Disusun oleh:
UMI KULSUM. M. T
1910206034
Disusun oleh:
UMI KULSUM. M. T
1910206034
Disusun oleh:
UMI KULSUM. M. T
1910206034
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh:
UMI KULSUM. M. T
1910206034
Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Ners
pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Pada tanggal:
28 Oktober 2020
Dewan Penguji:
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Abstrak
Latar Belakang: Dengue haemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dengan gejala berupa
ruam, demam, tidak nafsu makan dan lemah. Banyak keluhan yang dialami oleh
pasien dengan DHF, dalam kasus ini adalah Resiko kekurangan volume cairan.
Apabila masalah tersebut tidak diatasi maka akan menimbulkan komplikasi yaitu
dehidrasi dan jika tidak ditangani akan terjadi syok sehingga dapat menyebabkan
kematian.
Tujuan: Membandingkan asuhan keperawatan dari dua pasien dengan masalah
Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Bangsal Al-Ikhlas RSU PKU
Muhammadiyah Bantul.
Metode: Observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Sampel yang digunakan
adalah 2 pasien yang terdiagnosa DHF dengan diagnosis keperawatan Resiko
kekurangan volume cairan.
Hasil: Diagnosis utama yang muncul pada kedua kasus yaitu Resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang. Implementasi yang telah
dilakukan pada kedua pasien hampir sama, diantaranya adalah menanyakan keluhan
pasien, memonitor status cairan, menganjurkan klien banyak minum/ asupan oral,
memonitor intake-output pasien dan memantau tanda vital. Masalah Resiko
kekurangan volume cairan teratasi ditandai dengan: turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, intake cairan baik dan output cairan dalam batas normal.
Kesimpulan: Defisien volume cairan pada kedua kasus teratasi setelah dilakukan
tindakan fluid management dan monitor cairan selama menjalani 3 hari perawatan
pada kasus 1 dan 3 hari perawatan pada kasus 2. Perawat diharapkan dapat
meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan resiko kekurangan volume
cairan untuk menghindari terjadinya syok pada anak DHF. Implementasi
keperawatan seperti terapi cairan dan tindakan lain yang dapat dilakukan mandiri
oleh perawat perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
1
Judul Karya Ilmiah Akhir Ners
2
Mahasiswa CoNers Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4
Pembimbing Lapangan
iv
v
KATA PENGANTAR
Umi Kulsum. M. T
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
HALAMAN JUDUL .....................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii
ABSTRAK ....................................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...........................v
KATA PENGANTAR ..................................................................................vi
DAFTAR ISI ................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis................................................................................6
B. Pathway ...........................................................................................22
C. Tinjauan Islam..................................................................................23
D. Metodologi Penelitian.......................................................................34
BAB III LAPORAN KASUS
A. Data Kasus Kelolaan........................................................................ 27
B. Data Senjang pada Kasus................................................................. 54
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian.............................................................65
B. Analisis Data Pengkajian..................................................................65
C. Analisis Diagnosis Keperawatan......................................................70
D. Analisis Rencana Asuhan Keperawatan...........................................71
E. Analisis Implementasi dan Evaluasi.................................................75
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..........................................................................................79
B. Saran.................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................81
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdara Dengue (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan
dari nyamuk Aedes Spp. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Virus dengue ditemukan di daerah tropik dan sub tropik kebanyakan
di wilayah perkotaan dan pinggiran kota di dunia ini. Untuk Indonesia dengan
iklim tropis yang sangat cocok untuk pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan
serta baik bagi tempat berkembangnya beragam penyakit, terutama penyakit
yang dibawa oleh vektor, yakni organisme penyebar agen patogen dari inang
ke inang, seperti nyamuk yang banyak menularkan penyakit. Data dari World
Health Organization (WHO), Asia Pasifik mennggung 75% dari beban
dengue di dunia di antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia
dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30
negara wilaya endemis.
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia
dengan jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penerunan yang
signifikan dari tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus. Provinsi dengan jumlah
kasus tertinggi terjadi di 3 (tiga) Provinsi di Pulau jawa, masing-masing Jawa
Barat 10.016 kasus, Jawa Timur sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah 7.400
kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus terendah terjadi di Provinsi Maluku
Utara dengan jumlah 37 kasus (Kemenkes RI, 2018).
Kasus kematian demam berdara pada dengue (DBD) yang terjadi di
Indonesia padatahun 2017 berjumlah 493 kematian jika dibandingkan tahun
2016 berjumlah 1.598 kematian, kasus ini mengalami penerunan hampir tiga
kali lipat.untuk kematian tertinggi tahun 2017 terjadi di provinsi jawa timur
yaitu sebanyak 105 kematian dan tertinggi kedua terjadi di Provinsi Jawa
Tengah dengan jumlah kematian sebanyak 92(Kemenkes RI, 2018).
Kejadian kasus DHF di Indonesia cenderung fluktuatif pada tahun
2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus jumlah
1
2
kasus meninggal sebanyak 493 orang dan Incidence Rate (IR) 26,12/100.000
penduduk dibandingkan tahun 2016 dengan kasus sebanyak 204.171 serta IR
78,85/100.000 penduduk terjadi penurunan kasus pada tahun 2017. Pada
kasus selama kurun waktu 10 tahun trahir mulai tahun 2008 cenderung tinggi
sampai tahun 2010 kemudian mengalami penerunan drastis di tahun 2011
sebesar 27,67/100.000 penduduk namun kembali mengalami penurunan
drastis pada tahun 2017 dengan angka kesakitan atau Incidence Rate
26,12/100.000 penduduk.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DHF di
Indonesia telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor
374/Menkes/Per/III/2010 tentang baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan untuk vector dan binatang pembawa penyakit serta
pengendaliannya, dimana menitik beratkan pada upaya pencegahan dengan
pengujian laboraturium dan manajemen resistensi. Pengujian laboratorium
sebagaimana dimaksud dilakukan oleh laboratorium yang memiliki
kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
Manajemen Resistensi sebagaimana dimaksud ditujukan agar pengendalian
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit terarah dan tepat sasaran.
Pencegahan dan pengendalian vektor yang dapat dilakukan dengan
pelaksanakan kegiatan PSN 3M Plus (Kemenkes RI, 2018).
Dukungan dari berbagai pihak untuk kasus DHF ini menjadi faktor
yang sangat penting. Dukungan tersebut merupakan suatu bantuan yang
berasal dari perorangan atau kelompok masyarakat kepada pasien atau orang
lain. Dukungan Perawat khususnya keperawatan pediatrik yaitu dengan
pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada anak dan perawat
meningkatkan pengontrolan untuk pasien dalam pelayananan di rumah sakit
dengan benar (Ferly, 2013).
Keperawatan pediatrik merupakan praktik keperawatan yang terlibat
dalam layanan kesehatan anak-anak sejak masa bayi hingga remaja. Tujuan 3
praktik keperawatan pediatrik adalah meningkatkan dan membantu anak
dalam mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Prinsip pelayanan
keperawatan pada anak harus berfokus pada anak dan keluarga, untuk
memenuhi kebutuhan anak (Kyle & Carman, 2013).
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulisan rumusan masalah
pada Karya Ilmia Akhir Ners ini “Bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan Resiko Kekurangan volume cairan pada DHF di Bangsal
Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul?”
C. Tujuan
A. Tujuan Umum
Membandingkan asukan keperawatan dari dua pasien dengan
masalah Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS
PKU Muhammadiyah Bantul.
B. Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisis pengkajian pada pasien anak dengan Resiko
kekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS PKU
Muhammadiyah Bantul.
b. Mampu menganalisis masalah keperawatan berdasarkan data
subjektif dan objektif pada pasien anak dengan Resiko ekurangan
volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah
Bantul.
c. Mampu menganalisis Rencana yang diharapkan pada pasien anak
dengan Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas
RS PKU Muhammadiyah Bantul.
d. Mampu menganalisis hasil implementasi pada pasien anak dengan
Resiko kekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS PKU
Muhammadiyah Bantul.
e. Mampu menganalisis hasil evaluasi pada pasien anak dengan Resiko
kekurangan volume cairan pada DHF di Al-Ikhlas RS PKU
Muhammadiyah Bantul.
5
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Karya Ilmia Akhir Ners ini secara teoritis diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang ilmu keperawatan, wawasan dan
pengalaman nyata dalam memanfaatkan dan mempraktikkan ilmu yang
telah didapatkan selama pendidikan terutama pada pasien anak dengan
Resiko Kekurangan Volume Cairan pada DHF.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan serta
dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama pendidikan terutama
pada pasien dengan Resiko Kekurangan Volume Cairan.
b. Bagi Pendidikan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat menambah referensi dan
rujukan mahasiswa keperawatan serta memberi gambaran analisis
yang muncul pada pasien anak dengan Resiko Kekurangan Volume
Cairan.
c. Bagi Perawat
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan informasi
tentang penanganan pada pasien dengan Resiko Kekurangan Volume
Cairan serta mempertahankan kinerja perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan pada pasien anak dengan DHF.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Dengue Haemoragic Fever
a. Pengertian DHF
Penyakit Dengue Haemoragif Fever (DHF) atau disebut juga
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus
Flavivirus, dan family Flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan
kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan
Indonesia 2017).
DHF (Dengue Hemoragi Fever) adalah penyakit demam akut
yang di sebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria WHO
untuk DBD yang di tularkan nyamuk aedes aegepty lewat air liur
gigitan saat menghisap darah manusia serta Demam yang akut, selama
2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala. Gejala berikut : nyeri
kepala, nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai
manifestasi perdarahan
b. Etiologi DHF
Dengue Fever (DF) dan Dengue Haemoragic Fever (DHF)
disebabkan virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Virus tersebut akan masuk ke aliran darah
manusia melalui gigitan nyamuk. Biasanya, jenis nyamuk ini
menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang (Hasan, S. Et al.
