Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA:

MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF DENGAN


INTERVENSI EDUKASI BATUK EFEKTIF
DAN FISIOTERAPI DADA

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH:

MAYLANI EKA PRADANI

NIM. P21085

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2023/2024
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA:
MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF DENGAN
INTERVENSI EDUKASI BATUK EFEKTIF
DAN FISIOTERAPI DADA

Proposal Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DISUSUN OLEH:

MAYLANI EKA PRADANI

NIM. P21085

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2023/2024

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN KTI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Maylani Eka Pradani
NIM : P21085
Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia: Manajemen
Kesehatan Tidak Efektif dengan Intervensi Edukasi Batuk Efektif
dan Fisioterapi Dada

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan
ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 12 Januari 2024


Yang Membuat Pernyataan

Materai 10.000

MAYLANI EKA PRADANI


NIM. P21085

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA:
MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF DENGAN
INTERVENSI EDUKASI BATUK EFEKTIF
DAN FISIOTERAPI DADA

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)

Oleh:
MAYLANI EKA PRADANI

P21085
Surakarta, 12 Januari 2024

Menyetujui,
Pembimbing

ENDANG ZULALICHA SUSILANINGSIH S.Kp.,M.Kep.


NIK. 201869177

iii
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah di uji pada tanggal:


12 Januari 2024

Dewan Penguji :

Ketua Dewan Penguji:

Happy Indri H, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,PhD


(……………….)
NIK.201284113

Anggota Dewan Penguji:

Endang Zulaicha Susilaningsih S.Kp.,M.Kep


(……………….)
NIK.201869177

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Maylani Eka Pradani
NIM : P21085
Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia: Manajemen
Kesehatan Tidak Efektif dengan Intervensi Edukasi Batuk Efektif
dan Fisioterapi Dada.

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Universitas Kusuma Husada Surakarta
Hari / Tanggal : Jumat / 12 Januari 2024

DEWAN PENGUJI

Ketua Dewan Penguji: Happy Indri H, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,PhD ( )


NIK.201284113

Anggota Dewan Penguji: Endang Zulaicha Susilaningsih S.Kp.,M.Kep ( )


NIK.201869177

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta

Rufaida Nur Fitriana, S.Kep. Ns., M.Kep.


NIK.201187098

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia:
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif dengan Intervensi Edukasi Batuk Efektif dan
Fisioterapi Dada.
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Dheny Rohmatika, S.SiT., Bdn.,M.Kes selaku Rektor Universitas Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Universitas Kusuma Husada Surakarta.
2. Rufaida Nur Fitriana, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
dapat menimba ilmu di Universitas Kusuma Husada Surakarta.
3. Nurul Devi A, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Program Diploma Tiga yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Universitas Kusuma Husada Surakarta.
4. Endang Zulaicha Susilaningsih S.Kp.,M.Kep. selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
5. Happy Indri H, S.Kep., Ns., M.Kep., PhD. selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

vi
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta dan berbagai
pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan
moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan. Aamiin.

Surakarta, 12 Januari 2024

Penulis

vii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN KTI ........................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI .................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v

KATA PENGANTAR......................................................................................... vi

DAFTAR ISI..................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3 Tujuan.................................................................................................. 3

1.4 Manfaat ................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6

2.1 Tinjauan Teori...................................................................................... 6

2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 33

2.3 Kerangka Konsep ............................................................................... 34

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS.......................................................... 35

3.1 Rancangam Studi Kasus ..................................................................... 36

3.2 Subjek Studi Kasus ............................................................................. 35

3.3 Fokus Studi Kasus .............................................................................. 36

viii
3.4 Definisi Operasional ........................................................................... 36

3.5 Tempat dan Waktu ............................................................................. 37

3.6 Pengumpulan Data ............................................................................. 38

3.7 Penyajian Data ................................................................................... 39

3.8 Etika Studi Kasus ............................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Rongga Hidung .................................................................. 8


Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................... 32
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ............................................................................ 33

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosis Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia ....................... 24


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia ....................... 26

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Lembar Informed Consent
Lampiran 4 Standar Operasioanl Prosedur
Lampiran 5 Lembar Observasi
Lampiran 6 Kuesioner Edukasi batuk efektif dan fisioterapi dada
Lampiran 7 Lembar Audience
Lampiran 8 Lembar Pendelegasian
Lampiran 9 Jurnal Utama
Lampiran 10 Pendamping
Lampiran 11 Format Asuhan Keperawatan Anak
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkopneumonia merupakan suatu bentuk inflamasi yang terjadi

pada area bronkus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang

mengakibatkan sumbatan respiratorik, sehingga terjadi konsolidasi merata

ke lobus yang berdekatan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh infeksi

bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh infeksi virus dan jamur.

Kejadian Bronkopneumonia pada tahun 2020 sekitar 2,4 juta bayi

baru lahir meninggal disebabkan oleh Bronkopneumonia sebagian besar

terjadi di Afrika dan Asia Tenggara (WHO, 2022). Kasus

Bronkopneumonia di Indonesia menurut Kemenkes dalam Profil

Kesehatan Indonesia tahun 2020, cakupan penemuan Bronkopneumonia

pada balita sebesar 34,8%. Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke

lima dengan cakupan Bronkopneumonia pada balita di tahun 2020 yaitu

sebesar 42,9%. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020,

didapatkan angka kematian pada balita karena Bronkopneumonia sebesar

27,52% atau sebanyak 498 balita meninggal karena Bronkopneumonia.

Berdasarkan hasil yang dilakukan melalui teknik wawancara

dengan perawat dan data rekam medis yang diambil, di Ruang Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali, terdapat kasus

1
2

Bronkopneumonia pada tahun 2022 sebanyak 72 kasus pada anak laki-laki

dan 52 kasus pada anak perempuan dengan jumlah kasus

Bronkopneumonia pada anak yang sudah ditangani sejumlah 119 kasus, 1

kasus dirujuk dan 11 kasus meninggal (Rekam Medik RSUD Pandang

Arang, 2022). Bronkopneumonia mempunyai dampak yang dapat

mengakibatkan komplikasi akut yaitu berupa supurasi (abses paru maupun

empyema thoracis). Supurasi merupakan proses pembentukan sputum

menjadi nanah yang dapat mengakibatkan radang kronik. Abses dan

empyema thoracis merupakan kondisi ketika infeksi bakteri menyerang

organ paru sehingga timbul nanah dan ditandai dengan batuk berdahak

(Supriandi, 2018).

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada kasus

Bronkopneumonia adalah manajemen kesehatan tidak efektif, karena

ketidakpahaman orangtua dalam mengatasi sekret yang tertahan dan perlu

diberikan edukasi untuk mengeluarkan sekret (Ridha, 2014). Edukasi

sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemandirian

orangtua dalam mengatasi batuk efektif dan fisioterapi dada dengan

harapan orangtua mampu melakukan cara batuk efektif dan fisioterapi

dada jika terjadi kekambuhan (Notoadmojo, 2014).

Edukasi menggunakan audiovisual merupakan sebuah cara

pembelajaran dengan menggunakan media yang mengandung unsur suara

dan gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra

penglihatan dan pendengaran (Febliza, 2015). Kelebihan edukasi


3

menggunakan audiovisual dinilai efektif untuk menyampaikan pesan

kepada penerima informasi, penggunaan media audiovisual diyakini

mampu menstimulasi indra pendengaran dan penglihatan sehingga hasil

yang diperoleh lebih maksimal (Fenalia et al., 2019).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik

menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Anak

Bronkopneumonia Dengan Intervensi Edukasi Batuk Efektif dan

Fisioterapi Dada”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dari

studi kasus ini adalah “Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada

anak Bronkopneumonia yang mengalami manajemen kesehatan tidak

efektif dengan intervensi edukasi batuk efektif dan fisioterapi dada?”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan

pada anak Bronkopneumonia yang mengalami manajemen

kesehatan tidak efektif dengan intervensi edukasi batuk efektif dan

fisioterapi dada.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak

Bronkopneumonia yang mengalami manajemen kesehatan


4

tidak efektif dengan intervensi edukasi batuk efektif dan

fisioterapi dada.

2. Menegakkan diagnosis keperawatan pada anak

Bronkopneumonia yang mengalami manajemen kesehatan

tidak efektif dengan intervensi edukasi batuk efektif dan

fisioterapi dada.

