosional pada pasien
lelah 4 . Cukup menurun
2. Dispnea 5 . Menurun
saat/setela 3. Monitor pola dan jam tidur 3. Memonitor pola dan jam tidur
h aktivitas pasien, untuk melihat waktu
3. Merasa istirahat pasien
tidak
nyaman
setelah 4. Monitor lokasi dan 4. Memonitor lokasi dan
beraktivita ketidaknyamanan saat ketidaknyaman saat melakukan
s melakukan aktivitas aktivitas, sehingga bisa
4. Merasa mengetahui
lemah penyebabketidaknyaman pada
5. Tekanan pasien
darah
berubah>2
0% dari

47
kondisi Terapeutik Terapeutik
istirahat 1. Sediakan lingkungan yang 1. Menyediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus nyaman dan rendah strimulus,
(mis. Cahaya, suara, sehingga memberikan rasa
kunjungan) nyaman pasien

2. Lakukan latihan rentang gerak 2. Melakukan latihan rentang gerak


pasif dan aktif pasif dan aktif untuk mencegah
terjadinya kekakuan pada otot

3. Berikan aktivitas distraksi 3. Memberikan aktivitas distraksi


yang menenangkan sehingga memberikan rasa tenang

4. Fasilitasi duduk di sisi tempat 4. Memfasilitasi duduk di sisi


tidur, jika tidak dapat tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan berpindah
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. Menganjurkan tirah baring, untuk
memberikan rasa nyaman pada
pasien
2. Anjurkan melakukan aktivitas 2. Menganjurkan melakukan
secara bertahap aktivitas secara bertahan,
sehingga tidak terjadi kelelahan

3. Anjurkan menghubungi 3. Menganjurkan menghubungi


perawat jika tanda dan gejala perawat jika timbul tanda dan
kelelahan tidak berkurang gejala kellahan tidak berkurang

48
4. Ajarkan strategi koping untuk 4. Mengajarkan strategi koping
mengurangi kelelahan untuk mengurangi kelelahan pada
klien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Mengkolaborasikan dengan ahli
tentang cara meningkatkan asupan
tentang cara meningkatkan
makanan
asupan makanan

49
50

4. Implementasi
Adalah realisis rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
anda tetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. (Budiono, 2015)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perbahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
anda buat pada tahap perencanaan. (Budiono, 2015)

6. Discharge Planning (Nurarif, 2015)


1. Kenali allergen yang dapat menimbulkan asma
2. Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah
3. Jelaskan penanganan pertama pada asma
4. Jelaskan cara penggunaan alat-alat terapi inhalasi nebulizer
5. Mengajarkan latihan batuk efektif
6. Hindari factor pemicu : kebersihan lantai rumah, debu, bulu binatang
dan sebagai nya
7. Jelaskan tanda-tanda bahaya yang akan muncul
8. Ajarkan penggunaan nebulizer
9. Keluarga perlu memahami tentang pengobatan, nama obat dan
efeksamping,waktu pemberian.
10. Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut, stress
11. Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas
12. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat
13. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul sesudah diobati
dengan kortikosteroid oral atau inhalasi
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus


Karya tulis ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dalam bentuk
studi kasus (case study) untuk mengeksplorasikan masalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan penatalaksanaan terapi inhalasi dan batuk
efektif terhadap masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada
pasien asma bronchiale di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Muhammadiyah palembang
Sebelum peneliti menerapkan terapi inhalasi (Nebulizer) dan latihan
batuk efektif , peneliti melakukan observasi sebelum diberikan terapi inhalasi
dan latihan batuk efektif dan sesudah diberikan terapi batuk efektif. Frekuensi
pernafasan diukur terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi inhalasi dan
tindakan batuk efektif dan setelah dilakukan batuk efektif pada intervensi
nebulizer frekuensi pernafasan diukur kembali (Nursalam, 2015).

B. Subjek Studi Kasus


Penelitian dalam studi kasus ini berjumlah dua orang klien Asma
dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Instrumen dalam studi
kasus ini berupa pengkajian dan penatalaksanaan terapi inhalasi dan teknik
batuk efektif.
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien Asma yang datang ke IGD RS Muhammadiyah Palembang
b. Pasien mengalami keluhan sesak karena adanya sumbatan.
c. Respiratory Rate pasien >24x/m.
d. Kesadaran composmentis (Kesadaran penuh)
e. Pasien kooperatif dan bersedia untuk diberikan terapi inhalasi
(nebulizer) dan teknik batuk efektif
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukan
atau tidak layak diteliti (Aziz, 2016)
a. Pasien dengan Asma dalam kondisi tidak sadar

51
52

b. Pasien dengan riwayat alergi obat yang akan digunakan


c. Pasien dengan kontraindikasi dari obat yang digunakan
d. Pasien yang mengalami cedera/fraktur di daerah hidung, maxilla,
palatum oris
C. Fokus Studi Kasus
Penatalaksanaan terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap masalah
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien asma bronchiale

D. Definisi Operasional
Definisi
Variabel Cara ukur dan alat ukur Hasil
operasional
Asma Asma adalah - 1. Inspeksi :
penyakit obstruksi Normal bila
jalan napas yang frekuensi nafas
ditandai oleh normal dewasa :
penyempitan jalan 16-24x/menit
napas akan (Sitorus dan
mengakibatkan Kristiani, 2018).
penderita asma Dan abnormal
mengalami dispnea, atau dispnea
batuk, dan mengi (sesak nafas)
atau wheezing. bila pernafasan
>24x/menit.

2.Palpasi :
Denyut nadi
normal jika nilai
denyut nadi
sekitar 60-
100x/menit dan
abnormal jika
nilai denyut
nadi
>100x/menit
(takikardi) atau
nilai denyut
nadi <60x/menit
(bradikardi)

3.Auskultasi :
Bunyi nafas
normal jika bunyi
nafas vesikuler
53

dan abnormal jika


terdapat ronchi
(adanya sekret)
dan wheezing
Bersihan jalan Bersihan jalan 1. Wawancara&Observasi 1. Inspeksi
nafas tidak efektif 2. Format Normal bila
napas tidak
adalah Pengkajian& Kriteria frekuensi nafas
efektif ketidakmampuan Penilaian bersihan jalan normal dewasa :
membersihkan napas tidak efektif 16-24x/menit
sekret atau mengguanakan format (Sitorus dan
obstruksi jalan pengkajian dengan cara Kristiani, 2018).
nafas untuk menghitung frekuensi Dan abnormal
mempertahankan nafas dan mendengarkan atau dispnea
jalan nafas tetap bunyi nafas (sesak nafas)
paten. menggunakan stetoskop, bila pernafasan
di mana tindakan tersebut >24x/menit.
dilakukan sebelum dan
sesudah dilakukannya 2. Auskultasi
pemberian terapi inhalasi Bunyi nafas
(Nebulizer) dan batuk normal jika
efektif. Dengan cara bunyi nafas
(inspeksi) untuk melihat vesikuler dan
frekuensi nafas, abnormal jika
kemudian terdapat ronchi
(Auskultasi)menggunakan (adanya sekret)
stetoskop untuk dan wheezing.
mendengar bunyi nafas,
vasikuler, ronchi dan 3.Palpasi
wheezing, selanjutnya Denyut nadi
melakukan (Palpasi) normal jika nilai
untuk mengukur denyut nadi
denyut nadi takikardiatau sekitar 60-
brakikardi. 100x/menit dan
abnormal jika
nilai denyut
nadi
>100x/menit
(takikardi) atau
nilai denyut
nadi <60x/menit
(bradikardi)

Terapi Inhalasi Inhalasi adalah Terapi Inhahalasi (Nebulizer) Dilakukan Secara


suatu jenis cara
(Nebulizer) dilakukan sesuai dengan SOP
inhalasi dengan
menggunakan alat standar operasional prosedur
pemecah obat
(SOP)
untuk menjadi
54

bagian-bagian
seperti hujan/uap
untuk dihisap.
Biasanya untuk
pengobatan saluran
pernafasan bagian
lebih bawah.

Batuk efektif Latihan batuk Latihan Teknik Batuk Efektif Dilakukan secara
efektif merupakan
dilakukan sesuai dengan SOP
cara untuk melatih
pasien yang tidak standar operasional prosedur
memiliki
(SOP)
kemampuan batuk
secara efektif
dengan tujuan
untuk
membersihkan
laring, trakea, dan
bronkiolus dari
secret atau benda
asing di jalan nafas

E. Tempat dan Waktu


1. Studi kasus ini telah dilakukan di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang
2. Pengumpulan data telahdilaksanakan pada tanggal 19-25 April 2021

F. Pengumpulan data
Penulis sebelumnya melakukan seminar proposal pada tanggal 5 Februari
2021, kemudian penulis melakukan perbaikan proposal tersebut. Dua minggu
selanjutnya penulis mengurus surat izin penelitian di BAAK IKesT
Muhammadiyah Palembang. Tahap berikutnya penulis memasukan surat izin
penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan berproses selama
tiga hari, selanjutnya penulis diperbolehkan untuk melakukan penelitian di
ruangan instalasi gawat darurat selama satu minggu sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Tahap awal dalam proses penelitian ini dimulai dari
pengkajian pada dua pasien yang terdiagnosis asma sesuai dengan kriteria
55

inklusi, setelah dilakukan pengkajian, kemudian penulis melakukan


implementasi terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif, setelah dilakukan implementasi kemudian
dilakukan evaluasi pada kedua pasien. Tahap berikutnya penulis mengurus
surat selesai penelitian dan mengambil data asma di Medical Record Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang, selanjutnya penulis membuat laporan hasil
dari penelitian yang telah dilakukan dan penulis melakukan ujian
komprehensif.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
yang terdiri dari karateristik responden : inisial, usia, pendidikan, pekerjaan
dan kriteria penilaian ketidakefektifan jalan napas yaitu dengan cara
menghitung frekuensi nafas dan mendengarkan bunyi nafas, di mana tindakan
tersebut dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya pemberian terapi
inhalasi dan latihan batuk efektif. Frekuensi nafas diperiksa dengan cara
inspeksi (melihat) pergerakan dinding dada (gerakan inspirasi dan ekspirasi)
yang dihitung dalam satu menit dengan nilai normal antara 16-24 kali
permenit. Sedangkan bunyi nafas diperiksa dengan cara auskultasi
(mendengar) dengan menggunakan alat stetoskop yang ditempatkan pada
dinding dada, bagian anterior, lateral, dan posterior secara sistemik dari
dinding dada, bila bunyi nafas yang terdengar vasikuler (suara inspirasi lebih
keras dan lebih tinggi nadanya dari suara ekspirasi) atau bronkhovesikuler (
suara yang terdengar antara vasikuler dan broncial ketika ekspirasi menjadi
lebih panjang hingga hampir menyamai inspirasi) berarti normal sedangkan
bunyi nafas yang terdengar ronkhi (suara yang terjadi karena penyempitan
lumen bronchus oleh lendir) berarti abnormal. (Yasmin A, 2015). Data yang
di peroleh dimasukan ke dalam lembar observasi
56

H. Penyajian Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari pasien melalui lembar observasi bersihan jalan napas tidak
efektif. Adapun tahapan pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Mengajukan surat izin penelitian tentang penelitian yang akan
dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
b. Mengidentifikasi pasien yang mengalami masalah bersihan jalan
napas tidak efektif dengan cara melakukan observasi kepada pasien
tersebut
c. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menerangkan tujuan
penelitian kepada pasien
d. Setelah pasien memahami tujuan penelitian, pasien yang setuju
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian
e. Mengkaji frekuensidan bunyi nafas pasien Asma sebelum dan
sesudah dilakukan pemberian terapi inhalasi teknik batuk efektif
f. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara
dan observasi/pemeriksaan fisik tentang bersihan jalan nafas tidak
efektif
g. Pasien dilakukan terapi inhalasi dan batuk efektif pada saat serangan
asma kambuh dan pada saat pasien mengalami bersihan jalan nafas
tidak efektif
h. Setelah dilakukan batuk efektif melakukan observasi bersihan jalan
napas tidak efektif pada pasien dengan format observasi.