(2016)
Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1, DEN-2,
DEN-3, DEN-4. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya, keempat
serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang terbanyak berhasil diisolasi (48,6%), disusul
6
7
Leukopenia
Demam disertai 2 atau Trombositopenia
Serologi
lebih tanda : mialgia, , tidak ditemukan
DD dengue
sakit kepala, nyeri bukti ada
positif
retroorbital, artralgia kebocoran
plasma
e) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,
dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan
tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
g) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan
aju di kamar).
h) Pola kebiasaan
(1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu
makan berkurang, napsu makan menurun.
(2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam
Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
i) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering
kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam
Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
j) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
k) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan
tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
l) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
13
(5) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit
infeksi Demam Berdarah Dengue tergantung pada data yang
ditemukan, diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan
penyakit.
b) Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis.
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Asupan diet kurang.
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, fisik
tidak bugar
e) Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh.
f) Defesien volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
g) Resiko perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
3) Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut NIC dan NOC (Bulcchek &
Moorhead, 2016):
a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (viremia) Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh
pasien dapat berkurang/ teratasi. Kriteria hasil: Pasien
mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu 36,80C-37,50C,
Tekanan darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/mnt, Nadi 60-
100 x/mnt.
Intervensi:
(1) Kaji saat timbulnya demam, rasionalnya untuk
mengidentifikasi pola demam pasien.
(2) Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3
jam, rasionalnya tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
15
4) Implementasi (Penatalaksanaan)
Implementasi keperawatan merupakan proses pelaksanaan dari
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan spesifik (Potter Perry,
2009). Menurut Jitowiyono (2012) selama tahap implementasi
perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan, instruksi
keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi
kriteria hasil.
Komponen tahap implementasi terdiri dari :
a) Tindakan keperawatan mandiri
b) Tindakan keperawatan mandiri tanpa pesanan dokter
c) Tindakan keperawatan mandiri yang diterapkan dengan standar
praktek : undang-undang praktek keperawatan dan kebijakan
institusi perawatan kesehatan.
d) Tindakan keperawatan kolaboratif
e) Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat
bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam
membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi
masalah-masalah klien.
f) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan
g) Frekuemsi dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi
yang diberikan. Dirumah sakit, catatan perawat ditulis minimal
setiap shift dan diagnosadicatat direncanakan asuhan keperawatan.
Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan
institusi perawatan kesehatan.
5) Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah fase akhir dalam proses
keperawatan, penggunaan evaluasi menggunakan metode SOAP yaitu
S(Subyektif) berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara)
yang merupakan ungkapan langsung, O (Obyektif) analisa dan
interpretasi, A (Assesment) berdasarkan data yang terkumpul dibuat
kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi atau potensial dan
perlu tidaknya dilakukan tindakan segera, P (planning) merupakan
rencana tindakan yang diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi
21
B. Pathway
C. Tinjauan Islam
Penyakit pada anak adalah salah satu contoh penyakit yang datang
dari Allah, dan Allah akan menurunkan pula obatnya. Diriwayatkan oleh HR
Muslim:
Artinya:
Salah satu ujian yang diberikan Allah untuk orangtua adalah kepada
anak-anak mereka. Akan tetapi dibalik cobaan tersebut terdapat pahala yang
besar jika mampu menjalani ujian yang diberikan Allah SWT melalui harta
dan anak. Salah satu bentuk tanggungjawab orangtua kepada anaknya yaitu
mensejahterakan dan memberikan perawatan yang baik kepada anaknya
dikala anaknya sakit serta mengusahakan pertolongan agar tidak
meninggalkan keturunan yang lemah di kemudian hari. Maka sikap yang
paling tepat ketika seorang mukmin diuji dengan suatu penyakit adalah
bersabar menjalani sakitnya dan terus berusaha mencari obatnya. Tentu saja
dengan pengobatan sesuai syari’at, seperti ditempat pelayanan kesehatan.
Artinya:
D. Metodologi Penelitian
1. Desain penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus observasional dengan
desain pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah
metode pengambilan data yang dilakukan dalam satu waktu saat
penelitian untuk mengetahui hubungan antar variabel terikat dengan
variabel bebas yang diobservasi dan diukur sekali saja dalam waktu yang
sama [ CITATION SNo12 \l 1057 ].
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah pasien anak yang mengalami DHF dengan
diagnosis Resiko Kekurangan volume cairan. Sampel dalam penelitian
ini adalah 2 orang pasien anak.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi non-tes
yang dilakukan melalui percakapan. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan daran terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
2. Keluhan Utama
Tabel 3.2 Keluhan Utama
27
28
Postnatal: Postnatal:
Setelah lahir bayi mendapatkan injeksi vitamin Tidak ada keluhan apapun saat setelah bayi
K dan vaksin Hepatitis B0 lahir. Saat lahir bayi mendapatkan vaksin
Hepatitis B0 dan injeksi Vitamin K
Penyakit Waktu Kecil Tidak terdapat riwayat penyakit waktu kecil Tidak terdapat riwayat penyakit waktu kecil
Pernah Dirawat di Rumah Sakit Pasien pernah di rawat di RSU PKU Sebelum dirawat saat ini, pasien belum pernah
Muhammadiyah Bantul dengan oprasi usus dirawat di rumah sakit.
buntu 10 tahun yang lalu.
Obat-obatan yang digunakan Paracetamol 500mg/saat demam Paracetamol 250mg/saat demam
29
4. Riwayat Keluarga
Tabel 3.4 Riwayat Keluarga
Pengkajian Kasus 1 Kasus 2
Penyakit yang Keluarga mengatakan memiliki riwayat penyakit darah tinggi dari Keluarga mengatakan memiliki riwayat penyakit darah tinggi dari
pernah/sedang diderita oleh mbah mbah
keluarga (baik
berhubungan/tidak
berhubungan dengan
penyakit yang diderita anak)
Genogram
An. B
An. D
30
Keterangan: Keterangan:
Laki- laki Laki- laki
Perempuan Perempuan
Pasien Pasien
Laki-laki yang sudah meninggal Laki-laki yang sudah meninggal
Perempuan yang sudah meninggal Perempuan yang sudah meninggal
Garis perkawinan Garis keturunan
Tinggal dalam satu rumah Tinggal dalam satu rumah
Garis keturunan Garis keturunan
5. Riwayat Sosial
Tabel 3.5 Riwayat Sosial
Kasus 1 Kasus 2
Pasien sejak lahir hingga saat ini diasuh oleh orangtuanya. Pasien tinggal Pasien sejak kecil hingga saat ini diasuh oleh orangtua. Pasien tinggal bersama
dengan orangtuanya. Pasien merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara. dengan orang tua dan juga saudaranya. Pasien merupakan anak ke 2 dari 2
Pasien merupakan anak yang pendiam, namun pada saat bersama bersaudara. Pasien merupakan pribadi yang sangat pendiam dan jarang mengajak
orangtua, klien adalah anak yang sopan dan patuh kepada orangtua. mengobrol. Hubungan dengan anggota keluarga baik karena pasien selalu
Hubungan pasien dengan teman sebaya baik, sering bermain dengan menceritakan masalah nya kepada ibunya. Hubungan dengan teman sebayanya
teman-teman dari sekolah SMP, namun semenjak sakit, pasien tidak cukup baik. Pasien jarang bermain dengan teman teman yang ada dilingkungan
pernah bermain dengan temannya. Lingkugan rumah pasien bersih. sekitar pasien. Lingkungan rumah pasien bersih. Pasien tinggal dalam rumah
pasien tinggal dalam rumah permanen dengan lantai dan atap dengan permanen dengan lantai dan atap dengan plafon.
plafon. Pasien tinggal ber 4 dengan orangtua.
31
6. Kebutuhan Dasar
Tabel 3.6 Kebutuhan Dasar
Pengkajian Kasus 1 Kasus 2
Nutrisi 1. Pasien mendapatkan ASI Eksklusif hingga usia 2 tahun. 1. Pasien mendapatkan ASI Eksklusif hingga usia 2 tahun.
Metabolik 2. Saat di rumah: Pasien makan 3 kali dalam sehari dengan porsi 2. Saat di rumah: Pasien makan 3 kali dalam sehari dengan
sedang. Minum 6-8 gelas sehari. Makanan yang di sukai porsi sedang. Minum 4-7 gelas sehari. Makanan yang di
pasien yaitu bakso. sukai pasien yaitu sate.
3. Saat di Rumah Sakit: selera makan pasien kurang baik, 3. Saat di Rumah Sakit: Nafsu makan pasien kurang baik.
terkadang anak meminta makanan diluar diet yang diberikan Nafsu makan menurun. Diit yang disediakan dari rumah sakit
dari RS. Diet dari RS hanya habis separuh dan kadang” tidak dihabiskan/hanya habis separuh saja dengan alasan
menghabiskan 1 porsi dari yang diberikan. tidak nafsu makan.
4. Tidak ada makanan tambahan. Namun ibu selalu menuruti 4. Tidak ada makanan tambahan. Terkadang apabila pasien
apabila pasien meminta makanan di luar makanan yang meminta dibelikan makanan, kedua orangtuanya langsung
disediakan oleh pihak RS membelikan
5. Pasien makan dengan alat makan piring dan sendok. 5. Alat makan yang digunakan yaitu piring dan sendok
6. BB saat ini: 45 KG 6. BB Saat ini: 29 kg
7. TB saat ini: 145 CM 7. TB saat ini: 120 cm
8. IMT: (BB/TB2) = 45/1,452 = 45/1,45 = 21,40 (Normal) 8. IMT : (BB/TB2) = 29/1,22 = 29/1,2 = 20,13 (Normal)
1. Saat di rumah: Pasien tidur malam 8 jam perhari. Tidak ada
Pola Istirahat gangguan tidur. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan 1. Saat di Rumah: pasien tidur malam 8 jam perharinya. Tidak
dan Tidur untuk membantu tidur. Kebiasaan pasien sebelum tidur yaitu ada gangguan tidur. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan
BAK dan sikat gigi terlebih dahulu agar saat malam hari tidak untuk membantu tidur. Pasien memiliki kebiasaan sebelum
terganggu tidurnya. Pasien jarang tidur siang. tidur yaitu BAK dan sikat gigi terlebih dahulu.
