DESI INDRIANI
NIM : 20018012
DESI INDRIANI
NIM : 20018012
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui
Ketua Program Studi
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Annisa Rahmania, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : 10 Juni 2021
Dekan
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Studi Kasus yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Studi Kasus ini plagiat,
maka sayabersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
(Desi Indriani)
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Palembang
Pada Tanggal : 10 Juni 2021
Yang Menyatakan
Materai 6000
(Desi Indriani)
NIM. 20018012
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatNya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif Terhadap Masalah
Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronchiale di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”. Penulisan
studi kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan Dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi CP.,M.Kes Selaku Rektor IKesT Muhammadiyah
Palembang.
2. Ibu Maya Fadlilah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
IKesT Muhammdiyah Palembang
3. Ibu Mar’atun Ulaa, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Ketua Program Studi Diploma
III Keperawatan IKesT Muhammadiyah Palembang.
4. Ibu Annisa Rahmania, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Pembimbing dalam
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini.
5. Ibu Windy Astuti Cahya Ningrum, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Penguji I
6. Ibu Renny Triwijayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Penguji II
7. Seluruh Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan Dan Staf Pegawai
IKesT Muhammadiyah Palembang.
8. Pada Kedua Orang Tua ku yang telah mendo’akan dan mendukung dalam
menyelesaikan Studi kasus.
9. Pada Sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan dukungan dan semangat
dalam pembuatan Studi Kasus
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Studi Kasus ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Penulis
vii
ABSTRAK
Desi Indriani
Email : indridesiani123@gmail.com
Kata Kunci: Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif, Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif, Asma Bronchiale.
Daftar pustaka : 19 (2010-2020)
viii
ix
DAFTAR ISI
x
E. Konsep Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian ..........................................................................................28
2.Diagnosis Keperawatan ......................................................................34
3.Intervensi ............................................................................................35
4.Implementasi ......................................................................................46
5.Evaluasi ..............................................................................................46
6.Discharge Planning .............................................................................46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................94
B. Saran...........................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Gambar Anatomi Sistem Pernafasan ................................................................9
2.2 Gambar Alat Inhalasi Nebulizer.......................................................................21
2.3 Gambar Batuk Efektif .....................................................................................25
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan Pathway Asma ............................................................................................15
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel Intervensi......................................................................................................34
Tabel Definisi Operasional ....................................................................................48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawat Daruratan merupakan pelayanan keperawatan yang
komprenshif untuk mendapatkan pertolongan segera mungkin serta
memerlukan suatu tindakan prosedur yang khusus dan cepat (Maryunani,
2016). Kondisi ini adalah situasi dalam keadaan ancaman bahaya ataupun
tidak ditangani dengan cepat dapat menimbulkan dampak buruk dan
kerusakan lebih lanjut. Keberhasilan waktu tanggap atau responsetime sangat
tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian
pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak
ditempat kejadian, dalam perjalanan, hingga pertolongan rumah sakit
(Haryatun dan Sudaryanto, 2016)Salah satu kasus kegawat daruratan adalah
asma. Asma adalah penyakit jalan nafas obtruktif, intermiten, reversible,
dimana trakea dan bronci berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu. inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode gejala
asma yang berulang batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. pasien asma
mungkin mengalami periode bebas gejala bergantian dengan eksaserbasi akut
yang berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari yang dapat timbul
sewaktu-waktu dan dapat hilang kembali (sempurna ataupun hanya sebagian),
baik secara sepontan maupun hanya dengan obat-obatan tertentu /sifat
reversibilitas. (Purwaningsih, 2015 dan Brunner & Suddarth, 2015)
Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara
maju maupun negara berkembang. Menurut Global Asthma Report 2018
menyatakan bahwa asma membunuh 1000 orang setiap hari dan
mempengaruhi sebanyak 339 juta orang dan prevalensi meningkat. Negara
negara yang menghasilkan rendah dan menengah secara tidak proposional
menderita kasus yang paling parah. Global Initiatif for asthma (GINA) tahun
2017 melaporkan bahwa angka kejadian asma dari berbagai Negara adalah 1-
18% dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di dunia menderita asma.
Prevalensi asma dijelaskan dalam World Health Orgnitationtahun
1
2
2016terdapat 235 juta orang yang saat ini mengidap asma dan jumlahnya
diperkirakan akan terus bertambah (Global Asthma Report, 2018)
Penyakit asma di Indonesia tahun 2015 didapatkan prevalensi asma
tertinggi di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), di
Yogyakarta (6,9%) dan Sulawesi Selatan (6,7%). Sulawesi Utara masuk ke
urutan 18 dari 33 Provinsi dengan prevalensi sebesar 4,7%. Selanjutnya
prevalensi meningkat ditahun 2015, didapatkan penderita di Jawa Tengah
7,5% kasus dan jumlah asma tertinggi berada di Surakarta dengan jumlah
kasus 8,0% (Kemenkes, 2016).Penderita asma di Sumatra Selatan menurut
Dinas Kesehatan tahun 2017 menyatakan bahwa jumlah pasien dengan
penderita asma ditemukan mencapai 496 jiwa. Pada penderita asma banyak
diderita oleh perempuan dibanding dengan laki-laki (DINKES, 2018).
Berdasarkan data di Ruangan Rekam Medik yang dilakukan di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang pravalensi kejadian asma diruang Instalasi
Gawat Darurat pada tahun 2018 sebanyak 5220 kasus sedangkan diruangan
Rawat Inap 104 kasus.Tahun 2019 mengalami penurunan yaitu menjadi 5158
kasus sedangkan diruangan Rawat Inap 192 kasus. Pada tahun 2020
mengalami penurunan 2936 kasus asma yang terdapat di ruangan IGD
sedangkan diruangan Rawat Inap 54 Kasus. (Rekam Medik Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, 2021)
Gejala asma yang seringan timbul di gawat darurat adalahmengi, tidak
efektif nya bersihan jalan nafas, batuk, penyempitan jalan nafas akan terasa
sesak dan mengalami batuk sering dan sering terjadi pada pagidan malam hari
dan saat udara dingin, biasanya bermula mendadak dengan batuk non
produktif, kemudian menghasilkan sputum yang kental dan rasa tertekan
didada, disertai dengan sesak nafas (dyspnea) dan mengi sehingga ekspirasi
selalu lebih sulit dan pendek dibanding inspirasi yang mendorong pasien
untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesoris pernafasan.
Penggunaan aksesoris pernafasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang
dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernafas ketika serangan
atau ketika beraktivitas. Sehingga Penatalaksanaan asma selain dengan
menggunakan farmakologi penderita asma juga memerlukan tindakan non
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penatalaksanaan Terapi Inhalasi Dan Batuk Efektif
Terhadap Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada
Pasien Asma Bronchiale di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
5
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Hasil studi khasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan sebagai gambaran penatalaksanaan terapi inhalasi
dan batuk efektif terhadap masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif pada pasien asma bronchiale
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk memberikan
tindakan pada penyakit asma selain menggunakan farmakologi juga
bisa menggunakan non farmakologi dengan
melakukanpenatalaksanaan terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien
asma bronchiale di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
c. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat diterapkan dan diterapkan
dalam sehari-hari dan bisa memperoleh pengalaman terhadap Teknik
Batuk efektif Terhadap ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
pasien asma
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang ditandai oleh
penyempitan jalan napas akan mengakibatkan penderita asma mengalami
dipsnea, batuk, dan mengi atau wheezing. Eksaserbasi akut terjadi dari
beberapa menit sampai jam, bergantian dengan periode bebas gejala
(Scholastica, 2019). Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan
napas yang dikaraktritiskan dengan hiperresponsivitas, edema mukosa, dan
produksi mucus. Inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode
gejala asma yang berulang batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea.
(Brunner & Suddarth, 2015)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karen hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan : penyempitan ini bersifat sementara. (Nurarif,
2017& Wahid,2015) .Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial
yang mempunyai ciri bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada
saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat
diakibatkan oleh berbagi stimulus seperti oleh faktor biokemikal,
endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.(Somantri, 2016 )
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan Asma adalah suatu
gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri bronkospasme
periodic (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan
trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagi stimulus seperti oleh
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikolog dan Asma
adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karen
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan.
7
8
d. Olahraga
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan asma, bila
sedang bekerja dengan berat / aktivitas berat. Serangan asma
karena aktivitas biasanya segera setelah aktivitas selesai. Lari cepat
paling mudah menimbulkan gejala asma
e. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya sersangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada. Disamping gejala asma yang harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress harus diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalahnya
Udara yang masuk akan disaring oleh trakea. Trakea akan menyaring,
menghangatkan, melembapkan udara yang masuk, dan melindungi
permukaan organ yang lembut.
a. Hidung
Udara yang dihirup akan masuk rongga hidung (Cavum Nasalis).
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung banyak memiliki
kapiler darah, dan selaludan selalu lembap dengan adanya lendir yang
dihasilkan oleh mukosa. Di dalam hidungudara disaring dari benda-
benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru.
Selain itun udara juga disesuaikan dengan suhunya agar sesuai dengan
suhu tubuh.
b. Faring
Merupakan suatu saluran sepanjang 12,5-13 cm yang terletak antara
koane sampai sebelah belakang laring. faring dibagi atas tiga bagian,
yaitu :
1. Nasofaring, terletak di antara langit-langit lunak.
2. Orofaring, terletak dibelakang rongga mulut di antara langit langit
lemak
3. Laring, faring, terletak di antara tulang samping belakang laring.
c. Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh Sembilan buah
tulang-tulang rawan yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh sendi
membrane elastikus serta ligament-ligamen dan otot-otot pergerak
tulang rawan.
d. Trakea
Trakea merupakan bagian saluran pernafasan yang bentuknya seperti
tabung dan merupakan lanjutan laring, dan merupakan saluran udara
sejati, panjangnya kira-kira 10 cm. Dinding trakea terdiri dari otot
polos yang ditunjang oleh sejumlah 16-20 cincin tulang rawan yang
bentuknya seperti huruf C.
11
e. Bronkus
Merupakan cabang batang tenggerokan yang jumlahnya sepasang,
yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang satu menuju ke paru
kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan
jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Struktur miroskopi
bronkus mirip dengan trakea. Bronkus primer kiri lebih horizontal,
lebih panjang dan lebih panjang dan bronkus kiri lebih kecil dari
bronkus kanan.Maka benda-benda asing yang terhisap lebih sering
dan lebih mudah masuk ke bronkus kanan.
f. Paru-paru (Pulmonum)
Paru-paru merupakan alat penting pada respirasi, mempunyai struktur
seperti karet busa (spons), lunak tapi kenyal, terletak dalam rongga
dada (kapum torakis) sebelah kiri dan kanan.paru-paru terletak dalam
rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian
bawah dibatasi oleh otot diafragma yang kuat. Paru-paru merupakan
himpunan dari bronkeulus, saccus alveoralis dan alveolus. Diantara
selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk
melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis.
Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan karena
adanya perubahan tekanan rongga dada.
a. Paru-paru kanan
1) Berlobus tiga
2) Bronkus kanan bercabang tiga
b. Paru-paru kiri
1) Berlobus dua
2) Bronkus kiri bercabang dua
3) Posisinya lebih mendatar dibungkus oleh lapisan pleura yang
berfungsi menghindari gesekan saat bernafas
12
mukosa sekresi produksi kontriksi otot polos meningkat. Sekresi otot polos
sekresi kelenjar bronkus meningkat sehingga penyempitan atau obstruksi
proksima dari bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi dan
mengakibatkan mucus berlebih, batuk wheezing, sesak nafas dan tekanan
partial oksigen dialveoli menurun menyebabkan hiperkapnea atau kadar
karbon didalam tubuh meningkat terjadinya peningkatan sistem hormone,
sistem saraf, sistem imun dan mengakibatkan organ tertentu menjadi rusak
fungsi tubuh tidak maksimal sehingga menimbulkan kegelisahan yang
akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan juga dapat menyebabkan
saluran pernafasan menyempit dan arena kontraksi otot polos dan
peningkatan pembentukan lender sehingga memicu serangan asma.
Sebagian besar allergen yang mencetuskan asma bersifat airborne
dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus
tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi,
sekali sensitivisasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang
sangat baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang mengganggu sudah
dapat menghasilkan ekserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut
asam adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-
adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom pernapasan sensitive-aspirin khususnya
terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa
kanakkanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial
yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal. Baru
kemudian mucul asma progresif.
Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan
pemberian obat seperti hati. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi
silang juga akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid lain.
Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme karena penggunaan aspirin
dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan
pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.
Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan
napas pada klien asma, sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan
peningkatan reaktivitas jalan napas dan hal tersebut harus dihindarkan
14
Penurunan
Mucus berlebih, Sekresi mucus
meningkat
cardiac output
batuk, wheezing,
dan dispnea
Kelemahan dan
Peningkatan kerja otot keletihan
pernafasan
Kebutuhan O2
Hiperventilasi meningkat
6. Prosedur Kerja
a) Tahap Pra Interaksi
a. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan
b. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent (disesuaikan
dengan tindakan yang akan dilakukan).
c. Perawat Mencuci tangan
d. Melakukan persiapan alat
b) Persiapan Alat
e) Tahap Kerja
a. Jelaskan prosedur kepada pasien
b. Dekatkan alat ke samping tempat tidur.
2. Prosedur pelaksanaan
a. Tahap Prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
b. Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
c. Tahap kerja
1. Menjaga privasi klien
2. Mempersiapkan klien
3. Pengaturan posisi penderita bisa duduk, terlentang, setengah
duduk, tidur miring ke kiri atau kanan , mendatar atau setengan
duduk.
4. Meminta klien meletakkan meletakkan satu tangan di dada dan
satu tangan di perut
5. Melatih klien melakukan napas perut (Menarik napas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup
6. Meminta klien merasakan mengembangnya perut
7. Meminta klien menahan napas hingga 3 hitungan
8. Meminta klien menghembuskan napas perlahan dalam 3
hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)
9. Meminta klien merasakan mengempisnya perut.
10. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan penderita
bila batuk atau di dekat mulut bila tidur miring
11. Meminta penderita untuk melakukan napas dalam 2 kali, pada
inspirasi yang ketiga tahan napas dan batukkan dengan kuat
12. Menampung lendir ditempat pot yang telah disediakan.
d. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Mengucapkan salam pada klien
3. Mencuci tangan
28
c. Secondary survey
1) Wawancara
a) Keluhan utama yaitu keluhan yang pertama kali dirasakan saat
ini,pada penderita asma biasanya mengeluhkan sesak
napas/dispnea.
b) Riwayat penderita sekarang yaitu keluhan dan penyakit yang
dirasakan pada saat ini. Pada penderita asma biasanya
mengalami whezzing,nyeri dada batuk produktif,pilek,retraksi
otot dada,nafas cuping hidung,gelisah,sianosis,lemah
takipnea,anoreksia,berkeringat dan ekspirasi memanjang.
c) Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit yang pernah dialami
baik kecelakaan, operasi (jenis dan waktu),penyakit (akut dan
kronis),dan terakhir masuk RS. Pada penderita asma biasanya
terdapat riwayat alergi.
d) Riwayat keluarga yaitu penyakit yang pernah dialami oleh
klien dialami juga oleh keluarga atau memang penyakit itu
keturunan atau tidak. Biasanya pada penderita asma terdapat
riwayat keluarga yang pernah mengalami asma juga.
e) Riwayat alergi yaitu klien memiliki alergi atau tidak baik dari
segi makanan,obat,lingkungan,dan lain-lain.
f) Riwayat merokok yaitu keadaan dimana klien pernah atau
tidak mengkonsumsi rokok. Pada penderita asma kebanyakan
ditemukan pernah mengkonsumsi rokok.
g) Imunisasi yaitu suatu vaksin yang dimasukkan kedalam tubuh
dengan tujuan untuk mencegah penyakit tersebut timbul.
h) Obat-obatan yang digunakan.
i) Genogram
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada penderita asma biasanya keadaan umumnya lemah.
2) Tanda vital
Tanda-tanda vitalnya tidak stabil baik TD,nadi,suhu dan RR nya.
32
3) Kepala
Kepala simetris akan tetapi sering ditemukannya sakit kepala.
4) Mata
Biasanya pada penderita stroke penglihatan menuru serta reaksi
pupil tidak sama.
5) Mulut
Mulut mengalami perubahan ( asimetris),bibir tampak pucat dan
bisa juga sianosis.
6) Telinga
Telinga simetris akan tetapi biasanya pendengarannya menurun.
7) Hidung
Hidung simetris tidak terdapat gangguan penciuman.
8) Leher
Biasanya mengalami kesulitan menelan,kebutuhan nutrisi dan
cairan menurun,makan tidak teratur,porsi makan yang dilakukan
sedikit,pola minum tidak teratur.
9) Dada atau paru
Dada atau paru mengalami perubahan biasanya ditemukan nyeri
pada dada
10) Abdomen
Abdomen mengalami distensi.
11) Genetalia
Genetalia simetris tidak mengalami gangguan.
12) Ekstremitas
Ekstremitas mengalami keterbatasan gerak dan lemah.
13) Kulit
Kulit biasanya tidak elastis
e. Pengkajian psikososial budaya spiritual.
1) Psikologis
a) Perasaan pasien setelah mengalami maslaha ini
b) Cara mengatasi perasaan tersebut
c) Rencana pasien setelah maslahya terselesaikan.
33
2) Sosial
a) Aktivitas/peran pasien di masyarakat
b) Masalah
3) Budaya
a) Budaya yang diikuti pasien dengan aktifitasnya
b) Masalah terkait budaya
4) Spiritual
a) Aktivitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
sehari-hari
b) Aktifitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang sekarang tidak
dapat dilaksanakan
c) Perasaan pasien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut
d) Upaya pasien mengatasi perasaan tersebut
e) Keyakinan pasien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang
sekarang sedang dialami
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Biasanya dilakukan pemeriksaan darah dan sputum
2) Pemeriksaan diagnostic
Dapat dilakukan pemeriksaan radiologi.
g. Penatalaksanaan
1) Cairan
Cairan yang diberikan biasanya RL.
2) Therapi
Terapi yang diberikan biasanya pemasangan oksigen, bronkodilator
kartikosteroid dan fisioterapi dada dan Batuk efektif
34
2. Diagnosis Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas dan respon alergi dibuktikan dengan mengi, wheezing dan
ronkhi kering, dipsnea, sianosis, frekuensi napas berubah, pola napas
berubah.
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan dibuktikan dengan disnea, pola napas abnormal,
pernapasan pursed lip.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan dipsnea, pola napas abnormal,
sianosis, bunyi napas tambahan.