3. Menyusun perencanaan keperawatan pada anak

Bonkopneumonia yang mengalami manajemen kesehatan tidak

efektif dengan intervensi edukasi batuk efektif dan fisioterapi

dada.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak

Bronkopneumonia yang mengalami manajemen kesehatan

tidak efektif dengan intervensi edukasi batuk efektif dan

fisioterapi dada.

5. Melakukan evaluasi pada anak Bronkopneumonia yang

mengalami manajemen kesehatan tidak efektif dengan

intervensi edukasi batuk efektif dan fisioterapi dada.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kesehatan khususnya keperawatan anak.


5

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

anak Bronkopneumonia dengan masalah manajemen kesehatan

tidak efektif.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk

penelitian lebih lanjut khususnya terkait dengan asuhan

keperawatan pada anak Bronkopneumonia dengan masalah

manajemen kesehatan tidak efektif.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan untuk mengembangkan mutu dan kualitas

pelayanan rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Bagi Penulis

Dapat memberikan pengalaman yang nyata dalam

memberikan asuhan keperawatan pada anak pasien

bronkopneumonia dan untuk menambah pengetahuan penulis

khususnya dalam penatalaksanaan keperawatan pada pasien

Bronkopneumonia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Bronkopneumonia

1. Definisi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang

menyerang saluran pernapasan dengan manifestasi klinis

bervariasi mulai dari batuk, pilek yang disertai panas, sedangkan

anak Bronkopneumonia berat akan muncul sesak napas yang

hebat. Bronkopneumonia yaitu suatu peradangan pada parenkim

paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus serta

alveolus disekitarnya yang ditandai dengan adanya bercak-

bercak infiltrate yang disebabkan oleh bakteri,virus,jamur, dan

benda asing lainnya (Sukma et al,.2020).

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang

disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk

ke saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan

alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya

penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk efektif, dan

ronki basah (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2017).

6
7

2. Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan

a. Anatomi saluran pernapasan terdiri dari :

1) Rongga hidung

Rongga hidung dibungkus oleh selaput lender yang

banyak mengandung pembuluh darah, rongga hidung

berhubungan dengan lapisan faring dan selaput lender

semua sinus yang mempunyai lubang termasuk ke dalam

rongga hidung. Sewaktu menghirup udara, udara disaring

terlebih daahulu oleh bulu-bulu yang terdapat pada

rongga hidung. Permukaan lender akan menjadi hangat

dan lembab yang disebabkan oleh penguapan air pada

selaput lender (Pearce,2019).

Gambar 2.1 Rongga Hidung


Sumber : Pearce (2019)

2) Faring

Faring merupakan saluran yang berbentuk cerobong

yang terdapat dari dasar tengkorak sampai dengan

persimpangan esophagus pada ketinggian tulang rawan


8

krikoid. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga

yaitu dibelakang hidung,belakang mulut, dan belakang

laring.

3) Laring

Laring atau biasa disebut tenggorokan terletak di anterior

tulang belakang ke-4 dan ke-6. Laring berperan sebagai

pembentukan suara, pelindung jalan napas bawah dari

benda asing dan mekanisme terjadinya batuk. Laring

terdiri dari atas epiglottis, glottis, kartiligo tiroid,

kartiligo krikoid, kartiligo arytenoid,pita suara

(Pearce,2019).

4) Trakea

Trakea merupakan sambungan dari laring yang

bercabang menjadi dua bronkus. Trakea tersusun oleh

enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lemgkap

berbentuk seperti cincin yang dibungkus serabut fibrosa.

Trakea dibungkus oleh selaput lender yang terdiri atas

epithelium bersilia dan sel cangkir. Tulang rawan

berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka.

5) Paru-paru

Paru-paru merupakan alat pernapasan utama dang

mengisi rongga dada. Paru-paru berlokasi disebelah

kanan dan kiri dan dipisahkan oleh janung dan pembuluh


9

darah besar yang berada di Jntung. Paru-paru dibagi

menjadi dua bagian. Paru-paru sebelah kanan

mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Di

dalam setiap lobus tersusun atas lobula. Jaringan paru-

paru bersifat elastis, berpori dan berbentuk seperti spons.

Di dalam air, paru-paru mengapung karena terdapat

udara di dalam nya (Pearce,2019).

b. Fisiologi saluran pernapasan

Tahap pernapasan meliputi dua tahap, yaitu

menghirup udara atau inspirasi serta mengeluarkan atau

ekspirasi. Pada saat inspirasi, otot diafragma berkontraksi,

dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan

dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi dan

menyebabkan mengembangnya rongga dada sehingga

tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat

mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang

rusuk melemas dan menyebabkan rongga dada mengecil dan

tekanan udara di dalam paru naik sehingga udara keluar.

Udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat

yang bertekanan lebih kecil (Pearce,2019).

3. Etiologi Bronkopneumonia

Etiologi Bronkopneumonia menurut (Nurarif

dkk.,2015) secara umum bronkopneumonia diakibatkan


10

penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi

organisme pathogen. Orang normal dan sehat memiliki

mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan yang

terdiri atas reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus,

gerakkan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan

sekresi humoral setempat. Kolaps alveoli akan mengakibatkan

penyempitan jalan nafas,sesak nafas dan nafas ronchi. Fibrosis

bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan

produksi surfaktan seebagai pelumas yang berfungsi untuk

melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan

atau pus dalam rongga paru) mengakibatkan peningkatan

frekuensi napas,hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien

terjadi sianosis ,dispnea, dan kelelahan yang mengakibatkan

terjadinya gagal napas (PDPI, 2017).

4. Patofisiologi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang

biasanya disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia

yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan

bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada

bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,sehingga terjadi

demam,batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu

mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses

peradangan yang meliputi empat stadium (Dewi, 2016) yaitu :


11

a. Stadium I (4-12 jam pertama/kongesti)

Disebut juga hipertermia, mengacu pada respon peradangan

permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang

terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah

dan permeabiitas kapiler ditempat infeksi.

b. Stadium II/ hepatisasi (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi

oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan

oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan.

Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna

paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada

stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal

sehingga anak akan bertambah sesak.

c. Stadium III/ hepatisasi kelabu (3-8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah

putih mengklonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat

ini endapan fibrin terakumulasi diseluruh daerah yang

cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini

eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat

karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi

pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami

kongesti.
12

d. Stadium IV

Resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan

mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudatlisis dan diabsorsi

oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya

semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya

penumpukan sekret, sehingga terjadinya demam,batuk

produktif, ronchi positif dan mual.

5. Klasifikasi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia dikelompokkan berdasarkan pedoman dan

tatalaksana sebagai berikut :

a. Bronkopneumonia sangat berat

Apabila ditemukan sianosis dan anak sama sekali tidak

mampu minum. Maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan

di berikan antibiotik.

b. Bronkopneumonia berat

Apabila terdapat retraksi dinding dada tanpa sianosis dan

masih mampu minum,maka anak perlu dirawat di rumah

sakit dan di berikan antibiotik.

c. Bronkopneumonia

Apabila tidak terdapat retraksi dinding dada tetapi

ditemukan pernafasan cepat yaitu >60x/menit pada anak

usia kurang dari dua bulan, >50x/menit pada anak usia 2

bulan – 1 tahun, > 40x/menit pada anak usia 1-5 tahun.


13

6. Manifestasi Klinis Bronkopneumonia

Manifestasi klinis yang sering terlihat pada anak yang menderita

penyakit bronkopneumonia adalah sebagai berikut (Wulandari &

Erawati, 2016).

a. Demam yang tinggi (39-40C) terkadang disertai kejang.

b. Anak tampak gelisah dan terdapat nyeri dada ditandai dengan

kesulitan bernapas dan batuk.

c. Takipnea dan pernapasan dangkal disertai pernapasan cuping

hidung.

d. Terkadang disertai muntah dan diare

e. Terdapat suara napas tambahan seperti ronkhi dan wheezing

f. Keletihan akibat proses peradangan dan hipoksia

g. Ventilasi berkurang akibat penimbunan mukus

7. Komplikasi Bronkopneumonia

Komplikasi dari bronkopneumonia adalah sebagai berikut

(Wulandari & Erawati, 2016):

a. Atelaksis

Atelaksis merupakan suatu kondisi di mana paru-paru gagal

atau tidak dapat mengembang secara sempurna yang

disebabkan karena mobilisasi reflek batuk berkurang.