2. Saat di Rumah sakit: pasien tidur 7-8 jam perhari. Tidak 2. Saat di Rumah Sakit: Pasien tidur malam 6-8 jam perhari.
terdapat gangguan tidur. Pasien sering tidur saja saat berada di Pasien terkadang tidak bisa tidur dengan nyenyak karena
RS karena tidak ada kegiatan yang dapat dilakukan. bibirnya sakit akibat sariawan. Pasien tidak mengkonsumsi
obat-obatan untuk membantu tidur.
Mandi 1. Saat Di Rumah: Pasien mandi 2 x sehari pagi dan sore hari, 1. Saat Di Rumah: pasien mandi 2x sehari. Pasien mandi
pasien mandi menggunakan sabun batang. ADL secara menggunakan sabun batang. ADL secara mandiri
mandiri 2. Saat di Rumah Sakit: Pasien mandi 1x sehari dan terkadang
2. Saat di Rumah Sakit: Pasien hanya di lap 1x sehari terkadang pasien tidak mandi jika badannya panas. Pasien mandi
pasien tidak mandi jika badannya panas. Pasien mandi menggunakan washlap dibantu oleh ibu atau ayahnya. ADL
menggunakan washlap di kamar. Pasien dibantu ADL mandi dibantu oleh keluarga.
oleh keluarga.
32
Eliminasi 1. Saat di Rumah: pasien BAB 2 hari sekali dengan konsistensi 1. Saat di Rumah: Pasien BAB 2 hari sekali dengan konsistensi
(BAK dan padat dan bau khas, BAK 4-6 kali dalam sehari, warna urine padat dan bau khas seperti bau feses, BAK 5-6 kali dalam
BAB) kuning dengan bau khas, pasien mengganti pakaian dalam nya sehari dengan warna urine kekuningan dan bau khas urine
satu hari satu kali. 2. Saat di Rumah Sakit: Pola defekasi: anak mengatakan BAB
2. Saat di Rumah Sakit: Pola defekasi: anak mengatakan BAB tidak lancar 1x dengan konsistensi keras, warna kecoklatan,
tidak lancar, 1x perhari, konsistensi keras, warna kecoklatan, bau khas seperti bau feses dan tidak ada darah, Pasien rutin
bau seperti bau feses dan tidak ada darah, Pasien rutin mengganti pakaian dalamnya 1 hari sekali, Pola eliminasi:
mengganti pakaian dalam nya saat setelah mandi, Pola anak mengatakan sehari BAK 4-5x kurang lebih 200-400cc,
eliminasi: anak mengatakan sehari BAK 4-6x kurang lebih warna urine kekuningan, bau khas urine.
200-500cc, warna urine kadang bening, kadang kekuningan,
bau khas urine.
Kenyamanan 1. Nyeri (-) 1. Nyeri (-)
Pola Kognitif- 1. Pasien dapat diajak untuk berkomunikasi dan sangat kooperatif 1. Pasien terkadang mau menjawab pertanyaan yang diberikan
Persepsi 2. Respon pasien ketika diajak berbicara baik. Anak mampu namun terkadang hanya diam saja
mengatakan kata atau kalimat dengan jelas. 2. Respon pasien cukup baik saat diajak berbicara. Pasien
3. Pola bicara tidak berulang, vokal terdengar namun tidak terlalu mengatakan kata atau kalimat dengan suara yang lirih. Hal
keras tersebut dikarenakan pasien malu
4. Pasien mampu mengatakan nama, waktu dan tempat dengan 3. Pasien mampu mengatakan nama, waktu dan tempat dengan
benar benar
5. Pasien mampu mengungkapkan ketidaknyamanan nya dengan 4. Pasien terkadang tidak suka mengungkapkan
ibunya ketidaknyamanan yang dirasakan.
33
Status Cairan Turgor kulit kering, mata tidak cekung, akral Mata tidak cekung, akral hangat, mukosa bibir kering.
hangat, mukosa bibir kering. Air metabolisme: 8 cc x 29 = 232
Air metabolisme: 6 cc x 45 = 270 IWL: 30-7x29 = 667
IWL: 30-12x45 = 810 Input cairan
Input cairan Minum: 400 cc
Minum: 700 cc Infus: 1.500 cc
Infus: 1.700 cc Air metabolisme: 232 cc = 2132 cc
Air metabolisme: 270 cc = 2670 cc Output cairan
Output cairan Urine: 1.300 cc
Urine: 1.600 cc BAB: 200 cc
BAB: 300 cc IWL: 667 cc = 2167 cc
IWL: 810 cc = 2710 cc Balance cairan: Input-Output
Balance cairan: Input-Output 2132-216 7= -35
2670-2710 = -40
Aktivitas Aktivitas pasien sebagian besar dilakukan di tempat tidur Seluruh aktivitas pasien dilakukan di tempat tidur dan
dan dibantu oleh perawat dan keluarga, namun terkadang dibantu oleh perawat dan keluarga
pasien dapat secara mandiri melakukan aktvitasnya.
Hasil Rontgen Thorax: Thorax:
Dilakukan Pemeriksaan pada 09 Oktoober 2019 dengan Pemeriksaan dilakukan pada 03 Oktober 2019 dengan
hasil: hasil:
1. Tampak infiltrat di kedua perihilar 1. Tampak infiltrat di kedua perihilar dan
2. Cor, Sinus dan Diafragma Normal paracardial
3. Tidak terdapat efusi di rongga pleura 2. Cor, Sinus dan Diafragma Normal
3. Tidak terdapat efusi pleura
Obat-obatan 1. Infus RL 500ml, 20 tpm 1. Infus RL 500ml, 18 tpm
2. Inj. Ceftriaxon 2x1g 2. Paracetamol 250mg
3. Rck Att 3x1 3. Imunos syr 1x5ml
4. Cefixime Kap 100mg 4. Inj. Ceftriaxon 2x1g
5. Paracetamol 500mg 5. Nymiko nystatin 1 ml / 6 jam
8. Farmakologi
36
Pemberian Pemberian
Paracetamol 500 mg Paracetamol merupakan salah Nymiko nystatin 1 ml Obat ini berguna mengatasi infeksi
satu obat yang masuk ke dalam yang terjadi pada kulit,
golongan analgesik (pereda tenggorokan, mulut dan vagina.
nyeri) dan antipiretik (penurun
demam). Obat ini dipakai untuk
meredakan rasa sakit ringan
hingga menengah seperti sakit
kepala, sakit gigi dan, mialgia
serta menurunkan demam
9. Laboratorium
Tabel 3.9 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pemeriksaan Kasus I Kasus II Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hb 13.88 G% Nomal 12.24 G% Normal 11-17
A: Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada wheezing, tidak ada suara nafas tambahan.
ronkhi Jantung:
Jantung: I: dinding dada simetris
I: dinding dada simetris P:tidak teraba ictus cordis, HR: 140x/mnt
P:tidak teraba ictus cordis, HR: 130x/mnt P:suara pekak, batas jantung dari atas IC2 dan bawah IC 5
P: suara pekak, batas jantung dari atas IC2 dan bawah ICA: Terdengar suara lupdup (S1 S2 Reguler), irama teratur
5-6
A: Terdengar suara lupdup (S1 S2 Reguler), irama teratur
Abdomen Bentuk simetris, tidak kembung, tidak terdapat Bentuk simetris, tidak kembung, tidak terdapat
pembesaran hati/limpa, Bising Usus 10x/menit pembesaran hati/limpa, bising usus 8x/menit,
Genitalia Penis normal, scrotum dan testis normal, anus normal, Penis normal, scrotum dan testis normal, anus normal,
tidak terdapat pelebaran vena tidak terdapat pelebaran vena
Ekstremitas Ekstremitas atas: ekstremitas kiri dan kanan simetris, Ekstremitas atas: ekstremitas kiri dan kanan simetris,
ekstremitas kiri terpasang infus RL 500 ml, 20 tpm, ekstremitas kiri terpasang infus RL, 500 ml, 18 tpm,
gerakan terbatas, gatal-gatal. ekstremitas bawah : gerakan terbatas, ekstremitas bawah : ekstremitas kiri dan
ekstremitas kiri dan kanan simetris. Dapat bergerak kanan simetris. Dapat bergerak bebas
bebas
ANALISA DATA
Tabel 3.12 Analisa Data
KASUS I KASUS II
MASALAH MASALAH
DATA FOKUS ETIOLOGI DATA FOKUS ETIOLOGI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
DS: Penyakit Hipertermia DS: - Penyakit Hipertermia
a. Pasien DO:
mengatakan lemes a. Akral teraba hangat
dan pusing b. Suhu : 37,9º C
DO: c. Nadi : 110x/mnt
a. Akral teraba d. RR : 24x/mnt
hangat e. TD : 105/70 mmHg
b. Suhu : 38,0º C
c. Nadi : 98x/mnt
d. RR : 22x/mnt
e. TD : 112/80
mmHg
DS: Asupan cairan Resiko Kekurangan DS: Asupan cairan Resiko Kekurangan
a. Ibu pasien kurang volume cairan a. Ibu mengatakan An. B tidak kurang volume cairan
mengatakan selama mau minum kalau tidak
sakit An. D jarang diingatkan
minum baik b. An. B mengatakan capek
dirumah maupun minum terus
dirumah sakit DO:
b. An. D mengatakan a. KU sedang
malas minum b. Turgor kulit <2 detik
karena malas c. Mukosa bibir tampak kering
kekamar mandi dan sariawan di ujung bibir
untuk BAK d. HMT: 34
c. An. D mengatakan e. AT: 186
ekstremitas atas
terasa gatal
DO: a. KU sedang
b. Mukosa bibir tampak
kering dan
mengelupas
41
MASALAH MASALAH
DATA FOKUS ETIOLOGI DATA FOKUS ETIOLOGI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
DS: Penurunan Resiko Perdarahan DS: Kelemahan fisik Keletihan
a. Pasien mengatakan pembekuan darah a. An. B mengatakan badan
lemes (Trombositopeni) terasa lemah
DO: b. Ibu mengatakan aktifitas An.