4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung dibuktikan dengan perubahan kontraktilitas
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan dibuktikan dengan otot menelan lemah, membrane mukosa
pucat
6) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan tampak gelisah, frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan dipsnea
saat/setelah aktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah dan
sianosis
3. Intervensi(SDKI, SLKI, SIKI 2017)
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas SLKI : SIKI :
tidak efektif Bersihan Jalan Napas A. Manajemen jalan napas
Definisi : KH A T Observasi Observasi
Ketidakmampuan Produksi sputum 2 4 1. Monitor pola napas 1. Memonitor pola napas
membersihkan sekret Mengi 2 4 (frekuensi,kedalaman, usaha untuk mengetahui
atau obstruksi jalan Wheezing 2 4 napas) frekuensi nafas,
napas untuk Dispnea 2 4 kedalaman dan usaha
mempertahankan jalan Pola napas 2 4 napas
napas tetap paten Frekuensi napas 2 4 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Memonitor bunyi napas
(mis. Gurgling, mengi, untuk mengetahui
Skala Indikator
Tanda mayor dan wheezing, ronkhi kering) adanya (gurgling dan
1. Memburuk
tanda minor wheezing)
2. Cukup memburuk
3. Sedang 3. Monitor sputum jumlah, warna 3. Memonitor jumlah
1. Batuk yang 4. Cukup membaik aroma) sputum dan aroma
tidak efektif 5. Membaik
2. Sputum 1. m
berlebih Terapeutik Terapeutik
3. Wheezing 1. Pertahankan kepatenan jalan 1. Mempertahankan jalan
4. Dispnea napas head-tilt danchin-lift (jaw- napas dengan head-tilt
5. Bunyi napas thrus jika curiga truma servikal) dan chin lift jaw-trus,
menurun sehingga mengurangi
6. Frekuensi napas sesak
berubah 2. Posisikan semi-fowler atau 2. Memposisikan semi-
7. Pola napas fowler fowler atau fowler untuk
berubah memaksimalkan
ventilasi
35
3. Memberikan minuman
3. Berikan minuman hangat hangat untuk
memberikan rasa
nyaman pada pernapasan
4. Melakukan penghisapan
lendir untuk menjaga
4. Lakukan penghisapan lendir pernapasan pasien agar
kurang dari 15 detik efektif
5. Melakukan penghisapan
endotrakeal dengan
hiperogsigenasi sebelum
5. Lakukan hiperogsigenasi tindakan
sebelum penghisapan 6. Memberikan oksigen,
endotrakeal untuk mempertahankan
saturasi oksigen
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 1. Menganjurkan untuk
ml/hari, jika tidak mencukupi asupan
kontraindikasi cairan, mencegah
kekurangan cairan
36
kemampuan batuk,
sehingga jalan nafas
tetap paten
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian inhalasi 1. Mengkolaborasi
bronkodilator, ekspektoran, pengobatan
mukolitik, jika perlu Farmakologis, sehingga
membantu pasien
mengatasi masalah
ketidakefektifan bersihan
jalan napas
2 Pola napas tidak SLKI : Pola Napas SIKI: Manajemen jalan napas
efektif KH A T Obeservasi Observasi
Definisi: Dispnea 2 4 1. Monitor pola nafas 1. Memonitor pola napas
Inspirasi/ ekspirasi Pernapasan 2 4 untuk mengetahui
(Frekuensi, kedalaman,
yang tidak pursed-lip frekuensi nafas,
memberikan ventilasi Frejuensi nafas 2 4 usaha nafas) kedalaman dan usaha
yang adekuat Ortopnea 2 4 napas
Tanda mayor dan Skala Indikator 2. Monitor bunyi napas 2. Memonitor bunyi napas
tanda minor 1. Memburuk untuk mengetahui
tambahan (gurgling,
2. Cukup memburuk adanya (gurgling dan
1. Dispnea 3. Sedang wheezing) wheezing)
2. Pola napas 4. Cukup membaik
abnormal 5. Membaik
3. Ortopnea Teapeutik Terapeutik
4. Pernapasan 1. pertahankan kepatenan 1. Mempertahankan jalan
pursed-lip napas dengan head-tilt
37
5. Penggunaan otot jalan napas dengan head-tilt dan chin lift jaw-trus,
bantu pernapasan sehingga mengurangi
dan chin lift jaw-trus
6. Pernapasan cuping sesak
hidung 2. posisikan semi fowler atau 2. Memposisikan semi-
fowler atau fowler untuk
fowler
memaksimalkan
ventilasi
3. Berikan minuman hangat
3. Memberikan minuman
hangat untuk
memberikan rasa
nyaman pada pernapasan
5. Memberikan oksigen,
5. Berika oksigen, jika perlu
untuk mempertahankan
saturasi oksigen
Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
1. Menganjurkan untuk
ml/hari, jika tidak mencukupi asupan
cairan, mencegah
kontraindikasi
kekurangan cairan
38
2. Ajarkan tindakan teknik batuk 2. Melatih pasien yang
tidak memiliki
efektif
kemampuan batuk,
sehingga jalan nafas
tetap paten
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
inhalasi bronkodilator, 1. Mengkolaborasi
ekspektoran, mukolitik, jika pengobatan
perlu Farmakologis, sehingga
membantu pasien
mengatasi masalah
ketidakefektifan bersihan
jalan napas
3 Gangguan SLKI : Pertukaran Gas SIKI :
Pertukran Gas KH A T Pemantauan Respirasi
Defenisi: Dipsnea 2 4 Observasi Observasi
kelebihan atau Suara 2 4 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Memonitor frekuensi
kekurangan nafas kedalaman dan upaya nafas nafas, irama dan
oksigenasi dan/atau tambahan kedalaman, untuk
eliminasi karbon Diaforesis 2 4 mengetahui adanya
dioksida pada Gelisah 2 4 perubahan frekuensi
membrane alveolus- Pola 2 4 napas pasien
kapiler nafas 2. Monitor pola nafas (seperti 2. Memonitor pola napas,
Indikator : bradipnea, takipnea, sehingga mengetahui
Tanda mayor dan 1 : Meningkat hiperventilasi, kussmaul, adanya bradipnea,
tanda minor 2 : Cukup meningkat chyne-stokes, blot, ataksik) takipnea, hiperventilasi
3 : sedang
1. Dispnea 3. Monitor kemampuan batuk 3. Memonitor kemampuan
39
2. Bunyi napas 4 : Cukup menurun efektif batuk pasien untuk
tambahan Pola nafas 5 : Menurun mengetahui kemapuan
abnormal klien mengeluarkan
(cepat/lambat. sputum
Regular/ireguler,dal 4. Monitor adanya produksi 4. Memonitor adanya
am/dangkal) sputum produksi sputum pada
jalan napas klien
5. Monitor adanya sumbatan 5. Memonitor jalan napas
jalan nafas pasien, untuk melihat
adanya sumbatan jalan
napas
40
2. Dokumentasikan hasil 2. Mendokumentasikan
pemantauan hasil pemantauan, untuk
melihat kemajuan
pernapasan pasien
Edukasi
1. Informasikan hasil Edukasi
pemantauan jika perlu 1. Menginformasikan hasil
pemantauan, sehingga
klien mengetahui hasil
dari pemantauan
41
menurun (termasuk tekanan darah darah pasien termasuk
5. Cemas ortostatik, jika perlu) tekanan darah ortostatik
6. Gelisah 4. Monitor saturasi oksigen 4. Memonitor saturasi
oksigen, untuk
mengontor saturasi
oksigenasi pasien
5. Monitor keluhan nyeri dada 5. Memonitor adanya
(mis. Intensitas, lokasi, keluah nyeri dada atau
radiasi, durasi, presivitasi tidak pada pasien untuk
yang mengurangi nyeri) melihat lokasi,durasi,
dan previtasi untuk
mengurangi nyeri
6. Monitor aritmia (kelainan 6. Memonitor adanya
irama dan frekuensi) aritmia, untuk melihat
kelinan irama dan
frekuensi jantung
7. Periksa tekanan darah dan 7. Memeriksa tekanan darah
frekuensi nadi sebelum dan dan frekuensi nadi
sesudah aktivitas sebelum dan sesudah
beraktivitas untuk
mengontrol tekanan
darah pasien
Terapeutik Terapeutik
1. Posisikan pasien semi- 1. Memposisikan semi-
foler/fowler dengan kaki ke foler/fowler untuk
bawah atau posisi nyaman mempertahankan jalan
napas pasien agar tetap
paten
2. Berikan diet jantung (mis, 2.Menganjurkan klien
42
batasi asupan kafein, natrium, beraktivitas yang sesuai
kolesterol, dan makanan untuk mencegah
tinggi lemak) kelelahan
3. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi 3. Menganjurkan pasien
oksigen >94% untuk berhenti merokok,
Edukasi agar tidak terjadi
1. Anjurkan beraktifitas fisik komplikasi
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian aritmia, 1.Mengkolaborasikan
jika perlu pemberian aritmia,
sehingga membatu klien
dalam proses perawatan
jantung
43
1. Berat badan Frekuensi makan 2 4 pasien terpenuhi
menurun minimal 3. Monitor berat badan 3. Memonitor berat badan
10% di bawah Indikator : harian untuk melihat
rentang normal 1. Menurun adanya penurunan berat
2. Nafsu makan 2 . Cukup menurun badan pada pasien
menurun 3 . Sedang Terapeutik Terapeutik
3. Membran mukosa 4 . Cukup meningkat 1. Berikan makanan tinggi kalori 1. Memberikan makanan
pucat 5. Meningkat dan tinggi protein tinggi kalori dan tinggi
4. Bising usus protein untuk
hiperaktif mempertahankan tingkat
5. Otot menelan gizi yang adekuat
lemah 2. Berikan suplemen makanan, 2. Memberikan suplemen
jika perlu makanan, untuk menjaga
kebutuhan gizi pasien
terpenuhi
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Menganjurkan posisi
mampu duduk pada saat waktu
makan, segingga tidak
menggaggu proses
pernapasan pasien
2. Ajarkan diet yang di 2. Mengajarkan diet yang
programkan di programkan, untuk
memenuhi kebutuhan
nutrien pada klien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1.Mengkolaborasikan
medikasi sebelum makan, jika pemberian medikasi
perlu sebelum makan untuk
44
memberikan dukangan
kepada pasien untuk
menghabiskan makanan
45
sehingga meminimalisir
agar tidak terjadi
ansietas
4. Tempatkan barang pribadi 4. Menempatkan barang
yang memberikan kenyamanan pribadi pasien dalam
jangkauan untuk
memberikan kenyaman
dan mengurangi stress
pada pasien
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk 1. Menjelaskan prosedur dan
sensasi yang mungkin dialami sensasi dari asma yang
mungkin timbul
kedepannya
2. Informasikan secara faktual 2. Menjelaskan prosedur
mengenai diagnosis, pengobatan pada pasien
pengobatan, dan prognosis. dan diagnosis pasien,
untuk mengetahui proses
pengobatan yang dijalani
3. Latih teknik relaksasi 3. Memberikan rasa nyaman
dengan teknik relaksasi
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat 1.Memberikan obat
antiansietas antiansietas, sehingga
mencegah timbulnya
ansietas
46
7. Intoleransi SLKI :Toleransi Aktivitas SIKI :
Aktivitas KH A T Manajemen Energi
Definisi : Keluhan lelah 2 4 Observasi Observasi
Ketidak Dipsnea saat 2 4 1. Identifikasi gangguan suhu 1. Mengidentifikasi gangguan
cukupan aktivitas tubuh yang mengakibatkan suhu tubuh yang mengakibatkan
energi untuk Dipsnea setelah 2 4 kelelahan kelelahan, sehingga dapat
melakukan aktivitas mengenatuhi penyebab
aktivitas Perasaan lemah 2 4 kelelahan
sehari-hari Frekuensi nafas 2 4
Tanda Indikator
mayor dan 2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Memonitor kelelahan fisik dan
1 . Meningkat emosional
tanda minor 2 . Cukup meningkat emosional untuk melihat
1. Mengeluh 3 . Sedang keadaan emosional pada pasien
lelah 4 . Cukup menurun
2. Dispnea 5 . Menurun
saat/setela 3. Monitor pola dan jam tidur 3. Memonitor pola dan jam tidur
h aktivitas pasien, untuk melihat waktu
3. Merasa istirahat pasien
tidak
nyaman
setelah 4. Monitor lokasi dan 4. Memonitor lokasi dan
beraktivita ketidaknyamanan saat ketidaknyaman saat melakukan
s melakukan aktivitas aktivitas, sehingga bisa
4. Merasa mengetahui
lemah penyebabketidaknyaman pada
5. Tekanan pasien
darah
berubah>2
0% dari
47
kondisi Terapeutik Terapeutik
istirahat 1. Sediakan lingkungan yang 1. Menyediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus nyaman dan rendah strimulus,
(mis. Cahaya, suara, sehingga memberikan rasa
kunjungan) nyaman pasien
48
4. Ajarkan strategi koping untuk 4. Mengajarkan strategi koping
mengurangi kelelahan untuk mengurangi kelelahan pada
klien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Mengkolaborasikan dengan ahli
tentang cara meningkatkan asupan
tentang cara meningkatkan
makanan
asupan makanan
49
50
4. Implementasi
Adalah realisis rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
anda tetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. (Budiono, 2015)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perbahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
anda buat pada tahap perencanaan. (Budiono, 2015)
51
52
D. Definisi Operasional
Definisi
Variabel Cara ukur dan alat ukur Hasil
operasional
Asma Asma adalah - 1. Inspeksi :
penyakit obstruksi Normal bila
jalan napas yang frekuensi nafas
ditandai oleh normal dewasa :
penyempitan jalan 16-24x/menit
napas akan (Sitorus dan
mengakibatkan Kristiani, 2018).
penderita asma Dan abnormal
mengalami dispnea, atau dispnea
batuk, dan mengi (sesak nafas)
atau wheezing. bila pernafasan
>24x/menit.