I. Etika Studi Kasus


Hal yang perlu dibawa untuk melakukan penelitian adalah
rekomendasi dari institusi, Insititut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang dengan cara mengajukan permohonan izin
penelitian kepada direktur rumah sakit muhammadiyah palembang. Setelah
mendapat persetujuan, barulah penelitian menekankan masalah etika yang
meliputi :
57

1. Lembar persetujuan penelitian (informed consenst)


Klien harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden, pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang di peroleh hanya akan di
pergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Privacy ( rahasia)
Privasi responden harus dijaga dengan cara penelitian tidak akan
mencantumkan inisial nama responden.
3. Condfidentialy (kerahasian)
Untuk menjaga kerahasian, pengumpulan data menyakinkan
kepada klien bahwa tidak akan memberitahukan pada orang lain. Dan
pengumpulan data dan informasi yang telah diberikan meyakinkan bahwa
data atau pun informasi responden dijamiin hanya pengumpulandata dan
pengetahuan.
BAB lV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


1. Sejarah Singkat Rumah Sakit muhammadiyah Palembang
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang adalah amal usaha
persyarikatan muhammadiyah yang diresmikan oleh Gubernur provinsi
sumatera selatan bapak H. Ramli Hasan Basri Pada tanggal 10 zhulhijjah
147 (18 April 1997) bersama dengan bapak Prof. DR. Amien Rais selaku
ketua PP muhammadiyah. Rumah sakit ini terletak di Jl. Jend. A. Yani 13
Ulu, Palembang dan Merupakan satu-satunya amal usaha dibawah
langsung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Selatan.
Sesuai dengan visi dari Rumah Sakit Muhammadiyah yakni
menjadi rumah sakit islam unggulan di kota palembang, Rumah sakit
muhammadiyah palembang memiliki fasilitas IGD (instalasi Gawat
Darurat) 24 jam, rawat inap, ICUU, ICU, dan kamar bedah Selain itu juga
ditunjang dengan laboratorium patologi klinik, X-Ray, USG, EGC,
Echokardiologi, dan fisioterapi.

2. Visi, Misi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


a. Visi
“Terwujudnya rumah sakit yang profesional dalam pelayanan dan
berkarakter islam”
b. Misi
1. Memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan secara
profesional, modern dan islami
2. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3. Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengemban dakwah
amar ma’ruf nahi munkar dalam bidang kesehatan
4. Menjadi pusat persemian kader muhammadiyah dalam bidang
pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan

58
59

c. Motto
“Melayani sebagai ibadah dan dakwah”

3. Gambaran Ruangan Instalasi gawat darurat (IGD)


Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
merupakan untuk kegawat daruratan rumah sakit dengan dokter dan perawat
yang berkualifikasi dalam bidang kegawatdaruratan. Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dipimpin oleh satu kepala
instalasi, satu kepala ruangan, satu kepala katim, 20 perawat pelaksana dan 17
dokter jaga instalasi gawat darurat (IGD), dalam satu shif jaga terdapat
perawat, bidan, dokter,da PJ shift.
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah sakit muhammadiyah
Palembang memberikan pelayanan 24 jam setiap harinya dan memberikan
pelayanan kepada semua pasien yang datang dengan berbagai keluhan. Standar
Oprasional Prosedur (SOP) sudah tersosialisasi dengan baik.
Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah sakit Muhammadiyah
Palembang Memiliki 3 klasifikasi ruang berdasarkan kegawat daruruatan
pasien, yaitu prioritas 1/P2, prioritas 2/P2, dan prioritas 3/P3. P1 yaitu tempat
untuk pasien dengan gangguan ABC dan penurunan kesadaran yang
memerlukan tindakan segera, P2 yaitu tepat pasien yang darurat tidak gawat,
maupun gawat tidak darurat seperti penyakit yang akut hingga kronis yang
memerlukan perawatan, P3 merupakan ruangan pasien yang tidak gawat dan
tidak darurat.
B. Hasil Studi Kasus

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. M dan Ny.C Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan Asma Di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2021
1. Pengkajian
Inisial klien : Ny.M Diagnosa : Asma Bronkhiale TD : 120/60 mmHg RR : 27x/menit
Umur : 43 Tahun No.RM : 19-07-46 N : 100x/menit BB : 75 kg
Alamat : 14 Ulu 1 tangga takat Tgl/Jam : 21 April 2021 / 14.00 Suhu : 36.3◦C
PENGKAJIAN DX. KEPERAWATAN JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
Keluhan utama : 11.00
Ny.M mengatakan sesak nafas, batuk disertai () aktual Wib MANDIRI
dahak, dan pasien mengatakan alergi terhadap ( ) resiko (√) Memonitor fungsi pernapasan,
bau masakan yang menyengat. frekuensi, irama, kedalaman, bunyi dan
(√) bersihan jalan napas tidak penggunaan otot-otot tambahan
SISTEM PERNAPASAN efektifb.d (√) Mengatur posisi fowler
AIRWAY peningkatan produksi sputum (√) Mengajarkan napas dalam dan batuk
Jalan napas: adanya secret di jalan nafas efektif
( ) bersih (√) sumbatan berupa: ( ) Memonitor haluaran pasien
(√ ) sputum ( ) lendir ( ) darah ( ) lainnya, ( ) pola napas tidak efektif b.d ( ) Melakukan suction
 menurunnya ekspansi paru () Tindakan lainnya:
BREATHING  depresi pusat pernapasan
Frek: 27 x/mnt, Mengajarkan napas dalam dan teknik
Sesak: ( ) tidak (√ ) ya, dengan: (√ ) ( √) Gangguan pertukaran gas b.d batuk efektif
aktivitas ( ) tanpa aktivitas menurunnya suplai O2/ hipoventilasi

60
Menggunakan otot tambahan : KOLABORASI
( ) tidak (√ ) ya ( ) terjadinya aspirasi b.d: ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
Irama : () teratur (√ ) tidak teratur  penurunan kesadaran ( ) Cek BGA
Kedalaman : ( ) dalam (√ ) dangkal  tidak ada refleks batuk ( ) Lakukan rontgen thorax
Sputum : ( ) putih (√ ) kuning () Tindakan lainnya:
Konsitensi : ( √ ) kental ( ) encer ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Terdapat darah`: (√ ) tidak ( ) ya Tidak ada masalah keperawatan 1. Terapi inhalasi (Nebulizer)
Bunyi napas `: ( ) tidak (√) ya` Combivent 2 ampul
Suara napas : ( )vesikuler ( ) ronchii 2. Inj Dexametaxone 1 ampul
( √) wheezing
Refleks batuk : ( √) ada ( ) tidak
Analisa BGA:
pH ........, PCO2 ........ mmHg, PO2 ........
mmHg, HCO3 ........mEq/L, BE ........, SaO2
( ) lainnya:

SISTEM KARDIOVASKULER
SIRKULASI PERIFER ( )aktual MANDIRI
Nadi:100 x/mnt, TD : 120/60 mmHg ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Irama : ( √) teratur ( ) tidak teratur ( ) Memonitor sirkulasi perifer
Kekuatan : ( ) kuat ( ) lemah ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Memonitor tingkat kesadaran
CRT : ( ) < 3 detik ( ) > 3 detik b.d  menurunnya aliran darah ( ) Membatasi aktifitas
Akral : ( √ ) hangat ( ) dingin karena vasokontriksi ( ) Memonitor intake-output cairan
Warna kulit : (√ ) pucat ( ) kemerahan ( ) Mengajarkan teknik relaksasi dan
( ) sianosis ( ) penurunan curah jantung b.d distraksi
Edema : (√ ) tidak ( ) ya, pada:  meningkatnya beban kerja jantung ( ) Tindakan lainnya:

61
( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai  gangguan kontraktilitas
bawah KOLABORASI
( ) seluruh tubuh ( ) nyeri dada b.d ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak  menurunnya aliran darah miocard ( ) Cek BGA
()ya  peningkatan kebutuhan O2 ( ) Lakukan ECG 12 Lead
Kanan : ( )tidak ( )ya  iskemia jaringan karena sumbatan ( ) Tindakan lainnya:
arteri coronaria
SIRKULASI JANTUNG
Irama : (√ ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Bunyi : ( ) BJ I ( ) BJ II ( ) Tidak ada masalah keperawatan
Murmur
( ) Gallop ( ) lemah
Keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-
debar
( ) kesemutan ( ) keringat dingin
( ) gemetaran
Nyeri dada : ( √ ) tidak ( ) ya, timbul:
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk ( ) menyebar
( ) seperti terbakar ( ) lainnya:

SISTEM HEMATOLOGI
Hb: .........gr% Ht: ....... vol%, ( ) aktual MANDIRI
Eritrosit: ........ jt/ul leukosit : ....... rb/ul ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Trombosit : ....... rb/ul ( ) Memonitor LOC
Mengeluh kesakitan: ( ) tidak ( ) ya ( ) terjadi peradarah b.d ( ) Memonitor status hidrasi

62
Perdarahan: ( ) gusi mudah berdarah  trombositopenia ( ) Membatasi adanya perdarahan
( ) mimisan ( ) petechi ( ) echimosis ( ) mbantu AKS
( ) lemah ( ) o\pucat ( ) terus-menerus ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Menyarankan untuk bedrest
b.d  perdarahan ( ) Tindakan lainnya:
.................................................
( ) intoleransi aktivitas b.d .................................................
 insufisiensi transport O2, sekunder .................................................
terhadap perdarahan, anemia
 kelemahan KOLABORASI
( ) Pasang IVFD
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Berikan transfusi
Tidak ada masalah keperawatan ( ) Periksa laboratorium darah rutin
( ) Tindakan lainnya:
.................................................
.................................................
.................................................

SISTEM NEUROLOGY
LOC: ( ) aktual MANDIRI
(√ ) CM ( ) apatis ( ) samnolent ( ) resiko ( ) Memonitor tingkat kesadaran
( ) sopor ( ) soprocoma ( ) coma ( ) Memonitor vital sign
Pupil : (√ ) isokor ( ) unisokor ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memberikan posisi kepala 15-30o
( ) miosis ( ) midriasis serebral b.d  gangguan aliran darah ( ) Memasang airways tube
Refleks terhadap cahaya: Serebral ( ) Menjelaskan kondisi klien pada klien
Kanan : ( ) positif ( ) negatif  oedema otak dan keluarga
Kiri : ( ) positif ( ) negatif ( ) Menghindarkan tindakan yang dapat
GCS : E =4, M = 5, V = 6 score = 15 meningkatkan TIK
Terjadi: ( ) cidera fisik b.d ( ) Tindakan lainnya:

63
( ) kejang ( ) pelo ( ) mul.ut  kejang  kelumpuhan  vertigo .................................................
mencong .................................................
( ) afasia ( ) disarthria ( ) Intoleransi AKS b.d .................................................
Kelumpuhan : ( ) kanan ( ) kiri  menurunnya kemampuan
Nilai kekuatan otot : neuromaskuler dan hilangnya KOLABORASI
kontrol otot ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
4 4 ( ) Pasang NGT/ Kateter
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
4 4 Tidak ada masalah keperawatan ( ) Pasang ETT
( ) Lakukan CT-Scan
Refleks : ( ) Tindakan lainnya:
( ) fisiologis ( ) patologis .................................................
( ) lainnya: .................................................
.................................................