a. Turgor kulit <2 B sepenuhnya dibantu
detik keluarga
b. HMT: 39
c. AT: 44 DO:
a. An. B tampak terbaring
ditempat tidur
b. An. B tampak disuapi makan
dan minum oleh Ibunya
Diagnosis
No Tujuan (NOC) Rencana Tindakan (NIC) Rasionalisasi
Keperawatan
Ket: 6. Berikan terapi IV seperti yang di tentukan. 6. Tindakan kolaborasi untuk
1. Sangat kurang 7. Konsultsikan dengan dokter jika tanda dan membantu pemenuhan kebutuhan
2. Kurang gejala kekurangan volume cairan menetap cairan pasien.
3. Cukup atau memburuk 7. Untuk menangani secara cepat
4. Baik apabia keadaan pasien memburuk
5. Sangat baik
3 Resiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Bleeding Precaution 1. Penurunan trombosit merupakan
berhubungan dengan 3x24 jam, diharapkan masalah pasien dapat 1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit tanda adanya kebocoran pembuluh
Penurunan pembekuan teratasi dengan kriteria hasil: yang disertai tandai klinis. darah yang pada tahap tertentu dapat
darah (Trombositopeni) No Indikator Target 2. Monitor trombosit setiap hari. menimbulkan tanda-tanda klinis
1 Tidak ada perdarahan 5 3. Anjurkan pasien untuk banyak istrahat seperti epistaksis dan ptkie.
(bedrest). 2. Agar dapat mengetahui tingkat
2 Hemoglobin dan 5 4. Berikan penjelasan kepada klien dan kebocoran pembuluh darah dan
hematokrit dalam batas keluarga untuk melaporkan jika ada tanda kemungkinan perdarahan yan
normal perdarahan. dialami pasien.
3 Nadi dalam batas 5 5. Antisipasi adanya perdarahan (gunakan 3. Aktifitas pasien yang tidak terkontrol
normal sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan dapat menyebabkan terjadinya
4 Keluarga dapat 5 mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap perdarahan.
mencegah jika adanya selesai ambil darah) 4. Agar keluarga dapat membantu
perdarahan untuk penanganan dini bila terjadi
Ket: perdarahan.
1. Sangat kurang 5. Untuk mencegah perdarahan lebih
2. Kurang lanjut.
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat baik
4 Keletihan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Energy Management (0180) Energy Management (0180)
dengan peningkatan 3 x 24 jam diharapkan: 1. Monitor dan catat pola dan jumlah tidur 1. Tidur dapat mengehemat dan
kelemahan fisik Konservasi energy (0002) pasien menyediakan energy bagi tubuh
No Indikator Target 2. Monitor lokasi ketidaknyamanan atau 2. Ketidaknyamanan saat beraktivitas
1 Keseimbangan aktivitas 5 nyeri selama bergerak dan aktivitas dapat menambah kelelahan
dan istirahat 3. Monitor intake nutrisi 3. Kelelahan mungkin merupakan
4. Instruksikan pada pasien untuk mencatat gejala kekurangan gizi, protein,
2 Menggunakan 5 tanda-tanda dan gejala kelelahan defisien vitamin, atau kekurangan
tidur siang 5. Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas zat besi
untuk untuk mencegah kelelahan 4. Mencatat tanda dan gejala
memulihkan kelelahan dapat mengidentifikasi
44
energy
Diagnosis
No Tujuan (NOC) Rencana Tindakan (NIC) Rasionalisasi
Keperawatan
No Indikator Target 6. Jelaskan pada pasien hubungan penyebab kelelahan
3 Mengatur aktifitas 5 kelelahan dengan proses penyakit Menetapkan prioritas adalah salah satu
4 Mempertahankan 5 7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara metode konservasi energy untuk
intake meningkatkan intake makanan tinggi menyelesaikan aktivitas, mencapai
nutrisi yang cukup energy tujuan
5 Menggunakan tehnik 5 8. Dorong pasien dan keluarga dan rasa kesehatan emosional
energi konservasi mengekspresikan perasaannya 5. Demam disertai nyeri otot dan
9. Catat aktivitas yang dapat meningkatkan masalah pencernaan pada pasien
kelelahan DHF dapat menurunakan nafsu
Anjurkan pasien melakukan yang meningkatkan makan menyebabkan tubuh
Keterangan: relaksasi (membaca, mendengarkan musik) menjadi lelah
1. Tidak pernah 6. Nutrisi yang baik meningkatkan
menunjukkan energy
2. Jarang menunjukkan 7. Pengakuan secara fisik dan
3. Kadang-kadang emosional membantu dalam
menunjukkan mengatasi kelelahan
4. Sering menunjukkan 8. Mengidentifikasi factor-faktor
Secara konsisten menunjukkan terkait dengan kelelaan dapat
bermanfaat mengenali penyebab
potensial keletihan dan
membangun rencana keperawatan
kolaboratif
Untuk menenangkan fikiran dari kegelisahan
dan mengurangi ketegangan otot
45
Senin,03 16:30 1. Mendorong dan motivasi keluarga pasien untuk Senin,03 Agustus 2020
Agustus 2020 banyak minum. Jam 19:30
2. Mengukur suhu tubuh dan TTV S:
a. Ibu pasien mengatakan anak sudah tidak demam
b. Ibu pasien mengatakan anak bisa istirahat dengan nyaman
18.00 3. Memberikan obat melalui IV antibiotik (ceftriaxon)O :
4. Mengganti cairan infus Rl 20 tpm a. Pasien tampak lemes
b. Pasien tampak menggaruk tangan dan kaki
c. S : 36,5° C
19.40 5. Memfasilitasi istirahat, terapkan pembatasan d. RR : 25x/mnt
aktivitas e. N : 88x/mnt
f. TD : 110/80mHg
g. Infus RL 20tpm.
h. Inj. ceftriaxon j. 18.00
A : Masalah keperawatan hipertermi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
a. Monitor KU pasien, TTV.
b. Monitor intake output.
c. Memberikan obat sesuai dengan instruksi dokter.
Resiko Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
Jum’at, 31 21:55 1. Memberikan terapi IV yaitu Infus Rl 20 tpm Sabtu, 01 Agustus 2020 Jam 07:15
Juli 2020 2. Menjaga intake atau asupan yang akurat dan catat S:
output pasien a. Ibu mengatakan anak agak susah minum
b. Ibu pasien mengatakan anak minum 400 cc, makan 1/2 porsi, bak 5x, bab (-).
O:
06:00 3. Mengukur tanda-tanda vital, catat adanya perubahan a. Terpasang infus RL 20 tpm
tanda-tanda vital.
47
b. Infus 20 tpm
c. AT : 28
d. HMT : 38
e. Sudah dilakukan pengambilan spesimen darah untuk pengecekan AT dan
HMT
A: Masalah resiko perdarahan belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
a. Monitor AT dan HMT
Senin,03 16.45 1. Menganjurkan pasien untuk istrahat dan membatasi Senin, 03 Agustus 2020, Jam 19.30
Agustus 2020 aktivitas S:
a. Pasien mengatakan dapat beistirahat dengan baik
19.00 2. Memonitor hasil laboratorium O:
a. Pasien tampak terbaring
b. Infus 20 tpm
c. AT : 26
d. HMT : 41
e. Sudah dilakukan pengambilan spesimen darah untuk pengecekan AT dan
HMT
A: Masalah resiko perdarahan belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
a. Monitor AT dan HMT
d. RR : 22x/mnt
06.00 5. Memfasilitasi istirahat, terapkan pembatasan e. N : 79x/mnt
aktivitas f. TD : 115/90mHg
g. Infus RL 18 tpm.
h. nymiko nystatin j. 06.00
A : Masalah keperawatan hipertermi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
a. Monitor KU pasien, TTV.
b. Monitor intake output.
c. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter.
hematokrit). S:
a. Ibu mengatakan anak mau minum sedikit sedikit tapi sering.
16.30 3. Mengukur tanda-tanda vital, catat adanya b. Ibu pasien mengatakan anak minum 300cc, makan 1 porsi, bak 4x, bab (-).
perubahan tanda-tanda vital O:
a. Terpasang infus RL 18 tpm
19.00 b. Bibir lembab, sariawan
c. CRT <2 detik
4. Melakukan pencatatan intake output pasien d. Kesadaran : CM
e. S : 36,5° C
f. RR : 22x/mnt
g. N : 90x/mnt
h. TD : 89/70mHg
i. AT : 150
j. HMT : 35
k. Sudah dilakukan pengambilan spesimen darah untuk pengecekan AT dan HMT
l. Sudah diberikan lembar monitoring intake dan outpun nutrisi dan cairan kepada
keluaraga
A : Masalah keperawatan Resiko Kekurangan volume cairan tubuh belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
a. Monitor intake dan output
b. Monitor AT dan HMT
Selasa, 04 22.00 1. Memberikan terapi IV cairan infus 18 tpm Rabu, 05 Agustus 2020
Agustus 2020 2. Mengukur tanda-tanda vital, catat adanya Jam 07.30
perubahan tanda-tanda vital. S:
a. Ibu mengatakan anak mau makan dan minum dengan baik.
b. Ibu pasien mengatakan anak minum 270cc, makan 1 porsi, bak 4-5x, bab (-).