2.Palpasi :
Denyut nadi
normal jika nilai
denyut nadi
sekitar 60-
100x/menit dan
abnormal jika
nilai denyut
nadi
>100x/menit
(takikardi) atau
nilai denyut
nadi <60x/menit
(bradikardi)
3.Auskultasi :
Bunyi nafas
normal jika bunyi
nafas vesikuler
53
bagian-bagian
seperti hujan/uap
untuk dihisap.
Biasanya untuk
pengobatan saluran
pernafasan bagian
lebih bawah.
Batuk efektif Latihan batuk Latihan Teknik Batuk Efektif Dilakukan secara
efektif merupakan
dilakukan sesuai dengan SOP
cara untuk melatih
pasien yang tidak standar operasional prosedur
memiliki
(SOP)
kemampuan batuk
secara efektif
dengan tujuan
untuk
membersihkan
laring, trakea, dan
bronkiolus dari
secret atau benda
asing di jalan nafas
F. Pengumpulan data
Penulis sebelumnya melakukan seminar proposal pada tanggal 5 Februari
2021, kemudian penulis melakukan perbaikan proposal tersebut. Dua minggu
selanjutnya penulis mengurus surat izin penelitian di BAAK IKesT
Muhammadiyah Palembang. Tahap berikutnya penulis memasukan surat izin
penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan berproses selama
tiga hari, selanjutnya penulis diperbolehkan untuk melakukan penelitian di
ruangan instalasi gawat darurat selama satu minggu sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Tahap awal dalam proses penelitian ini dimulai dari
pengkajian pada dua pasien yang terdiagnosis asma sesuai dengan kriteria
55
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
yang terdiri dari karateristik responden : inisial, usia, pendidikan, pekerjaan
dan kriteria penilaian ketidakefektifan jalan napas yaitu dengan cara
menghitung frekuensi nafas dan mendengarkan bunyi nafas, di mana tindakan
tersebut dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya pemberian terapi
inhalasi dan latihan batuk efektif. Frekuensi nafas diperiksa dengan cara
inspeksi (melihat) pergerakan dinding dada (gerakan inspirasi dan ekspirasi)
yang dihitung dalam satu menit dengan nilai normal antara 16-24 kali
permenit. Sedangkan bunyi nafas diperiksa dengan cara auskultasi
(mendengar) dengan menggunakan alat stetoskop yang ditempatkan pada
dinding dada, bagian anterior, lateral, dan posterior secara sistemik dari
dinding dada, bila bunyi nafas yang terdengar vasikuler (suara inspirasi lebih
keras dan lebih tinggi nadanya dari suara ekspirasi) atau bronkhovesikuler (
suara yang terdengar antara vasikuler dan broncial ketika ekspirasi menjadi
lebih panjang hingga hampir menyamai inspirasi) berarti normal sedangkan
bunyi nafas yang terdengar ronkhi (suara yang terjadi karena penyempitan
lumen bronchus oleh lendir) berarti abnormal. (Yasmin A, 2015). Data yang
di peroleh dimasukan ke dalam lembar observasi
56
H. Penyajian Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari pasien melalui lembar observasi bersihan jalan napas tidak
efektif. Adapun tahapan pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Mengajukan surat izin penelitian tentang penelitian yang akan
dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
b. Mengidentifikasi pasien yang mengalami masalah bersihan jalan
napas tidak efektif dengan cara melakukan observasi kepada pasien
tersebut
c. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menerangkan tujuan
penelitian kepada pasien
d. Setelah pasien memahami tujuan penelitian, pasien yang setuju
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian
e. Mengkaji frekuensidan bunyi nafas pasien Asma sebelum dan
sesudah dilakukan pemberian terapi inhalasi teknik batuk efektif
f. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara
dan observasi/pemeriksaan fisik tentang bersihan jalan nafas tidak
efektif
g. Pasien dilakukan terapi inhalasi dan batuk efektif pada saat serangan
asma kambuh dan pada saat pasien mengalami bersihan jalan nafas
tidak efektif
h. Setelah dilakukan batuk efektif melakukan observasi bersihan jalan
napas tidak efektif pada pasien dengan format observasi.
58
59
c. Motto
“Melayani sebagai ibadah dan dakwah”
60
Menggunakan otot tambahan : KOLABORASI
( ) tidak (√ ) ya ( ) terjadinya aspirasi b.d: ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
Irama : () teratur (√ ) tidak teratur penurunan kesadaran ( ) Cek BGA
Kedalaman : ( ) dalam (√ ) dangkal tidak ada refleks batuk ( ) Lakukan rontgen thorax
Sputum : ( ) putih (√ ) kuning () Tindakan lainnya:
Konsitensi : ( √ ) kental ( ) encer ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Terdapat darah`: (√ ) tidak ( ) ya Tidak ada masalah keperawatan 1. Terapi inhalasi (Nebulizer)
Bunyi napas `: ( ) tidak (√) ya` Combivent 2 ampul
Suara napas : ( )vesikuler ( ) ronchii 2. Inj Dexametaxone 1 ampul
( √) wheezing
Refleks batuk : ( √) ada ( ) tidak
Analisa BGA:
pH ........, PCO2 ........ mmHg, PO2 ........
mmHg, HCO3 ........mEq/L, BE ........, SaO2
( ) lainnya:
SISTEM KARDIOVASKULER
SIRKULASI PERIFER ( )aktual MANDIRI
Nadi:100 x/mnt, TD : 120/60 mmHg ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Irama : ( √) teratur ( ) tidak teratur ( ) Memonitor sirkulasi perifer
Kekuatan : ( ) kuat ( ) lemah ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Memonitor tingkat kesadaran
CRT : ( ) < 3 detik ( ) > 3 detik b.d menurunnya aliran darah ( ) Membatasi aktifitas
Akral : ( √ ) hangat ( ) dingin karena vasokontriksi ( ) Memonitor intake-output cairan
Warna kulit : (√ ) pucat ( ) kemerahan ( ) Mengajarkan teknik relaksasi dan
( ) sianosis ( ) penurunan curah jantung b.d distraksi
Edema : (√ ) tidak ( ) ya, pada: meningkatnya beban kerja jantung ( ) Tindakan lainnya:
61
( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai gangguan kontraktilitas
bawah KOLABORASI
( ) seluruh tubuh ( ) nyeri dada b.d ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak menurunnya aliran darah miocard ( ) Cek BGA
()ya peningkatan kebutuhan O2 ( ) Lakukan ECG 12 Lead
Kanan : ( )tidak ( )ya iskemia jaringan karena sumbatan ( ) Tindakan lainnya:
arteri coronaria
SIRKULASI JANTUNG
Irama : (√ ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Bunyi : ( ) BJ I ( ) BJ II ( ) Tidak ada masalah keperawatan
Murmur
( ) Gallop ( ) lemah
Keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-
debar
( ) kesemutan ( ) keringat dingin
( ) gemetaran
Nyeri dada : ( √ ) tidak ( ) ya, timbul:
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk ( ) menyebar
( ) seperti terbakar ( ) lainnya:
SISTEM HEMATOLOGI
Hb: .........gr% Ht: ....... vol%, ( ) aktual MANDIRI
Eritrosit: ........ jt/ul leukosit : ....... rb/ul ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Trombosit : ....... rb/ul ( ) Memonitor LOC
Mengeluh kesakitan: ( ) tidak ( ) ya ( ) terjadi peradarah b.d ( ) Memonitor status hidrasi
62
Perdarahan: ( ) gusi mudah berdarah trombositopenia ( ) Membatasi adanya perdarahan
( ) mimisan ( ) petechi ( ) echimosis ( ) mbantu AKS
( ) lemah ( ) o\pucat ( ) terus-menerus ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Menyarankan untuk bedrest
b.d perdarahan ( ) Tindakan lainnya:
.................................................
( ) intoleransi aktivitas b.d .................................................
insufisiensi transport O2, sekunder .................................................
terhadap perdarahan, anemia
kelemahan KOLABORASI
( ) Pasang IVFD
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Berikan transfusi
Tidak ada masalah keperawatan ( ) Periksa laboratorium darah rutin
( ) Tindakan lainnya:
.................................................
.................................................
.................................................
SISTEM NEUROLOGY
LOC: ( ) aktual MANDIRI
(√ ) CM ( ) apatis ( ) samnolent ( ) resiko ( ) Memonitor tingkat kesadaran
( ) sopor ( ) soprocoma ( ) coma ( ) Memonitor vital sign
Pupil : (√ ) isokor ( ) unisokor ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memberikan posisi kepala 15-30o
( ) miosis ( ) midriasis serebral b.d gangguan aliran darah ( ) Memasang airways tube
Refleks terhadap cahaya: Serebral ( ) Menjelaskan kondisi klien pada klien
Kanan : ( ) positif ( ) negatif oedema otak dan keluarga
Kiri : ( ) positif ( ) negatif ( ) Menghindarkan tindakan yang dapat
GCS : E =4, M = 5, V = 6 score = 15 meningkatkan TIK
Terjadi: ( ) cidera fisik b.d ( ) Tindakan lainnya:
63
( ) kejang ( ) pelo ( ) mul.ut kejang kelumpuhan vertigo .................................................
mencong .................................................
( ) afasia ( ) disarthria ( ) Intoleransi AKS b.d .................................................