ELIMINASI DAN CAIRAN


Suhu tubuh : 36,3oC ( ) aktual MANDIRI
Diaphoresis : ( ) ya ( √ ) tidak ( ) resiko ( ) Memonitor tanda dehidrasi
Muntah : ( ) ya. 2 x/hr (√ )tidak ( ) Mensupport banyak minum
BAK : 5x/hari ( ) gangguan keseimbangan cairan ( ) Memonitor vital sign
Keadaan Saat ini: dan elektrolit b.d ( ) Memonitor intake-output
( √ ) terkontrol ( ) tidak terkontrol  output berlebihan ( ) Tindakan lainnya:
( ) sedikit ( √ )sedang ( ) banyak  intake in adekuat
Warna : KOLABORASI
(√ ) kuning jernih ( ) kunimh ( ) perubahan eliminasi urine, ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
kental retensi/ inkontinensia b.d ( ) Pasang Kateter
( ) merah ( )bening  sumbatan saluran BAK ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
Kadar Ureum  gangguan persarafan ( ) Tindakan lainnya:

64
:....................................mg/dl
Kadar Kreatinin ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
:......................................mg/dl Sakit saat BAK
: ( ) ya (√ ) tidak Tidak ada masalah keperawatan
Distensi V U : ( ) ya ( √ ) tidak
Sakit Pinggang : ( ) ya (√ ) tidak

BAB : 1.x/hari
Keadaan Saat ini:
Konsistensi :
( √ ) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
( √ ) kuning ( ) hitam ( ) merah
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
( ) asites
Bising Usus :
....................................mg/dl
Turgor kulit : (√ )<3 dtk ( ) >3 dtk
Mukosa : ( √ )basah ( )kering
( ) lainnya:

SISTEM PENCERNAAN
Tonus Otot: ( ) aktual MANDIRI
( √ ) baik ( ) sedang ( ) buruk ( ) resiko ( ) Mengatur posisi
Lidah Kotor : ( ) ya ( √ ) tidak ( ) Memonitor mual-muntah

65
Nyeri Ulu Hati : ( ) ya (√ ) tidak ( ) gangguan nutrisi b.d ( ) Memonitor nyeri ulu hati
Nyeri perut kanan atas/ bawah: ( ) ya ( √ )  hipermetabolisme ( ) Memonitor intake-output
tidak  intake in adekuat ( ) Tindakan lainnya:
Mual : ( ) ya ( ) tidak
Muntah : ( ) ya ( ) tidak ( ) Nyeri akut/ kronis b.d KOLABORASI
( ) lainnya:  infeksi ( ) Pasang feeding tube
 luka ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
( ) Tindakan lainnya:
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Tidak ada masalah keperawatan
MUSKULOSKELETAL/. INTEGUMEN
Turgor Kulit : (√ ) ya ( ) tidak ( ) aktual MANDIRI
Keadaan kulit : ( √ ) baik ( )buruk ( ) resiko ( ) Menghentikan perdarahan
( ) dekubitus ( ) sakit ( ) memar ( ) Immobilisasi dengan spalk
( ) bercak merah ( ) gatal ( ) petechi ( ) kerusakan integritas kulit/ infeksi ( ) Membersihkan luka
Terdapat luka : ( ) ya ( √) tidak b.d ( ) Tindakan lainnya:
Ukuran luka : ............. x ................. cm  adanya luka .................................................

Kekuatan sendi ekstremitas : ( √ )kuat ( KOLABORASI


)lemah ( )gangguan mobilisasi b.d ( ) Terapi O2 .........................lt/ mnt
Kesulitan dalam pergerakan: ( )ya (√)tidak  kerusakan neuromuskuler ( ) pasang gips
Fraktur/ dislokasi : ( )ya ( √ )tidak  luka ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
Perdarahan : ( )ya  fraktur ( ) Tindakan lainnya:
Jumlah:............cc( ) tidak
Nyeri : ( ) ya ( √ ) tidak ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Tidak ada masalah keperawatan

66
Inisial klien : Ny.C Diagnosa : Asma Bronkhiale TD : 130/90 mmHg RR : 28x/menit
Umur : 64 Tahun No.RM : 24-53-63 N : 105x/menit BB : 80 kg
Alamat :JL.H Paqih Usman 28 Tgl/Jam : 23 April 2021 / 11.00 Suhu : 36.4◦C
PENGKAJIAN DX. KEPERAWATAN JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
Keluhan utama : () actual 14.00
Ny.C mengatakan sesak nafas, batuk, ada ( ) resiko MANDIRI
dahak, dada terasa tertekan, pasien (√) Memonitor fungsi pernapasan,
mengatakan alergi terhadap debu. (√) bersihan jalan napas tidak frekuensi, irama, kedalaman, bunyi dan
efektifb.d penggunaan otot-otot tambahan
SISTEM PERNAPASAN peningkatan produksi sputum (√) Mengatur posisi semi fowler
AIRWAY adanya secret di jalan nafas (√) Mengajarkan napas dalam dan batuk
Jalan napas: efektif
( ) bersih (√ ) sumbatan berupa: ( ) pola napas tidak efektif b.d ( ) Memonitor haluaran pasien
(√ ) sputum ( ) lendir ( ) darah ( ) lainnya,  menurunnya ekspansi paru ( ) Melakukan suction
 depresi pusat pernapasan (√
BREATHING ) Tindakan lainnya:
Frek: 28 x/mnt, ( √) Gangguan pertukaran gas b.d Mengajarkan teknik nafas dalam dan
Sesak: ( ) tidak (√ ) ya, dengan: menurunnya suplai O2/ hipoventilasi batuk efektif
(√ ) aktivitas ( ) tanpa aktivitas
Menggunakan otot tambahan : ( ) tidak (√ ) ( ) terjadinya aspirasi b.d: KOLABORASI
ya  penurunan kesadaran ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
Irama : () teratur (√ ) tidak teratur  tidak ada refleks batuk ( ) Cek BGA
Kedalaman : ( ) dalam (√) dangkal ( ) Lakukan rontgen thorax
Sputum : ( ) putih (√) kuning ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: () Tindakan lainnya:
Konsitensi : (√ ) kental ( ) encer Tidak ada masalah keperawatan 1. Terapi inhalasi (Nebulizer)
Terdapat darah`: (√ ) tidak ( ) ya Combivent 2 ampul

67
Bunyi napas `: ( ) tidak (√) ya` 2. Inj Dexametaxone 1 ampul
Suara napas : ( )vesikuler ( ) ronchii
(√) wheezing
Refleks batuk : ( √ ) ada ( ) tidak
Analisa BGA:
pH ........, PCO2 ........ mmHg, PO2 ........
mmHg, HCO3 ........mEq/L, BE ........, SaO2
( ) lainnya:

SISTEM KARDIOVASKULER
SIRKULASI PERIFER ( )aktual MANDIRI
Nadi:105 x/mnt, TD : ............... mmHg ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Irama : ( √) teratur ( ) tidak teratur ( ) Memonitor sirkulasi perifer
Kekuatan : ( ) kuat ( ) lemah ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Memonitor tingkat kesadaran
CRT : ( ) < 3 detik ( ) > 3 detik b.d  menurunnya aliran darah ( ) Membatasi aktifitas
Akral : ( √ ) hangat ( ) dingin karena vasokontriksi ( ) Memonitor intake-output cairan
Warna kulit : (√ ) pucat ( ) kemerahan ( ) Mengajarkan teknik relaksasi dan
( ) sianosis ( ) penurunan curah jantung b.d distraksi
Edema : ( √) tidak ( ) ya, pada:  meningkatnya beban kerja jantung ( ) Tindakan lainnya:
( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai  gangguan kontraktilitas .................................................
bawah .................................................
( ) seluruh tubuh ( ) nyeri dada b.d .................................................
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak (  menurunnya aliran darah miocard
)ya  peningkatan kebutuhan O2 KOLABORASI
Kanan : ( )tidak ( )ya  iskemia jaringan karena sumbatan ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
arteri coronaria ( ) Cek BGA

68
SIRKULASI JANTUNG ( ) Lakukan ECG 12 Lead
Irama : (√ ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Tindakan lainnya:
Bunyi : ( ) BJ I ( ) BJ II ( ) Tidak ada masalah keperawatan .................................................
Murmur .................................................
( ) Gallop ( ) lemah .................................................
Keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-
debar
( ) kesemutan ( ) keringat dingin
( ) gemetaran
Nyeri dada : ( √ ) tidak ( ) ya, timbul:
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk ( ) menyebar
( ) seperti terbakar ( ) lainnya:

SISTEM HEMATOLOGI
Hb: .........gr% Ht: ....... vol%, ( ) aktual MANDIRI
Eritrosit: ........ jt/ul leukosit : ....... rb/ul ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Trombosit : ....... rb/ul ( ) Memonitor LOC
Mengeluh kesakitan: ( √ ) tidak ( ) ya ( ) terjadi peradarah b.d ( ) Memonitor status hidrasi
Perdarahan: ( ) gusi mudah berdarah  trombositopenia ( ) Membatasi adanya perdarahan
( ) mimisan ( ) petechi ( ) echimosis ( ) mbantu AKS
( ) lemah ( ) o\pucat ( ) terus-menerus ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Menyarankan untuk bedrest
b.d  perdarahan ( ) Tindakan lainnya:
.................................................
( ) intoleransi aktivitas b.d
 insufisiensi transport O2, sekunder KOLABORASI

69
terhadap perdarahan, anemia ( ) Pasang IVFD
 kelemahan ( ) Berikan transfusi
( ) Periksa laboratorium darah rutin
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Tindakan lainnya:
Tidak ada masalah keperawatan

SISTEM NEUROLOGY
LOC: ( ) aktual MANDIRI
(√ ) CM ( ) apatis ( ) samnolent ( ) resiko ( ) Memonitor tingkat kesadaran
( ) sopor ( ) soprocoma ( ) coma ( ) Memonitor vital sign
Pupil : ( √ ) isokor ( ) unisokor ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memberikan posisi kepala 15-30o
( ) miosis ( ) midriasis serebral b.d  gangguan aliran darah ( ) Memasang airways tube
Refleks terhadap cahaya: Serebral ( ) Menjelaskan kondisi klien pada klien
Kanan : ( ) positif ( ) negatif  oedema otak dan keluarga
Kiri : ( ) positif ( ) negatif ( ) Menghindarkan tindakan yang dapat
GCS : E =4, M =5, V = 6 score = 14 meningkatkan TIK
Terjadi: ( ) cidera fisik b.d ( ) Tindakan lainnya:
( ) kejang ( ) pelo ( ) mul.ut  kejang  kelumpuhan  vertigo .................................................
mencong .................................................
( ) afasia ( ) disarthria ( ) Intoleransi AKS b.d .................................................
Kelumpuhan : ( ) kanan ( ) kiri  menurunnya kemampuan
Nilai kekuatan oto : ....................................... neuromaskuler dan hilangnya KOLABORASI
Refleks : kontrol otot ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
( ) fisiologis ( ) patologis ( ) Pasang NGT/ Kateter
( ) lainnya: ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
Tidak ada masalah keperawatan ( ) Pasang ETT
( ) Lakukan CT-Scan
( ) Tindakan lainnya:

70
ELIMINASI DAN CAIRAN
Suhu tubuh : 36,4oC ( ) aktual MANDIRI
Diaphoresis : ( ) ya (√ ) tidak ( ) resiko ( ) Memonitor tanda dehidrasi
Muntah : () ya. 3 x/hr ( √ )tidak ( ) Mensupport banyak minum
BAK : 5 x/hari ( ) gangguan keseimbangan cairan ( ) Memonitor vital sign
Keadaan Saat ini: dan elektrolit b.d ( ) Memonitor intake-output
(√ ) terkontrol ( ) tidak terkontrol  output berlebihan ( ) Tindakan lainnya:
( ) sedikit (√ )sedang ( ) banyak  intake in adekuat .................................................
Warna : .................................................
( √ ) kuning jernih ( ) kunimh ( ) perubahan eliminasi urine, .................................................
kental retensi/ inkontinensia b.d
( ) merah ( )bening  sumbatan saluran BAK KOLABORASI
Kadar Ureum :  gangguan persarafan ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
....................................mg/dl ( ) Pasang Kateter
Kadar Kreatinin ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
:......................................mg/dl Sakit saat BAK ( ) Tindakan lainnya:
: ( ) ya (√ ) tidak Tidak ada masalah keperawatan
Distensi V U : ( ) ya ( √ ) tidak
Sakit Pinggang : ( ) ya ( √ ) tidak