3. Melakukan pencatatan intake output pasien O:
05.30 4. Memonitor status hidrasi (misalnya, membran a. Terpasang infus RL 18 tpm
mukosa lembab, dan denyut nadi adekuat). b. Bibir tampak lembab, sariawan
5. Mengkolaborasi hasil laboratorium (penurunan c. CRT <2 detik
hematokrit). d. Kesadaran : CM
e. S : 36,3° C
f. RR : 22x/mnt
g. N : 110x/mnt
h. TD : 115/90mHg
06.00 i. AT : 140
j. HMT : 34
k. Sudah dilakukan pengambilan spesimen darah untuk pengecekan AT dan HMT
l. Sudah diberikan lembar monitoring intake dan outpun nutrisi dan cairan kepada
keluaraga
A: Masalah keperawatan Resiko kekurangan volume cairan belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan :
a. Monitor intake dan output
b. Monitor AT dan HMT
Minggu, 0209.20 1. Menanyakan keluhan pasien Minggu, 02 Agustus 2020
Agustus 2020 Jam: 13.30
2. Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien S:
a. Pasien tidur 6-7 jam sehari
10.15 3. Monitor lokasi ketidaknyamanan selama bergerak b. Anak mengatakan badan terasa lemah, susah bergerak
dan aktivitas O:
a. Pasien tampak terbaring, lemah
A: Masalah keletihan belum teratasi
P: Rencana dilanjutkan
a. Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan
Senin, 03 15.00 1. Monitor dan catat pola dan jumlah tidur Senin, 03 Agustus 2020
Agustus 2020 pasien Jam: 19.30
S:
16.00 2. Monitor intake nutrisi a. Ibu pasien mengatakan anak susah tidur
b. An. B mengatakan tidur sehari jam 08.30, siang kadang tidur
19.30 3. Menganjurkan istirahat yang cukup c. Ibu mengatakan aktifitas An. B masih dibantu
O:
a. Pasien tampak terbaring dan menonton di hp
b. Porsi makan tidak habis ½ piring
A: Masalah keletihan belum teratasi
P: Rencana dilanjutkan
a. Anjurkan pasien melakukan yang meningkatkan relaksasi (membaca, mendengarkan
musik)
B. Data Senjang
Data Senjang Identitas Pasien
Identitas Pasien Kasus 1 Kasus 2
Nama An. D An. B
TTL 12 Tahun, 02/12/2007 7 Tahun, 03/06/2013
Jenis kelamin Alamat Laki-Laki Laki-Laki
Diagnosa Medis Selo, Sidomulyo Bantul Selo, Sidomulyo Bantul
No. Medical Record DHF DHF
Tanggal/jam masuk RS 10.28.XX.XX 10.29.XX.XX
Tanggal/jam pengkajian 30-07-2020/17.05 01-08-2020/10.30
31-07-2020/09.30 02-08-2020/12.30
Alasan Utama Dibawa Ke Rumah Sakit Pasien datang dengan keluhan demam sejak ahad sore Pasien datang dengan keluhan demam hari Jum’at setelah
tanggal 26/07/2020. Pasien di periksakan di klinik pulang mengunjungi kakaknya yang sakit di rumah sakit,
terdeka dan diberikan obat, setlah itu demamnya turun pasien di periksakan ke klinik terdekat dan diberikan obat,
dan kambuh lagi sehingga di rujuk ke RSU PKU panas masih naik turun pasien tidak mau minum jika tidak
Muhammadiyah Bantul, pasien masuk disertai dengan diingatkan, nafsu makan juga menurun, kemudian pasien
Keluhan Utama Kasus 1 Kasus 2
55
batuk sudah 4 hari tertular oleh ayahnya, nafsu makan di rujuk ke RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
dan minum menurun, pasien jarang minum karena malas Pasien mengalami sariawan di bagian ujung bibir sejak
kekamar mandi untuk BAK pertama masuk RS.
TD : 112/80 mmHg TD : 105/70 mmHg
Nadi : 98x/mnt Nadi : 110x/mnt
RR : 22x/mnt RR : 24x/mnt
Suhu : 38,0º C Suhu : 37,9º C
Tanda dan Gejala Yang Dilihat Keluarga mengatakan bahwa anak demam dan Demam yang naik turun tetapi terus menerus.
Oleh Orang Tua berkeringat saat malam hari dan batuk.
An. B
An. D
57
sedang. Minum 6-8 gelas sehari. Makanan yang di sukai pasien sedang. Minum 4-7 gelas sehari. Makanan yang di sukai pasien
Pengkajian Kasus 1 Kasus 2
yaitu bakso. yaitu sate.
c. Saat di Rumah Sakit: Selera makan pasien kurang baik, terkadang c. Saat di Rumah Sakit: Selera makan pasien kurang baik. Nafsu
anak meminta makanan diluar diet yang diberikan dari RS. Diet makan menurun. Diit yang disediakan dari rumah sakit tidak
dari RS hanya habis separuh dan kadang” menghabiskan 1 porsi dihabiskan/hanya habis separuh saja dengan alasan tidak nafsu
dari yang diberikan. makan.
d. Tidak ada makanan tambahan. Namun ibu selalu menuruti apabila d. Tidak ada makanan tambahan. Terkadang apabila pasien meminta
pasien meminta makanan di luar makanan yang disediakan oleh dibelikan makanan, kedua orangtuanya langsung membelikan
pihak RS e. Alat makan yang digunakan yaitu piring dan sendok
e. Pasien makan dengan alat makan piring dan sendok. f. BB Saat ini: 29 kg
f. BB saat ini: 45 KG g. TB saat ini: 120 cm
g. TB saat ini: 145 CM h. IMT : (BB/TB2) = 29/1,22 = 29/1,2 = 20,13 (Normal)
h. IMT: (BB/TB2) = 45/1,452 = 45/1,45 = 21,40 (Normal)
Pola Istirahat a. Saat Di rumah: Pasien tidur malam 8 jam perhari. Tidak ada a. Saat Di Rumah: pasien tidur malam 8 jam perharinya. Tidak ada
dan Tidur gangguan tidur. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk gangguan tidur. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk
membantu tidur. Kebiasaan pasien sebelum tidur yaitu BAK dan membantu tidur. Pasien memiliki kebiasaan sebelum tidur yaitu
sikat gigi terlebih dahulu agar saat malam hari tidak terganggu BAK dan sikat gigi terlebih dahulu.
tidurnya. Pasien jarang tidur siang. b. Saat di Rumah Sakit: Pasien tidur malam 6-8 jam perhari. Pasien
b. Saat di Rumah sakit: pasien tidur 7-8 jam perhari. Tidak terdapat terkadang tidak bisa tidur dengan nyenyak karena bibirnya sakit
gangguan tidur. Pasien sering tidur saja saat berada di RS karena akibat sariawan. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk
tidak ada kegiatan yang dapat dilakukan. membantu tidur.
Mandi a. Saat Di Rumah: Pasien mandi 2 x sehari pagi dan sore hari, pasien a. Saat Di Rumah: pasien mandi 2x sehari. Pasien mandi
mandi menggunakan sabun batang. ADL secara mandiri menggunakan sabun batang. ADL secara mandiri
b. Saat di Rumah Sakit: Pasien hanya di lap 1x sehari terkadang b. Saat di Rumah Sakit: Pasien mandi 1x sehari dan terkadang pasien
pasien tidak mandi jika badannya panas. Pasien mandi tidak mandi jika badannya panas. Pasien mandi menggunakan
menggunakan washlap di kamar. Pasien dibantu ADL mandi oleh washlap dibantu oleh ibu atau ayahnya. ADL dibantu oleh keluarga
keluarga.
59
Eliminasi 1. Saat di Rumah: pasien BAB 2 hari sekali dengan konsistensi padat 1. Saat di Rumah: Pasien BAB 2 hari sekali dengan konsistensi padat
(BAK dan dan bau khas, BAK 4-6 kali dalam sehari, warna urine kuning dan bau khas seperti bau feses, BAK 5-6 kali dalam sehari dengan
BAB) dengan bau khas, pasien mengganti pakaian dalam nya satu hari warna urine kekuningan dan bau khas urine
satu kali. 2. Saat di Rumah Sakit: Pola defekasi: anak mengatakan BAB tidak
2. Saat di Rumah Sakit: Pola defekasi: anak mengatakan BAB tidak lancar 1x dengan konsistensi keras, warna kecoklatan, bau khas
lancar, 1x perhari, konsistensi keras, warna kecoklatan, bau seperti seperti bau feses dan tidak ada darah, Pasien rutin mengganti
bau feses dan tidak ada darah, Pasien rutin mengganti pakaian pakaian dalamnya 1 hari sekali, Pola eliminasi: anak mengatakan
dalam nya saat setelah mandi, Pola eliminasi: anak mengatakan sehari BAK 4-5x kurang lebih 200-400cc, warna urine kekuningan,
sehari BAK 4-6x kurang lebih 200-500cc, warna urine kadang bau khas urine.
bening, kadang kekuningan, bau khas urine.