14

b. Empiema

Empiema merupakan suatu kondisi terkumpulnya nanah

dalam rongga pleura akibat infeksi dari bakteri

bronkopneumonia.

c. Abses paru merupakan infeksi bakteri yang dapat

menimbulkan penumpikan pus di dalam paru-paru yang

meradang.

d. Endokarditis

Endokarditis merupakan infeksi yang terjadi pada lapisan

bagian dalam jantung yang disebabkan oleh masuknya kuman

ke dalam aliran darah.

e. Meningitis

Meningitis merupakan peradangan pada selaput otak dan

sumsum tulang belakang yang diakibatkan oleh infeksi

bakteri.

8. Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) untuk dapat menegakkan

diagnosa medis dapat digunakan cara :

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan Darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).


15

2) Pemeriksaan Sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk

yang spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes

sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.

3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi

dan status asam basa.

4) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi

untuk mendeteksi antigen mikroba.

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Laringoskopi/ bronskopi

Untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh

benda padat.

2) Ronthenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai

pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrate

multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus

dan haemofilus.

9. Penatalaksanaan Medis Bronkopneumonia

a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan

kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan

antibiotik yang memiliki spectrum luas seperti ampisilin,

pengobatan ini di berikan sampai bebas demam selama 4-5

hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik


16

spectrum luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat

dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga

(Ridha, 2014).

b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi

O2, terapi cairan dan antipiretik. Agen antipiretik yang

diberikan kepada pasien adalah paracetamol. Paracetamol

dapat diberikan dengan cara di tetesi (3 x 0,5 cc sehari)

atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian

paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai

38ºC serta untuk menjaga kenyamanan pasien dan

mengontrol batuk (Ridha, 2014).

c. Fisioterapi Dada sangat efektif bagi penderita penyakit

respirasi. Dengan teknik postural drainage, perkusi dada

dan vibrasi pada 21 permukaan dinding dada akan

mengirimkan gelombang amplitude sehingga dapat

mengubah konsistensi dan lokasi sekret. Fisioterapi dada

dilakukan dengan teknik Tapping dan Clapping. Teknik

ini adalah suatu bentuk terapi dengan menggunakan

tangan, dalam posisi telungkup serta dengan gerakan fleksi

dan ekstensi secara ritmis. Teknik ini sering digunakan

dengan dua tangan. Pada anakanak tapping dan clapping

dapat dilakukan dengan dua atau tiga jari. (Hidayatin,

2019).
17

d. Terapi Inhalasi Terapi inhalasi efektif diberikan pada anak

dengan bronkopneumonia karena dapat melebarkan lumen

bronkus, mengencerkan dahak, mempermudah

pengeluaran dahak, menurunkan hiperaktivitas bronkus

serta mencegah infeksi. Alat nebulizer sangat tepat

digunakan bagi semua kalangan usia dimulai anak-anak

hingga lansia yang mengalami gangguan pernapasan

terutama dikarenakan oleh adanya mukus berlebih, batuk

ataupun sesak napas. Pengobatan nebulizer lebih efektif

dari obat-obatan yang diminum secara langsung karena di

hirup langsung ke paruparu (Astuti, et al, 2019).

2.1.2 Konsep Tumbuh Kembang Anak Balita

1. Definisi Balita

Balita merupakan masa anak mulai berjalan dan merupakan

masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada

usia 1-5 tahun. Masa ini merupakan masa yang paling penting

terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan

intelektual (Mitayani, 2015)

2. Pertumbuhan Balita (Usia 1-5 tahun)

Pertumbuhan adalah perubahan pada fisik seseorang yang di

tandai dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh

karena bertambahnya sel-sel dalam tubuh. Bertambahan bisa


18

diukur dengan berat badan tinggi badan, umur tulang, dan

keseimbangan metabolisme (Mitayani,2015).

3. Perkembangan Balita

Perkembangan adalah suatu proses bertambahnya kemampuan

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Balita

yang sehat akan berkembang sesuai pertumbuhannya.

Perkembangan menyangkut adanya proses pembelahan sel-sel,

jaringan, organ dan sistem organ yang pada tubuh yang

berkembang sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi

fungsinya masing-masing. Perkembangan tersebut meliputi

emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungan. Berikut adalah tahapan stimulasi sesuai

usia anak balita (Kemenkes, Buku Kesehatan Ibu Dan Anak,

2015) :

a. Usia 1 – 2 tahun

Ajari berjalan di undakan/tangga, ajak membersihkan meja

dan menyapu, ajak membereskan mainan, ajari

mencoret-coret di kertas, ajari menyebut bagian tubuhnya,

bacakan cerita anak, ajak bernyanyi, ajak bermain.


19

b. Usia 2 – 3 tahun

Ajari berpakaian sendiri, ajak melihat buku bergambar,

bacakan cerita anak, ajari makan di piringnya sendiri, ajari

cuci tangan, ajari buang air besar dan kecil di tempatnya.

c. Usia 3 – 5 tahun

Minta anak menceritakan apa yang ia lakukan, dengarkan

ia ketika bicara, jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan,

awasi si Kecil ketika mencoba hal-hal baru.

2.1.3 Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di

sini semua data di kumpulkan secara sistematis guna

menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus di

lakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,

psikologis, sosial maupun spiritual klien. Secara umum

pengkajian pada fracture menurut Tarwoto dan Wartonah

(2015) meliputi :

a. Identitas klien berupa : nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, status perkawinan,

suku bangsa, tanggal masuk, nomor registrasi dan diagnosa

keperawatan.

b. Keluhan utama : pada umumnya keluhan pada fracture

adalah rasa nyeri.


20

c. Riwayat penyakit sekarang berupa : kronologi kejadian

terjadinya penyakit sehingga bisa terjadi penyakit seperti

sekarang.

d. Riwayat penyakit dahulu berupa : ditemukan kemungkinan

penyebab fracture dan petunjuk berapa lama tulang tersebut

akan menyambung.

e. Pertumbuhan dan perkembangan : Berisi tentang

pertumbuhan berat badan, pertumbuhan gigi hingga

pertumbuhan tinggi badan. Pada perkembangan dapat di

kaji saat anak bayi hingga usia sekarang.

f. Kebiasaan : Kebiasaan bisa dikaji dari pola tingkah laku,

aktivitas hidup sehari-hari, serta respon terhadap frustasi.

g. Riwayat nutrisi dan cairan : Klien yang mengalami fraktur

harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari.

h. Riwayat penyakit keluarga : Pengumpulan data ini untuk

mengetahui penyakit keluarga yang berhubungan dengan

penyakit tulang yang merupakan salah satu faktor terjadinya

fraktur.

i. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan/ penampilan umum

2) Kesadaran : dikaji GCS pasien

3) Tanda-tanda vital
21

4) Kepala: kaji bentuk kepala, apakah terjadi benjolan,

apakah ada nyeri kepala

5) Muka: kaji ekspresi wajah klien ada tidak perubahan

fungsi maupun bentuk, ada tidaknya lesi, ada tidak

odema

6) Leher: kaji ada tindakannya menonjolkan kelenjar tiroid,

dan reflek menelan

7) Dada

a) Paru- paru

b) Jantung

8) Abdomen

9) Genetalia

10) Ekstremitas

a) Atas : Kaji kekuatan otot, rom kanan kiri, capillary

refile time, perubahan bentuk tulang

b) Bawah : Kaji kekuatan otot, rom kanan dan

kiri,capillary refile time, perubahan bentuk tulang.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang manusia

terhadap gangguan ataupun proses dalam kehidupan tentang

respon dari seseorang individu, kelompok, komunitas (Tim

Pokja PPNI, 2019).