BAB : 1x/hari
Keadaan Saat ini:
Konsistensi :
( √ ) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
( √ ) kuning ( ) hitam ( ) merah

71
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
( ) asites
Bising Usus :
....................................mg/dl
Turgor kulit : (√ )<3 dtk ( ) >3 dtk
Mukosa : (√ )basah ( )kering
( ) lainnya:

SISTEM PENCERNAAN
Tonus Otot: ( ) aktual MANDIRI
( √ ) baik ( ) sedang ( ) buruk ( ) resiko ( ) Mengatur posisi
Lidah Kotor : ( ) ya (√ ) tidak ( ) Memonitor mual-muntah
Nyeri Ulu Hati : ( ) ya ( √ ) tidak ( ) gangguan nutrisi b.d ( ) Memonitor nyeri ulu hati
Nyeri perut kanan atas/ bawah: ( ) ya ( √ )  hipermetabolisme ( ) Memonitor intake-output
tidak  intake in adekuat ( ) Tindakan lainnya:
Mual : ( ) ya ( √ ) tidak
Muntah : ( ) ya ( √ ) tidak ( ) Nyeri akut/ kronis b.d KOLABORASI
( ) lainnya:  infeksi ( ) Pasang feeding tube
 luka ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
( ) Tindakan lainnya:
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Tidak ada masalah
keperawatan

MUSKULOSKELETAL/. INTEGUMEN ( ) aktual MANDIRI


Turgor Kulit : ( √ ) ya ( ) tidak ( ) resiko ( ) Menghentikan perdarahan

72
Keadaan kulit : (√ ) baik ( )buruk ( ) Immobilisasi dengan spalk
( ) dekubitus ( ) sakit ( ) memar ( ) kerusakan integritas kulit/ infeksi ( ) Membersihkan luka
( ) bercak merah ( ) gatal ( ) petechi b.d ( ) Tindakan lainnya:
Terdapat luka : ( ) ya ( √) tidak  adanya luka .................................................
Ukuran luka : ............. x ................. cm .................................................
.................................................
Kekuatan sendi ekstremitas : ( √ )kuat ( ( )gangguan mobilisasi b.d
)lemah  kerusakan neuromuskuler KOLABORASI
Kesulitan dalam pergerakan: ( )ya  luka ( ) Terapi O2 .........................lt/ mnt
(√ )tidak  fraktur ( ) pasang gips
Fraktur/ dislokasi : ( )ya ( √)tidak ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
Perdarahan : ( )ya ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Tindakan lainnya:
Tidak ada masalah keperawatan
Jumlah:............cc
( √ ) tidak
Nyeri : ( ) ya (√ )
tidak
( ) lainnya:

73
Interprestasi :
Pada pasien pertama dan kedua dilakukan tindakan keperawatan yang sama meliputi pemantauan vital sign, inj.dexametazone 1
ampul dan pemberian terapi inhalasi nebulizer dengan combivent 2 ampul dan dan latihan batuk efektif untuk mengurangi
bersihan jalan nafas tidak efektifyang mengakibatkan timbulnya penyakit asma tersebut. Tindakan intervensi pada kedua pasien
dihentikan, karena kondisi kedua pasien tersebut sudah membaik kemudian pasien dinyatakan dapat pulang dan diharapkan
kedua pasien tersebut dapat memplajari teknik batuk efektif agar dapat meminimalisir kambuhnya asma tersebut.

74
75

2. Analisis Masalah
Pada pasien 1
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Ekstrinsik (Debu) Bersihan jalan
a. Pasien mengatakan napas tidak efektif
batuk Hipersensitivitas
b. Pasien mengatakan
dahak sulit di Stimulus limfosit B
keluarkan
DO : Produksi IgE
a. Terdapat sputum
b. Suara nafas Molekul menyerang
whezzing sel mast
c. RR : 27x/menit
d. Nadi : 105x/menit Sel mast melepas
e. TD : 120/60 mediator inflamasi
mmHg
f. Suhu : 36.3◦c Permeabilitas kapiler
meningkat

Edema mukosa di
bronkus

Bersihan jalan napas


tidak efektif
2 DS : Reaksi peradangan Gangguan
a. Pasien mengatakan pertukaran gas
sesak Kerusakan alveolus
b. Pasien mengatakan atau kapiler
kesulitan dalam
bernafas Kecepatan pertukaran
76

gas menurun
DO :
a. keadaan umum Penurunan ventilasi
lemah
b. Klien tampak Gangguan
gelisah pertukaran gas
c. Suara nafas
whezzing
d. RR : 27x/menit
e. Nadi : 105x/menit
f. TD : 120/60 mmHg
g. Suhu : 36.3◦c

Pada pasien 2
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1 DS : Ekstrinsik (Debu) Bersihan jalan
a. Pasien mengatakan napas tidak efektif
sesak nafas Hipersensitivitas
b. Pasien mengatakan
batuk berdahak Stimulus limfositB
sejak 2 hari yang
lalu Produksi IgE
c. Pasien mengatakan
dada seperti Molekul menyerang
tertekan sel mast
d. Pasien mengatakan
asma nya kambuh
karena alergi Sel mast melepas
terhadap debu, mediator inflamasi
77

kecapekan,dan
terlalu stres Permeabilitas
DO: kapilermeningkat
a. Terdapat sputum
b. Suara nafas Edema mukosa di
whezzing bronkus
c. RR : 28x/menit
d. Nadi : 105x/menit Bersihan jalan napas
e. TD :130/90 mmHg tidak efektif
f. Suhu : 36.4◦c

2 DS: Reaksi peradangan Gangguan


a. Pasien pertukaran gas
mengatakan Kerusakan alveolus
sesak nafas atau kapiler
b. Pasien mengeluh
sulit untuk Kecepatan pertukaran
bernafas dan gas menurun
dada terasa
tertekan Penurunan ventilasi
DO:
a. RR : 28x/menit Gangguan
b. Nadi : 105x/menit pertukaran gas
c. TD :130/90
mmHg
d. Suhu : 36.4◦c
e. Suara nafas
whezzing
f. Nadi teraba cepat
78

3. Diagnosis Keperawatan
DX Ny.M Ny.C
Bersihan jalan napas 1. Bersihan jalan nafas 1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif tidak efektif tidak efektif
berhubungan dengan berhubungan dengan
respon alergi respon alergi
dibuktikan dengan dibuktikan dengan
batuk tidak efektif, batuk tidak efektif,
sputum berlebih, sputum berlebih,
wheezing, dispnea, wheezing, dispnea,
frekuensi nafas frekuensi nafas
meningkat, pola meningkat, pola nafas
nafas berubah berubah
Gangguan pertukaran gas 2. Gangguan pertukaran 2.Gangguan pertukaran
gas berhubungan gas berhubungan
dengan perubahan dengan perubahan
membran alveolus- membran alveolus-
kapiler dibuktikan kapiler dibuktikan
dengan dispnea, pola dengan dispnea, pola
napas cepat, bunyi napas cepat, bunyi
napas tambahan. napas tambahan.
Interpretasi :
Berdasarkan data dari analisa masalah pada pasien pertama dan pasien
kedua didapatkan 2 diagnosis yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan respon alergi
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, wheezing, dispnea,
frekuensi nafas meningkat, pola nafas berubah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler dibuktikan dengan dispnea, pola napas cepat, bunyi napas tambahan.
4.Intervensi
Pada pasien 1
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasuional
1 Bersihan jalan nafas tidak SLKI : Bersihan Jalan Napas SIKI :
efektif berhubungan dengan A. Manajemen Jalan Nafas
KH A T
respon alergi dibuktikan Produksi sputum 2 4 1. Monitor pola nafas 1. Memonitor pola nafas
dengan batuk tidak efektif, Mengi 2 4 (Frekuensi, kedalaman, frekuensi, kedalaman,
Wheezing 2 4
sputum berlebih, mengi, Dispnea 2 4 usaha nafas) usaha nafas sehingga
wheezing, dispnea, frekuensi Pola napas 2 4 mengetahui pola nafas
Frekuensi napas 2 4
nafas berubah, pola nafas pasien.
berubah Skala Indikator 2. Monitor bunyi napas 2. Memonitor bunyi napas
1. Memburuk
DS : 2. Cukup memburuk tambahan (mengi, tambahan, untuk
a. Pasien mengatakan batuk 3. Sedang wheezing) mengetahui bunyi nafas
4. Cukup membaik
b. Pasien mengatakan 5. Membaik tambahan pasien
dahak sulit di keluarkan menggi atau wheezing
DO : 3. Pertahankan kepatenan 3. Membuka jalan nafas
a. Terdapat sputum jalan napas dengan head- dengan chin lift atau
b. Suara nafas whezzing tilt dan chin-lift atau jaw jaw thrust, sehingga
c. RR : 27x/menit thrust mengurangi sesak

79
d. Nadi : 105x/menit 4. Posisikan semi-fowler atau 4. Memposisikan semi
e. TD : 120/60 mmHg fowler fowler untuk
f. Suhu : 36.3◦c memaksimalkan
ventilasi
5. Lakukan fisioterapi dada 5. Melakukan fisioterapi
sebagaimana mestinya dada untuk mengurangi
sesak
6. Motivasi pasien untuk 6. Memotivasi pasien
bernafas pelan dan dalam untuk bernafas pelan
dan batuk efektif dan dalam dan batuk
efektif sehingga
menggurangi secret

7. Instruksikan bagaimana
7. Menginstruksikan agar
cara melalukakan batuk
bisa melakukan batuk
efektif
efektif

80
8. Buang sekret dengan 8. Membuang secret
memotivasi pasien untuk dengan batuk efektif
batuk efektif atau atau penghisapan lendir
penghisapan lendir sesingga mengurangi
sesak
9. Berikan oksigen, jika perlu 9. Memberikan oksigen
untuk mempertahankan
ventilasi
10. Kolaborasi pemberian
10.Mengkolaborasi
inhalasi bronkodilator,
pemberian
ekspektoran dan
bronkodilator sehingga
mukuolitik
menggurai sesak nafas

81
2 Gangguan pertukaran gas SLKI : Pertukaran Gas SIKI :
berhubungan dengan A. Pemantauan Respirasi
KH A T
ketidakseimbangan ventilasi- Dipsnea 2 4 1. Monitor frekuensi, 1. Memonitor pola nafas
perfusi dibuktikan dengan Suara 2 4 irama,kedalaman dan upaya frekuensi, kedalaman,
nafas
dispnea, pola napas abnormal tambahan nafas usaha nafas sehingga
(cepat), bunyi napas Diaforesis 2 4 mengetahui pola nafas
Gelisah 2 4
tambahan. Pola 2 4 pasien.
DS : nafas 2. Monitor pola nafas (seperti 2. Memonitor pola nafas
Indikator :
a. Pasien mengatakan sesak 1 : Meningkat bradipnea, takipnea, pasien sehingga
b. Pasien mengatakan 2 : Cukup meningkat hiperventilasi, kussmaul, mengetahui pola nafas
3 : sedang
kesulitan dalam bernafas 4 : Cukup menurun chyne-stokes, blot, ataksik) pasien
5 : Menurun 3. Monitor kemampuan batuk 3. Memonitor kemampuan
DO : efektif batuk efektif untuk
a. keadaan umum lemah mencegah penumpukan
b. Klien tampak gelisah secret
c. Suara nafas whezzing 4. Monitor adanya produksi sputum 4. Memonitor adanya
d. RR : 27x/menit produksi sputum
e. Nadi : 105x/menit sehingga terbebasnya
f. TD : 120/60 mmHg jalan nafas