Kelumpuhan : ( ) kanan ( ) kiri menurunnya kemampuan
Nilai kekuatan otot : neuromaskuler dan hilangnya KOLABORASI
kontrol otot ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
4 4 ( ) Pasang NGT/ Kateter
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
4 4 Tidak ada masalah keperawatan ( ) Pasang ETT
( ) Lakukan CT-Scan
Refleks : ( ) Tindakan lainnya:
( ) fisiologis ( ) patologis .................................................
( ) lainnya: .................................................
.................................................
64
:....................................mg/dl
Kadar Kreatinin ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
:......................................mg/dl Sakit saat BAK
: ( ) ya (√ ) tidak Tidak ada masalah keperawatan
Distensi V U : ( ) ya ( √ ) tidak
Sakit Pinggang : ( ) ya (√ ) tidak
BAB : 1.x/hari
Keadaan Saat ini:
Konsistensi :
( √ ) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
( √ ) kuning ( ) hitam ( ) merah
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
( ) asites
Bising Usus :
....................................mg/dl
Turgor kulit : (√ )<3 dtk ( ) >3 dtk
Mukosa : ( √ )basah ( )kering
( ) lainnya:
SISTEM PENCERNAAN
Tonus Otot: ( ) aktual MANDIRI
( √ ) baik ( ) sedang ( ) buruk ( ) resiko ( ) Mengatur posisi
Lidah Kotor : ( ) ya ( √ ) tidak ( ) Memonitor mual-muntah
65
Nyeri Ulu Hati : ( ) ya (√ ) tidak ( ) gangguan nutrisi b.d ( ) Memonitor nyeri ulu hati
Nyeri perut kanan atas/ bawah: ( ) ya ( √ ) hipermetabolisme ( ) Memonitor intake-output
tidak intake in adekuat ( ) Tindakan lainnya:
Mual : ( ) ya ( ) tidak
Muntah : ( ) ya ( ) tidak ( ) Nyeri akut/ kronis b.d KOLABORASI
( ) lainnya: infeksi ( ) Pasang feeding tube
luka ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
( ) Tindakan lainnya:
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Tidak ada masalah keperawatan
MUSKULOSKELETAL/. INTEGUMEN
Turgor Kulit : (√ ) ya ( ) tidak ( ) aktual MANDIRI
Keadaan kulit : ( √ ) baik ( )buruk ( ) resiko ( ) Menghentikan perdarahan
( ) dekubitus ( ) sakit ( ) memar ( ) Immobilisasi dengan spalk
( ) bercak merah ( ) gatal ( ) petechi ( ) kerusakan integritas kulit/ infeksi ( ) Membersihkan luka
Terdapat luka : ( ) ya ( √) tidak b.d ( ) Tindakan lainnya:
Ukuran luka : ............. x ................. cm adanya luka .................................................
66
Inisial klien : Ny.C Diagnosa : Asma Bronkhiale TD : 130/90 mmHg RR : 28x/menit
Umur : 64 Tahun No.RM : 24-53-63 N : 105x/menit BB : 80 kg
Alamat :JL.H Paqih Usman 28 Tgl/Jam : 23 April 2021 / 11.00 Suhu : 36.4◦C
PENGKAJIAN DX. KEPERAWATAN JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
Keluhan utama : () actual 14.00
Ny.C mengatakan sesak nafas, batuk, ada ( ) resiko MANDIRI
dahak, dada terasa tertekan, pasien (√) Memonitor fungsi pernapasan,
mengatakan alergi terhadap debu. (√) bersihan jalan napas tidak frekuensi, irama, kedalaman, bunyi dan
efektifb.d penggunaan otot-otot tambahan
SISTEM PERNAPASAN peningkatan produksi sputum (√) Mengatur posisi semi fowler
AIRWAY adanya secret di jalan nafas (√) Mengajarkan napas dalam dan batuk
Jalan napas: efektif
( ) bersih (√ ) sumbatan berupa: ( ) pola napas tidak efektif b.d ( ) Memonitor haluaran pasien
(√ ) sputum ( ) lendir ( ) darah ( ) lainnya, menurunnya ekspansi paru ( ) Melakukan suction
depresi pusat pernapasan (√
BREATHING ) Tindakan lainnya:
Frek: 28 x/mnt, ( √) Gangguan pertukaran gas b.d Mengajarkan teknik nafas dalam dan
Sesak: ( ) tidak (√ ) ya, dengan: menurunnya suplai O2/ hipoventilasi batuk efektif
(√ ) aktivitas ( ) tanpa aktivitas
Menggunakan otot tambahan : ( ) tidak (√ ) ( ) terjadinya aspirasi b.d: KOLABORASI
ya penurunan kesadaran ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
Irama : () teratur (√ ) tidak teratur tidak ada refleks batuk ( ) Cek BGA
Kedalaman : ( ) dalam (√) dangkal ( ) Lakukan rontgen thorax
Sputum : ( ) putih (√) kuning ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: () Tindakan lainnya:
Konsitensi : (√ ) kental ( ) encer Tidak ada masalah keperawatan 1. Terapi inhalasi (Nebulizer)
Terdapat darah`: (√ ) tidak ( ) ya Combivent 2 ampul
67
Bunyi napas `: ( ) tidak (√) ya` 2. Inj Dexametaxone 1 ampul
Suara napas : ( )vesikuler ( ) ronchii
(√) wheezing
Refleks batuk : ( √ ) ada ( ) tidak
Analisa BGA:
pH ........, PCO2 ........ mmHg, PO2 ........
mmHg, HCO3 ........mEq/L, BE ........, SaO2
( ) lainnya:
SISTEM KARDIOVASKULER
SIRKULASI PERIFER ( )aktual MANDIRI
Nadi:105 x/mnt, TD : ............... mmHg ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Irama : ( √) teratur ( ) tidak teratur ( ) Memonitor sirkulasi perifer
Kekuatan : ( ) kuat ( ) lemah ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Memonitor tingkat kesadaran
CRT : ( ) < 3 detik ( ) > 3 detik b.d menurunnya aliran darah ( ) Membatasi aktifitas
Akral : ( √ ) hangat ( ) dingin karena vasokontriksi ( ) Memonitor intake-output cairan
Warna kulit : (√ ) pucat ( ) kemerahan ( ) Mengajarkan teknik relaksasi dan
( ) sianosis ( ) penurunan curah jantung b.d distraksi
Edema : ( √) tidak ( ) ya, pada: meningkatnya beban kerja jantung ( ) Tindakan lainnya:
( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai gangguan kontraktilitas .................................................
bawah .................................................
( ) seluruh tubuh ( ) nyeri dada b.d .................................................
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak ( menurunnya aliran darah miocard
)ya peningkatan kebutuhan O2 KOLABORASI
Kanan : ( )tidak ( )ya iskemia jaringan karena sumbatan ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
arteri coronaria ( ) Cek BGA
68
SIRKULASI JANTUNG ( ) Lakukan ECG 12 Lead
Irama : (√ ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Tindakan lainnya:
Bunyi : ( ) BJ I ( ) BJ II ( ) Tidak ada masalah keperawatan .................................................
Murmur .................................................
( ) Gallop ( ) lemah .................................................
Keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-
debar
( ) kesemutan ( ) keringat dingin
( ) gemetaran
Nyeri dada : ( √ ) tidak ( ) ya, timbul:
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk ( ) menyebar
( ) seperti terbakar ( ) lainnya:
SISTEM HEMATOLOGI
Hb: .........gr% Ht: ....... vol%, ( ) aktual MANDIRI
Eritrosit: ........ jt/ul leukosit : ....... rb/ul ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Trombosit : ....... rb/ul ( ) Memonitor LOC
Mengeluh kesakitan: ( √ ) tidak ( ) ya ( ) terjadi peradarah b.d ( ) Memonitor status hidrasi
Perdarahan: ( ) gusi mudah berdarah trombositopenia ( ) Membatasi adanya perdarahan
( ) mimisan ( ) petechi ( ) echimosis ( ) mbantu AKS
( ) lemah ( ) o\pucat ( ) terus-menerus ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Menyarankan untuk bedrest
b.d perdarahan ( ) Tindakan lainnya:
.................................................
( ) intoleransi aktivitas b.d
insufisiensi transport O2, sekunder KOLABORASI
69
terhadap perdarahan, anemia ( ) Pasang IVFD
kelemahan ( ) Berikan transfusi
( ) Periksa laboratorium darah rutin
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Tindakan lainnya:
Tidak ada masalah keperawatan
SISTEM NEUROLOGY
LOC: ( ) aktual MANDIRI
(√ ) CM ( ) apatis ( ) samnolent ( ) resiko ( ) Memonitor tingkat kesadaran
( ) sopor ( ) soprocoma ( ) coma ( ) Memonitor vital sign
Pupil : ( √ ) isokor ( ) unisokor ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memberikan posisi kepala 15-30o
( ) miosis ( ) midriasis serebral b.d gangguan aliran darah ( ) Memasang airways tube
Refleks terhadap cahaya: Serebral ( ) Menjelaskan kondisi klien pada klien
Kanan : ( ) positif ( ) negatif oedema otak dan keluarga
Kiri : ( ) positif ( ) negatif ( ) Menghindarkan tindakan yang dapat
GCS : E =4, M =5, V = 6 score = 14 meningkatkan TIK
Terjadi: ( ) cidera fisik b.d ( ) Tindakan lainnya:
( ) kejang ( ) pelo ( ) mul.ut kejang kelumpuhan vertigo .................................................
mencong .................................................
( ) afasia ( ) disarthria ( ) Intoleransi AKS b.d .................................................
Kelumpuhan : ( ) kanan ( ) kiri menurunnya kemampuan
Nilai kekuatan oto : ....................................... neuromaskuler dan hilangnya KOLABORASI
Refleks : kontrol otot ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
( ) fisiologis ( ) patologis ( ) Pasang NGT/ Kateter
( ) lainnya: ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
Tidak ada masalah keperawatan ( ) Pasang ETT
( ) Lakukan CT-Scan
( ) Tindakan lainnya:
70
ELIMINASI DAN CAIRAN
Suhu tubuh : 36,4oC ( ) aktual MANDIRI
Diaphoresis : ( ) ya (√ ) tidak ( ) resiko ( ) Memonitor tanda dehidrasi
Muntah : () ya. 3 x/hr ( √ )tidak ( ) Mensupport banyak minum
BAK : 5 x/hari ( ) gangguan keseimbangan cairan ( ) Memonitor vital sign
Keadaan Saat ini: dan elektrolit b.d ( ) Memonitor intake-output
(√ ) terkontrol ( ) tidak terkontrol output berlebihan ( ) Tindakan lainnya:
( ) sedikit (√ )sedang ( ) banyak intake in adekuat .................................................