22

Diagnosis keperawatan yang muncul pada anak dengan

Bronkopneumonia:

a. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar

informasi (D.0116)

b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

(D.0001)

c. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

(D.0005).
23

Table 2.1 Diagnosis Keperawatan Bronkopneumonia


No Masalah Definisi Penyebab Tanda dan Gejala

1. Manajemen Pola pengaturan dan a. Kompleksitas Tanda dan gejala


Kesehatan pengintegrasian sistem mayor
Tidak Efektif penanganan masalah pelayanan a. Subjektif :
(D.0116) kesehatan ke dalam kesehatan mengungkapkan
kebiasaan hidup sehari-hari b. Kompleksitas kesulitan dalam
tidak memuaskan untuk program menjalani
mencapai status kesehatan. perawatan atau program
pengobatan perawatan/
c. Konflik pengobatan
pengambilan b. Objektif : gagal
keputusan melakukan
d. Kurang tindakan untuk
terpapar mengambil
informasi resiko, gagal
e. Kesulitan menerapkan
ekonomi program
f. Tuntutan perawatan atau
berlebih pengobatan,
g. Konflik aktivitas hidup
keluarga sehari-hari tidak
h. Ketidakefektif efektif untuk
an pola memenuhi tujuan
perawatan kesehatan
kesehatan Tanda dan gejala
keluarga minor
i. Ketidakcukupa a. Subjektif :
n petunjuk (tidak tersedia)
untuk b. Objektif :
bertindak (tidak tersedia)
j. Kekuragan
dukungan
sosial
2. Bersihan Ketidakmampuan a. Spasme jalan Tanda dan gejala
Jalan membersihkan sekret atau napas mayor
Napas obstruksi jalan napas b. Hipersekresi a. Subjektif :
Tidak untuk mempertahankan jalan napas (tidak tersedia)
Efektif jalan napas tetap paten. c. Disfungsi b. Objektif :
(D.0001) neuromuskuler Batuk tidak
d. Benda asing efektif, tidak
dalam jalan mampu batuk,
napas sputum berlebih,
e. Adanya jalan mengi, wheezing
napas buatan dan/atau ronkhi
f. Sekresi yang kering,
tertahan mekonium dijalan
g. Hyperplasia napas (pada
dinding jalan neonatus)
napas Tanda dan gejala
h. Proses infeksi minor
i. Respon alergi a. Subjektif :
j. Efek agen dipsnea,
farmakologis ortopnea
24

(mis. b. Objektif :
Anastesi). Gelisah,
sianosis,
bunyi napas
menurun,
frekuensi
napas
berubah, pola
napas
berubah

3. Pola Inspirasi dan/atau ekspirasi a. Depresi Tanda dan gejala mayor


napas yang tidak memberikan pusat a. Subjektif : dispnea
tidak ventilasi adekuat. pernapasan b. Objektif :
efektif b. Hambatan penggunaan otot
(D.0005) upaya bantu pernapasan,
napas fase ekspirasi
c. Deformitas memanjang
dinding Tanda dan gejala minor
dada a. Subjektif : ortopnea
d. Gangguan b. Objektif :
neuromusk pernapasan pursed
ular lips, pernapasan
e. Gangguan cuping hidung,
neurologis diameter thoraks
anterior-posterior
f. Imaturitas
meningkat, ventilasi
neurologis
semenit menurun,
g. Penurunan
kapasitas vital
energi
menurun, tekanan
h. obesitas ekspirasi menurun,
tekanan inspirasi
menurun, ekskursi
dada berubah.

3. Intervensi

Intervensi keperawatan atau perencanaan keperawatan

adalah segala pengobatan yang dikerjakan oleh perawat yang

didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI

DPP PPNI, 2018).


25

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia


No Diagnosis Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil
Setelah dilakukan Edukasi
1. Manajemen
tindakan keperawatan prosedur tindakan
kesehatan tidak
selama 3x24 jam, (L.12442)
efektif (D.0116)
diharapkan manajemen Observasi:
berhubungan
kesehatan a. Identifikasi
dengan kurang meningkat(L12104) , kesiapan dan
terpapar dengan kriteria hasil : kemampuan
informasi
a. Melakukan tindakan menerima informasi
untuk mengurangi Terapuetik:
faktor resiko a. Sediakan materi dan
meningkat media pendidikan
b. Menerapkan program kesehatan
perawatan meningkat b. Jadwalkan
c. Aktivitas hidup pendidikan
sehari-hari efektif kesehatan sesuai
memenuhi tujuan dengan kesepakatan
kesehatan meningkat. Edukasi:
d. Pengetahuan dan a. Jelaskan tujuan dan
kemandirian orangtua manfaat tindakan
meningkat yang akan
dilakukan
b. Jelaskan perlunya
tindakan dilakukan
c. Jelaskan keuntungan
dan kerugian jika
tindakan tidak
dilakukan
d. Jelaskan langkah-
langkah tindakan
yang akan
dilakukan
e. Jelaskan
persiapan pasien
sebelum tindakan
dilakukan
f. Informasikan
durasi tindakan
g. Anjurkan bertanya jika
ada sesuatu yang tidak
dimengerti
h. Anjurkan
kooperatif
i. Anjurkan teknik
untuk
mengantisipasi
ketidaknyamanan
akibat tindakan.
26

2. Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif


napas tidak tindakan keperawatan (I.01066))
efektif selama 3x24 jam Observasi:
berhubungan diharapkan bersihan jalan a. Identifikasi
dengan sekresi napas meningkat kemampuan batuk
yang tertahan (L.01001), dengan kritera b. Monitor adanya
(D.0001) hasil: retensi sputum
a. Batuk c. Monitor tanda dan
efektif gejala infeksi
meningkat saluran napas
b. Produksi d. Monitor pola napas
sputum (frekuensi,kedalam
menurun an,usaha napas)
c. Mengi e. Auskultasi bunyi
menuru napas
d. wheezing menurun Terapuetik:
e. dispnea menurun a. Atur posisi semi fowler atau
f. frekuensi napas fowler
membaik b. Berikan minum hangat
g. pola napas membaik c. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
d. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selam 4
detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
27

3. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan Pencegahan infeksi


berhubungan dengan tindakan selama 3x24 (I.14539)
hambatan upaya napas jam diharapkan Observasi:
(D.0005) pertukaran gas (L.01004) a. Monitor bunyi napas
membaik. Dengan kriteria b. Monitor sputum
hasil: c. Monitor frekuensi, irama,
a. Tekanan ekspirasi kedalaman dan upaya
meningkat napas
b. Tekanan inspirasi d. Monitor kemampuan
meningkat batuk efektif
c. Dispnea menurun e. Monitor adanya sumbatan
d. Penggunaan otot jalan napas
bantu napas menurun
f. Palpasi kesimetrisan
e. Frekuensi napas
ekspansi paru
membaik
f. Kedalaman napas
g. Monitor saturasi oksigen
membaik Terapuetik:
a. Posisikan semi-fowler
atau fowler
b. Berikan minum air hangat
c. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
d. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
a. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
a. Kolaborasi bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan merupakan salah satu tahap

pelaksanaan keperawatan. Dalam implementasi terdapat

susunan dan penatalaksanaan yang akan mengatur kegiatan

sesuai dengan diagnosis keperawatan dan intervensi

keperawatan yang sudah ditetapkan (Rohmani, 2018).


28

Implementasi terdapat respon didalamnya yang terdiri dari :

a. S berisi respon subjek setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

b. O berisi pengamatan perawat terhadap kondisi pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

yangmenjelaskan apakah tujuan dari tindakan keperawatan

tercapai efisien dan efektif serta untuk mengetahui dampak

dari suatu kegiatan dan juga membantu pengambilan

keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program

perencanaan yang akan datang. atau perlu pendekatan lainnya.

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas

proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi

yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi pada

etiologi dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuan

yang telah ditentukan tercapai (Suparyanto & Rosad, 2020).

Evaluasi terdiri dari SOAP yaitu Subjective, Objective, Analisis, dan

Planning, yakni :

a. S berisi informasi tentang keluhan pasien saat dilakukan

evaluasi.

b. O berisi data hasil pemeriksaan fisik ketika dilakukan evaluasi.

c. A berisi analisis apakah masalah teratasi atau belum teratasi.


29

d. P merupakan planning atau perencanaan setelah melihat hasil

analisis data. Planning dapat berupa intervensi dilanjutkan,

intervensi dihentikan, atau intervensi dimodifikasi.