82
g. Suhu : 36.3◦c 5. Monitor adanya sumbatan jalan 5. Memonitor adanya
nafas sumbatan jalan nafas
sehingga terciptanya
jalan nafas bersih
tampah sumbatan
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi 6. Melakukan palpasi
paru kesimetrisan ekspansi
paru sehingga
mengetahui
kesimetrisan ekspansi
paru
7. Auskultasi bunyi nafas 7. Melakukan auskultasi
bunyi nafas sehingga
mengetahui bunyi nafas
pasien
8. Monitor saturasi oksigen 8. Memonitor saturasi
oksigen pasien
sehingga mengetahui
apakah pasien masih

83
sesak atau tidak
9. Jelaskan tujuan dan prosedur 9. Menjelaskan tujuan dan
pemantauan prosedur pemantauan
sehingga pasien
mengetahui tujuan dari
pemantauan
10. Informasikan hasil pemantauan 10. Menginformasikan
jika perlu hasil pemantauan
kepda pasien sehingga
mengetahui hasil
dilakukannya
pemantauan
Pada pasien 2
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak SLKI : Bersihan Jalan Napas SIKI :
efektif berhubungan dengan A. Manajemen Jalan Nafas
KH A T
respon alergi dibuktikan Produksi sputum 2 4 1. Monitor pola nafas 1. Memonitor pola nafas
dengan batuk tidak efektif, Mengi 2 4 (Frekuensi, kedalaman, frekuensi, kedalaman,
Wheezing 2 4
sputum berlebih, wheezing, Dispnea 2 4 usaha nafas) usaha nafas sehingga

84
dispnea, frekuensi nafas Pola napas 2 4 mengetahui pola nafas
Frekuensi napas 2 4
berubah, pola nafas berubah pasien.
DS : Skala Indikator 2. Monitor bunyi napas 2. Memonitor bunyi napas
e. Pasien mengatakan 1. Memburuk tambahan (mengi, tambahan, untuk
2. Cukup memburuk
sesak nafas 3. Sedang wheezing) mengetahui bunyi nafas
f. Pasien mengatakan 4. Cukup membaik tambahan pasien
5. Membaik
batuk berdahak sejak 2 menggi atau wheezing
hari yang lalu 3. Pertahankan kepatenan 3. Membuka jalan nafas
g. Pasien mengatakan dada jalan napas dengan head- dengan chin lift atau
seperti tertekan tilt dan chin-lift atau jaw jaw thrust, sehingga
h. Pasien mengatakan asma thrust mengurangi sesak
nya kambuh karena 4. Posisikan semi-fowler atau 4. Memposisikan semi
alergi terhadap debu, fowler fowler untuk
kecapekan,dan terlalu memaksimalkan
stres ventilasi
DO: 5. Lakukan fisioterapi dada 5. Melakukan fisioterapi
a. Terdapat sputum sebagaimana mestinya dada untuk mengurangi
b. Suara nafas whezzing sesak
c. RR : 28x/menit 6. Motivasi pasien untuk 6. Memotivasi pasien

85
d. Nadi : 105x/menit bernafas pelan dan dalam untuk bernafas pelan
e. TD :130/90 mmHg dan batuk efektif dan dalam dan batuk
f. Suhu : 36.4◦c efektif sehingga
menggurangi secret
7. Instruksikan bagaimana
7. Menginstruksikan agar
agar bisa melalukakan
bisa melakukan batuk
batuk efektif
efektif

8. Buang sekret dengan


8. Membuang secret
memotivasi pasien untuk
dengan batuk efektif
batuk efektif atau
atau penghisapan lendir
penghisapan lendir
sesingga mengurangi
sesak
9. Memberikan oksigen
9. Berikan oksigen, jika perlu
untuk mempertahankan
ventilasi

10. Kolaborasi pemberian


10.Mengkolaborasi
bronkodilator, ekspektoran
pemberian
dan mukuolitik

86
bronkodilator sehingga
menggurai sesak nafas

2 Gangguan pertukaran gas SLKI : Pertukaran Gas B. Pemantauan Respirasi


berhubungan dengan 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Memonitor pola nafas
KH A T
ketidakseimbangan ventilasi- Dipsnea 2 4 kedalaman dan upaya nafas frekuensi, kedalaman,
perfusi dibuktikan dengan Suara 2 4 usaha nafas sehingga
nafas
dispnea, pola napas abnormal tambahan mengetahui pola nafas
(cepat), bunyi napas Diaforesis 2 4 pasien.
Gelisah 2 4
tambahan. Pola 2 4 2. Monitor pola nafas (seperti 2. Memonitor pola nafas
nafas bradipnea, takipnea, pasien sehingga
Indikator :
DS: 1 : Meningkat hiperventilasi, kussmaul, mengetahui pola nafas
a. Pasien mengatakan 2 : Cukup meningkat chyne-stokes, blot, ataksik) pasien
3 : sedang
sesak nafas 4 : Cukup menurun 3. Monitor kemampuan batuk 3. Memonitor kemampuan
b. Pasien mengeluh sulit 5 : Menurun efektif batuk efektif untuk
untuk bernafas dan mencegah penumpukan
dada terasa tertekan secret
DO: 4. Monitor adanya produksi 4. Memonitor adanya
a. RR : 28x/menit sputum produksi sputum

87
b. Nadi : 105x/menit sehingga terbebasnya
c. TD :130/90 mmHg jalan nafas
d. Suhu : 36.4◦c 5. Monitor adanya sumbatan 5. Memonitor adanya
e. Suara nafas whezzing jalan nafas sumbatan jalan nafas
f. Nadi teraba cepat sehingga terciptanya
jalan nafas bersih
tampah sumbatan
6. Palpasi kesimetrisan 6. Melakukan palpasi
ekspansi paru kesimetrisan ekspansi
paru sehingga
mengetahui
kesimetrisan ekspansi
paru
7. Auskultasi bunyi nafas 7. Melakukan auskultasi
bunyi nafas sehingga
mengetahui bunyi nafas
pasien
8. Monitor saturasi oksigen 8. Memonitor saturasi
oksigen pasien

88
sehingga mengetahui
apakah pasien masih
sesak atau tidak
9. Jelaskan tujuan dan prosedur 9. Menjelaskan tujuan dan
pemantauan prosedur pemantauan
sehingga pasien
mengetahui tujuan dari
pemantauan
10. Informasikan hasil 10. Menginformasikan
pemantauan jika perlu hasil pemantauan
kepda pasien sehingga
mengetahui hasil
dilakukannya
pemantauan

89
5. Implementasi
Pada Pasien 1
No Tanggal & Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Hari Evaluasi Paraf
jam &Tanggal
1 Rabu, 21 1. Memonitor pola nafas (Frekuensi, Rabu, 21 S : Pasien mengatakan sesak nafas nya sudah
April 2021 kedalaman dan usaha nafas) dan April 2021 berkurang,dahak pada jalan nafas
14.00 WIB memonitor bunyi nafas tambahan 15.00 berkurang.
dengan cara Inspeksi, Auskultasi, WIB
Palpasi sebelum dan sesudahnya O:
dilakukan penerapan terapi inhalasi a. Nafas vesikuler
dan tehnik batuk efektif b. Batuk berkurang
c. Sputum berkurang
R : pasien mengatakan sesak nafas, d. Pasien tampak lebih nyaman
batuk, dan terdapat sputum pada e. Pernafasan pasien tampak normal
jalan nafas, dan pasien f. Irama nafas pasien teratur
mengetahui adanya suara nafas g. TTV
tambahan (wheezing), dan adanya TD : 120/80 mmHg
perubahan pola nafas yaitu RR : 22x/menit
peningkatan frekuensi nafas Nadi : 92x/menit

90
27x/menit. A:
KH A T H
2. Memposisikan pasien fowler 90◦ Produksi sputum 2 5 4
R : Pasien merasa lebih nyaman saat Mengi 2 5 4
diberikan posisi fowler 90◦ Wheezing 2 5 4
3. Memonitor adanya produksi sputum Dispnea 2 5 4
R : pasien mengatakan terdapat Pola nafas 2 5 4
sputum yang menyumbat pada Frekuensi nafas 2 5 4
jalan nafas, dan sputum berwarna
bening dan encer. P : Intervensi dihentikan pasien pulang
4. Memonitor adanya sumbatan pada
jalan nafas
R : klien mengatakan adanya dahak
pada jalan nafas
5. Melalukan auskultasi bunyi nafas
R : bunyi nafas tambahan yang
terdengar (wheezing)
6. Mengajarkan tehnik batuk efektif
R : pasien melakukan teknik batuk

91
efektif sesuai SOP
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi
inhalasi (nebulizer) dengan combivent
2 ampul dan injeksi dexametaxone 1
ampul
R : pasien mengatakan sesak nafas
nya berkurang, dan sputum pada jalan
nafas berkurang, sehingga pernafasan
menjadi lega setelah diberikan terapi
inhalasi
2 Rabu, 21 1. Memonitor frekuensi, irama, Rabu, 21 S : pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
April 2021 kedalaman dan upaya nafas April 2021 dan tidak kesulitan lagi dalam bernafas
14.15 R : pasien mengatakan kesulitan 15.20
WIB dalam bernafas dan pasien WIB O:
mengatakan sesak nafas, pasien a. Sesak nafas berkurang
mengetahui frekuensi nafas cepat b. Pasien tidak kesulitan lagi dalam
27x/m, dan irama nafas tidak bernafas
teratur dan pernafasan cepat c. Pasien merasa lebih nyaman
2. Memonitor pola nafas d. Pasien bisa melakukan tehnik batuk

92
R : pasien kesulitan dalam bernafas efektif untuk mengurangi sumbatan
dan pernafasan pasien tampak cepat pada jalan nafas
(takipnea) e. Sputum berkurang
3. Memposisikan pasienfowler 90◦
R : Pasien merasa lebih nyaman diberikan A:
posisi fowler 90◦ KH A T H
4. Memonitor kemampuan batuk efektif Dipsnea 2 5 4
R : klien mengatakan sudah bisa Suara nafas 2 5 4
melakukan batuk efektif secara tambahan
mandiri untuk mengeluarkan Diaforesis 2 5 4
dahak pada jalan nafas Gelisah 2 5 4
Pola nafas 2 5 4

P :Intervensi dihentikan pasien pulang

93
Pada Pasien 2

No Tanggal & Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Hari Evaluasi Paraf
jam &Tanggal
1 Jumat, 23 1. Memonitor pola nafas (Frekuensi, Rabu, 21 S : Pasien mengatakan sesak nafas nya sudah
April 2021 kedalaman dan usaha nafas) dan April 2021 berkurang,dahak pada jalan nafas
11.00 WIB memonitor bunyi nafas tambahan 12.00 berkurang.
dengan cara Inspeksi, Auskultasi, WIB
Palpasi sebelum dan sesudahnya O:
dilakukan penerapan terapi inhalasi h. Nafas vesikuler
dan tehnik batuk efektif i. Batuk berkurang
j. Sputum berkurang
R : pasien mengatakan sesak nafas, k. Pasien tampak lebih nyaman
batuk, dan terdapat sputum pada l. Pernafasan pasien tampak normal
jalan nafas, dan pasien m. Irama nafas pasien teratur
mengetahui adanya suara nafas n. TTV
tambahan (wheezing), dan adanya TD : 120/80 mmHg
perubahan pola nafas yaitu RR : 22x/menit
peningkatan frekuensi nafas Nadi : 92x/menit