Keamanan dan Resiko Jatuh (Humpty Dumpty) = Rendah Resiko Jatuh (Humpty Dumpty) = Rendah
Perlindungan KRITERIA PARAMETER SKOR KRITERIA PARAMETER SKOR
Dibawah 3 tahun 4 Dibawah 3 tahun 4
3 - 7 tahun 3 3 - 7 tahun 3
Umur Umur
8 - 13 tahun 2 7- 13 tahun 2
>13 tahun 1 >13 tahun 1
Laki- laki 2 Laki- laki 2
Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Perempuan 1 Perempuan 1
Kelainan Neurologis 4 Kelainan Neurologis 4
Perubahan dalam 3 Perubahan dalam 3
oksigenasi (masalah oksigenasi (masalah
saluran nafas, dehidrasi, saluran nafas, dehidrasi,
Diagnosis Diagnosis
anemia, anoreksia, anemia, anoreksia,
sinkop/sakit kepala dll) sinkop/sakit kepala dll)
Kelainan psikis/perilaku 2 Kelainan psikis/perilaku 2
Diagnosa lain (DHF) 1 Diagnosa lain 1
Tidak sadar terhadap 3 Tidak sadar terhadap 3
keterbatasan keterbatasan
Gangguan Kognitif Lupa keterbatasan 2 Gangguan Kognitif Lupa keterbatasan 2
Mengetahui kemampuan 1 Mengetahui kemampuan 1
diri diri
Riwayat jatuh dari 4 Riwayat jatuh dari 4
tempat tidur saat bayi- tempat tidur saat bayi-
anak anak
Faktor Lingkungan Faktor Lingkungan
Pasien menggunakan 3 Pasien menggunakan alat 3
alat bantu atau box atau bantu atau box atau
mebel mebel
Pengkajian Kasus 1 Kasus 2
61
HEMATOLOGI
I: Pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak terdapat I: Pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak ada
retraksi dinding dada, RR: 24x/mnt, irama nafas teratur retraksi dada, RR: 22x/mnt, irama nafas teratur
P:Tidak ada nyeri tekan P: Tidak ada nyeri tekan
P:Sonor P: Sonor
A: Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada A: Suara dasar vesikuler, irama teratur, tidak ada
ronkhi wheezing, tidak ada suara nafas tambahan.
Jantung: Jantung:
I: dinding dada simetris I: dinding dada simetris
P:tidak teraba ictus cordis, HR: 130x/mnt P:tidak teraba ictus cordis, HR: 140x/mnt
P: suara pekak, batas jantung dari atas IC2 dan bawah IC 5- P:suara pekak, batas jantung dari atas IC2 dan bawah IC 5
6 A: Terdengar suara lupdup (S1 S2 Reguler), irama teratur
A: Terdengar suara lupdup (S1 S2 Reguler), irama teratur
Abdomen Bentuk simetris, tidak kembung, tidak terdapat pembesaran Bentuk simetris, tidak kembung, tidak terdapat
hati/limpa, Bising Usus 10x/menit pembesaran hati/limpa, bising usus 8x/menit
Genitalia Penis normal, scrotum dan testis normal, anus normal, tidak Penis normal, scrotum dan testis normal, anus normal,
terdapat pelebaran vena tidak terdapat pelebaran vena
PEMBAHASAN
A. Profil Lahan Praktik
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul adalah salah satu rumah sakit swasta yang merupakan amal usaha
Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah. Rumah sakit ini terletak di Jl. Jendral Sudirman 124, Kecamatan Bantul,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini memiliki beberapa bangsal yang melayani berbagai pelayanan
seperti rawat inap, rawat jalan, termasuk intensif, gawat darurat, kamar bedah dan ruang bersalin, serta unit pelayanan penunjang
seperti laboratorium dan radiologi. Bangsal Al-Ikhlas menjadi salah satu bangsal di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah
Bantul yang merupakan bangsal anak dan terletak dilantai 2. Bangsal Al-Ikhlas terdiri dari VIP, kelas 1,2,3, Utama dan
Observasi memiliki 22 tempat tidur.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien An. D dan An. B dengan Resiko Kekurangan volume cairan di
Ruang Al-Ikhlas Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal 27 Juli – 08 Agustus 2020, penulis berusaha
65
menerapkan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan/ intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi.
B. Analisis Pengkajian
Menurut Direja (2011) pengkajian merupakan dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang klien agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Adapun
pengkajian ini, dalam pengumpulan data penulisan meggunakan metode wawancara dengan orang tua pasien, observasi secara
langsung, terhadap kemampuan dan prilaku klien dan juga medical record. Pada saat pengkajian, penulis tidak mengalami
hambatan dalam meminta data dari keluarga klien, hal ini karena klien dan keluarga sangat kooperatif pada perawat. Selain itu,
data dari perawat ruangan yang telah membantu dan memfasilitasi pengumpulan data serta dokumentasi dengan melihat buku
status klien di ruangan. Selain itu perawat di Ruang Al-Ikhlas juga berperan sebagi sumber data yang mendukung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada An. D dan An. B, karena itu penulis melegkapi data pengkajian dari wawancara perawat
dari RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
Pengkajian adalah suatu tahap ketika seseorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang anak
yang dirawat merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan anak. Untuk memperoleh data pengkajian yang akurat
sesuai dengan keadaan anak, diharapkan perawat menggunakan bahasa yang digunakan setiap hari, lugas dan sederhana
(Suprajitno, 2012).
1. Identitas
Berdasarkan hasil pengkajian pada kedua kasus kelolaan dengan DHF didapatkan karakteristik usia pasien pada kasus 1
dengan usia 12 tahun dan kasus 2 dengan usia 7 tahun yaitu usia anak - anak. Usia merupakan suatu faktor risiko utama pada
beberapa penyakit. Hal ini disebabkan karena usia dapat memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Awal terjadinya
66
epidemik DHF di Indonesia, mayoritas terjadi pada kelompok umur antara 5–9 tahun. Kelompok berisiko terjangkit DHF pada umur <
12 tahun berisiko 19,06 kali terkena DHF dibandingkan kelompok umur ≥ 12 tahun. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh
kelompok umur < 12 tahun yang masih rendah daripada kelompok umur ≥ 12 tahun. (Faldy, Kaunang, & Pandelaki, 2015). Hasil
penelitian lain yang dilakukan di Denpasar tahun 2012 juga menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu variabel dominan yang
berperan dalam
meningkatkan risiko kejadian DHF (Subagia, Sawitri, & Wirawan, 2013).
Pada tahapan perkembangan kasus 1 dan kasus 2 termasuk dalam tahap perkembangan yang baik. Kasus 1 pasien
bercerita sebelum sakit jarang keluar rumah bersama teman-temannya terlalu lama . Pasien juga bercerita kalau main hp
dibatasi dan menonton tv hanya di pagi hari. Pada kasus 2 saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien awalnya takut.
Tetapi karena peneliti bertemu setiap hari lalu pasien bercerita tentang temannya dan pelajaran disekolah. Hal ini sesuai
dengan tahap perkembangan psikologis menurut Erik Erikson yaitu pasien pada kasus 1 dan 2 termasuk dalam tahap industry
vs inferiority dimana anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan suatu perasaan
bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan
juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi diluar keluarga.
2. Keluhan Utama
Hasil pengkajian keluhan saat ini pada kasus 1, Ibu An. D mengatakan anaknya demam sejak 5 hari yang lalu, pasien
masuk disertai dengan batuk sudah 4 hari tertular oleh ayahnya, makan dan minum menurun . Sedangkan hasil pengkajian
pada kasus 2 orangtua An. B mengatakan anak panas sejak 2 hari yang lalu, Demam yang naik turun, nafsu makan dan
minum menurun. dan Pasien mengalami sariawan di bagian ujung bibir sejak pertama masuk RS.
Terdapat persamaan keluhan pada kasus 1 dan kasus 2 yaitu anak sama-sama mengalami deman, nafsu makan dan
minum menurun Hal ini sesuai dengan beberapa gejala umum DHF menurut Misnadiarly (2019) di antaranya demam tinggi
terus menerus, badan lemah atau lesu, dan nafsu makan dan minum berkurang.
67
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus sehingga terjadinya hipertermi, nyeri otot/sendi disertai leukopenia,
ruam, limfodenopati, trombositopenia (Halstead, 2008). Hipertermi pada DHF memiliki ciri khas seperti “pelana kuda”,
dimana pada awal sakit demam tinggi kemudian mengalami penurunan suhu tubuh pada fase kritis dan kemudian akan naik
lagi memasuki fase penyembuhan (WHO, 2009). Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titikmtepat
(set point) lebih dari 37,50C, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh dan eksternal yang menciptakan lebih banyak
panas dari pada yang dikeluarkan tubuh (Wong, 2008).
Demam disertai nyeri otot dan masalah pencernaan yang terjadi pada pasien DBD dapat menurunkan nafsu makan. Tentu
hal ini menyebabkan tubuh menjadi kelelahan karena kurangnya asupan makanan dan sistem imun tubuh yang melemah
(Safitri, 2018)
Menurut Susilaningrum, Nursalam & Utami (2013), pemeriksaan fisik pada klien DHF meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi secara head to toe. Berdasarkan grade DHF kedua pasien termasuk dalam DHF grade I dengan
kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda vital dan nadi lemah.
4. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium khusus pada pasien DHF adalah pemeriksaan darah pada saat masuk rumah sakit termasuk
pemeriksaan hematokrit, leukosit, dan trombosit. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan fungsi hati, gula darah,
elektrolit, ureum keratinin, bikarbonat atau laktat, enzim jantung, elektrokardiografi, dan pemeriksaan urin (WHO, 2009).