2.1.4 Konsep Manajemen Kesehatan Tidak Efektif

1. Definisi Manajemen Kesehatan Tidak Efektif

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif adalah pola

penanganan masalah kesehatan dalam keluarga yang tidak

memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota

keluarga (PPNI, 2016). Dalam hal ini keluarga mengalami

keterbatasan merawat keluarganya yang diakibatkan oleh

pengetahuan keluarga yang kurang tetang penyakit tersebut,

keluarga tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan

yang dibutuhkan kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlu

diperlukan untuk perawatan, sumber-sumber yang ada dalam

keluarga tidak seimbang (misalnya, keuangan, anggota keluarga

yang bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk perawatan), sikap

negatif terhadap yang sakit, konflik individu dalam keluarga,

sikap dan pandangan hidup, dan perilaku yang mementingkan

diri sendiri.
30

2. Instrumen penilaian manajemen kesehatan tidak efektif

Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya

disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran

angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya

untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia

alami dan ketahuinya. Kuesioner untuk mengukur pengetahuan

orangtua menggunakan lembar kuesioner tingkat pengetahuan

orangtua tentang edukasi batuk efektif dan fisioterapi dada dan

penilaian kemandirian orangtua dengan cara mengobservasi

kemampuan orangtua mendemonstrasikan batuk efektif dan

fisioterapi dada selama 3 hari. Hari pertama dengan cara

memperlihatkan vidio edukasi, hari kedua mendampingi

kemampuan orangtua mendemonstrasikan batuk efektif dan

fisioterapi dada. Hari ketiga mengobservasi kemandirian

orangtua mendemonstrasikan batuk efektif dan fisioterapi dada

(Budiarto, 2023).

2.1.5 Konsep Edukasi

a. Definisi Edukasi

Edukasi adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam

bidang kesehatan. Secara operasional edukasi adalah semua

kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan

kepada masyarakat dari tingkat pencegahan penyakit.


31

b. Tujuan dan Langkah Edukasi

Edukasi mempunyai faktor penyebab terbentuknya perilaku,

antara lain :

1) Faktor predisposisi

Faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada

diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan

sikap seseorang terhadap apa yang mereka lakukan.

2) Faktor pemungkin

Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah

fasilitas, sarana prasarana yang mendukung atau

memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau

masyarakat.

3) Faktor penguat

Pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang-

kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang

atau masyarakat.

4) Langkah-langkah edukasi

a) Hari pertama melakukan edukasi batuk efektif dan

fisioterapi dada menggunakan audiovisual.

b) Hari kedua mendampingi kemampuan orangtua

mendemonstrasikan batuk efektif dan fisioterapi dada.

c) Hari ketiga mengobservasi kemandirian orangtua

mendemonstrasikan batuk efektif dan fisioterapi dada.


32

c. Media edukasi vidio

Vidio merupakan media audiovisual banyak digunakan karena

media ini merupakan alat peraga yang dapat di dengar dan

dilihat sehingga membantu memperjelas dalam memahami

pengetahuan yang sedang di pelajari (Harsimanto, 2019).

Kelebihan edukasi menggunakan vidio adalah mampu

menstimulasi indra pendengaran dan penglihatan sehingga

hasil yang diperoleh lebih maksimal.


33

2.2 Kerangka Teori

Faktor Ekstrinsik Faktor Intrisik


Respon alergi/Hiperaktivitas Infeksi kuman

Sumbatan Edema

Obstruksi saluran napas


(bronkospasme)

Penyempitan jalan napas Kuman berlebih di bronkus

Peningkatan kebutuhan oksigen proses peradangan


Secret di bronkus

Hiperventilasi
Bersihan jalan
napas tidak efektif

Pola napas tidak


efektif Kurang terpapar informasi
kesehatan edukasi batuk
efektif

Manajemen
kesehatan tidak
efektif

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Sumber: Ridha (2014).
34

2.3 Kerangka Konsep

Manajemen kesehatan tidak Edukasi batuk efektif dan


efektif pada
Bronkopneumonia fisioterapi dada

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


BAB III

METODOLOGI STUDI KASUS

3.1 Rancangam Studi Kasus

Rancangan studi kasus merupakan studi empiris yang

menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan

nyata. Studi kasus merupakan strategi yang tepat untuk

digunakan dalam penelitian yang menggunakan pertanyaan

penelitian utama “bagaimana” atau “mengapa”, diperlukan

waktu untuk melakukan penelitian dan mempelajari peristiwa

yang sedang diamati (Nur’aini, 2020).

Rancangan studi kasus ini adalah mengeksplorasi asuhan

keperawatan pada anak Bronkopneumonia yang mengalami

manajemen kesehatan tidak efektif dengan intervensi edukasi

batuk efektif dan fisioterapi dada.

3.2 Subjek Studi Kasus

Subjek merupakan orang atau benda yang melakukan

tindakan atau yang dideskripsikan. Subjek studi kasus adalah

orang atau benda yang yang sedang dilakukan penelitian

mendalam mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang telah

terjadi (Yusuf Sukman, 2017). Subjek yang digunakan adalah

orang tua pasien anak usia 1-5 tahun dengan Bronkopneumonia

yang mengalami manajemen kesehatan tidak efektif.

35
36

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus adalah kajian utama dari masalah yang

akan dijadikan titik acuan studi kasus (Yusuf Sukman, 2017).

Fokus studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada anak

Bronkopneumonia dengan masalah manajemen kesehatan tidak

efektif menggunakan intervensi edukasi batuk efektif dan

fisioterapi dada.

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan

untuk menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding

bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing.

3.4.2 Manajemen kesehatan tidak efektif

Manajemen kesehatan tidak efektif adalah pola

penanganan masalah kesehatan dalam keluarga yang

tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan.

Keluarga mengalami keterbatasan merawat anak dalam

mengeluarkan sekret yang menumpuk dengan edukasi

batuk efektif dan fisioterapi dada. Penilaian manajemen

kesehatan tidak efektif menggunakan lembar kuesioner

tingkat pengetahuan orangtua tentang edukasi batuk


37

efektif dan fisioterapi dada dan kemandirian orangtua

mendemonstrasikan batuk efektif dan fisioterapi dada.

Penilaian dilakukan sebelum edukasi hari pertama, hari

kedua dan hari ketiga setelah dilakukan edukasi.

3.4.3 Edukasi Menggunakan Audiovisual

Edukasi menggunakan audiovisual adalah sebuah cara

pembelajaran dengan menggunakan media yang

mengandung unsur suara dan gambar, dimana dalam

proses penyerapan materi melibatkan indra penglihatan

dan pendengaran (Febliza,2015). Tujuan edukasi batuk

efektif dan fisioterapi dada adalah untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemandirian orangtua tentang batuk

efektif dan fisioterapi dada. Edukasi dilakukan pada anak

Bronkopneumonia yang mengalami manajemen

kesehatan tidak efektif. Edukasi hari pertama

memperlihatkan audiovisual, hari kedua mendampingi

kemampuan orangtua mendemonstrasikan batuk efektif

dan fisioterapi dada, hari ketiga mengobservasi

kemandirian orangtua mendemonstrasikan batuk efektif

dan fisioterapi dada.

3.5 Tempat dan Waktu

Tempat studi kasus merupakan batasan yang berkaitan

dengan subyek yang akan diteliti, merupakan salah satu sumber


38

data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti. Tempat pengambilan

studi kasus pada karya tulis ilmiah akan dilaksanakan di Rumah

Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali pada tanggal 29

Januari 2024 – 10 Februari 2024.

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu teknik yang digunakan untuk

memperoleh bukti melalui dokumen berfungsi untuk menguatkan bukti

dari sumber lain untuk mendukung penelitian (Prihatsanti & Hendriani,

2018).

3.6.1 Wawancara

adalah teknik pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti (Sugiyno, 2016). Metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data pada Karya Tulis Ilmiah ini yaitu dengan

mewawancarai klien, keluarga, perawa, maupun tim kesehatan

lain untuk mendapatkan sumber data. Pada studi kasus penulis

melakukan wawancara yang berisi tentang identitas anak,

keluhan utama, pengkajian pengetahuan orangtua tentang

edukasi batuk efektif dan fisioterapi dada menggunakan

instrumen penilaian kuesioner.

3.6.2 Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan

untuk memantau atau mengamati perilaku dan keadaan klien


39

untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan klien

(Sugiyono, 2018). Observasi dalam studi kasus ini

menggunakan lembar kuesioner pengetahuan dan kemandirian

orangtua tentang edukasi batuk efektif dan fisioterapi dada.

3.6.3 Studi dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengambilan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli

dapat berupa gambar, table, dan film dokumenter (Hidayat,

2014).

3.7 Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan mendeskripsikan suatu data

hasil penelitian agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan

tujuan (Sugiyono 2018). Penyajian dengan tabel digunakan

untuk penelitian atau data kuantitatif, penyajian dengan tabel

digunakan untuk data yang sudah diklasifikasikan dan

ditabulasi.