94
27x/menit.
A:
2. Memposisikan pasien fowler 90◦ KH A T H
R : Pasien merasa lebih nyaman saat Produksi sputum 2 5 4
diberikan posisi fowler 90◦ Mengi 2 5 4
3. Memonitor adanya produksi sputum Wheezing 2 5 4
R : pasien mengatakan terdapat Dispnea 2 5 4
sputum yang menyumbat pada Pola nafas 2 5 4
jalan nafas, dan sputum berwarna Frekuensi nafas 2 5 4
bening dan encer.
4. Memonitor adanya sumbatan pada P : Intervensi dihentikan pasien pulang
jalan nafas
R : klien mengatakan adanya dahak
pada jalan nafas
5. Melalukan auskultasi bunyi nafas
R : bunyi nafas tambahan yang
terdengar (wheezing)
6. Mengajarkan tehnik batuk efektif
R : pasien melakukan teknik batuk

95
efektif sesuai SOP
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi
inhalasi (nebulizer) dengan combivent
2 ampul dan injeksi dexametaxone 1
ampul
R : pasien mengatakan sesak nafas
nya berkurang, dan sputum pada jalan
nafas berkurang, sehingga pernafasan
menjadi lega setelah diberikan terapi
inhalasi
2 Jumat, 23 1. Memonitor frekuensi, irama, Jumat, 23 S : pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
April 2021 kedalaman dan upaya nafas April 2021 dan tidak kesulitan lagi dalam bernafas
11.20 R : pasien mengatakan kesulitan 12.20
WIB dalam bernafas dan pasien WIB O:
mengatakan sesak nafas, pasien b. Sesak nafas berkurang
mengetahui frekuensi nafas cepat c. Pasien tidak kesulitan lagi dalam
27x/m, dan irama nafas tidak bernafas
teratur dan pernafasan cepat d. Pasien merasa lebih nyaman
2. Memonitor pola nafas e. Pasien bisa melakukan tehnik batuk

96
R : pasien kesulitan dalam bernafas efektif untuk mengurangi sumbatan
dan pernafasan pasien tampak cepat pada jalan nafas
(takipnea) f. Sputum berkurang
3. Memposisikan pasien fowler 90◦
R : Pasien merasa lebih nyaman A:
diberikan posisi fowler 90◦ KH A T H
4. Memonitor kemampuan batuk Dipsnea 2 5 4
efektif Suara nafas 2 5 4
R : klien mengatakan sudah bisa tambahan
melakukan batuk efektif secara Diaforesis 2 5 4
mandiri untuk mengeluarkan Gelisah 2 5 4
dahak pada jalan nafas Pola nafas 2 5 4

P :Intervensi dihentikan pasien pulang

97
98

Interprestasi

Pada pasien pertama dan pasien kedua dilakukan tindakan keperawatan


yang sama yaitu meliputi pemantauan vital sign untuk mengetahui keadaan umum
pasien serta memberikan terapi nebulizer menggunakan combivent dan pemberian
tehnik batuk efektif untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif, tindakan
intervensi pada kedua pasien dihentikan karena kondisi kedua pasien sudah lebih
baik dan dinyatakan dapat pulang.

6. Discharge Planning
Discharge Planning Pasien Pertama
No. Reg : 19-07-46 Alamat : 14 Ulu 1 Tangga
Nama / Umur : Ny.M / 43 Tahun Takat
Jenis Kelamin : Perempuan Ruang Rawat : IGD
Tanggal MRS : 21 April 2021 Tanggal KRS : 21 April 2021
Diagnosis MRS : Asma Bronchiale Diagnosis KRS : Asma Bronchiale

Aturan Diet
- Dianjurkan :
a. Mengkonsumsi buah
b. Mengkonsumsi sayur
c. Mencukupi kebutuhan cairan yang adekuat

- Dihindari :
a. Makanan yang mengandung sulfit (Bahan kimia)
b. Makanan dan minuman yang mengandung gas
c. Makanan pemicu alergen (Produk susu, seafood,
gandum, telur, kacang-kacangan)

1. Jelaskan penanganan pertama pada pasien asma


2. Menjelaskan cara penggunaan obat-obat asma (Inhalasi)
dan latihan batuk efektif
3. Menjelaskan untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu
berat
4. Menjelaskan untuk menghindari faktor pemicu terjadi
penyakit asma (kebersihan lantai rumah, debu, bulu
binatang, iklim)
5. Mengajarkan strategi untuk contor stress, dan kecemasan.
6. Menganjurkan untuk menghubungi dokter jika serangan
asma masih timbul sesudah diobati dengan kortikosteroid
oral atau inhalasi
99

Obat-obatan: Combivent 2 ampul, Injeksi Dexamethasone,


Chlorpheniramine (CTM) , Salbutamol, Allopurinol 300 mg,
ceterizine.

Aktifitas dan istirahat :


latihan nafas, jalan, olah raga ringan selama 5-10 menit dan
istirahat yang cukup

Tanggal / Tempat Kontrol : Tidak ada


Pemeriksaan Penunjang yang Dibawa Pulang : Tidak ada pemeriksaan penunjang

Dipulangkan dari RS dengan keadaan :


Membaik
Meneruskan dengan obat jalan
Pindah ke RS lain
Pulang paksa
Lari
Meninggal

Discharge Planning Pasien Kedua

No. Reg : 24-53-63 Alamat : Jl.H Paqih Usman 28


Nama / Umur : Ny.C / 64 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Ruang Rawat : IGD
Tanggal MRS : 23 April 2021 Tanggal KRS : 23 April 2021
Diagnosis MRS : Asma Bronchiale Diagnosis KRS : Asma Bronchiale

Aturan Diet
- Dianjurkan :
1. Mengkonsumsi buah
2. Mengkonsumsi sayur
3. Mencukupi kebutuhan cairan yang adekuat

- Dihindari :
1. Makanan yang mengandung sulfit (Bahan kimia)
2. Makanan dan minuman yang mengandung gas
3. Makanan pemicu alergen (Produk susu, seafood,
gandum, telur, kacang-kacangan)

a. Jelaskan penanganan pertama pada pasien asma


b. Menjelaskan cara penggunaan obat-obat asma (Inhalasi)
dan latihan batuk efektif
c. Menjelaskan untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu
100

berat
d. Menjelaskan untuk menghindari faktor pemicu terjadi
penyakit asma (kebersihan lantai rumah, debu, bulu
binatang, iklim)
e. Mengajarkan strategi untuk contor stress, dan kecemasan.
f. Menganjurkan untuk menghubungi dokter jika serangan
asma masih timbul sesudah diobati dengan kortikosteroid
oral atau inhalasi

Obat-obatan: Combivent 2 ampul, Injeksi Dexamethasone,


Chlorpheniramine (CTM) , Salbutamol, Allopurinol 300 mg,
Ceterizine.

Aktifitas dan istirahat :


latihan nafas, jalan, olah raga ringan selama 5-10 menit dan
istirahat yang cukup

Tanggal / Tempat Kontrol : Tidak ada


Pemeriksaan Penunjang yang Dibawa Pulang : Tidak ada pemeriksaan penunjang

Dipulangkan dari RS dengan keadaan :


Membaik
Meneruskan dengan obat jalan
Pindah ke RS lain
Pulang paksa
Lari
Meninggal
101

C. Pembahasan
Pada Bab ini, penulisan akan membahas hasil pengkajian, dan
kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan dalam memberikanterapi
inhalasi dan batuk efektif terhadap masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif pada pasien asma bronchiale di Instalasi gawat Darurat Rumah
Sakit muhammadiyah Palembang Dari tanggal 21 dan 23 April 2021,
Pembahasan dibuat menggunakan tahap-tahap proses keperawatan melalui
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi dan
discharge planning
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama langkah awal dari suatu proses
keperawatan yang terdiri dari tahap-tahapan yaitu pengumpulan data,
pengelompokkan serta kemampuan menganalisa dan menemukan
diagnosis keperawatan. Pengkajian yang penulis lakukan dalam Asuhan
keperawatan pada Ny. M dan Ny. C dengan gangguan sistem pernafasan
Asma Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. pada saat melakukan pengkajian penulis menggunakan
instrumen pengkajian sebagai pedoman yaitu pengkajian menurut buku
keperawatan gawat darurat diruangan Instalasi gawat darurat. (IKesT
Muhammadiyah,2021).
Pemeriksaan fisik pada pasien pertama didapatkan bahwa sesak
napas,batuk, terdapat sputum, dada terasa tertekan, suara nafas tambahan
whezzing, pasien merasa kesulitan untuk mengeluarkan sputum pada
jalan nafas kemudian dilakukan pengukuran dan penilaian bersihan jalan
nafas tidak efektif, di mana tindakan tersebut dilakukan sebelum dan
sesudah dilakukannya pemberian terapi inhalasi (Nebulizer) dan batuk
efektif. Dengan menghitung frekuensi nafas dan mendengarkan bunyi
nafas dengan cara Inspeksi, Auskultasi dan Palpasi dan mendapatkan
hasil yang berbeda dari kedua pasien, pemeriksaan pada pasien pertama
mengatakan batuk di sertai dahak yang sulit untuk dikeluarkan tidak bisa
beristirahat, suara nafas tambahan wheezing, dada terasa tertekan
pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien pertama Tekanan darah :
102

120/60 mmHg, nadi : 100x/menit. Pernafasan : 27x/menit, suhu : 36.3◦c,


dan memiliki alergi terhadap debu dan bau masakan yang menyengat,
BB sebelum sakit : 75 kg, sesudah sakit : 75 kg. dari hasil pemeriksaan
fisik pasien kedua didapatkan bahwa sesak napas, suara nafas tambahan
whezzing, batuk, adanya sputum, dada terasa sesak, Pasien mengatakan
sesak nafas dan merasa kesulitan untuk mengeluarkan dahak yang
menyumbat pada jalan nafas, dan pemeriksaan tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 130/90 mmHg, Nadi : 105/menit, Pernafasan :
28x/menit, Suhu : 36.4◦c dan memiliki riwayat Asma dalam keluarganya.
Pengkajian yang penulis lakukan Dalam hal ini untuk mengurangi
bersihan jalan nafas tidak efektif yang di alami pasien yaitu terapi
inhalasi dan tehnik batuk efektif yang mana terapi inhalasi (Nebulizer)
dan tehnik batuk efektif ini merupakan terapi yang paling tepat untuk
mengatasi serangan asma menggunakan terapi inhalasi yaitu alat yang
digunakan untuk merubah alat broncodilator dari bentuk cair ke bentuk
partikel aerosol yang sangat halus sangat bermanfaat pada saat dihirup
sehingga menimbulkan efek untuk mengembalikan spasme bronchus dan
batuk efektif ini merupakan terapi lain yang dapat di gunakan selain
menggunakan terapi inhalasi pada pasien asma yang mengalami sesak
dan batuk disertai dahak dapat dilakukan batuk efektif karena batuk
efektif mampu membantu mengatasi sesak dan dapat menghemat energi
pada saat batuk sehingga tidak mudah lelah, membantu mengeluarkan
sekresi pada saluran pernafasan (Yuliana, 2015 & Mutaqqin, 2017)
Pengkajian menurut teori yang biasa terjadi pada kasus asma yang
dapat menghambat jalan nafas adalah sesak pada pernafasan, batu-batuk,
serta adanya lendir atau secret yang dapat menghambat jalan nafas
(Wahid, 2015), hal ini sesuai dengan penelitian Tafdhila, 2019 untuk
menegakan diagnosis asma biasanya sering ditemukan adalah sesak
nafas, batuk-batuk, serta adanya lendir atau secret, penderita bernafas
cepat dan dalam, gelisah, dan terdapat suara nafas tambahan mengi atau
wheezing, sedangkan data objektif didapatkan klien terlihat sesak nafas,
103

batuk disertai dahak, dada terasa tertekan, adanya suara nafas tambahan
wheezing (Tafdhila, 2019).
Berdasarkan data dari pengkajian dan teori bahwasannya yang
didapat untuk pasien asma adalah sesak nafas, batuk disertai dahak,
adanya suara nafas tambahan wheezing, penderita bernafas cepat dan
dalam, dada terasa tertekan.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (SDKI, 2018)
Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada pasien pertama dan
kedua yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan respon
alergi dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
wheezing, dispnea, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah,
Gangguang pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan dipsnea, takikardia, diaforesis, pola
nafas abnormal (cepat), sianosis bunyi nafas tambahan.
Gejala asma sangat bervariasi antara seorang penderita dengan
penderita lainnya. Gejala asma sesak nafas, wheezing, batuk dengan
sputum atau tanpa sputum, ada sebagian mengeluh nyeri dada, gelisah,
diaforesis, takikardi, dan tekanan nadi yang melebar (Wahid, 2015)
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spresifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI,
2018) dalam kasus ini penulis merencanakan intervensi keperawatan dan
harus memperhatikan beberapa criteria yang berhubungan dengan
intervensi keperawatan.
104