Pada kasus 1 pemeriksaan trombosit dan hematokrit dilakukan 1x24 jam didapatkan trombosit sebanyak 44 ribu/mm3
(low), hematocrit 39 (normal), leukosit 2.09 RB/mmk (low), eosinophil 1.08 (low), limfosit 30.05 % (normal), dan monosit
6.71 % (normal). Dan pada kasus 2 dilakukan pemeriksaan trombosit dan hematocrit 1x24 jam dan ditemukan trombosit
sebanyak 186 ribu/mm3 (normal), hematocrit 34 (normal), leukosit, 1.98 RB/ mmk(low), eosinophil 0.62 (normal), limfosit
32.24 % (normal), dan monosit 10.54% (high).
Trombositopenia pada penderita DHF terjadi akibat peningkatan destruksi trombosit oleh system retikuloendotelital,
agrefasi trombosit. akibat endotel vaskuler yang rusak serta penurunan produksi trombosit oleh sumsum tulang (Sugianto,
2007). Peningkatan nilai hematocrit selalu dijumpai pada DHF mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan
pembesaran plasma. Nilai hematocrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan (Batra dkk, 2006). Leukosit
dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya
limfosit plasma biru (>15% dari jumlah total leukosit) yang pada fase syok akan meningkat (Hilman, 2005).
Trombositopenia terjadi disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga membuat
volume plasma menurun ditandai dengan meningkatnya nilai hematokrit sehubungan dengan perbandingan sel darah merah
69
dan plasma yang mengakibatkan viscositas darah menurun. Penderita mengalami resiko kehilangan cairan yaitu dari
intrasel ke ekstrasel karena kebocoran plasma melalui dinding kapiler yang rusak dan mengganggu mekanisme sistem
regulasi. Hal ini sebagai dasar diagnosa resiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan cairan kurang. Limfositosis adalah peningkatan limfosit (salah satu jenis sel darah putih yang membantu
sistem daya tahan tubuh). Peningkatan limfosit atipik yaitu, peningkatan limfosit plasma biru (reaktif limfosit sebagai
respon imun yang dapat menandakan adanya virus dan dapat diamati pada hapusan darah tepi).
penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan
nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Diagnosis ini ditegakkan jika terdapat tanda berupa suhu tubuh meningkat pada kasus 1 suhu 38,0 derajat celcius dan
kasus 2 suhu 37,9 derajat celcius, akral teraba hangat, merasa lemah, nafsu makan menurun. NANDA (2018) mengatakan bahwa
hipertermi yaitu peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal. Alasan peneliti memprioritaskan hipertermi yaitu dikarenakan
adanya infeksi yang ditandai dengan demam naik turun, suhu tubuh meningkat dan asupan cairan yang kurang. Resiko
kekurangan volume cairan adalah suatu kondisi berisiko mengalami dehidrasi vaskular, selular, atau intraselular. Diagnosis ini
ditegakkan jika terdapat tanda berupa jarang minum, kulit kering, mukosa kering.. Dalam kasus ini pasien mengalami suhu tubuh
yang meningkat sehingga terjadi penurunan pada nafsu makan dan minum (NANDA, 2018). Kekurangan cairan dapat di
sebabkan oleh perubahan suhu (demam), hal tersebut di pengaruhi oleh adanya mekanisme pergerakan didalam tubuh.
Virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue, merupakan mikroorganisme yang sangat kecil hanya
dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Apabila daya tahan tubuh seseorang yang terkena infeksi virus tersebut rendah, sebagai
akibatnya sel jaringan akan semakin rusak bila virus tersebut berkembang banyak maka fungsi organ tubuh tersebut baik, maka
akan sembuh dan timbul kekebalan terhadap virus dengue yang pernah masuk ke dalam tubuhnya. Bila daya tahan tubuh baik
dan virus tidak ganas, maka derajat penyakit tidak berat. Sebaliknya apabila daya tahan tubuh rendah seperti pada anak-anak,
penyakit infeksi dengue ini dapat menjadi berat bahkan dapat mematikan. Penderita demam berdarah dengue akan mengeluh
atau terlihat lesu dan lemah.
Seluruh badan lemah seolah tidak ada kekuatan, pada anak yang masih kecil tidak dapat mengeluh tetapi anak yang
biasanya aktif kali ini tidak mau bermain lagi dan lebih senang diam duduk atau tiduran. Badan akan makin bertambah lemah
oleh karena nafsu makan menghilang sama sekali baik minum maupun makan, rasa mual dan rasa tidak enak di perut dan
didaerah ulu hati menyebabkan semua makanan dan minuman yang dimakan keluar lagi. Rasa mual, muntah dan nyeri pada ulu
71
hati akan makin bertambah bila penderita minum obat penurun panas yang dapat merangsang lambung. Energi dalam tubuh akan
merosot, dan sistem kekebalan tubuh semakin melemah (DinKes Lamongan, 2016).
Nursing Outcome Classification (NOC) adalah proses memberitahukan status klien setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Standar kriteria hasil dikembangkan untuk mengukur hasil dari tindakan keperawatan yang digunakan pada
semua area keperawatan dan semua klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat). Nursing Outcome Classification
mempunyai tujuh domain yaitu fungsi kesehatan, fisiologi kesehatan, kesehatan psikososial, pengetahuan dan perilaku
kesehatan, persepsi kesehatan, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat (NOC, 2018).
Pada kasus I dan kasus II dengan diagnosa yang sama yaitu hipertermi, penulis mempunyai tujuan sesuai dengan label
NOC yaitu Thermoregulation (0800) dengan kriteria hasil Suhu tubuh dalam rentang normal (3 ke 5), Nadi dan RR dalam
rentang normal (3 ke 5), Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman (3 ke 5).
Hipertermi adalah bentuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, apabila ada suatu kuman penyakit
yang masuk kedalam tubuh secara otoatis tubuh akan melakukan perlawanan terhadap kuman dan mengeluarkan antibody.
Pengeluaran antibody yang lebih banyak daripada biasanya diikuti dengan naiknya suhu tubuh. Hipertermi disebabkan suhu
tubuh yang tinggi dan akral hangat.
Resiko kekurangan volume cairan adalah suatu kondisi dimana terjadinya penurunan cairan dalam tubuh karena adanya
kegagalan mekanisme fungsi regulasi (Setiati & Soemantri, 2009). Berdasarkan diagnosis keperawatan defisien volume cairan
yang ditegakkan dalam studi kasus, penulis menggunakan tujuan keperawatan yang sama pada kedua kasus yaitu NOC
Hydration karena sesuai dengan keadaan pasien yang status repirasi terganggu dan untuk mengetahui tingkat dehidrasi pasien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Jam diharapkan dapat memenuhi hydration dengan kriteria hasil : turgor
kulit baik, membrane mukosa lembab, intake cairan baik, output cairan dalam batas normal.
72
Diagnosis keletihan yang ditegakkan dalam studi kasus, penulis menggunakan tujuan keperawatan yang sama pada
kasus kedua yaitu NOC Konservasi Energy karena untuk menghindari penggunaan energi secara berlebihan atau kelelahan .
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Jam diharapkan dapat memenuhi Konservasi Energy dengan kriteria
hasil: keseimbangan aktivitas dan istirahat, menggunakan tidur siang untuk memulihkan energy, mengatur aktifitas,
mempertahankan intake nutrisi yang cukup, menggunakan tehnik energi konservasi secara konsisten.
Pada kasus pertama dengan diagnosa resiko perdarahan dengan tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 Jam diharapkan tidak terjadi perdarahan dan mengalami peningkatan jumlah trombosit dengan kriteria hasil (NOC):
kehilangan darah yang terlihat, tidak terjadi perdarahan seperti mimisan dan gusi berdarah, tekanan darah dalam batas normal,
nadi dalam batas normal, frekuensi pernafasan dalam batas normal dan trombosit dalam batas normal (Nurarif & Kusuma,
2013).
Nursing Intervention Classification (NIC) adalah suatu daftar list intervensi diagnosa keperawatan yang menyeluruh dan
dikelompokkan berdasarkan label yang mengurai pada aktifitas yang dibagi menjadi 7 bagian dan 30 kelas. Sistem yang
digunakan dalam berbagai diagnosa keperawatan dan mengatur pelayanan kesehatan. NIC digunakan perawat pada semua
spesialis dan semua area keperawatan. Nursing Intervention Classification digunakan di semua area keperawatan dan spesialis.
Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk
membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan (NIC, 2018).
Penulis menggunakan rencana yang sama pada diagnosa hipertermi kasus 1 dan 2 dengan pedoman pada NIC yaitu
Perawatan demam untuk memantau perkembangan suhu tubuh agar dapat teratasi. Aktivitas pada Perawatan demam adalah
sebagai berikut : Monitor suhu dan tanda-tanda vital, Monitor intake nutrisi dan cairan maupun output, Berikan obat atau
cairan antipiretik, Selimuti pasien, Dorong dan motivasi keluarga pasien untuk banyak minum, Berikan kompres hangat pada
daerah dahi/ axial Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas, Kolaborasi pemberian cairan intravena. Keadaan demam
diatur oleh sistem pengaturan suhu tubuh sebagaimana tubuh mempertahankan temperature normal pada lingkungan yang
73
respirasi), monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien, monitor lokasi ketidaknyamanan selama bergerak dan aktivitas,
monitor intake nutrisi, monitor pemberian dan efek samping obat depresi, instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda
dan gejala kelelahan, ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan, jelaskan pada pasien hubungan
kelelahan dengan proses penyakit, kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan intake makanan tinggi energy,
dorong pasien dan keluarga mengekspresikan perasaannya, catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan.
Diagnosa resiko perdarahan adalah berisiko mengalami kehilangan darah baik internal maupun eksternal. Rencana
tindakan yang dilakukan yaitu monitor tanda-tanda adanya perdarahan rasional membantu pasien mendapatkan penanganan
sedini mungkin, monitor status cairan (intake dan output), monitor nilai laboratorium, pertahankan kepatenan intravena line
agar mendukung kebutuhan cairan yang diperlukan tubuh, monitor kolaborasi dalam pemberian obat dan manfaatnya.