Warna : .................................................
( √ ) kuning jernih ( ) kunimh ( ) perubahan eliminasi urine, .................................................
kental retensi/ inkontinensia b.d
( ) merah ( )bening sumbatan saluran BAK KOLABORASI
Kadar Ureum : gangguan persarafan ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
....................................mg/dl ( ) Pasang Kateter
Kadar Kreatinin ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
:......................................mg/dl Sakit saat BAK ( ) Tindakan lainnya:
: ( ) ya (√ ) tidak Tidak ada masalah keperawatan
Distensi V U : ( ) ya ( √ ) tidak
Sakit Pinggang : ( ) ya ( √ ) tidak
BAB : 1x/hari
Keadaan Saat ini:
Konsistensi :
( √ ) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
( √ ) kuning ( ) hitam ( ) merah
71
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
( ) asites
Bising Usus :
....................................mg/dl
Turgor kulit : (√ )<3 dtk ( ) >3 dtk
Mukosa : (√ )basah ( )kering
( ) lainnya:
SISTEM PENCERNAAN
Tonus Otot: ( ) aktual MANDIRI
( √ ) baik ( ) sedang ( ) buruk ( ) resiko ( ) Mengatur posisi
Lidah Kotor : ( ) ya (√ ) tidak ( ) Memonitor mual-muntah
Nyeri Ulu Hati : ( ) ya ( √ ) tidak ( ) gangguan nutrisi b.d ( ) Memonitor nyeri ulu hati
Nyeri perut kanan atas/ bawah: ( ) ya ( √ ) hipermetabolisme ( ) Memonitor intake-output
tidak intake in adekuat ( ) Tindakan lainnya:
Mual : ( ) ya ( √ ) tidak
Muntah : ( ) ya ( √ ) tidak ( ) Nyeri akut/ kronis b.d KOLABORASI
( ) lainnya: infeksi ( ) Pasang feeding tube
luka ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
( ) Tindakan lainnya:
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Tidak ada masalah
keperawatan
72
Keadaan kulit : (√ ) baik ( )buruk ( ) Immobilisasi dengan spalk
( ) dekubitus ( ) sakit ( ) memar ( ) kerusakan integritas kulit/ infeksi ( ) Membersihkan luka
( ) bercak merah ( ) gatal ( ) petechi b.d ( ) Tindakan lainnya:
Terdapat luka : ( ) ya ( √) tidak adanya luka .................................................
Ukuran luka : ............. x ................. cm .................................................
.................................................
Kekuatan sendi ekstremitas : ( √ )kuat ( ( )gangguan mobilisasi b.d
)lemah kerusakan neuromuskuler KOLABORASI
Kesulitan dalam pergerakan: ( )ya luka ( ) Terapi O2 .........................lt/ mnt
(√ )tidak fraktur ( ) pasang gips
Fraktur/ dislokasi : ( )ya ( √)tidak ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
Perdarahan : ( )ya ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Tindakan lainnya:
Tidak ada masalah keperawatan
Jumlah:............cc
( √ ) tidak
Nyeri : ( ) ya (√ )
tidak
( ) lainnya:
73
Interprestasi :
Pada pasien pertama dan kedua dilakukan tindakan keperawatan yang sama meliputi pemantauan vital sign, inj.dexametazone 1
ampul dan pemberian terapi inhalasi nebulizer dengan combivent 2 ampul dan dan latihan batuk efektif untuk mengurangi
bersihan jalan nafas tidak efektifyang mengakibatkan timbulnya penyakit asma tersebut. Tindakan intervensi pada kedua pasien
dihentikan, karena kondisi kedua pasien tersebut sudah membaik kemudian pasien dinyatakan dapat pulang dan diharapkan
kedua pasien tersebut dapat memplajari teknik batuk efektif agar dapat meminimalisir kambuhnya asma tersebut.
74
75
2. Analisis Masalah
Pada pasien 1
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Ekstrinsik (Debu) Bersihan jalan
a. Pasien mengatakan napas tidak efektif
batuk Hipersensitivitas
b. Pasien mengatakan
dahak sulit di Stimulus limfosit B
keluarkan
DO : Produksi IgE
a. Terdapat sputum
b. Suara nafas Molekul menyerang
whezzing sel mast
c. RR : 27x/menit
d. Nadi : 105x/menit Sel mast melepas
e. TD : 120/60 mediator inflamasi
mmHg
f. Suhu : 36.3◦c Permeabilitas kapiler
meningkat
Edema mukosa di
bronkus
gas menurun
DO :
a. keadaan umum Penurunan ventilasi
lemah
b. Klien tampak Gangguan
gelisah pertukaran gas
c. Suara nafas
whezzing
d. RR : 27x/menit
e. Nadi : 105x/menit
f. TD : 120/60 mmHg
g. Suhu : 36.3◦c
Pada pasien 2
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1 DS : Ekstrinsik (Debu) Bersihan jalan
a. Pasien mengatakan napas tidak efektif
sesak nafas Hipersensitivitas
b. Pasien mengatakan
batuk berdahak Stimulus limfositB
sejak 2 hari yang
lalu Produksi IgE
c. Pasien mengatakan
dada seperti Molekul menyerang
tertekan sel mast
d. Pasien mengatakan
asma nya kambuh
karena alergi Sel mast melepas
terhadap debu, mediator inflamasi
77
kecapekan,dan
terlalu stres Permeabilitas
DO: kapilermeningkat
a. Terdapat sputum
b. Suara nafas Edema mukosa di
whezzing bronkus
c. RR : 28x/menit
d. Nadi : 105x/menit Bersihan jalan napas
e. TD :130/90 mmHg tidak efektif
f. Suhu : 36.4◦c
3. Diagnosis Keperawatan
DX Ny.M Ny.C
Bersihan jalan napas 1. Bersihan jalan nafas 1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif tidak efektif tidak efektif
berhubungan dengan berhubungan dengan
respon alergi respon alergi
dibuktikan dengan dibuktikan dengan
batuk tidak efektif, batuk tidak efektif,
sputum berlebih, sputum berlebih,
wheezing, dispnea, wheezing, dispnea,
frekuensi nafas frekuensi nafas
meningkat, pola meningkat, pola nafas
nafas berubah berubah
Gangguan pertukaran gas 2. Gangguan pertukaran 2.Gangguan pertukaran
gas berhubungan gas berhubungan
dengan perubahan dengan perubahan
membran alveolus- membran alveolus-
kapiler dibuktikan kapiler dibuktikan
dengan dispnea, pola dengan dispnea, pola
napas cepat, bunyi napas cepat, bunyi
napas tambahan. napas tambahan.
Interpretasi :
Berdasarkan data dari analisa masalah pada pasien pertama dan pasien
kedua didapatkan 2 diagnosis yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan respon alergi
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, wheezing, dispnea,
frekuensi nafas meningkat, pola nafas berubah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler dibuktikan dengan dispnea, pola napas cepat, bunyi napas tambahan.
4.Intervensi
Pada pasien 1
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasuional
1 Bersihan jalan nafas tidak SLKI : Bersihan Jalan Napas SIKI :
efektif berhubungan dengan A. Manajemen Jalan Nafas
KH A T
respon alergi dibuktikan Produksi sputum 2 4 1. Monitor pola nafas 1. Memonitor pola nafas
dengan batuk tidak efektif, Mengi 2 4 (Frekuensi, kedalaman, frekuensi, kedalaman,
Wheezing 2 4
sputum berlebih, mengi, Dispnea 2 4 usaha nafas) usaha nafas sehingga
wheezing, dispnea, frekuensi Pola napas 2 4 mengetahui pola nafas
Frekuensi napas 2 4
nafas berubah, pola nafas pasien.
berubah Skala Indikator 2. Monitor bunyi napas 2. Memonitor bunyi napas
1. Memburuk
DS : 2. Cukup memburuk tambahan (mengi, tambahan, untuk
a. Pasien mengatakan batuk 3. Sedang wheezing) mengetahui bunyi nafas
4. Cukup membaik
b. Pasien mengatakan 5. Membaik tambahan pasien
dahak sulit di keluarkan menggi atau wheezing
DO : 3. Pertahankan kepatenan 3. Membuka jalan nafas
a. Terdapat sputum jalan napas dengan head- dengan chin lift atau
b. Suara nafas whezzing tilt dan chin-lift atau jaw jaw thrust, sehingga
c. RR : 27x/menit thrust mengurangi sesak
79
d. Nadi : 105x/menit 4. Posisikan semi-fowler atau 4. Memposisikan semi
e. TD : 120/60 mmHg fowler fowler untuk
f. Suhu : 36.3◦c memaksimalkan
ventilasi
5. Lakukan fisioterapi dada 5. Melakukan fisioterapi
sebagaimana mestinya dada untuk mengurangi
sesak
6. Motivasi pasien untuk 6. Memotivasi pasien
bernafas pelan dan dalam untuk bernafas pelan
dan batuk efektif dan dalam dan batuk
efektif sehingga
menggurangi secret
7. Instruksikan bagaimana
7. Menginstruksikan agar
cara melalukakan batuk
bisa melakukan batuk
efektif
efektif
80
8. Buang sekret dengan 8. Membuang secret
memotivasi pasien untuk dengan batuk efektif
batuk efektif atau atau penghisapan lendir
penghisapan lendir sesingga mengurangi
sesak
9. Berikan oksigen, jika perlu 9. Memberikan oksigen
untuk mempertahankan
ventilasi
10. Kolaborasi pemberian
10.Mengkolaborasi
inhalasi bronkodilator,
pemberian
ekspektoran dan
bronkodilator sehingga
mukuolitik
menggurai sesak nafas
81
2 Gangguan pertukaran gas SLKI : Pertukaran Gas SIKI :
berhubungan dengan A. Pemantauan Respirasi
KH A T
ketidakseimbangan ventilasi- Dipsnea 2 4 1. Monitor frekuensi, 1. Memonitor pola nafas
perfusi dibuktikan dengan Suara 2 4 irama,kedalaman dan upaya frekuensi, kedalaman,
nafas
dispnea, pola napas abnormal tambahan nafas usaha nafas sehingga
(cepat), bunyi napas Diaforesis 2 4 mengetahui pola nafas
Gelisah 2 4
tambahan. Pola 2 4 pasien.
DS : nafas 2. Monitor pola nafas (seperti 2. Memonitor pola nafas
Indikator :
a. Pasien mengatakan sesak 1 : Meningkat bradipnea, takipnea, pasien sehingga
b. Pasien mengatakan 2 : Cukup meningkat hiperventilasi, kussmaul, mengetahui pola nafas
3 : sedang
kesulitan dalam bernafas 4 : Cukup menurun chyne-stokes, blot, ataksik) pasien
5 : Menurun 3. Monitor kemampuan batuk 3. Memonitor kemampuan
DO : efektif batuk efektif untuk
a. keadaan umum lemah mencegah penumpukan
b. Klien tampak gelisah secret
c. Suara nafas whezzing 4. Monitor adanya produksi sputum 4. Memonitor adanya
d. RR : 27x/menit produksi sputum
e. Nadi : 105x/menit sehingga terbebasnya
f. TD : 120/60 mmHg jalan nafas
82
g. Suhu : 36.3◦c 5. Monitor adanya sumbatan jalan 5. Memonitor adanya
nafas sumbatan jalan nafas
sehingga terciptanya
jalan nafas bersih
tampah sumbatan
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi 6. Melakukan palpasi
paru kesimetrisan ekspansi
paru sehingga
mengetahui
kesimetrisan ekspansi
paru
7. Auskultasi bunyi nafas 7. Melakukan auskultasi
bunyi nafas sehingga
mengetahui bunyi nafas
pasien
8. Monitor saturasi oksigen 8. Memonitor saturasi
oksigen pasien
sehingga mengetahui
apakah pasien masih
83
sesak atau tidak
9. Jelaskan tujuan dan prosedur 9. Menjelaskan tujuan dan
pemantauan prosedur pemantauan
sehingga pasien
mengetahui tujuan dari
pemantauan
10. Informasikan hasil pemantauan 10. Menginformasikan
jika perlu hasil pemantauan
kepda pasien sehingga
mengetahui hasil
dilakukannya
pemantauan
Pada pasien 2
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak SLKI : Bersihan Jalan Napas SIKI :
efektif berhubungan dengan A. Manajemen Jalan Nafas
KH A T
respon alergi dibuktikan Produksi sputum 2 4 1. Monitor pola nafas 1. Memonitor pola nafas
dengan batuk tidak efektif, Mengi 2 4 (Frekuensi, kedalaman, frekuensi, kedalaman,
Wheezing 2 4
sputum berlebih, wheezing, Dispnea 2 4 usaha nafas) usaha nafas sehingga
84
dispnea, frekuensi nafas Pola napas 2 4 mengetahui pola nafas
Frekuensi napas 2 4
berubah, pola nafas berubah pasien.
DS : Skala Indikator 2. Monitor bunyi napas 2. Memonitor bunyi napas
e. Pasien mengatakan 1. Memburuk tambahan (mengi, tambahan, untuk
2. Cukup memburuk
sesak nafas 3. Sedang wheezing) mengetahui bunyi nafas
f. Pasien mengatakan 4. Cukup membaik tambahan pasien
5. Membaik
batuk berdahak sejak 2 menggi atau wheezing
hari yang lalu 3. Pertahankan kepatenan 3. Membuka jalan nafas
g. Pasien mengatakan dada jalan napas dengan head- dengan chin lift atau
seperti tertekan tilt dan chin-lift atau jaw jaw thrust, sehingga
h. Pasien mengatakan asma thrust mengurangi sesak
nya kambuh karena 4. Posisikan semi-fowler atau 4. Memposisikan semi
alergi terhadap debu, fowler fowler untuk
kecapekan,dan terlalu memaksimalkan
stres ventilasi
DO: 5. Lakukan fisioterapi dada 5. Melakukan fisioterapi
a. Terdapat sputum sebagaimana mestinya dada untuk mengurangi
b. Suara nafas whezzing sesak
c. RR : 28x/menit 6. Motivasi pasien untuk 6. Memotivasi pasien
85
d. Nadi : 105x/menit bernafas pelan dan dalam untuk bernafas pelan
e. TD :130/90 mmHg dan batuk efektif dan dalam dan batuk
f. Suhu : 36.4◦c efektif sehingga
menggurangi secret
7. Instruksikan bagaimana
7. Menginstruksikan agar
agar bisa melalukakan
bisa melakukan batuk
batuk efektif
efektif
86
bronkodilator sehingga
menggurai sesak nafas
87
b. Nadi : 105x/menit sehingga terbebasnya
c. TD :130/90 mmHg jalan nafas
d. Suhu : 36.4◦c 5. Monitor adanya sumbatan 5. Memonitor adanya
e. Suara nafas whezzing jalan nafas sumbatan jalan nafas
f. Nadi teraba cepat sehingga terciptanya
jalan nafas bersih
tampah sumbatan
6. Palpasi kesimetrisan 6. Melakukan palpasi
ekspansi paru kesimetrisan ekspansi
paru sehingga
mengetahui
kesimetrisan ekspansi
paru
7. Auskultasi bunyi nafas 7. Melakukan auskultasi
bunyi nafas sehingga
mengetahui bunyi nafas
pasien
8. Monitor saturasi oksigen 8. Memonitor saturasi
oksigen pasien
88
sehingga mengetahui
apakah pasien masih
sesak atau tidak
9. Jelaskan tujuan dan prosedur 9. Menjelaskan tujuan dan
pemantauan prosedur pemantauan
sehingga pasien
mengetahui tujuan dari
pemantauan
10. Informasikan hasil 10. Menginformasikan
pemantauan jika perlu hasil pemantauan
kepda pasien sehingga
mengetahui hasil
dilakukannya
pemantauan
89
5. Implementasi
Pada Pasien 1
No Tanggal & Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Hari Evaluasi Paraf
jam &Tanggal
1 Rabu, 21 1. Memonitor pola nafas (Frekuensi, Rabu, 21 S : Pasien mengatakan sesak nafas nya sudah
April 2021 kedalaman dan usaha nafas) dan April 2021 berkurang,dahak pada jalan nafas
14.00 WIB memonitor bunyi nafas tambahan 15.00 berkurang.
dengan cara Inspeksi, Auskultasi, WIB
Palpasi sebelum dan sesudahnya O:
dilakukan penerapan terapi inhalasi a. Nafas vesikuler
dan tehnik batuk efektif b. Batuk berkurang
c. Sputum berkurang
R : pasien mengatakan sesak nafas, d. Pasien tampak lebih nyaman
batuk, dan terdapat sputum pada e. Pernafasan pasien tampak normal
jalan nafas, dan pasien f. Irama nafas pasien teratur
mengetahui adanya suara nafas g. TTV
tambahan (wheezing), dan adanya TD : 120/80 mmHg
perubahan pola nafas yaitu RR : 22x/menit
peningkatan frekuensi nafas Nadi : 92x/menit
90
27x/menit. A:
KH A T H
2. Memposisikan pasien fowler 90◦ Produksi sputum 2 5 4
R : Pasien merasa lebih nyaman saat Mengi 2 5 4
diberikan posisi fowler 90◦ Wheezing 2 5 4
3. Memonitor adanya produksi sputum Dispnea 2 5 4
R : pasien mengatakan terdapat Pola nafas 2 5 4
sputum yang menyumbat pada Frekuensi nafas 2 5 4
jalan nafas, dan sputum berwarna
bening dan encer. P : Intervensi dihentikan pasien pulang
4. Memonitor adanya sumbatan pada
jalan nafas
R : klien mengatakan adanya dahak
pada jalan nafas
5. Melalukan auskultasi bunyi nafas
R : bunyi nafas tambahan yang
terdengar (wheezing)
6. Mengajarkan tehnik batuk efektif
R : pasien melakukan teknik batuk
91
efektif sesuai SOP
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi
inhalasi (nebulizer) dengan combivent
2 ampul dan injeksi dexametaxone 1
ampul
R : pasien mengatakan sesak nafas
nya berkurang, dan sputum pada jalan
nafas berkurang, sehingga pernafasan
menjadi lega setelah diberikan terapi
inhalasi
2 Rabu, 21 1. Memonitor frekuensi, irama, Rabu, 21 S : pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
April 2021 kedalaman dan upaya nafas April 2021 dan tidak kesulitan lagi dalam bernafas
14.15 R : pasien mengatakan kesulitan 15.20
WIB dalam bernafas dan pasien WIB O:
mengatakan sesak nafas, pasien a. Sesak nafas berkurang
mengetahui frekuensi nafas cepat b. Pasien tidak kesulitan lagi dalam
27x/m, dan irama nafas tidak bernafas
teratur dan pernafasan cepat c. Pasien merasa lebih nyaman
2. Memonitor pola nafas d. Pasien bisa melakukan tehnik batuk
92
R : pasien kesulitan dalam bernafas efektif untuk mengurangi sumbatan
dan pernafasan pasien tampak cepat pada jalan nafas
(takipnea) e. Sputum berkurang
3. Memposisikan pasienfowler 90◦
R : Pasien merasa lebih nyaman diberikan A:
posisi fowler 90◦ KH A T H
4. Memonitor kemampuan batuk efektif Dipsnea 2 5 4
R : klien mengatakan sudah bisa Suara nafas 2 5 4
melakukan batuk efektif secara tambahan
mandiri untuk mengeluarkan Diaforesis 2 5 4
dahak pada jalan nafas Gelisah 2 5 4
Pola nafas 2 5 4
93
Pada Pasien 2
No Tanggal & Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Hari Evaluasi Paraf
jam &Tanggal
1 Jumat, 23 1. Memonitor pola nafas (Frekuensi, Rabu, 21 S : Pasien mengatakan sesak nafas nya sudah
April 2021 kedalaman dan usaha nafas) dan April 2021 berkurang,dahak pada jalan nafas
11.00 WIB memonitor bunyi nafas tambahan 12.00 berkurang.
dengan cara Inspeksi, Auskultasi, WIB
Palpasi sebelum dan sesudahnya O:
dilakukan penerapan terapi inhalasi h. Nafas vesikuler
dan tehnik batuk efektif i. Batuk berkurang
j. Sputum berkurang
R : pasien mengatakan sesak nafas, k. Pasien tampak lebih nyaman
batuk, dan terdapat sputum pada l. Pernafasan pasien tampak normal
jalan nafas, dan pasien m. Irama nafas pasien teratur
mengetahui adanya suara nafas n. TTV
tambahan (wheezing), dan adanya TD : 120/80 mmHg
perubahan pola nafas yaitu RR : 22x/menit
peningkatan frekuensi nafas Nadi : 92x/menit
94
27x/menit.
A:
2. Memposisikan pasien fowler 90◦ KH A T H
R : Pasien merasa lebih nyaman saat Produksi sputum 2 5 4
diberikan posisi fowler 90◦ Mengi 2 5 4
3. Memonitor adanya produksi sputum Wheezing 2 5 4
R : pasien mengatakan terdapat Dispnea 2 5 4
sputum yang menyumbat pada Pola nafas 2 5 4
jalan nafas, dan sputum berwarna Frekuensi nafas 2 5 4
bening dan encer.
4. Memonitor adanya sumbatan pada P : Intervensi dihentikan pasien pulang
jalan nafas
R : klien mengatakan adanya dahak
pada jalan nafas
5. Melalukan auskultasi bunyi nafas
R : bunyi nafas tambahan yang
terdengar (wheezing)
6. Mengajarkan tehnik batuk efektif
R : pasien melakukan teknik batuk
95
efektif sesuai SOP
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi
inhalasi (nebulizer) dengan combivent
2 ampul dan injeksi dexametaxone 1
ampul
R : pasien mengatakan sesak nafas
nya berkurang, dan sputum pada jalan
nafas berkurang, sehingga pernafasan
menjadi lega setelah diberikan terapi
inhalasi
2 Jumat, 23 1. Memonitor frekuensi, irama, Jumat, 23 S : pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
April 2021 kedalaman dan upaya nafas April 2021 dan tidak kesulitan lagi dalam bernafas
11.20 R : pasien mengatakan kesulitan 12.20
WIB dalam bernafas dan pasien WIB O:
mengatakan sesak nafas, pasien b. Sesak nafas berkurang
mengetahui frekuensi nafas cepat c. Pasien tidak kesulitan lagi dalam
27x/m, dan irama nafas tidak bernafas
teratur dan pernafasan cepat d. Pasien merasa lebih nyaman
2. Memonitor pola nafas e. Pasien bisa melakukan tehnik batuk
96
R : pasien kesulitan dalam bernafas efektif untuk mengurangi sumbatan
dan pernafasan pasien tampak cepat pada jalan nafas
(takipnea) f. Sputum berkurang
3. Memposisikan pasien fowler 90◦
R : Pasien merasa lebih nyaman A:
diberikan posisi fowler 90◦ KH A T H
4. Memonitor kemampuan batuk Dipsnea 2 5 4
efektif Suara nafas 2 5 4
R : klien mengatakan sudah bisa tambahan
melakukan batuk efektif secara Diaforesis 2 5 4
mandiri untuk mengeluarkan Gelisah 2 5 4
dahak pada jalan nafas Pola nafas 2 5 4
97
98
Interprestasi
6. Discharge Planning
Discharge Planning Pasien Pertama
No. Reg : 19-07-46 Alamat : 14 Ulu 1 Tangga
Nama / Umur : Ny.M / 43 Tahun Takat
Jenis Kelamin : Perempuan Ruang Rawat : IGD
Tanggal MRS : 21 April 2021 Tanggal KRS : 21 April 2021
Diagnosis MRS : Asma Bronchiale Diagnosis KRS : Asma Bronchiale
Aturan Diet
- Dianjurkan :
a. Mengkonsumsi buah
b. Mengkonsumsi sayur
c. Mencukupi kebutuhan cairan yang adekuat
- Dihindari :
a. Makanan yang mengandung sulfit (Bahan kimia)
b. Makanan dan minuman yang mengandung gas
c. Makanan pemicu alergen (Produk susu, seafood,
gandum, telur, kacang-kacangan)
Aturan Diet
- Dianjurkan :
1. Mengkonsumsi buah
2. Mengkonsumsi sayur
3. Mencukupi kebutuhan cairan yang adekuat
- Dihindari :
1. Makanan yang mengandung sulfit (Bahan kimia)
2. Makanan dan minuman yang mengandung gas
3. Makanan pemicu alergen (Produk susu, seafood,
gandum, telur, kacang-kacangan)
berat
d. Menjelaskan untuk menghindari faktor pemicu terjadi
penyakit asma (kebersihan lantai rumah, debu, bulu
binatang, iklim)
e. Mengajarkan strategi untuk contor stress, dan kecemasan.
f. Menganjurkan untuk menghubungi dokter jika serangan
asma masih timbul sesudah diobati dengan kortikosteroid
oral atau inhalasi
C. Pembahasan
Pada Bab ini, penulisan akan membahas hasil pengkajian, dan
kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan dalam memberikanterapi
inhalasi dan batuk efektif terhadap masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif pada pasien asma bronchiale di Instalasi gawat Darurat Rumah
Sakit muhammadiyah Palembang Dari tanggal 21 dan 23 April 2021,
Pembahasan dibuat menggunakan tahap-tahap proses keperawatan melalui
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi dan
discharge planning
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama langkah awal dari suatu proses
keperawatan yang terdiri dari tahap-tahapan yaitu pengumpulan data,
pengelompokkan serta kemampuan menganalisa dan menemukan
diagnosis keperawatan. Pengkajian yang penulis lakukan dalam Asuhan
keperawatan pada Ny. M dan Ny. C dengan gangguan sistem pernafasan
Asma Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. pada saat melakukan pengkajian penulis menggunakan
instrumen pengkajian sebagai pedoman yaitu pengkajian menurut buku
keperawatan gawat darurat diruangan Instalasi gawat darurat. (IKesT
Muhammadiyah,2021).
Pemeriksaan fisik pada pasien pertama didapatkan bahwa sesak
napas,batuk, terdapat sputum, dada terasa tertekan, suara nafas tambahan
whezzing, pasien merasa kesulitan untuk mengeluarkan sputum pada
jalan nafas kemudian dilakukan pengukuran dan penilaian bersihan jalan
nafas tidak efektif, di mana tindakan tersebut dilakukan sebelum dan
sesudah dilakukannya pemberian terapi inhalasi (Nebulizer) dan batuk
efektif. Dengan menghitung frekuensi nafas dan mendengarkan bunyi
nafas dengan cara Inspeksi, Auskultasi dan Palpasi dan mendapatkan
hasil yang berbeda dari kedua pasien, pemeriksaan pada pasien pertama
mengatakan batuk di sertai dahak yang sulit untuk dikeluarkan tidak bisa
beristirahat, suara nafas tambahan wheezing, dada terasa tertekan
pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien pertama Tekanan darah :
102
batuk disertai dahak, dada terasa tertekan, adanya suara nafas tambahan
wheezing (Tafdhila, 2019).
Berdasarkan data dari pengkajian dan teori bahwasannya yang
didapat untuk pasien asma adalah sesak nafas, batuk disertai dahak,
adanya suara nafas tambahan wheezing, penderita bernafas cepat dan
dalam, dada terasa tertekan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (SDKI, 2018)
Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada pasien pertama dan
kedua yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan respon
alergi dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
wheezing, dispnea, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah,
Gangguang pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan dipsnea, takikardia, diaforesis, pola
nafas abnormal (cepat), sianosis bunyi nafas tambahan.
Gejala asma sangat bervariasi antara seorang penderita dengan
penderita lainnya. Gejala asma sesak nafas, wheezing, batuk dengan
sputum atau tanpa sputum, ada sebagian mengeluh nyeri dada, gelisah,
diaforesis, takikardi, dan tekanan nadi yang melebar (Wahid, 2015)
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spresifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI,
2018) dalam kasus ini penulis merencanakan intervensi keperawatan dan
harus memperhatikan beberapa criteria yang berhubungan dengan
intervensi keperawatan.
104
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisis rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah anda tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi renspons klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Budiono, 2015).
Implementasi yang dilakukan pada pasien pertama dan kedua
dengan bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu melakukan pendekatan
pada pasien, melakukan pemerikasaan fisik untuk menilai kriteria
bersihan jalan nafas tidak efektif dengan cara (Inspeksi, Auskultasi
menggunakan stetoskop, Palpasi) sebelum dan sesudah diberikan terapi
inhalasi dan batuk efektif, implementasi yang dilakukan pada pasien
pertama tanggal 21 April 2021 dan pasien ke dua 23 April 2021 dengan
terapi inhalasi dan batuk efektif. Pengukuran bersihan jalan nafas ini
untuk mengetahui frekuensi nafas, irama, kedalaman dan upaya nafas,
pola nafas, bunyi nafas tambahan, dan untuk mengukur denyut nadi,
untuk mengetahui adanya sumbatan pada jalan nafas (Tafdhila dan
Kurniawati, 2019).
Terapi inhalasi dan batuk efektif merupakan terapi yang paling
tepat untuk mengatasi serangan asma dan bermafaat untuk mengencerkan
dahak pada jalan nafas, melonggarkan pernafasan, melegakan
nafas,(Sutiyo dan Nurlaila, 2017). Terapi inhalasi ini dipilih karena
pemberian terapi inhalasi memberikan efek bronkodilatasi atau
melebarkan lumen bronkus, dahak menjadi encer sehingga
mempermudah dikeluarkan, menurunkan hiperaktifitas bronkus dan
dapat mengatasi infeksi (Wahyuni, 2017). Terapi inhalasi adalah
pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratori
(Rahajoe, 2016)
Manfaat latihan batuk efektif untuk melonggarkan dan melegakan
saluran pernafasan maupun mengatasi sesak nafas akibat adanya lendir
yang memenuhi saluran pernafasan. Tujuan dilakukannya teknik batuk
efektif ini adalah untuk membantu mengatasi sesak dan membantu
106
5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dengan menunjukkan tujuan tercapainya kriteria
107
109
110
B. Saran
Berdasarkan hasil penatalaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan,
maka penulis dapat memberikan beberapa saran di antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi tambahan dalam memberikan informasi
mengenai penatalaksanaan terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap
bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Sebagai bahan referensi tambahan bagi rumah sakit dalam menerapkan
intervensi terapi inhalasi dan batuk efektif terhadap bersihan jalan nafas
tidak efektif pada pasien asma bronchiale
3. Pasien dan Keluarga
Hasil penulis studi kasus ini untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan keluarga tentang penatalaksanaan Terapi inhalasi dan batuk efektif
terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien asma bronchiale
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penulisan ini menjadi salah satu referensi dan sumber
pengetahuan bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan
111
5. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan
dan pengalaman langsung dalam melakukan penatalaksanaan terapi
inhalasi dan batuk efektif terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Persiapan Alat
a. Nebulizer kit
b. Obat inhalasi
c. Tisu Wajah
Batuk efektif :
1. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler,
jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas
incisi sebagai bebat ketika batuk.
2. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas
dalam (3-5 kali)
3. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga
pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan
mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa
terjadi luka pada tenggorokan.
4. Ulangi lagi sesuai kebutuhan.