Intervensi yang bisa dilakukan pada pasien pertama dan kedua


yaitu dengan melakukan pendekatan pada pasien, memonitor pola nafas,
(Frekuensi, irama, kedalaman, usaha nafas), memonitor bunyi nafas
tambahan (wheezing), memonitor sputum, memposisikan pasien,
memonitor tanda-tanda vital, mengukur kriteria penilaian bersihan jalan
nafas tidak efektif dengan cara (Inspeksi, Auskultasi, dan Palpasi)
sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi (Nebulizer) dan batuk
efektif terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien asma.
Bersihan jalan nafas tidak efektif yang menjadi faktor terjadi
penyakit asma yang bisa diatasi dengan tehnik nonfarmakologi dengan
tehnik batuk efektif yang tidak banyak dilakukan oleh pasien yang
kesulitan dalam mengeluarkan secret dan mengakibatkan penumpukan
sputum mengakibatkan penderita asma kesulitan dalam bernafas pasien
dengan penderita asma yang mengakibatkan penyakit asma berulang
(Kurnianti, 2015).
Menurut penelitian Tafdhila, 2019 terapi yang dapat dilakukan
pada pasien asma yang mengalami sesak pada pernafasan, batuk-batuk,
serta adanya lendir atau secret yang dapat memperhambat jalan nafas
adalah terapi nebulizer merupakan pilihan terbaik pada kasus yang
berhubungan dengan inflamasi terutama pada penderita asma. Selain
menggunakan nebulizer, pasien asma yang mengalami sesak dan batuk
disertai sputum dapat dilakukan latihan batuk efektif dan manfaat latihan
batuk efektif adalah untuk melonggarkan dan melegakan saluran
pernafasan maupun mengatasi sesak nafas akibat adanya secret yang
memenuhi saluran pernafasan.
Berdasarkan data yang didapat bahwa intervensi yang dapat
direncanakan untuk mengetahui masalah keperawatan dengan melakukan
terapi inhalasi dan batuk efektif untuk mengurangi ketidakefektifan
bersihan jalan nafas, dan diharapkan untuk tetap melakukannya dirumah
agar dapat meminimalisir kambuhnya asma tersebut.
105

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisis rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah anda tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi renspons klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Budiono, 2015).
Implementasi yang dilakukan pada pasien pertama dan kedua
dengan bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu melakukan pendekatan
pada pasien, melakukan pemerikasaan fisik untuk menilai kriteria
bersihan jalan nafas tidak efektif dengan cara (Inspeksi, Auskultasi
menggunakan stetoskop, Palpasi) sebelum dan sesudah diberikan terapi
inhalasi dan batuk efektif, implementasi yang dilakukan pada pasien
pertama tanggal 21 April 2021 dan pasien ke dua 23 April 2021 dengan
terapi inhalasi dan batuk efektif. Pengukuran bersihan jalan nafas ini
untuk mengetahui frekuensi nafas, irama, kedalaman dan upaya nafas,
pola nafas, bunyi nafas tambahan, dan untuk mengukur denyut nadi,
untuk mengetahui adanya sumbatan pada jalan nafas (Tafdhila dan
Kurniawati, 2019).
Terapi inhalasi dan batuk efektif merupakan terapi yang paling
tepat untuk mengatasi serangan asma dan bermafaat untuk mengencerkan
dahak pada jalan nafas, melonggarkan pernafasan, melegakan
nafas,(Sutiyo dan Nurlaila, 2017). Terapi inhalasi ini dipilih karena
pemberian terapi inhalasi memberikan efek bronkodilatasi atau
melebarkan lumen bronkus, dahak menjadi encer sehingga
mempermudah dikeluarkan, menurunkan hiperaktifitas bronkus dan
dapat mengatasi infeksi (Wahyuni, 2017). Terapi inhalasi adalah
pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratori
(Rahajoe, 2016)
Manfaat latihan batuk efektif untuk melonggarkan dan melegakan
saluran pernafasan maupun mengatasi sesak nafas akibat adanya lendir
yang memenuhi saluran pernafasan. Tujuan dilakukannya teknik batuk
efektif ini adalah untuk membantu mengatasi sesak dan membantu
106

mengeluarkan sekresi pada saluran pernafasan akibat pengaruh nekrose


serta membantu membersihkan jalan nafas (Mutaqqin, 2011).Teknik
batuk efektif ini bisa dilakukan 1 kali sehari selama 15 menit (Mutaqqin,
2017). Peneliti menerapkan tindakan yang dilakukan pada pasien asma
bronchiale dengan melakukan terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap
masalh keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Budi (2017) dengan judul
Perbedaan Pengaruh Latihan Batuk Efektif pada Intervensi Nebulizer
Terhadap Penurunan Frekuensi Pernafasan pada Asma didapatkan hasil
ada pengaruh latihan batuk efektif dengan pemberian nebulizer terhadap
penurunan frekuensi batuk, dan membantu pasien dalam mengeluarkan
sputum yang mengakibatkan bersihan jalan nafas tidak efektif pada
pasien Asma Bronchiale.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori di atas menurut
asumsi peneliti bahwa hasil yang didapatkan dari dua tindakan yang telah
dilakukan yaitu terapi inhalasi dan batuk efektif. Berdasarkan hasil dari
kedua pasien maka terapi inhalasi dan teknik teknik batuk efektif
terbukti untuk mengatasi bersihanjalan nafas tidak efektif yang dirasakan
oleh pasien. Serangan asma yang dapat menghambat jalan asma adalah
sesak pada pernafasan, batuk-batuk, serta adanya lendir atau secret yang
dapatmemperhambat jalan nafas dan terapi yang paling tepat adalah
menggunakan terapi nebulizer. Nebulizer merupakan pilihan terbaik pada
kasus kasus yang berhubungan dengan inflamasi terutama pada penderita
asma, selain menggunakan terapi nebulizer, pasien asma yang mengalami
sesak dan batuk dapat dilakukan latihan batuk efektif dan manfaat latihan
batuk efektif adalah untuk melonggarkan dan melegakan saluran
pernafasan maupun mengatasi sesak nafas akibat adanya lendir yang
memenuhi saluran pernafasan

5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dengan menunjukkan tujuan tercapainya kriteria
107

hasil pada tahap perencanaan (Manurung, 2015). Evaluasi


membandingkan rencana keperawatan pada pasien pertama dan pasien
kedua yang telah dilakukan selama pasien di instalasi gawat darurat yaitu
dengan terapi inhalasi dan batuk efektif pada pasien pertama telah
berhasil menurunkan frekuensi nafas yang pada awalnya 27x/menit
menurun menjadi 22x/menit, pasien kedua sebelum dilakukan terapi
inhalasi dan batuk efektif frekuensi nafas 28x/menit menurun menjadi
23x/menit
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kurniawati (2019)
menjelaskan bahwa terapi inhalasi dan batuk efektif, efektif dalam
membantu menurunkan frekuensi nafas pada pasien asma, dengan
melakukan terapi inhalasi dan batuk efektif dapat membuat Frekuensi
pernafasan responden sebelum dilakukan batuk efektif adalah 29x/menit
sesudah dilakukan batuk efektif frekuensi pernafasan pada pasien
menjadi 21x/menit, melonggarkan pernafasan, melegakan saluran
pernafasan maupun mengatasi sesak nafas.
Setelah dilakukan implementasi penulis berasumsi bahwa hasil
evaluasi yang didapatkan dari kedua pasien Ny.M dan Ny.C dari semua
hasil kedua pasien mengalami perubahan frekuensi nafas, frekuensi nafas
yang pada awalnya 27x/menit menurun menjadi 22x/menit, pasien kedua
sebelum dilakukan terapi inhalasi dan batuk efektif frekuensi nafas
28x/menit menurun menjadi 23x/menit. Terapi inhalasi dan teknik batuk
efektif terbukti untuk menurunkan frekuensi pernafasan dan efektif
terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif yang dirasakan oleh pasien
6. Discharge planning
Discharge planning merupakan suatu komponen dalam aplikasi
manajemen keperawatan untuk peningkat mutu pelayanan keperawatan
yang profesional yang pada dasarnya merupakan program perencanaan
pulang dan pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan
kepada pasien (Hariyanti & Pujasari 2014).
Discharge planning yang diberikan pada pada Ny.M dan Ny.C
adalah memberikan informasi seperti hindari makan-makanan dan benda-
108

benda yang mengakibatkan alerginya kambuh dan menyebabkan asma,


hindari aktivitas terlalu berat, pola makan teratur, pola istirahat teratur
dan dianjurkan untuk melatih teknik batuk efektif untuk mengatasi
ketidakefktifan bersihan jalan nafas disela-sela istirahat untuk
meminimalisir kambuhnya asma.
Menurut Nurarif, 2015 discharge planning yang diberikan pada
klien dengan penyakit asma, fokuskan pada perawatan mandiri di rumah,
jelaskan penanganan pertama pada asma, jelaskan cara-cara penggunaan
obat-obat asma (Inhalasi), hindari faktor pemicu kebersihan lantai rumah,
debu, bulu binatang, dan lain-lain, jelaskan strategi control kecemasan,
takut, stress, Mengajarkan teknik batuk efektif, jelaskan penting istirahat
dan latihan termasuk latihan nafas, jelaskan pentingnya intake cairan dan
nutrisi yang adekuat, dan hubungi dokter jika serangan asma masih
timbul sesudah diobati dengan kortikosteroid oral atau inhalasi. Dischare
planning yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan
hasil dan teori peneliti berasumsi bahwa discharge planning yang
dilakukan sudah tepat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada Ny. M
dan Ny.C yang dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada data pengkajian yang penulis lakukan pada studi kasus pada Ny.M
dan Ny.C yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Kedua
pasien tersebut dengan gangguan sistem pernafasan Asma bronchiale
didapatkan 2 masalah keperawatan yaitu : Bersihan jalan nafas tidak
efektif dan gangguan pertukaran gas
2. Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada Ny.M dan Ny.C dengan
gangguan sistem pernafasan asma bronchiale didapatkan 2 diagnosis
yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan respon
alergi dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
wheezing, dispnea, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah.
Gangguang pertukaran gas berhubungandengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan dispnea, pola nafas abnormal
(cepat), bunyi nafas tambahan.
3. Intervensi keperawatan yang penulis rencanakan pada Ny.M dan Ny.C
dalam masalah bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu dengan
memberikan terapi inhalasi dan mengajarkan pasien melakukan teknik
batuk efektif
4. Implementasi keperawatan penulis lakukan pada Ny.M dan Ny.C yaitu
dengan melakukan terapi inhalasi dan teknik batuk efektif 1x sehari
selama 15 menit terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif yang
dirasakan oleh pasien
5. Evaluasi keperawatan mengenai penatalaksanaan terapi inhalasi dan
batuk efektif, hasil yang didapatkan pada pasien pertama frekuensi nafas
yang pada awalnya 27x/menit menurun menjadi 22x/menit, suara nafas
menjadi vesikuler, pasien kedua sebelum dilakukan terapi inhalasi dan
batuk efektif frekuensi nafas 28x/menit menurun menjadi 23x/menit.