Anjurkan pasien banyak istrahat untuk mengoptimalkan istrahat dan memulihkan energi pasien (Nurarif & Kusuma, 2013).
Sesuai dengan pernyataan (Tarwoto dan Wartonah, 2012) mengatakan bahwa kebutuhan cairan pada anak usia 12 tahun
yaitu 2000-2500 ml per 24 jam, pemberian cairan 1500 cc per hari atau 6 gelas ditujukan untuk memberikan cairan yang cukup
agar tidak terjadi dehidrasi dan mengembalikan keseimbangan cairan.
Implementasi pada kedua kasus yaitu: mengukur suhu tubuh untuk mengetahui perubahan suhu pasien apakah mengalami
kenaikan atau penurunan, monitor tanda-tanda vital untuk mengetaui perkembangan pasien dan juga melihat keadaan umum
pasien sehingga apabila terjadi perubahan dapat dilakukan tindakan yang tepat dan sesuai, berikan antipiretik agar mengetahui
kondisi pasien dan mendeteksi adanya infeksi tertentu sehingga dapat segera ditangani, berikan cairan intravena agar tidak terjadi
dehidrasi yang berlebihan, kolaborasi pemberian obat agar dapat mengatasi masalah pasien dan tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan tindakan, kolaborasi pemberian cairan sangat penting bagi pasien yang mengalami resiko kekurangan volume cairan
untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien, monitor status dehidrasi untuk mengetahui keadaan umum secara rinci, sehingga tahu
kondisi tubuh dalam keadaan normal atau tidak, monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien sehingga dapat menghemat dan
menyediakan energi bagi tubuh secara optimal, instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala kelelahan untuk
mengetahui lebih awal penyebab kelelahan, anjurkan keluarga pasien untuk mengistirahatkan pasien dan membatasi aktivitas
pasien selama sakit agar pasien dapat tidur dengan cukup dan tidak melakukan aktivitas yang berlebihan, anjurkan pasien minum
air putih yang banyak untuk menggantikan cairan yang hilang dan monitor nilai laboratorium untuk mengetahui jika ada
kebocoran pada plasma sehingga tidak terjadi syok pada pasien.
Evaluasi keperawatan pada An. D dan An. B dengan masalah keperawatan hipertermi dan resiko kekurangan volume
cairan dapat teratasi pada hari ke 3 perawatan dengan kriteria hasil pada kasus 1 data subjektif Ibu mengatakan anak sudah sering
minum, BAK sudah 1 kali. Sedangkan data objektif mukosa bibir lembab serta hasil lab pada tanggal 01 Agustus 2020
didapatkan hematocrit 41 (normal) dan trombosit 26 (low). Dan pada kasus 2 data subjektif Ibu mengatakan anak sudah mau
minum, BAK sudah 1 kali dari pagi. Sedangkan data objektif mukosa bibir lembab serta hasil lab pada tanggal hari ke 3
didapatkan hematokrit 34 (normal) dan trombosit 140 (low).
76
Menurut peniliti kriteria hasil dari diagnosis hipertermi menunjukkan bawa anak tidak demam, dapat beraktivitas dengan baik
dan tidak mengalami resiko kekurangan volume cairan sesuai dengan teori karena pada An. D dan An. B menunjukkan bahwa
tanda- tanda kekurangan volume cairan sudah tidak ditemukan. Kriteria hasil diagnosis hipertermi An. D dan An. B menunjukkan
bahwa suhu anak turun dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi seperti terjadi peningkatan asupan oral, mukosa lembab, bibir
lembab, anak nampak tidak lemas lagi.
Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-3 dimana virus sudah mulai melemah, ditunjukkan adanya keadaan umum
membaik, tidak ada muntah, asupan oral meningkat seperti nafsu makan sudah ada dan demam sudah turun sebagai bagian dari
rekasi tahap ini. Pada hari ke- 3 pelaksanaan asuhan keperawatan, klien sudah diperbolehkan pulang dalam keadaan klien
dinyatakan sembuh dari penyakitnya dengan. Menurut soedjas (2011), mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi
ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap ini.
Tahap evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari
diagnose keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan implementasinya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan (Nursalam, 2011).
Setelah dilalukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam, didapatkan hasil pada kasus 1: Pasien sudah tidak demam dan
tidak batuk, dapat beristirahat dengan nyaman, nafsu makan dan minum meningkat, mukosa bibir lembab, pemeriksaan tanda
tanda vital didapatkan Nadi: 88x/menit Respirasi 25x/menit, terapi yang telah diberikan yaitu infus RL 20 tpm, Inj. Ceftriaxon,
obat oral rck attc, pct 250mg. Terkait intervensi lajutan yaitu monitor KU pasien, TTV, monitor intake output, Monitor AT dan
HMT dan terapi farmakologi yang telah direncanakan.
Pada kasus 2 setelah dilakukan tindakan selama 3x7 jam didapatkan hasil: Pasien sudah tidak demam, dapat beristirahat
dengan nyaman tetapi pasien masih mengalami sariawan di ujung bibir bawah, nafsu makan dan minum bertambah. Pemeriksaan
tanda-tanda vital yaitu Nadi:110x/menit, respirasi 22x/menit, terapi yang telah diberikan kepada pasien yaitu obat oral pct
77
250mg, Infus RL 18 tpm, nymiko nystatin dan Inj. Ceftriaxon. Intervensi lanjutan yang diberikan yaitu memonitor TTV, monitor
intake output, Monitor AT dan HMT dan terapi farmakologi yang telah direncanakan.
Evaluasi keperawatan pada An. D dengan masalah keperawatan resiko perdarahan belum teratasi karena di dapatkan data
objektif yaitu nilai trombosit masih rendah dengan hasil 26 %. Pada kasus kedua keletihan teratasi Sebagian anak B bisa
memulai aktivitas dan dapat berbicara dengan kedua orangtuanya, anak B juga dapat beristirahat di malam hari.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil studi kasus pada anak degan Resiko Kekurangan
Volume Cairan di Ruang Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul dengan
jumlah pasien anak 2 orang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian pada kasus 1 didapatkan hasil pasien laki-laki usia 12
tahun dengan keluhan utama demam, badan terasa lemah, nafsu makan
dan minum berkurang, batuk. Pada saat dilakukan pemeriksaan pada An.
D didapatkan hasil suhu 38,0℃, frekuensi nadi 98x/menit, turgor kulit
kering, membran mukosa kering.
Pengkajian pada kasus 2 didapatkan hasil pasien laki-laki usia 7 tahun
dengan keluhan utama, demam, badan terasa lemah, nafsu makan dan
minum menurun, pada saat dilakukan pemeriksaan pada An. B
didapatkan hasil suhu 37,9℃, RR 24x/menit, Nadi 110x/menit.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian penulis merumuskan prioritas diagnosa
keperawatan yang sama pada kasus 1 dan 2 yaitu hipertermi berhubungan
dengan penyakit.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan pada kasus 1 dan kasus 2, sesuai dengan
NOC (Nursing Outcome Clasification) dengan label Thermoregulation.
Perencanaan keperawatan pada kasus 1 dan 2, sesuai dengan NIC
(Nursing Intervention Clasification) dengan label Fluid management.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan penulis dalam asuhan keperawatan
hipertermi dan resiko kekurangan volume cairan pada kasus 1 dan kasus
2 sesuai dengan perencanaan keperawatan pada NIC (Nursing
Intervention Clasification).
5. Evaluasi keperawatan
Pencapaian yang dilakukan selama 3 hari baik pada kasus 1 dan 2
dengan masalah keperawatan hipertermi dan resiko kekurangan volume
cairan dapat teratasi.
78
79
B. Saran
1. Mahasiswa
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapakan dapat menambah
pengetahuan, wawasan dan sebagai referensi mahasiswa dalam ilmu
keperawatan sehingga bisa meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dengan resiko kekurangan volume
cairan pada DHF.
2. Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan dapat dijadikan referensi dalam
kegiatan pembelajaran terutama mengenai asuhan keperawatan pada
pasien DHF dengan diagnosa resiko kekurangan volume cairan.
3. Perawat
Diharapkan dapat menambah informasi asuhan keperawatan pada
anak dengan Resiko kekurangan volume cairan untuk mengurangi tanda
dehidrasi dan peningkatan suhu tubuh pada anak DHF
4. Rumah sakit
Studi kasus ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang
penanganan pasien dengan resiko kekurangan volume cairan sebagai
pertimbangan perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan
sehingga perawat dapat memberikan tindakan yang tepat kepada pasien
dengan DHF.
80
DAFTAR PUSTAKA
Faldy, Kaunang, & Pandelaki. 2015. Pemetaan Kasus Demam Berdarah Dengue Di
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kedokteran Komunitas Dan Tropik.
Fakultas Kedokteran Unversitas Sam Ratulangi Manado.Jkkt Volume 3
Nomor 2
Irianto, K., 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis.
CV. Alfabeta. Bandung
Kyle, Terri., & Carman, Susan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Setiati TE; Soemantri Ag. 2009. Demam Berdarah Dengue Pada Anak:
Patofisiologi, Resusitasi Mikrovaskuler dan Terapi Komponen Darah.
Semarang: Pelita Insani.
Subagia, K., Sawitri, A. A. S., & Wirawan, D. N. 2013. Lingkungan dalam Rumah,
Mobiitas, dan Riwayat Kontak sebagai Determinan Kejadian Demam
Berdarah Dengue di Denpasar Tahun 2012. Public Health and Preventive
Medicine Archive, Volume 1, Nomor 1.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan BAB I
3 Penyusunan BAB II
6 Penyusunan BAB V
7 Ujian KIAN
9 Pengumpulan KIAN