3.8 Etika Studi Kasus

3.8.1 Informed Consent

Informed consent adalah suatu persetujuan yang diberikan

setelah mendapat informasi dan sudah dimengerti oleh

pasien ataupun keluarganya. Persetujuan tersebut dapat

diberikan baik secara tertulis maupun lisan (Purnama,

2016). Penulis memberikan penjelasan mengenai tujuan


40

dan prosedur edukasi batuk efektif dan fisioterapi dada

secara jelas dan mudah dimengerti. Kemudian penulis

memberikan lembar informed consent kepada orang tua

anak menyetujui atau tidak, apabila menyetujui lembar

informed consent dapat ditandatangani oleh orang tua

anak.

3.8.2 Anonimity

Anonimity merupakan tindakan yang menggunakan suatu

informasi tanpa mengungkapkan nama atau identitas seseorang

(Purnama, 2016). Pada studi kasus ini penulis tidak akan

mencantumkan identitas pasien. Pasien cukup mencantumkan

inisial dan alamat yang dicantumkan hanya kota/kabupaten.

3.8.3 Confidentially

Confidentiality bertujuan agar penjelasan yang diberikan secara

jujur hanya boleh diberikan kepada pasien, yang berarti tidak

boleh diberitakan kepada orang lain (Komite Keperawatan,

2017). Dalam studi kasus ini penulis akan menjaga kerahasiaan

tentang penyakit yang dialami pasien. Tidak ada satu orangpun

yang dapat memproleh informasi tersebut kecuali mendapat ijin

dari pasien atau keluarga dengan bukti persetujuan.


41

LAMPIRAN
42

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maylani Eka Pradani


Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 31 Mei 2003
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Gedangan Rt 01/08, Ngringo, Jaten, Karanganyar
Riwayat pendidikan : TK Aisyiyah Bustanul Athfal Ngringo
SD Negeri 2 Wonosaren Surakarta
SMP Negeri 21 Surakarta
SMA Negeri 8 Surakarta
Riwayat pekerjaan :-
Riwayat organisasi :-
Publikasi :-
43

Lampiran 2 Lembar Konsul

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH


PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA


HUSADA SURAKARTA
Nama Mahasiswa : Maylani Eka Pradani
NIM : P21085
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia:
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif dengan Intervensi
Edukasi Batuk Efektif dan Fisioterapi Dada

SARAN PEM- NAMA&TTD PEM-


NO. HARI/TGL MATERI BIMBING BIMBING

Surakarta,………………………
Pembimbing,

(………..……………….)
44

Lampiran 3. Lembar Informed Consent

Lembar Informed Consent


Berikut ini naskah yang akan diberikan pada orang tua subjek
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu
Di tempat
Dengan hormat,
Perkenalkan nama saya Maylani Eka Pradani, Mahasiswa Program Studi
Keperawatan Program Diploma Tiga dari Universitas Kusuma Husada Surakarta
guna melaksanakan tugas akhir, dengan ini melaksanakan studi kasus dengan judul
"Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia: Manajemen Kesehatan Tidak
Efektif dengan Intervensi Edukasi Batuk Efektif dan Fisioterapi dada".
Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan dalam
“Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia: Manajemen Kesehatan Tidak
Efektif dengan Intervensi Edukasi Batuk Efektif dan Fisioterapi dada ”. Hasil studi
kasus ini bermanfaat sebagai pengembangan pelayanan keperawatan terkait dengan
pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang
Boyolali. Saya mohon dengan kerendahan hati kepada Bapak/Ibu, bahwa studi ka-
sus ini nantinya akan dilakukan tindakan Edukasi Batuk Efektif dan Fisioterapi
dada, serta akan dilakukan tindakan wawancara, pengisian lembar kuesioner dan
observasi. Tindakan ini tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi pasien.
Apabila ada hal yang belum jelas maka Bapak/Ibu diperkenakan bertanya
dan jika sudah memahami dan bersedia, Bapak/Ibu dipersilahkan untuk menan-
datangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Demikian penjelasan dari saya, terimakasih atas perhatian serta kerjasama
Bapak/Ibu dalam studi kasus ini. Setelah mendengar dan memahami penjelasan
dengan ini saya menyatakan :
SETUJU/TIDAK SETUJU*
Saya sebagai orang tua subjek dan berpartisipasi dalam kasus ini secara ikhlas dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.

Mahasiswa Surakrata, Februari 2024


Ayah/Ibu Subjek*

(Maylani Eka Pradani) ( )

*Coret yang tidak perlu


45

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BATUK EFEKTIF

Sumber: Rosyidi & Wulansari (2019).

Definisi Batuk efektif merupakan suatu cara batuk, dimana pasien dengan mudah untuk
mengeluarkan sputum secara maksimal. Batuk efektif merupakan batuk yang
dilakukan secara sengaja. Batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang telah dilatih.
Dengan dilakukan batukefektif berbagai penghambat saluran pernapasan dapat
dikeluarkan
(Rosyidi, 2013).
Tujuan 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret.
2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic laboratorium.
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret.
Indikasi 1. COPD / PPOK (Chronic Obstructive Pulmonary Disease /PenyakitParu
Obstruktif Kronik).
2. Emfisema.
3. Fibrosis.
4. Asma .
5. Chest infection.
6. Pasien bedrest atau post operasi
7. Bronkopneumonia
Kontraindikasi 1. Pneumotoraks.
2. Hemoptisis.
3. Gangguan sistem kardiovaskuler.
4. Edema paru.
5. Efusi pleura.

Prosedur Tahap Pra Interaksi :


Tindakanm 1. Identifikasi Pasien.
2. Menyiapkan peralatan.
3. Mencuci tangan.
46

Tahap Orientasi :
1. Memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
3. Mendapatkan persetujuan pasien.
4. Mengatur lingkungan sekitar pasien.
5. Membantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman.

Tahap Kerja :
1. Menganjurkan pasien minum air hangat terlebih dahulu 30 menitsebelum
tindakan.
2. Mengatur pasien duduk di kursi atau tempat tidur dengan posisitegak atau
semi fowler.
3. Memasang perlak/pengalas dan bengkok di pangkuan pasien.
4. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan diabdomen.
5. Melatih pasien menarik nafas dalam menahannya selama 3 detik,kemudian
menghembuskan nafas secara perlahan.
6. Meminta pasien untuk mengulangi kegiatan diatas sebanyak 3 kali.
7. Meminta pasien melakukan batuk dengan kuat langsung setelahtarikan
nafas ke 3.
8. Keluarkan sputum dan buang pada tempat yang tersedia.
47

Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR FISIOTERAPI DADA

Sumber: Rosyidi & Wulansari (2019).

Definisi Fisioterapi dada adalah salah satu tindakan untuk membantu mengeluarkan
dahak di paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Mengingat
kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka fisioterapi dada
dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu
terbaik untuk melakukan fisioterapi dada yaitu sekitar 2 jam sebelum makan
(Soedibyo, 2015). Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan
menempatkan pasien dalam berbagi posisi untuk mengalirkan sekret disaluran
pernapasana. Tindakan ini
diikuti dengan clapping (penepukan) dan vibrating (geratan).

Tujuan 1. Untuk mengeluarkan sekret yang tertampung.


2. Untuk mencegah akumulasi sekret agar tidak terjadi atelektasis.
3. Mencegah dan mengeluarkan sekret.
Indikasi a. Pasien yang memakai ventilasi.
b. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama.
c. Pasien dengan produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik.
d. Bronkiektasis mobilisasi secret yang tertahan.
e. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret.
f. Pasien dengan abses paru.
g. Pasien dengan pneumonia.

Kontraindikasi 1. Tension pneumotoraks.


2. Pneumonia tanpa bukti sputum yang berlebihan.
3. Osteoporosis.
4. Kanker paru.
5. Edema serebral.
48

Persiapan Pasien :
1. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.
2. Jelaskan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap.
3. Periksa nadi dan tekanan darah.
4. Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk
mengeluarkan sekret.

Persiapan Alat :
1. Bantal.
2. Handuk.
3. Pot sputum.
4. Tissue.
5. Bengkok.

Tahap Pra Interaksi :


1. Identifikasi Pasien.
Prosedur Tindakan
2. Menyiapkan peralatan, mencuci tangan.

Tahap Orientasi :
1. Memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
3. Mendapatkan persetujuan pasien.
4. Mengatur lingkungan sekitar pasien.
5. Membantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman.

Tahap Kerja :
1. Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan di drainase.
2. Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit, sambil
postural drainase bisa dilakukan clapping dengan tangan membentuk seperti
mangkuk dan vibrating (getaran).
3. Berikan tisu untuk membersihkan sputum.
4. Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif.
49

Terminasi :
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya.
2. Mencuci tangan.
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan.
4. Dokumentasi.
50

Lampiran 5. Lembar observasi

LEMBAR OBSERVASI MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF

No.RM :

Nama Pasien :

Tanggal dan jam observasi :

No Keterangan Edukasi Batuk Efektif dan Fisioterapi Dada

Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan Sesudah Tindakan Hari Sesudah Tindakan


Hari Pertama Hari Pertama Kedua Hari Ketiga
1. Skor pengetahuan
orangtua tentang edukasi
batuk efektif dan
fisioterapi dada
2. Observasi kemandirian
orangtua tentang batuk
efektif dan fisioterapi
dada
51

Lampiran 6 Lembar Kuesioner

KUISIONER PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA


TENTANG EDUKASI BATUK EFEKTIF DAN FISIOTERAPI DADA

PERTANYAAN :
1. Pengertian latihan batuk efektif ?
a. Cara untuk melatih untuk mengeluarkan dahak
b. Untuk menyehatkan badan
c. Untuk mengeluarkan darah
d. Untuk memperlancarkan peredaran darah
2. Latihan batuk efektif merupakan latihan batuk yang bertujuan untuk
mengeluarkan ?
a. Dahak
b. Darah
c. Air
d. Tubuh
3. Apa yang anda ketahui tentang latihan batuk efektif
a. Suatu cara untuk mengeluarkan dahak
b. Suatu cara untuk mengeluarkan darah
c. Cara untuk beristirahat dengan nyenyak
d. Suatu cara agar nyeri kepala berkurang
4. Apa manfaat dari latihan batuk efektif ?
a. Untuk menyegarkan badan
b. Mengeluarkan dahak dan meringankan sesak nafas
c. Agar tidak merasa lemah
d. Untuk membuat tubuh merasa kuat
5. Setelah melakukan latihan batuk efektif dan mengeluarkan dahak ,
Minuman apakah sebaiknya yang diberikan pada pasien?
a. Just tomat
b. Diberi susu
c. Diberi air putih hangat
d. Di anjurkan tidur dan istirahat
6. Pengertian fisioterapi dada ?
a. tindakan untuk menangani saluran pernapasan
b. tindakan untuk menangani saluran kencing
c. tindakan untuk mengatasi sakit gigi
d. tindakan untuk mengatasi sakit perut
52

7. Clapping dalam fisioterapi dada adalah ?


a. Menepuk-nepuk dada
b. Menggetarkan dada
c. Mengeluarkan dahak
d. Membuang dahak
8. Vibrasi dalam fisioterapi dada adalah ?
a. Menepuk-nepuk dada
b. Menggetarkan dada
c. Mengeluarkan dahak
d. Membuang dahak
9. Apa yang anda ketahui tentang fisioterapi dada ?
a.Suatu cara untuk menangani saluran pernapasan
b.Suatu cara untuk mengeluarkan darah
c.Cara untuk beristirahat dengan nyenyak
d.Suatu cara agar nyeri kepala berkurang
10. Fisioterapi dada untuk mengatasi ?
a. batuk pilek
b. nyeri perut
c. nyeri kepala
d. nyeri sendi
53

Lampiran 8 Lembar Audience

LEMBAR AUDIENCE SIDANG PROPOSAL KTI


PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA
HUSADA SURAKARTA

Nama Mahasiswa : Maylani Eka Pradani

NIM : P21085

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia:


Manajemen Kesehatan Tidak Efektif dengan Intervensi Edukasi Batuk Efektif dan
Fisioterapi Dada

No Hari/Tanggal Nama Teruji Judul Nama& TTD


Penguji
54

Lampiran 9 Format Pengkajian Anak

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. … DENGAN …………………………………..
DI …………………………………………….....

Tanggal dan jam pengkajian :


Tanggal dan jam masuk RS :
I. PENGKAJIAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama Klien :
Tanggal lahir :
Umur :
Orang tua :
Usia :
Alamat :
Diagnosa Medis :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
3. Keluhan Utama :
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kronologis terjadinya serangan (kapan, cara yang dilakukan untuk
mengatasi serangan, faktor predisposisi & presipitasi)
55

Karakteristik serangan (kualitas, kuantitas, konsistensi, lokasi, intensitas,


frekuensi, durasi, faktor yang meringankan, gejala yang berhubungan, efek
terapi)
5. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Kehamilan :
1) Jumlah gravida, tanggal lahir:
2) Usia gestasi saat lahir: .................... HPL:.................
3) Kesehatan saat ibu hamil :
4) Pemeriksaan kehamilan:
5) Konsumsi obat:
b. Kelahiran
Tipe kelahiran, lama kelahiran, tempat kelahiran, obat – obatan
c. Post natal
1) Berat dan panjang badan:
2) Kondisi kesehatan : penggunaan oksigen, foto terapi, radiasi,
transfuse
3) Apgar skore:
4) Kelainan bawaan:
Tanggal kembali dan persalinan
d. Penyakit sebelumnya, operasi, atau cidera:
1) Waktu terjadi, gejala, perjalanan penyakit, proses kesembuhan
2) Komplikasi yang terjadi
e. Penyakit menular dalam keluarga atau masyarakat: morbili, dipteri,
pertusis, varicela, tonsillitis, radang tenggorokan, sakit telinga.
f. Respon emosi saat hospitalisasi:
g. Keadaan cedera:
h. Alergi
1) Demam (hay fever), asma, eksema; tipe reaksi alergi dan beratnya
2) Reaksi tidak wajar terhadap makanan, obat, binatang,tumbuhan,
atau produk rumah tangga ( sensivitas yang berat terhadap telur
merupakan kontraindikasi diberikan imunisasi tertentu ).
56

i. Pengobatan saat ini


Nama, dosis, jadwal, pemberian, durasi, dan alasan pemberian
j. Imunisasi
1) Nama, dosis, usia pemberian
2) Reaksi yang terjadi
6. Pertumbuhan dan perkembangan
a. BB lahir, BB usia 6 bulan, BB usia 1 tahun, BB saat ini
b. Usia tumbuh dan tanggal gigi, jumlah gigi, masalah pertumbuhan gigi
c. Usia mengontrol kepala, duduk tanpa support, berjalan, kata – kata
pertama
d. Kelas sekolah sekarang, kemajuan pelajaran yang dicapai
e. Interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa
f. Partisipasi dalam aktivitas organisasi; pramuka, olahraga
7. Kebiasaan
a. Pola tingkah laku; menggigit kuku, menghisap ibu jari, latah, selimut
pengaman, gerakan tidak biasa (membenturkan kepala, mengayun –
ayun), tempertantrum
b. Aktivitas hidup sehari – hari; jam tidur dan bangun, lama tidur malam,
usia toilet teraining, pola BAB dan berkemih, tipe latihan
c. Penggunaan obat terlarang, alkohol, kopi, atau rokok
d. Watak biasa, respon terhadap frustasi
8. Riwayat Nutrisi dan Cairan:
Informasi lengkap tentang keadekuatan diet anak dan pola makanan.
a. Pemberian ASI, lama pemberian:
b. Pemberian susu formula: Ya / tidak Mulai pemberian:
c. Nama produk: Lama penggunaan:
d. Jumlah pemberian per hari: Penggunaan botol : Ya / tidak
e. Pemberian cairan ekstra: teh, jus, . . . . .
f. Pemberian makanan sereal
Kapan diberikan: Jenis: instant / buatan sendiri
g. Pemberian vitamin: Ya / tidak Dosis :
57

h. Nafsu makan:
Kebiasaan sarapan:Ya / tidak Makan siang : Ya /
tidak
i. Makanan favorit: Jumlah makanan perhari :
j. Kebiasaan makan manis / snack: Gosok gigi:
9. Riwayat kesehatan keluarga
Mengidentifikasi adanya penyakit genetik, familial, kebiasaan keluarga,
dan paparan penyakit menular yang menyerang anggota keluarga.
a. Pohon keluarga
Tanggal pembuatan pohon keluarga dicantumkan.
Pohon keluarga mencakup 3 generasi ; kakek, orang tua , anak.
Pohon keluarga menmcakup nama, tanggal lahir, penyakit, dan tanggal
dan penyebab kematian.
b. Penyakit keturununan dan kelainan kongenital; seperti penyakit jantung,
hipertensi, kanker, diabetes melitus, obesitas, kelainan kongenital,
alergi, asma, tuberkulosis, kejang, sickle sel anemia, depresi, retaldasi
mental, penyakit jiwa, siphilis, demam rematik dan pengobatannya.
c. Kebiasaan keluarga, meliputi merokok, atau penggunaan zat kima
d. Lokasi geografis, perjalanan jauh yang baru dilakukan atau kontak
dengan turis asing.
10. Riwayat Sosial
a. Struktur keluarga
1) Komposisi keluarga, meliputi seluruh keluarga yang tinggal
dirumah berupa nama, usia dan hubungan
2) Lingkungan rumah dan komunitas
3) Tipe rumah, jumlah kamar dan penghuni, jumlah lantai, ketersediaan
tangga dan elevator,kecukupan kebutuhan, keamanan asap seperti
detektor asap dan pintu darurat.
58

b. Pendidikan dan pekerjaan


Tipe pekerjaan, jadwal bekerja, kepuasan bekerja, paparan lingkungan
/ industri berbahaya (untuk mengetahui sumber income keluarga dan
kecukupannya, efek penyakit terhadap finansial keluarga, pencapaian
kedudukan tertinggi).
c. Tradisi budaya dan agama
Kepercayaan agama dan praktek beragama (apakah agama
mempengaruhi pengaruh keluarga terhadap penyakit dan
pengobatannya), metode apa yang dipakai untuk kesembuhan penyakit).
Kepercayaan budaya / etnis dan prakteknya, bahasa yang di gunakan di
rumah. Apakah ada tradisi budaya atau agama khusus yang diterapkan
di rumah seperti memilih atau menyiapkan makanan, dimana anggota
keluarga lahir dan beberapa lama tinggal di negara tersebut, apa yang
dipercaya keluarga menjadi penyebab sakit.
11. Fungsi keluarga
a. Interaksi dan peran keluarga
Interaksi yang membuat anggota keluarga saling berhubungan (aktivitas
bersama ), perhatan kepala keluarga, kearifan dan kedekatan dengan
anggota keluarga terutama suami / istri.
b. Observasi : respon anggota keluarga terhadap yang lain (kerukunan,
permusuhan, ketenangan, kasih sayang, kesabaran, kemarahan). Support
dan perhatian yang ditunjukkan anggota keluarga, siapa yang berbicara
ketika terjadi sesuatu pada anak – anak.
c. Pembuat keputusan dan problem solvin
Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga, jika orang tua membuat
keputusan apakah anak – anak meminta pertimbangan orang tua yang
lain, apakah anak berperan dalam mengambil keputusan atau berdiskusi
bersama, siapa yang membuat dan menjalankan peraturan, apa yang
terjadi ketika peraturan dilanggar, (bagaimana keluarga mengatasi
situasi)
59

d. Komunikasi
Pola komunikasi langsung dan jelas, seberapa besar pemberian
kesempatan orang lain berbicara, apakah orang tua atau saudara
kandung cinderung menasehati dan mendekte, apakah orang tua
cenderung berkata lunak kepada anak.
e. Ekspres feeling dan kepribadian
Jarak antar anggota dan kebebasan berkembang dangan batasan dan
bimbingan, siapa yang membuat nyaman anggota keluarga, apa respon
anggota keluarga ketika anggotanya menginginkan barang baru
(mendukung, membuat putus asa, atau tidak ada komentar).
12. Riwayat seksual
a. Perkembangan seksual : . . . . . . . . . . .. . . . .
b. Aktivitas seksual :................
13. Pengukuran pertumbuhan
14. Pemeriksaan umum
a. Penampilan umum
 Keadaan umum:
 Keadaan nutrisi:
b. Tingkah laku:
c. Perkembangan:
d. Kulit
 Warna:
 Tekstur:
 Turgor:
e. Struktur asesoris
 Rambut : warna . . . . . . . kebersihan ... . . .. . . distribusi . . . . .
 Kuku : warna . . . . . . . . . tekstur . . . . . . . . . . clubbing . . . . . . .
f. Kelenjar limfe ; pembesaran : Ya / tidak ketegangan : Ya
/ tidak
g. Kepala
 Kesimetrisan: . . . . . . . . . Bentuk: . . . . . . .
60

 Kontrol kepala: . . . . . . . . . Rom: . . . . . . .


 Kepatenan sutura: . . . . . . .
Penutupan fontanel : . . . .
h. Mata
 Warna sklera: . . . . . . . . .
warna konjungtiva: . . . . . . .
 Warna kornea: . . . . . . . . .
reaksi pupil: . . . . . . .
 Posisi: simetris / asimetris
jarak kantal dalam: . . . . . .
 Gerakan mata: . . . . . . . . .
Ukuran pupil: . . . . . . .
 Keadaan kelopak mata: . . . . . . . . . . . . . . . . .
i. Telinga
 Kebersihan : . . . . . . . . . . .
Letak pinna :.........
 Kemampuan pendengaran : . . . . . . . . . . . . . .
j. Hidung
Letak : . . . . . . . . . . . .
Diametris nares :.........
k. Mulut
 Warna bibir: . . . . . . . . . . . . tekstur: . . . . . . . . .
 Warna membran mukosa : . . . . . . . . . . tekstur : . . . . . . . . .
 Warna gusi : . . . . . . . . . . . .
warna gigi : . . . . . .
 Jumlah gigi: . . . . . . . . . . . . tekstur lidah : . . . .
 Gerakan lidah: . . . . . . . . . . . .
l. Leher
 Bentuk leher: . . . . . . . . . gerakan : . . . . . . . . .
 Pembesaran kelenjar tiroid: . . . . . . . . .
61

arteri karotis : . . . . . . . . .
 Distensi vena leher: . . . . . . . . .
m. Dada
1) Struktur
Bentuk: . . . . . . . . . kesimetrisan: . . . . . . . .
Gerakan: . . . . . . . . . perkembangan payudara: . .
....
2) Paru – paru
Inspeksi: . . . . . . . .
palpasi: . . . . . . . .
Perkusi: . . . . . . . .
auskultasi: . . . . . . . .
3) Jantung
Inspeksi apeks: . . . . . . . .
palpasi 4 area: . . . . . . . .
Bunyi jantung: . . . . . . . .
perkusi: . . . . . . . .
n. Abdomen
 Bentuk: . . . . . . . .
Herniasi:. . . . . . . .
 Pembesaran umbilicus:. . . . . . . .
Auskultasi peristaltic: . . . . . . . .
 Palpasi: . . . . . . . .
 Perkusi: . . . . . . . .
o. Genitalia
Labiya mayora: Labiya minora:
Vulva: Urifisium uretra:
Letak lubang uretra : prepusium :
Keadaan skrotum :
keadaan glans penis :
62

p. Anus
Bentuk bokong :
lipatan gluteal :
Letak lubang anus :
reflek anal :
Prolaps rectum : hemoroid :
q. Punggung dan ekstremitas
Bentuk punggung : perubahan warna punggung:
Kesimetrisan ekstremitas :
jumlah jari :
Kekuatan otot :
Sudut aksis kaki :
gaya berjalan :

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keterangan
Hasil

TERAPI MEDIS
Hari/Tanggal Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi &
Kandungan Farmakologi
Cairan IV:

Obat Peroral:

Obat Parenteral:

Obat Topikal:
63

ANALISA DATA
Nama : No. CM :
Umur : Diagnosa Medis:

No. Hari/Tanggal/ Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosis Ttd


Jam Keperawatan
1. DS:
DO:
2. DS:
DO

I. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1.
2.
Dst...

RENCANA KEPERAWATAN
Nama : No. CM :
Umur : Diagnosa Medis:
NoDx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
1.
2.

TINDAKAN KEPERAWATAN/ IMPLEMENTASI


Nama : No. CM :
Umur : Diagnosa Medis:
Hari/Tgl No Dx Implementasi Respon Ttd
/Jam
1 S:
O:
2 S:
O:
64

CATATAN KEPERAWATAN
Nama : No.
CM :
Umur : Diagnosa
Medis:
No Dx Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd
1 S:
O:
A:
P
2 S:
O:
A:
P
65

Lampiran 10 Jurnal Utama


66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81

Anda mungkin juga menyukai