109
110

6. Discharge planningpada Ny.M dan Ny.C ketika pasien akan pulang


dengan perawatan lebih lanjut yang dibantu oleh keluarga/ orang
terdekat maka penulis akan berikan diantaranya : memberikan
penjelasan tentang terapi inhalasi dan batuk efektif untuk mengatasi
bersihn jalan nafas tidak efektif pada penyakit asma, memberikan
penjelasan pendidikan kesehatan tentang penyakit asma, memberitahu
kepada pasien/keluarga tidak boleh melakukan aktivitas yang terlalu
berat dan berlebihan seperti terlalu banyak aktivitas dan banyak kegiatan
di malam hari, tidur larut malam, dan mengendalikan pikiran untuk
selalu berfikir positif, dan mengatur kegiatan agar tidak berlebihan untuk
menghindari kelelahan

B. Saran
Berdasarkan hasil penatalaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan,
maka penulis dapat memberikan beberapa saran di antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi tambahan dalam memberikan informasi
mengenai penatalaksanaan terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap
bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Sebagai bahan referensi tambahan bagi rumah sakit dalam menerapkan
intervensi terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap bersihan jalan nafas
tidak efektif pada pasien asma bronchiale
3. Pasien dan Keluarga
Hasil penulis studi kasus ini untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan keluarga tentang penatalaksanaan Terapi inhalasi dan batuk efektif
terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien asma bronchiale
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penulisan ini menjadi salah satu referensi dan sumber
pengetahuan bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan
111

5. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan
dan pengalaman langsung dalam melakukan penatalaksanaan terapi
inhalasi dan batuk efektif terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid dan Imam Suprapto, 2015. Asuhan Keoperawatan Pada


Gangguan Sistem Respirasi . CV. Trans Info Media
A.R. Yuliana dkk. Terapi Nebulizer Mengurangi Sesak Nafas Pada Serangan
Asma Bronkiale. Di Ruang IGD RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
Terapi Nebulizer Mengurangi Sesak Nafas
Budi ES, 2017. Perbedaan Pengaruh Latihan Batuk efektif dan Postural
Drainage pada Intervensi Nebulizer terhadap Penurunan Frekuensi
Sesak nafas pada Asma Bronchiale. Program Studi Ilmu Fisioterapi
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Faula & Santa, 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta Timur :
CV Trans Info Media
Nursalam, 2016. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan edisi 4. Jagakarsa
Jakarta Selatan: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid
1. Yogyakarta : Mediaction
PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP
PPNI
PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP
PPNI
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jarkarta Selatan :
DPP PPNI
Putu dkk, 2019. Perbedaan Efektivitas Posisi Semi Fowler Dan High Fowler
Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma Yang Diberikan
Nebulizer Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Klungkung.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad. Vol. 7. No. 2. September 2019
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), 2010. Asma. Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia, Jakarta: Indonesia
Price, S. A dan Wilson, L.M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit edisi 6 Volume 1. Jakarta; EGC
Putri, 2013. Pengaruh Postural drainase dan Latihan Batuk Efektif pada
Intervensi Nebulizer terhadap Penurunan Frekuensi Pernafasan pada
Asma. Jurnal Fisioterapi Vol. 13 N0. 1
Scholastica Fina, 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Pustaka Baru Press
Siti Lestari dkk, 2018. Jurnal Keperawatan Keefektifan Pemberian Nebulizer
Terapi Combivent Dan Terapi Bisolvon Terhadap Patensi Jalan Nafas
Pada Pasien Asma Bronkial DiRuang IGD BBKPM Makasar. Jurnal
Keperawatan Global. Vol. 3. No. 2. Desember 2018. Hal 58-131
Tafdhila dan Kurniawati, 2019. Pengaruh Latihan Batuk Efektif Pada
Intervensi Nebulizer Terhadap Penururnan Frekuensi Pernafasan
Pada Asma Di Instalasi Gawat Darurat. Jurnal Ilmiah Multi Science
Kesehatan. Vol. 11. Desember 2019
Wahyu, 2019. Penerapan Terapi Inhalasi Nebulizer Untuk Mengatasi Bersihan
Jalan Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Volume 5
Yuliana, 2015. Terapi Nebulizer Mengurangi Sesak Nafas Pada Serangan
Asma Bronchiale di IGD dr.LOEKMONO HADI KUDUS. Jurnal
Keperawatan Volume 6
WHO, 2014. Cronic Respiratory Disease, Retrieved.
http//www.who.int/respiratory/astma/definition/en
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR
TERAPI INHALASI (NEBULIZER)
Pengertian Inhalasi adalah suatu jenis cara inhalasi dengan
menggunakan alat pemecah obat untuk menjadi bagian-
bagian seperti hujan/uap untuk dihisap. Biasanya untuk
pengobatan saluran pernafasan bagian lebih bawah

Tujuan 1. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas


2. Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas
bagianatas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar
3. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab
4. Melegakan pernafasan
5. Mengurangi pembekakan selaput lendir
6. Mencegah pengeringan selaput lender
7. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk
8. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.

Indikasi 1. Pasien sesak nafas dan batuk


2. Broncho pneumonia
3. Ppom (bronchitis, emfisema)
4. Asma bronchial
5. Rhinitis dan sinusitis
6. Paska tracheostomi
7. Selaput lendir mengering
8. Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir saluran
pernafasan bagian atas

Kontra indikasi 1. Riwayat alergi


2. Trakeostomi
3. Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris
4. Kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk
nebulisasi

Tahap Pra Interaksi a. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan


tindakan
b. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent
(disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan).
c. Perawat Mencuci tangan
d. Melakukan persiapan alat

Persiapan Alat

a. Nebulizer kit
b. Obat inhalasi
c. Tisu Wajah

Tahap Orientasi a. Perawat memperkenalkan diri.


b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Tahap Interaksi a. Perawat mendekatkan alat
b. Perawat mencuci tangan
c. Mengucapkan Salam (Assalamualaikum)
d. Mengucapkan Basmallah (Bismillahirohmanirohim)
e. Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien
untuk nama pasien, tanggal lahir, dst)
f. Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden,
dll/ memasang sampiran)
g. Mengatur Posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan
yang akan dilakukan : telentang/miring/duduk

Tahap Kerja a. Jelaskan prosedur kepada pasien


b. Dekatkan alat ke samping tempat tidur,

Tindakan Penghisapan (nebulisasi)


Persiapan Klien

1. Meminta penderita untuk kumur terlebih dahulu.


2. Mempersilakan penderita untuk duduk, setengah
duduk atau berbaring (menggunakan bantal), posisi
senyaman mungkin.
3. Meminta penderita untuk santai dan menjelaskan cara
penggunaan masker (yaitu menempatkan masker
secara tepat sesuai bentuk dan mengenakan tali
pengikat). Bila menggunakan mouthpiece maka
mouthpiece tersebut dimasukkan ke dalam mulut dan
mulut tetap tertutup
4. Menjelaskan kepada penderita agar penderita
menghirup uap yang keluar secara perlahan-lahan dan
dalam hingga obat habis
5. Melatih penderita dalam penggunaan masker atau
mouthpiece.

Persiapan Terapi Inhalasi

1. Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan


2. Menghubungkan air hose, nebulizer dan
masker/mouthpiece pada main kit
3. Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat
penguap sesuai dosis yang telah ditentukan
4. Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi
pasien
5. Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON
pada main kit. Perhatikan jenis alat, pada nebulizer
tertentu, pengeluaran uap harus menekan tombol
pengeluaran obat pada nebulizer kit
6. Mengingatkan penderita, jika memakai masker atau
mouthpiece, uap yang keluar dihirup perlahan-lahan
dan dalam secara berulang hingga obat habis (kurang
lebih 10-15 menit)
7. Tekan tombol OFF pada main kit, melepas
masker/mouthpiece, nebulizer kit, dan air hose
8. Menjelaskan kepada penderita bahwa pemakaian
nebulizer telah selesai dan mengevaluasi penderita
apakah pengobatan yang dilakukan memberikan
perbaikan/mengurangi keluhan
9. Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta
obat-obatan yang telah dipakai.

Tahap Terminasi 1. Mengucapkan Hamdalah


Dan Dokumentasi 2. Merapikan Pasien
3. Membereskan alat
4. Perawat cuci tangan
5. Dokumentasi
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR
BATUK EFEKTIF
Pengertian Batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang
tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan
tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronciolus
dari secret atau benda asing dijalan nafas
Tujuan a. Meningkatkan distribusi ventilasi
b. Meningkatkan volume paru
c. Memfasilitasi dan meningkatkan pembersihan saluran
napas
d. Mencegah infeksi
e. Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga
mengurangi air trapping atau gas trapping

Indikasi a. Jalan nafas tidak efektif.


b. Pasien dengan batuk yang tidak efektif
c. Pasien yang memakai ventilasi
d. Pasien dengan abses paru
e. Pasien yang produksi sputum meningkat

Kontraindikasi b. Klien yang mengalami peningkatan Tekanan Intra


Kranial (TIK) gangguan fungsi otak.
c. Gangguan kardiovaskular : Hipertensi berat,
anerisma, gagal jantung, infark miocard.
d. Emphysema karena dapat menyebabkan rupture
dinding alveolar.

Tahap Pra Interaksi 1. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan


tindakan
2. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent
(disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan).
3. Perawat Mencuci tangan
4. Melakukan persiapan alat
Persiapan Alat :
- Wadah sputum
- bantal

Tahap Orientasi 1. Perawat memperkenalkan diri.


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Tahap Interraksi 1. Perawat mendekatkan alat


2. Perawat mencuci tangan
3. Mengucapkan Salam (Assalamualaikum)
4. Mengucapkan Basmallah (Bismillahirohmanirohim)
5. Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien
untuk nama pasien, tanggal lahir, dst)
6. Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden,
dll/ memasang sampiran)
7. Mengatur Posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan
yang akan dilakukan : telentang/miring.

1. Mengatur posisi yang nyaman bagi pasien dengan


Tahap Kerja posisi setengah duduk ditempat tidur, dikursi atau
dengan lying position ditempat tidur dengan satu
bantal
2. Memfleksikan lutut pasien untuk merilekskan otot
abdomen
3. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen, tepat
dibawah tulang iga
4. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup, hitung sampai 3 selama inspirasi
5. Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen
sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah
lengkung pada punggung, jika ada kesulitan
menaikkan abdomen ambil nafas secara cepat, nafas
kuat lewat hidung
6. Kemudian hembuskan lewat bibir seperti meniup dan
ekspirasi secara perlahandan kuat sehingga terbentuk
suara hembusan tanpa mengembungkan pipi
7. Gunakan latihan ini setiap kali merasakan nafas
pendek dan tingkatkan secara bertahap selama 5-10
menit, 4 kali dalam sehari. Latihan teratur akan
membantu pernafasan tanpa usaha. Latihan ini dapat
dilakukan dalam posisi duduk, tegap,berdiri maupun
berjalan
8. Mencatat kegiatan

Batuk efektif :
1. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler,
jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas
incisi sebagai bebat ketika batuk.
2. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas
dalam (3-5 kali)
3. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga
pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan
mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa
terjadi luka pada tenggorokan.
4. Ulangi lagi sesuai kebutuhan.

Tahap Terminasi 1. Mengucapkan Hamdalah


Dan Dokumentasi 2. Merapikan Pasien
3. Membereskan alat
4. Perawat cuci tangan
5. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai